Anda di halaman 1dari 14

P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index


mm 20XX

EARTHQUAKE DISASTER MITIGATION MAPPING BY


MODELING OF LAND LAYER AND SITE EFFECT ZONE
Nandi Haerudin1, Rustadi2 dan Helmy Fitriawan3
1,2,3
Universitas Lampung, Jl. S. Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung
35145; Email: nandi.haerudin@eng.unila.ac.id

Abstract: Kota Baru is the satellite city of Bandar Lampung. The city is prepared for the expansion of
the city of Bandar Lampung. Zonation map of earthquake risk is required for Kota baru due to its
location within the reach of earthquake energy of Semangko subduction fault. In this study, we model
the earthquake-prone zone map based on the soil characteristics (site effect) combined with the
underground layer model to get a detailed description of the horizontal and vertical soil character. The
microtremor method is performed to obtain the zonation effect mapping. Whereas, the ground layer
modeling is obtained using the geoelectrical method. The modeling results show that the study area is
far from tectonic activity based on the history of past earthquake events. However, this area has a large
sediment thickness and has a low dominant frequency value, so it is an area that is vulnerable to
earthquakes.

Keywords: disaster mitigation, earthquake, site effect, direct current

PEMETAAN MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI DENGAN


PEMODELAN PERLAPISAN TANAH DAN ZONASI
KARAKTERISTIK TANAH
Abstrak: Kota Baru merupakan kota satelit Bandar Lampung. Kota ini dipersiapkan untuk perluasan
pembangunan kota Bandar Lampung. Kotabaru yang masih dalam jangkauan energi gempabumi
subduksi patahan regional Semangko membutuhkan peta zonasi resiko gempabumi. Pada penelitian ini
dibuat peta zona rawan gempa berdasarkan zonasi karakteristik tanah (site effect) yang dipadukan
dengan model perlapisan bawah tanah untuk mendapatkan gambaran detil model kararkteristik tanah
secara horizontal dan vertical. Metode yang digunakan adalah metode mikrotremor untuk pemetaan
zonasi effect dan metode geolistrik direct current untuk pemodelan lapisan tanah. Hasil pemodelan
menunjukkan bahwa daerah penelitian jauh dari aktifitas tektonik berdasarkan sejarah kejadian gempa
masa lalu. Namun wilayah ini memiliki ketebalan sedimen yang besar dan mempunyai nilai frekuensi
dominan yang rendah, sehingga merupakan daerah yang rentan terhadap gempabumi.

Kata Kunci: Mitigasi bencana, gempabumi, site effect, direct current

1. PENDAHULUAN Kota Baru dan Natar merupakan kota


Wilayah Kota Bandar Lampung satelit Kodya Bandar Lampung yang
Provinsi Lampung dan sekitarnya secara direncanakan sebagai sebagai pusat
geografis berada pada jangkauan energi pemerintahan Provinsi Lampung
gempabumi di posisi subduksi patahan menggantikan lokasi lama di Kota
regional Semangko dan beberapa patahan Bandar Lampung. Secara geografis
lokal (Gambar1). Oleh karena kedekatan Lokasi Kota Baru dapat dilihat pada
terhadap sumber titik gempa, menjadikan Gambar 2.
wilayah Kota Bandar Lampung dan Kondisi geologi Kota Baru yang
sekitarnya memiliki potensi kerusakan masih dipengaruhi Sumatera Fault
dengan skala 7 – 10 MMI (Tingkat System dan aktivitas tektonik subduksi
kerusakan sedang hingga tinggi). lempeng Indo-Australia dan Lempeng
Eurasia menyebabkan wilayah ini tidak

1
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

terlepas dari bahaya gempa yang yang berkembang seringkali tidak


ditimbulkan oleh kedua fenomena mengindahkan karakter geologi bawah
geologi tersebut. Dinamika sebagai kota permukaan. Pengembangan kawasan
satelit bagi Kota Bandar Lampung, pemukiman dan berbagai bangunan
Wilayah Kota baru akan mengalami lainnya, tanpa mempertimbangkan zonasi
perkembangan pesat, meliputi: kawasan resiko dan spesifikasi teknis. Kebiasaan
pemukiman, jumlah populasi, sarana dan yang lazim lainnya adalah kita baru akan
prasarana vital. Geliat pembangunan
bereaksi ketika bencana telah terjadi. kehancuran kota sering mengiringi
Deraian air mata, duka nestapa dan setiap terjadi peristiwa gempabumi.

Gambar 1. Gempa besar di titik – titik kegempaan (zona subduksi) di Pulau


Sumatera (Natawijaya, 1994).

Gambar 2. Peta Lokasi Kota Baru Bandar Lampung yang merupakan daerah
penelitian
2
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

yang menghasilkan vibrasi kuat. Respon


tanah ini dihasilkan oleh lapisan tanah
lunak dan tebal.
Peristiwa gempabumi tidak dapat Peta site effect respon tanah hasil
dicegah dan diprediksi dimana, kapan penelitian Nakamura dan kawan kawan
dan berapa besarnya. Upaya aktif yang menjadi rujukan penting pembuatan peta
dapat dilakukan adalah mitigasi terhadap serupa pada daerah dengan resiko gempa
dampak yang dapat terjadi. Hal ini dapat tinggi. Berbagai penelitian serupa
dilakukan dengan membuat zonasi dilakukan di tempat berbeda sebagai
karakter tanah (site effect) yang memicu upaya mitigasi, diantaranya; Bararpourl,
penyebab kerusakan struktur bangunan et al., (2016); Tavakoli et al., (2016); Bo
disertai rekayasa sipil yang dapat et al., (2016); Chenari, et al., (2012);
dilakukan. Wen dan Huang (2012); Sairam et al
Berdasarkan kebutuhan tersebut, (2011); Naeni dan Zarincheh (2010). Peta
tujuan penelitian ini adalah; site effect dapat membantu dalam
1. Menganalisis karakter tanah pada rekayasa sipil perencanaan bangunan dan
aspek frekuensi alamiah vibrasi fasilitas penting (Kotrasova dan
tanah/batuan sedimen. Kormanikova, 2015; Javanmardi et al,
2. Menganalisis dan membuat zonasi 2015; Kim, 2014; Prajapati dan Desai,
amplifikasi tanah. 2012).
3. Menentukan nilai soliditas/ kompaksi Pendekatan analisis site effect
tanah berdasar variabel kelistrikan. dilakukan melalui pengukuran respon
seismik lapisan tanah oleh gangguan
LANDASAN TEORI aktivitas manusia, industri dan sumber
Besarnya amplitudo dari vibrasi tanah yang menghasilkan getaran lainnya
berkorelasi dengan besarnya energi (Nakamura, 2010). Getaran pada tanah
gempa bumi dan kekakuan tanah direkam menggunakan alat akselerograph
(kompaksi). Tanah lunak akan 3 komponen.
menguatkan energi gempa sehingga Metode HVSR (Horizontal to Vertical
menghasilkan vibrasi yang kuat pada Spectral Ratio) merupakan metode yang
lapisan tanah dan bangunan di atasnya. efektif, murah dan ramah lingkungan
Karakteristik vibrasi yang terbentuk yang dapat digunakan pada wilayah
menyerupai gelombang teredam dengan permukiman. Nakamura menyebutkan
frekuensi vibrasi dinyatakan oleh bahwa metode HVSR untuk analisis
persamaan 1. mikrotremor bisa digunakan untuk
vs memperoleh frekuensi vibrasi natural
f 0= (1)
4h sedimen (Mufida et al, 2013).
dimana f 0 adalah ferkuensi vibrasi alami Tanah dan batuan penyusun lapisan
(Hz), v s menyatakan kecepatan rambat bawah permukaan bumi disusun oleh
gelombang s pada lapisan permukaan ragam mineral, ruang pori, derajat fluida
(km/s) dan h adalah ketebalan lapisan pada ruang pori, dan umur pengendapan
permukaan. yang berbeda - beda (Johnson et al,
Nakamura, Sato, dan Nishinaga 2010). Faktor keragaman variabel
(2000), menyelidiki karakter tanah tiga tersebut, menjadikan tanah dan batuan
bulan pasca gempa Kobe, Jepang tahun memiliki sifat kelistrikan yang khas.
1995. Berdasar pendekatan mikrotremor, Melalui perlakuan ini, dapat dianalisis
diperoleh zona dengan derajat kerusakan perubahan sifat kelistrikan hambatan
tinggi yang berkorelasi terhadap jenis (resistivity) sebagai fungsi
frekuensi alami tanah kurang dari 3 Hz, kedalaman.

3
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

Akurasi penelitian tanah dan batuan yaitu metode yang membandingkan


bawah permukaan berbasis sifat antara spektrum gelombang komponen
kelistrikan telah banyak dibuktikan oleh horizontal dengan komponen vertikal.
peneliti – peneliti sebelumnya. Johnson Pengolahan data dilakukan dengan
et al. (2010) merintis untuk menelaah menggunakan lebar window 10 sekon
zona – zona fault sebagai bagian material sesuai dengan keberadaan noise yang
rawan longsor pada tambang bawah ada. Proses penghalusan data
tanah (underground). Sedangkan hasil (smoothing) dilakukan dengan metode
penelitian yang telah dilakukan oleh; Konno & Omachi dengan konstanta
Ugwu et al., (2016); Anomohanran penghalusan 40. Hasil dari metode
(2013); Alile, et al., (2015); Marere dan HVSR berupa kurva HVSR yang terdiri
Ojo (2014); Adeyemo et al., (2012); dari amplitudo dan frekuensi. Informasi
Dahab et al., (2013), dapat menafsirkan yang didapatkan dari kurva tersebut
keberadaan air tanah dangkal penyebab adalah frekuensi dominan (f0) titik
terjadinya likuifaksi. pengukuran. Kurva yang ditampilkan
Bagian penting untuk mitigasi adalah merupakan hasil FFT spektrum
memahami daya dukung tanah/batuan amplitudo H/V.
dekat permukaan untuk kedalaman 0 – 30 Parameter HVSR yang dihasilkan
meter. Beberapa variabel penting yang berupa frekuensi natural dan amplifikasi
mempengaruhi resistensi material mampu mengidentifikasi wilayah rawan
terhadap getaran energi gempabumi, atau aman terhadap gempabumi melalui
diantaranya; jenis dan ketebalan tanah, luaran berupa peta frekuensi, amplifikasi,
ketinggian muka air tanah, dan
ketebalan dan kerentanan seismik. Data
keberadaan rongga-rongga bawah
hasil pengukuran kemudian dianalisis.
permukaan yang akan ditelaah melalui
Selanjutnya, hasil analisis diterjemahkan
pengukuran geoelectrical direct current.
dalam bentuk peta zonasi rawan gempa di
Pengukuran akan menerapkan teknik
vertical electrical sounding yaitu Kota Baru Bandar Lampung.
meneliti perubahan nilai hambatan jenis Kemudian dilakukan pengukuran
batuan terhadap perubahan kedalaman. geoelectrical direct current untuk
menentukan perlapisan tanah, kehadiran
3. METODE PENELITIAN rongga dan muka air tanah untuk
Pengukuran mikrotremor ini akan melengkapi karakter tanah. Kombinasi
dilakukan dengan titik pengukuran yang metode ini memberikan gambaranan
merata yang membentuk grid dengan karakteristik tanah secara horizontal dan
spasi antar titik 500 meter. Untuk vertikal. Kombinasi metode mikrotremor
membentuk zona rawan gempa, data hasil HVSR dengan dirrect current
pengukuran diolah dalam bentuk peta merupakan metode baru yang terinspirasi
kontur dengan menggunakan metode oleh Nakamura (2010) yang menyatakan
isopotensial (menghubungkan kan nilai- bahwa ada karakteristik berbeda untuk
nilai parameter yang sama). tanah lunak dan kehadiran rongga pada
jenis tanah yang sama.
Setiap titik dilakukan pengukuran
selama 15 hingga 20 menit, kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data mentah diolah dengan Program
Hasil Penelitian
Command Prompt untuk di konversi ke
Pengambilan data dilaksanakan
format *sac, setelah di konversi
selama 25 hari untuk mengukur 40
dilanjutkan pengolahan menggunakan
station mikrotremor dan 7 station titik
Software Geopsy versi 2.9.1. Metode
VES. Lokasi station pengukuran berbasis
yang digunakan adalah metode HVSR
peta geologi ditampilkan pada Gambar 3.
4
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

Lokasi penelitian berada pada koordinat Berdasar pengukuran mikrotremor


latitude 549262.01 - 544937.24 dan dengan Reftek dibuatkan peta frekuensi
longitude 9417737.23 - 9413954.25 dominan, peta amplifikasi dan peta VS30
dengan luas sekitar 16,5 km2. Hanya ada (Gambar 4, 5 dan 6). Pada daerah
satu formasi dalam seluruh daerah penelitian di daerah Kotabaru, Jati
penelitian yaitu pada Formasi Lampung Agung, Lampung Selatan diperoleh nilai
(QTi). Formasi Lampung memliki umur frekuensi dominan 0.63-1.18 Hz.
kuarter Plistosen. Berdasarkan geologi Dibagian barat Lokasi Kampus UNILA
regional, Formasi Lampung terdiri dari mempunyai frekuensi dominan lebih
tuf batu apung, tuf riolitik, tuf padu tufit, besar dibanding di bagian timur.
batu lempung tufan dan batu pasir tufan. Pengukuran geolistrik VES (Vertical
Hasil dari metode HVSR berupa kurva Electrical Sounding) pada daerah Kota
HVSR yang terdiri dari amplitudo dan Baru, Lampung Selatan dilakukan
frekuensi. Informasi yang didapatkan dengan menggunakan konfigurasi
dari kurva tersebut adalah frekuensi Schlumberger dengan AB/2 sebesar 250
dominan (f0) titik pengukuran. Kurva meter. Hasil pengolahan data dengan
yang ditampilkan merupakan hasil menggunakan IP2Win menghasil model
FFT spektrum amplitudo H/V. 1D dengan mayorits 5 lapisan (Gambar
7)

Gambar 3 Station pengukuran mikrotremor Reftek dan Geolistrik pada cuplikan peta
geologi regional

5
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

Gambar 4 Peta Frekuensi dominan daerah Kota Baru

Gambar 5 Peta Amplifikasi daerah Kota Baru

6
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

Gambar 6. Peta VS30 daerah Kota Baru

Gambar 7. Hasil pemodelan geolistrik 1D pada titik 1

Diskusi dan Pembahasasan daerah penelitian menunjukan


1. Analisis Mikrotremor kurang dari 1.33 Hz yang
1.1 Analisis Nilai Frekuensi Dominan diindikasikan merupakan batuan
Berdasarkan klasifikasi tanah alluvium yang terbentuk dari
nilai frekuensi dominan sedimentasi delta. Top soil
mikrotremor oleh Kanai (1983), dengan kedalaman 30 m memiliki
7
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

karakteristik yang lunak, dengan 5 menunjukan nilai amplifikasi


karakteristik ketebalan sedimen 3.4-5.7 kali penguatan, sehingga
sangatlah tebal. Nilai frekuensi dapat diindikasikan bahwa daerah
dominan suatu daerah sangat ini merupakan daerah yang
penting untuk diketahui karena memiliki resiko kerusakan yang
nilai frekuensi dominan ini tinggi apabila terjadi gempabumi,
biasanya dianggap sebagai nilai karena tersusun oleh tanah lunak
natural dari medium tersebut. yang diperkirakan memiliki
Nilai frekuensi dominan sangat lapisan sedimen yang tebal
berpengaruh terhadap ketebalan sehingga gelombang yang
sedimen, apabila memiliki menjalar saat terjadi gempabumi
ketebalan sedimen yang tinggi mengalami penguatan gelombng
maka didapat nilai frekuensi yang besar sehingga
dominan yang rendah, sehingga menyebabkan kerusakan yang
daerah penelitian merupakan parah apabila terjadi gempabumi.
daerah yang rentan terhadap
gempabumi, akan tetapi daerah 1.3. Analisis Peta VS30
penelitian merupakan daerah yang VS30 Merupakan nilai rata-
tidak aktif secara tektonik, dilihat rata kecepatan nilai gelombang
dari data USGS bahwa daerah geser hingga kedalaman 30 meter.
tidak pernah terjadi gempa Nilai VS30 ini dapat digunakan
tektonik (Gambar 8). untuk klasifikasi batuan
Berdasarkan data gempa tektonik berdasarkan kekuatan getaran
ini menunjukan daerah penelitian gempabumi akibat efek lokal serta
aman dari gempa tektonik. dapat digunakan untuk keperluan
dan perancangan bangunan tahan
1.2. Analisis Nilai Amplifikasi gempa. Menurut Wangsadinata
Amplifikasi merupakan (2006) diperkirakan bahwa
perbesaran gelombang seismik lapisan-lapisan hingga kedalaman
yang terjadi akibat adanya 30 meter saja yang menentukan
perbedaan yang signifikan antar perbesaran gelombang.
lapisan, dengan kata lain Klasifikasi jenis batuan
gelombang seismik akan berdasarkan National Earthquake
mengalami perbesaran, jika Hazard Reduction Program
merambat pada suatu medium (NEHRP) menunjukan bahwa
ke medium lain yang lebih lapisan memiliki kecepatan
lunak dibandingkan dengan gelombang geser yaitu 75-145
medium awal yang dilaluinya. m/s dapat dilihat pada Gambar 6
Semakin besar perbedaan itu, sehingga diindikasikan bahwa
maka perbesaran yang dialami lapisan tersebut merupakan
gelombang tersebut akan lapisan yang lunak, hal ini
semakin besar. Nilai faktor menyebabkan pembesaran
penguatan (amplifikasi) tanah gelombang pada lapisan tersebut
berkaitan dengan perbandingan sehingga zona ini sangat beresiko
kontras impedansi lapisan tinggi apabila terjadi bencana
permukaan dengan lapisan di gempabumi.
bawahnya. Berdasarkan Gambar

8
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

Gambar 8. Data Gempa Tektonik Lampung 2000-2018(USGS)

2. Analisis Geolistrik VES (Vertical meter berupa lempung pasiran,


Electrical Sounding) kedalaman 14.1 – 85.8 meter berupa pasir
Berdasarkan penafsiran dari hasil lempungan, kemudian kedalaman 85.8
pengukuran geolistrik VES (Vertical sampai > 250 berupa lapisan lempung
Electrical Sounding) untuk GL1 –GL7 pasiran. Pada titik duga VES GL.2
Korelasi VES dengan litologi ditafsirkan memiliki litologi atau lapisan
diperlihatkan pada Gambar 4.9. Dengan aluvial dari kedalaman 0.00 – 1.08 meter,
cara yang sama dibuat pula korelasi kemudian pada kedalaman 1.08 – 21
untuk lintasan-lintasan lain seperti yang meter berupa lempung pasiran,
terlihat pada gambar kedalaman 21 – 77,3 meter berupa pasir
Pada titik duga VES GL.1 ini lempungan dapat dilihat pada (Gambar
ditafsirkan memiliki litologi atau lapisan 9), kemudian kedalaman 77,3 sampai >
aluvial dari kedalaman 0.00 – 1.54 meter, 266 berupa lapisan lempung pasiran.
kemudian pada kedalaman 1.54 – 14.1

Gambar 9. Korelasi litologi VES (Vertical electrical sounding) pada GL.1 dan GL.2
9
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

Gambar 10. Korelasi litologi VES (Vertical electrical sounding) pada GL.3 dan GL.4

Pada titik duga VES GL.3 ini Pada titik duga VES GL.4 ditafsirkan
ditafsirkan memiliki litologi atau lapisan memiliki litologi atau lapisan aluvial dari
aluvial dari kedalaman 0.00 – 2.36 meter, kedalaman 0.00 – 4.54 meter, kemudian
kemudian pada kedalaman 2.36 – 6.8 pada kedalaman 4.54 – 72.7 meter berupa
meter berupa lempung pasiran, lempung pasiran, kedalaman 72.7 sampai
kedalaman 6.8 – 30.3 meter berupa 248 berupa lapisan lempung pasiran
lempung, kemudian kedalaman 30,3 dapat dilihat pada (Gambar 10).
sampai > 248 berupa pasir lempungan.

Gambar 11. Korelasi litologi VES (Vertical electrical sounding) pada GL.2, GL.4,
GL.5 dan GL.6

Pengukuran geolistrik VES (Vertical kedalaman 0.00 – 1.14 meter memiliki


electrical sounding) pada titik duga GL.6 nilai resistivitas 37.1 Ohm.m dengan
menghasilkan suatu penafsiran litologi alluvial. Kedalaman 1.14 – 3.41
10
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

meter memiliki nilai resistivitas 335 lempung. Kedalaman 44.6 – 250 meter
Ohm.m dengan litologi lempung pasiran. memiliki nilai resistivitas 105 Ohm.m
Kedalaman 3.41 – 9.51 meter memiliki dengan litologi lempung pasiran.
nilai resistivitas 16.3 Ohm.m dengan Kedalaman > 250 meter memiliki nilai
litologi lempung pasiran. Kedalaman resistivitas 18.6 Ohm.m dengan litologi
9.51 – 44.6 meter memiliki nilai lempung pasiran.
resistivitas 6.14 Ohm.m dengan litologi

Gambar 12. Korelasi litologi VES (Vertical electrical sounding) pada GL.1 dan GL.7

Pada titk duga VES GL.7 meter berupa litologi pasir lempungan.
menghasilkan suatu penafsiran Kedalaman 142 sampai > 250 meter
kedalaman 0.00 – 3.03 meter berupa berupa litologi lempung pasiran dapat
litologi alluvial. Kedalaman 3.03 – 142 dilihat pada (Gambar 12).

Gambar 13. Korelasi litologi VES (Vertical electrical sounding) pada GL.7 dan GL.5

11
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

Dari hasil penafsiran ini disarankan wilayah ini memiliki ketebalan sedimen
untuk pendirian suatu bangunan besar yang besar dan mempunyai nilai
dan bertingkat dapat diposisikan di frekuensi dominan yang rendah, sehingga
sekitar titik GL.1, GL.2, GL.3, GL.4 dan merupakan daerah yang rentan terhadap
GL.6 dikarenakan di sekitar titik duga gempabumi.
VES geolistrik ini lapisan tanahnya tidak Daerah Kota baru yang dipersiapkan
tersaturasi oleh air sampai pada untuk menjadi kampus baru universitas
kedalaman sekitar 12 meter. Untuk Lampung terbagi menjadi dua segmen
pembangunan suatu sumur bor dapat yaitu segmen yang cocok untuk
diposisikan di sekitar titik GL.5 dan GL.7 bangunan dan segmen untuk sumber air.
dikarenakan di sekitar titik duga VES Segmen untuk bangunan berada dibagian
geolistrik ini daerahnya merupakan suatu barat (GL 1, GL 2, GL3, GL 4 sedangkan
daerah cekungan dari daerah sekitarnya untuk sumber air berada di bagian timur
dan merupakan daerah jebakan akumulasi (GL 5 dan GL 7). Di ujung timur pada
air tanah dengan rekomendasi pemboran station GL 6 masih cocok untuk
air tanah > 80 meter (Gambar 13). bangunan.

KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Wilayah Bandar Lampung dan Terima Kasih Kepada LPPM Unila
sekitarnya termasuk Kota Baru jauh dari yang telah membiayai penelitian ini
aktifitas tektonik berdasrkan sejarah melalui HIbah Unggulan BLU
kejadian gempa masa lalu. Namun Universitas Lampung.

DAFTAR PUSTAKA site response, Arab J Geosci 9(93),


1-10.
Adeyemo I.A., Omosuyi G.O., Olayanju
G.M. and Omoniyi G.K. (2014). Bo Z.,, Yuanqing W., Zhihua C., Yang J.
Hydrogeologic and geoelectric and Yongjiu S. (2016). Seismic
determination of groundwater flow response and design method of
pattern in Alaba-Apatapiti layouts, single large span structures to
Akure, Nigeria. The International spatially random ground motions,
Journal Of Engineering And Advances in Structural
Science (IJES), 3 Issue (2), 44-52. Engineering, 19(2), 372–389.
Alile O. M., Ujuanbi O. and Changwei, Y, Shixian, Z., Jianjing, Z.,
Evbuomwan I. A. (2015). and Junwei, B. (2015). Seismic
Geoelectric investigation of stability time-frequency analysis
groundwater in Obaretin Iyanomon method of reinforced retaining
locality, Edo state, Nigeria. Journal wall, Mathematical Problems in
of Geology and Mining Research, Engineering, Volume 2(15). 1-8.
3(1), 13-20. Chenari J, A., Taheri, A. A. and
Anomohanran O. (2013). Geoelectrical Davoodic M. (2012). Uncertainty
investigation of groundwater in fundamental natural frequency
condition In Oleh, Nigeria. estimation for alluvial deposits,
IJRRAS, 15 (1), 102-106. Comp. Meth. Civil EnI, 3(1), 77-94.
Bararpour1 M., Janalizade1 A. & Dahab M. A. H, Yagoub A. M., and
Tavakoli H. R. (2016). The effect Abdelhakam E. M.. (2013).
of 2D slope and valley on seismic Geoelectric investigation of
12
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

groundwater potential in Khor Abu berdasarkan pengolahan data


Habil drainage basin, Journal of mikrotremor. Jurnal Sains dan
Science and Technology - Seni POMITS. 2(2), 2337-3520.
Engineering and Computer Naeni S.A., and Zarincheh A. (2010).
Sciences, 14(2), 16-25. Site effect microzonation and
Javanmardi A, Abadi R, Marsono A. K., seismic hazard analysis of
Masine M. T, Ibrahim Z, and Kermanshah region in Iran,
Ahmad A. (2015) Correlation of Journal of Appplied Science.
stiffness and natural frequency of 10(19) 2231-2240.
precast frame system, Nakamura Y., Sato T., and Nishinaga M.
Applied Mechanics and (2010). Local site effect of Kobe
Materials,735, 141-144. based on microtremor
Johnson, T.C., Versteeg, R.J., Ward, A., measurement, Proceedings of the
Day-Lewis, F.D., and Revil, A., Sixth International Conference on
(2010). Improved Seismic Zonation (6ISCZ) EERI,
hydrogeophysical characterization November 12-15, 2000/ Palm
and monitoring through parallel Springs. California.
modeling and inversion of time- Prajapati, N and Desai A. N. (2012).
domain resistivity and induced- Effect of height and number floors
polarization data. Geophysics, to natural time period of a multi-
75(4), 27–41. storey building, International
Kanai, K. (1983). Engineering Journal of Emerging Technology
Seismology. University of Tokyo and Advanced Engineering. 2(11),
Press 237-239.
Sairam B., Rastogi B. K., Aggarwal S.,
Kim M. Y. (2014). Dynamic experiments Chauhan M., and Bhonde U.
on a 1/4 scale new-styled korean (2011). Seismic site
traditional wooden house applied characterization using Vs30 and site
mechanics and materials. 5(98), amplification in Gandhinagar
743-746. region, Gujarat, India, Current
Kotrasova K., and Kormaníkova E. Science, 100(5), 754-762.
(2015). A Study on sloshing Tavakoli, H.R., Amiri T., Abdollahzade
frequencies of liquid-tank system, G., and Janalizade A. (2016). Site
Key Engineering Materials. 635(1) effect microzonation of Babol, Iran.
22-25. Geomechanics and Engineering,
Marere O. and Ojo K. O. (2014). 11(6), 821-845.
Geoelectric investigation of the Ugwu N. U., Ranganai1 R. T., Simon R.
subsurface characterization and E., dan Ogubazghi G. (2016).
groundwater status in Emeyel, Geoelectric evaluation of
Bayelsa State, Nigeria, Standard groundwater potential and
Global Journal of Geology and vulnerability of overburden
Explorational Research. 1(3), 074- aquifers at Onibu‐Eja active open
077. dumpsite, Osogbo, Southwestern
Mufida, A., Santosa, B.J. , & Warnana, Nigeria, Journal of Water Resource
D.D. (2013). Profiling Kecepatan and Protection, 8(1), 311-329.
gelombang geser (Vs) Surabaya

13
P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X
e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index
mm 20XX

Wen K. L. and Huang J. Y. (2012).


Dense microtremor survey for site
effect study in Taiwan, 15th WCEE
Lisboa 2012.

14

Anda mungkin juga menyukai