Anda di halaman 1dari 11

ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638

Ris.Geo.Tam Vol. 27, No.2, Desember 2017 (157-167)


DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.295

EKSPLORASI GAYABERAT UNTUK AIRTANAH DAN


TOPOGRAFI BATUAN DASAR DI DAERAH SERANG,
BANTEN
GRAVITY EXPLORATION FOR GROUNDWATER AND BEDROCK
TOPOGRAPHY IN SERANG, BANTEN

Lina Handayani dan Dadan D. Wardhana


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

ABSTRAK Pemetaan bawah permukaan akan mempengaruhi keberadaan akuifer dan


diperlukan sebagai acuan dasar dalam kajian kemungkinan arah aliran airtanah.
sumberdaya alam di daerah Serang, yang
Kata kunci: gayaberat, batuan dasar, Serang,
merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan
pemodelan bawah permukaan, cekungan.
industri dan populasi yang sangat pesat. Sebagai
tahap awal dalam kajian regional, survey ABSTRACT Subsurface mapping is required as a
gayaberat dilakukan untuk memetakan anomali basic reference in the study of natural resources
gayaberat di Kota Serang dan sekitarnya. in Serang area. The Serang City and County are
Gayaberat diukur pada 204 titik pengamatan di one of the areas with rapid industrial and
Kota dan Kabupaten Serang dengan jarak antara population growth. In this preliminary study, a
titik kurang lebih sejauh 1 km. Dari hasil gravity survey was executed to map gravity
pengukuran diperoleh peta anomali gayaberat anomaly of the area. The gravity field was
Bouguer yang menunjukkan setidaknya tiga measured at 204 stations in Serang City and
kelompok anomali. Sisi barat (Kota Serang ke County, with approximately 1 km distance
selatan) memiliki anomali gayaberat tinggi, sisi between two stations. The result is a Bouguer
timur (Ciruas) memiliki anomali gayaberat anomaly gravity map that classified the region
rendah, dan sisi utara (hingga kepantai utara) into 3 (three) units. The western part of study
memiliki anomali gayaberat sedang. Pemodelan area, which includes Serang City to south, has a
bawah permukaan berdasarkan data anomali high gravity anomaly. The eastern part (Ciruas
gayaberat tersebut menunjukkan adanya cekungan region) has a low gravity anomaly. And the
pada batuan dasar di sekitar Serang dan Tanara, northern part (to the north coast) has a moderate
yang diapit oleh tinggian batuan dasar di sisi barat gravity anomaly. Subsurface modeling indicated a
dan timurnya. Kondisi batuan dasar demikian presence of shallow basin at the bedrock beneath
the east part of Serang, flanked by ridges on the
_______________________________ west and the east sides. Such bedrock topography
condition would affect the origin of aquifers and
Naskah masuk : 16 September 2016 possible flow of groundwaters.
Naskah direvisi : 26 April 2017
Naskah diterima : 7 Agustus 2017 Keywords: gravity, basement, Serang, subsurface
____________________________________ modeling, basin.
Lina Handayani PENDAHULUAN
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135 Daerah Banten merupakan salah satu wilayah di
Email : lina@geotek.lipi.go.id Indonesia yang memiliki populasi tinggi disertai
kecenderungan peningkatan yang cepat pula.
Letaknya yang berada dekat pusat pemerintahan
dan disekitar pusat kegiatan industri berat
tentunya akan memerlukan sumberdaya lokal
©2017 Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

157
Handayani et al. / Eksplorasi Gayaberat Untuk Airtanah Dan Topografi Batuan Dasar Di Daerah Serang, Banten

yang ada. Berbagai eksploitasi sumberdaya alam permukaan batuan dasar untuk inventarisasi
telah terasa pengaruhnya terhadap kesetimbangan sumber-sumber airtanah. Juga ada beberapa
alam. Sebagai contoh adalah penambangan pasir penelitian-penelitian lain yang menggunakan
di daerah Lontar, yang mengakibatkan perubahan gabungan metode gayaberat dengan metode
karakter hidrodinamika dan turbiditas tinggi di geofisika lainnya, seperti Santos et al., (2006) dan
perairan laut dekat pantai. Eksploitasi yang Overmeeren (1981). Keseluruhan penelitian-
berlebihan juga menyebabkan perubahan tata penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
guna lahan, dimana hutan bakau (mangrove) dan bahwa metode gayaberat merupakan metode yang
tambak ikan berubah menjadi penambangan pasir efektif untuk tinjauan skala regional dalam
(Husrin et al., 2014). Pada saat ini juga telah eksplorasi airtanah.
terdeteksi adanya penurunan muka airtanah
Berdasarkan hal-hal tersebut, kami menerapkan
disertai penurunan permukaan tanah (subsidence)
metoda gayaberat konvensional dalam studi
di beberapa lokasi di Tangerang Utara (Hadian et
airtanah regional di Kabupaten Serang dan
al., 2006) yang terletak di sisi timur Provinsi
sekitarnya. Pemetaan anomali gayaberat Bouguer
Banten. Seluruh perubahan-perubahan morfologi
dan turunannya dapat menggambarkan keadaan
dan tata guna lahan akan sangat mempengaruhi
bawah permukaan secara regional, terutama
kondisi lingkungannya. Satu hal utama yang
konfigurasi batuan dasar (basement) dan struktur-
menjadi perhatian adalah bahwa semua perubahan
struktur utama yang secara langsung dapat
tersebut dapat mempengaruhi kondisi bawah
mempengaruhi sebaran lapisan akuifer dan aliran
permukaan, terutama yang berkaitan dengan
airtanah.
airtanah. Kebutuhan airtanah sebagai sumber
utama air tawar merupakan hal yang perlu Pengukuran gayaberat sebelumnya pernah
mendapatkan perhatian saat suatu daerah dilakukan oleh Untung dan Sato (1978) yang
berkembang menjadi daerah industri atau melakukan pengukuran regional sepanjang jalan
perkotaan. Untuk itu diperlukan kajian cekungan raya hampir di seluruh Pulau Jawa dengan jarak
airtanah yang menyeluruh dari hulu ke hilir antara titik pengukuran sejauh 5 km. Data
dengan semua aspek yang dapat gayaberat tersebut termasuk ke dalam data
mempengaruhinya. Sebagai tahap awal dari kajian gayaberat regional yang cukup baik untuk analisa
tersebut, studi geologi-geofisika regional regional Pulau Jawa. Untuk daerah Serang dan
diperlukan sebagai dasar untuk kajian berikutnya sekitarnya, data regional itu menunjukkan nilai
yang lebih detil. gayaberat yang hampir homogen. Diharapkan
pengukuran kembali dengan jarak antar stasiun
Di antara semua metode geofisika, metode listrik
pengukuran yang lebih rapat akan memberikan
– tahananjenis adalah yang umum digunakan
data yang lebih detail.
dalam memetakan masalah-masalah airtanah
lokal. Tetapi metode gayaberat masih merupakan Pengukuran gayaberat dilakukan di daerah
pilihan terbaik untuk penelaahan cekungan- Kabupaten Serang, Provinsi Banten, dengan luas
cekungan regional (Kirsch, 2009). Murty dan daerah penelitian sekitar 750 km2. Daerah
Raghayan (2002) menggunakan metode gayaberat Kabupaten Serang terletak di pesisir utara Provinsi
dalam eksplorasi airtanah pada lingkungan batuan Banten yang terletak diantara Cilegon dan
granit yang keras. Dalam penelitiannya, data Tangerang. Hampir keseluruhan daerah penelitian
anomali sisa gayaberat dapat digunakan untuk merupakan dataran rendah, kecuali pada sisi
membedakan batuan beku yang telah mengalami tenggara yang berbatasan dengan dataran tinggi,
pelapukan dan yang tidak, membantu menarik memasuki daerah lereng Gunung Karang (sisi
kelurusan struktur-struktur sesar, dan tenggara daerah penelitian). Secara umum,
mengidentifikasi lapisan yang berpotensi sebagai menurut van Bemmelen (1949), Kota dan
akuifer. Chandler (1994) menggunakannya dalam Kabupaten Serang terletak di dataran aluvial Jawa
memetakan ketebalan dan potensi airtanah dalam Barat Utara atau dataran Pantai Jakarta serta
lingkungan batuan sedimen. Carmichael dan sebagian kecil berada di daerah antiklinorium
Henry (1977) melakukan eksplorasi airtanah di Bogor. Daerah penelitian tersusun atas tiga
daerah glasier. Mereka dapat memetakan lokasi formasi geologi, yaitu endapan aluvial kuarter
lembah-lembah yang terkubur di bawah (Qa) di sepanjang pesisir utara, endapan tufa
permukaan serta secara umum memetakan Banten (Qpvb) yang menutupi sebagian besar

158
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 157-167

Gambar 1. Peta geologi Kabupaten Serang disusun berdasarkan Rusmana et al. (1991). Indeks:
peta topografi Jawa bagian Barat.

wilayah Kabupaten Serang, dan endapan Pengukuran dalam metoda gayaberat adalah
gunungapi hasil dari Gunung Karang (Qvk) di mencari perbedaan kecil atau anomali medan
daerah tenggara, sekitar Gunung Karang (Gambar gayaberat yang diakibatkan variasi densitas (rapat
1). Satu wilayah kecil di dekat Cilegon (batas barat masa) lateral. Variasi yang terukur tergantung
laut) tertutup endapan breksi lava Gunung Pilar pada hukum gayaberat Newton, yang
(Qbp) (Rusmana et al., 1991). memperhitungkan perbedaan massa dan jarak
antara sumber dan titik observasi. Variasi
METODE
gayaberat terukur yang disebut anomali
Metode gayaberat merupakan metoda geofisika merupakan perbedaan antara hasil pengukuran
yang biasa digunakan terutama dalam dengan medan teoritis. Medan teoritis dibangun
karakterisasi bumi secara regional, untuk berdasarkan asumsi lapisan bumi yang simetri
menentukan struktur kerak bumi, secara radial. Walaupun interpretasi hasil
mengidentifikasikan daerah-daerah yang baik pengamatan gayaberat tidak unik, interpretasi
untuk eksplorasi sumberdaya, dan membangun dapat sangat berarti jika dibatasi oleh data-data
konsep model eksplorasi. Metode gayaberat geologi dan geofisika lainnya. Metode gayaberat
mengukur dan menganalisa gangguan pada medan sangat umum digunakan dalam usaha memahami
gayaberat bumi. Medan gayaberat utama adalah dan memberikan konfirmasi adanya struktur
fungsi dari massa, besar dan sifat rotasi bumi. geologi, baik yang tampak di permukaan maupun
Medan ini dideskripsikan oleh hukum universal yang tertutup di bawah permukaan (e.g. Frifita et
gayaberat, yang terkait dengan gaya tarik menarik al., 2016; Stagpoole et al., 2016; Panjaitan &
antara dua benda terhadap jumlah seluruh Subagio, 2015; Oruc et al., 2013).
massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat
Metode gayaberat terdiri dari tiga tahap, yaitu
dari jarak antara keduanya. Variasi spasial dari
akusisi atau pengukuran gayaberat di lapangan,
gayaberat bumi disebabkan oleh heterogenitas
pengolahan data dan interpretasi hasil pengolahan
massa di dalam bumi. Variasi temporal
data. Dalam tahap akusisi termasuk juga
disebabkan oleh efek tidal (pasang surut) yang
perencanaan yang matang, dimana titik-titik atau
disebabkan oleh benda-benda di luar angkasa dan
daerah survey ditentukan berdasarkan penelaahan
juga oleh adanya fluktuasi kandungan fluida dan
data-data sekunder dan juga disesuaikan dengan
gas di bumi.

159
Handayani et al. / Eksplorasi Gayaberat Untuk Airtanah Dan Topografi Batuan Dasar Di Daerah Serang, Banten

tujuan yang ingin dicapai. Pengolahan data terdiri dimana adalah konstanta gravitasi Newton (=
dari berbagai koreksi data yang timbul dari efek- 6,67384 x 10-8 cm3/g.det2) (Mohr et al.,
efek yang mempengaruhi pengukuran gayaberat 2012),adalah kerapatan batuan di bawah
seperti efek elevasi, Bouguer, topografi, dan permukaan (berat jenis batuan rata-rata bumi 2,67
pasang-surut. Tahap terakhir adalah interpretasi gr/cm3) dan h adalah ketinggian di atas muka laut.
data dengan menentukan dan menganalisa lokasi
obyek yang dicari. Pada umumnya pada tahap ini Koreksi Bouguer sederhana di atas mengabaikan
dilakukan inversi untuk mendapatkan gambaran faktor bentuk topografi. Daratan yang lebih tinggi
bawah permukaan. (bukit/gunung) dan lebih rendah (lembah) di
sekitar titik pengamatan dapat mempengaruhi
Dalam penelitian ini, peralatan yang digunakan pengukuran. Oleh sebab itu, perlu ditambahkan
adalah gravimeter La Coste & Romberg type G- koreksi medan gt (terrain).
804. Gravimeter ini memiliki kemampuan
pembacaan dari 0 hingga 7000 mGal dengan Kemudian, nilai anomali Bouguer lengkap
ketelitian 0,01mgal. Pengukuran gayaberat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
dilakukan pada 204 titik yang berjarak kurang berikut:
lebih 1 km (Gambar 1) dalam beberapa lintasan  g = gobs – gsb +gt- gfa– G
berarah Barat-Timur dan Utara-Selatan,
Harga gravitasi normal G ditentukan berdasarkan
disesuaikan dengan akses jalan raya yang ada.
International Gravity Formula 1967 sebagai:
Koreksi udara bebas (free air) perlu dilakukan
G = 978031,85 (1+ 0, 005278895sin 2 f + 0, 000023462sin 4 f )
untuk pengukuran di daratan. Koreksi ini
merupakan koreksi dari selisih antara elevasi mGal,
terukur dengan tinggi muka laut, dengan asumsi
dimana adalah lintang titik ukur gravitasi.
bumi bulat uniform. Koreksi masa udara ini
ditentukan dengan: Dari pengolahan data di atas, akan diperoleh peta
anomali Bouguer. Analisa yang berkaitan dengan
gfa= 0,87 – 0,0000965h,
sebaran variasi anomali gayaberat dapat dilakukan
dimana h adalah ketinggian dalam meter. berdasarkan peta anomali tersebut.
Koreksi pasang surut adalah koreksi yang Anomali gayaberat dapat dibagi menjadi dua
diterapkan karena adanya efek pergerakan bagian, yaitu anomali regional dan anomali
matahari dan bulan. Tetapi koreksi ini tidak residual. Anomali regional merupakan
diterapkan dalam pengamatan gayaberat ini kompensasi isostatik berdasarkan beban topografi
dengan asumsi efek pasang surut sangat rendah regional sehingga bisa dikorelasikan dengan
dan sulit dibedakan dengan apungan (drift) keberadaan batuan dasar (basement). Sedangkan
instrument. Oleh karena itu, efek pasang surut anomali residual dapat dikorelasikan dengan
dianggap sebagai bagian dari drift, yang diatasi struktur geologi yang lebih dangkal. Oleh sebab
dengan koreksi berdasarkan pengukuran tertutup. itu, untuk mendapatkan pemodelan bawah
Sistem pengukuran tertutup artinya pengukuran permukaan yang lebih akurat, perlu dipisahkan
dimulai dan diakhiri di titik stasiun yang sama anomali residual dari anomali regionalnya, atau
yaitu base station (BS). Dengan demikian, dapat dinyatakan sebagai:
kesalahan penutup dan apungan (drift) dapat
Δgresidual = ΔgBouguer – Δgregional
dihitung kemudian, dikoreksi terhadap semua data
hasil pengukuran (Blakely, 1995; Hinze et al., Salah satu cara memisahkan kedua faktor anomali
2013). tersebut adalah dengan menggunakan konsep
pencocokan polinomial (polynomial fitting) atau
Koreksi Bouguer memperhitungkan massa dari
metode kuadrat terkecil (Lowrie, 2007). Pada
perbedaan elevasi antara titik observasi dan muka
metode pencocokan polinomial ini, diasumsikan
air laut. Koreksi Bouguer sederhana mendekati
bahwa permukaan polinomial merupakan bidang
semua massa di atas muka laut sebagai satu
model regional yang semakin halus dengan
lempeng tak hingga dengan tebal setinggi titik
semakin tingginya orde. Nilai gayaberat regional
pengamatan, atau dapat digambarkan sebagai:
dapat dinyatakan sebagai kurva polinomial
gsb = 2h, sebagai berikut:

160
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 157-167

Δgg = Δgo + Δg1x + Δg2x2 + Δg3x3 + ... + Δgxxx (Talwani & Ewing, 1960). Pemodelan tersebut
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
Dengan x adalah titik posisi pada profil horisontal.
GMSYS (Popowski et al., 2009).
Polinomial dicocokkan dengan metode least
squares kepada profile nilai gayaberat observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi Anomali Gayaberat
dari data yang diperoleh. Hasil yang diharapkan
Pengukuran gayaberat dilakukan pada 204 titik
adalah berupa deskripsi bawah permukaan.
stasiun yang berjarak kurang lebih 1 km (Gambar
Metode yang digunakan adalah metode
1), terdiri dari dua lintasan utama Barat–Timur
pemodelan kedepan (forward modelling). Dalam
dan tiga lintasan utama Utara-Selatan. Beberapa
metode ini, satu model awal ditentukan
lintasan pendek dilakukan untuk melengkapi
berdasarkan data-data lain yang ada, seperti
daerah yang jarak antar lintasan cukup jauh
misalnya geologi regional. Anomali dari model
dengan menyesuaikan kondisi jalan raya yang ada.
awal ini dihitung dan dibandingkan dengan
Nilai gayaberat hasil pengukuran kemudian diolah
anomali hasil pengukuran. Lalu model awal
untuk mendapatkan nilai anomali dengan
disesuaikan hingga perbedaan antara anomali
menggunakan metoda seperti yang tercantum
perhitungan dengan anomali pengukuran makin
pada bagian sebelumnya. Peta anomali Bouguer
kecil. Penyesuaian ini dilakukan berulang-ulang
(Gambar 2) merupakan hasil akhir perhitungan
sehingga diperoleh nilai perhitungan dan
anomali Bouguer lengkap. Sebaran anomali
pengukuran yang sama atau mendekati.
Bouguer dalam peta tersebut menunjukkan variasi
Pada prinsipnya, pemodelan kedepan gayaberat anomali yang berkisar antara 56,1 – 72,2 mgal.
adalah menghitung medan gayaberat yang Daerah bagian utara menunjukkan variasi sangat
disebabkan oleh suatu distribusi massa (Hirt, kecil dengan nilai anomali antara 61 – 67 mgal,
2016). Dalam pemodelan ini digunakan yang merupakan kisaran menengah dari
pendekatan lembaran horizontal semi tak hingga keseluruhan nilai anomali. Tetapi nilai anomali

Gambar 2. Peta Anomali Bouguer. Garis hitam putus-putus bernomor adalah garis lintasan model
pada Gambar 4.

161
Handayani et al. / Eksplorasi Gayaberat Untuk Airtanah Dan Topografi Batuan Dasar Di Daerah Serang, Banten

Residual Orde 1 Residual Orde 2

Residual Orde 3 Residual Orde 4


Gambar 3. Peta-peta anomali sisa (residual).

tinggi juga muncul di sisi barat dan timur daerah muncul residual positif di daerah utara yang
bagian utara ini. semula merupakan anomali negative. Di antara
bujur 106,2 T – 106,3 T tampak anomali positif
Di bagian selatan daerah penelitian (sebelah
yang merupakan kelanjutan daerah beranomali
selatan dari lintang 6,1o S) terdapat nilai anomali
tinggi di Ciruas dan menerus ke arah utara hingga
yang lebih bervariasi. Peta anomali Bouguer
ke pantai. Anomali residual negatif muncul di sisi
menunjukkan adanya dua tutupan (closure) utama
timur daerah penelitian, dari sekitar Tanara
anomali rendah dan tinggi di daerah ini.
menerus ke selatan. Pada peta residual orde ke 3
Kelompok anomali rendah berada di sisi timur
dan ke 4, kesamaan pola dengan anomali Bouguer
Kota Serang dan memanjang ke selatan (Jalan
berkurang. Pada residual orde 3, tampak anomali
Raya Serang-Pandeglang). Tutupan (closure)
berbentuk lingkaran dimana pada pusatnya, di
anomali tinggi dengan luasan yang hampir sama
Ciruas, nilai anomali relatif paling tinggi. Tutupan
terdapat di sampingnya, dari sekitar Ciruas
anomali tinggi masih ada di sekitar Ciruas, tetapi
memanjang ke selatan. Di bagian timur (Tanara)
muncul dua anomali positif baru di sisi barat dan
juga terdapat tutupan kecil anomali rendah.
timur.
Anomali sisa atau residual gayaberat dihitung
Model Bawah Permukaan
hingga orde ke-4 (Gambar 3). Peta anomali
residual orde ke 1 menunjukkan pola yang mirip Gambar 4 menunjukkan tiga model bawah
dengan peta anomali Bouguer, namun tampak di permukaan yang diperoleh dengan pendekatan
bagian utara, di sekitar pantai terdapat anomali pemodelan ke depan (forward modeling). Model
residual negatif. Pola yang hampir serupa pada Lintasan 1 (Lintasan Serang) menunjukkan
dijumpai pada peta residual orde ke-2, tetapi anomali tinggi di sisi utara. Daerah ini merupakan

162
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 157-167

(a) Lintasan 1 (Serang).

(b) Lintasan 1 (Ciruas).

(c) Lintasan 1 (Tanara).


Gambar 4. Model penampang bawah permukaan berarah utara (kiri) – selatan (kanan), dengan
garis penampang tercantum pada Gambar 2.

bagian dari deretan gunung-gunung yang berada

163
Handayani et al. / Eksplorasi Gayaberat Untuk Airtanah Dan Topografi Batuan Dasar Di Daerah Serang, Banten

bagian dari deretan gunung-gunung yang berada residual order 1 tampak anomali rendah di bagian
di sisi baratlaut Banten, yang beberapa barat yang diapit oleh anomali tinggi dengan arah
diantaranya adalah Gunung Gede, Gunung relatif Utara-Selatan. Selain itu tampak anomali
Pinang, Gunung Payung (Rusmana et al., 1991). yang sangat rendah, lebih kecil dari 50 mgal yang
Tampak pada peta geologi (Gambar 1) dan kemudian terpisah menjadi dua bagian anomali
topografi (Gambar 4), Gunung Pinang merupakan negative pada residual orde 2. Di bagian utara
satu tinggian kecil menyerupai kerucut gunungapi, anomali rendah tersebut berbelok ke arah timur.
yang menurut Rusmana et al., (1991) merupakan Pola anomali yang tampak pada residual orde 1 ini
batuan Qpb (breksi lava). Dengan tingginya berhubungan dengan struktur bawah permukaan
anomali gayaberat di sini, model menunjukkan yang menyerupai graben berarah utara selatan.
adanya kolom batuan beku berdensitas tinggi. Pada residual orde 2, pada kedalaman yang relatif
Tidak jauh dari daerah beranomali tertinggi, lebih dangkal timbul anomali positif berarah
terdapat daerah dengan nilai anomali yang sangat utara-selatan yang merupakan kelanjutan dari
rendah. Anomali rendah tersebut dikompensasi anomali tinggi di Ciruas. Boleh jadi anomali ini
pada model berupa cekungan pada batuan dasar merupakan kenampakan dari sebuah punggungan
yang cukup dalam. Pada sisi selatan juga masih yang dibatasi oleh patahan yang berarah utara-
terdapat cekungan lain. Secara keseluruhan, selatan (Gambar 5). Secara keseluruhan tampak
lintasan ini didominasi oleh nilai anomali rendah pada Cekungan Serang ini struktur yang berarah
yang direpresentasikan sebagai daerah cekungan utara-selatan dan membentuk graben. Pada graben
pada batuan dasarnya. Lintasan 2 (Ciruas) terdapat anomali sangat rendah yang boleh jadi
melintasi daerah beranomali tinggi, sehingga merupakan manifestasi dari danau.
model bawah permukaan menunjukkan adanya
Peta geologi untuk daerah penelitian ini secara
tinggian batuan dasar di bawah permukaan.
umum hanya menunjukkan dua jenis tutupan saja,
Sedangkan lintasan 3 (Tanara) melintasi anomali
yaitu aluvial dan tufa Banten. Dengan daerah yang
tinggi dan rendah, tetapi dengan amplituda yang
memiliki variasi anomali gayaberat berada di
lebih kecil. Model bawah permukaan
daerah tufa Banten (Gambar 5). Peta topografi
menunjukkan pola naik dan turun yang sangat
daerah ini juga relatif datar, terkecuali daerah
landai pada batuan dasar.
pegunungan di sudut tenggara daerah penelitian.
Cekungan Serang Walaupun terdapat perbedaan ketinggian antara
bagian tenggara (elevasi tertinggi) dan bagian
Pola peta anomali Bouguer dan turunan anomali
utara, variasinya sangat kecil (Gambar 5). Dengan
sisanya menunjukkan anomali tinggi yang relatif
membandingkan peta anomali Bouguer dengan
konsisten di Ciruas. Pada Bouguer dan anomali

Gambar 5. (Kiri) Peta topografi dengan sketsa daerah anomali rendah (arsir biru) di antara daerah
beranomali tinggi (arsir merah). Garis putus-putus kuning adalah batas antara daerah tutupan
aluvial dengan tufa. Garis biru adalah aliran sungai. (Kanan) Sketsa topografi batuan dasar
berdasarkan sebaran nilai anomali residual orde 1.

164
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 157-167

peta topografi, tampak bahwa keduanya tidak tipis. Tinggian pada batuan dasar ini boleh jadi
berkaitan secara langsung. Jika keduanya menjadi penghalang aliran. Airtanah akan lebih
sebanding, dapat dikatakan bahwa variasi mudah mengalir ke arah cekungan, sehingga
gayaberat disebabkan oleh adanya variasi pada daerah ini akan cenderung meimiliki airtanah
topografi. Karena tidak berkaitan langsung, maka lebih banyak.
perbedaan anomali yang diperoleh untuk Serang
KESIMPULAN
dan sekitarnya ini dapat dipastikan merupakan
manifestasi dari kondisi batuan dasar di bawah Peta anomali gayaberat Bouguer untuk Kabupaten
permukaan. Gambaran topografi batuan dasar Serang menunjukkan variasi yang cukup penting,
ditampilkan dalam sketsa tiga dimensi pada yang belum tampak pada peta anomali gayaberat
Gambar 5 (kanan) yang diturunkan berdasarkan sebelumnya. Daerah Kota Serang ke arah selatan
nilai anomali sisa orde pertama. terletak pada daerah beranomali rendah, yang
diapit oleh daerah bernomali tinggi di sisi barat
Daerah beranomali rendah (bagian yang berwarna
dan timurnya. Model bawah permukaan yang
biru) mungkin menggambarkan cekungan yang
diperoleh dengan pemodelan ke depan (forward
berbentuk graben dan keberadaan danau di masa
modeling) menggambarkan topografi batuan
lalu yang boleh jadi merupakan sisa-sisa kaldera
dasar, dengan fitur utama berupa cekungan Serang
yang kemudian tertutup lapisan tufa tebal.
dan cekungan Tanara yang lebih kecil. Cekungan
Sedangkan daerah dengan anomali tinggi (bagian
tersebut diapit tinggian di sekitar Ciruas dan sisi
berwarna merah, sekitar Ciruas) menunjukkan
barat Serang, dan juga sebagian daerah pantai di
adanya tinggian dengan tutupan yang lebih tipis
utara dari Tanara. Dalam kondisi seperti itu, dapat
(Gambar 5 kiri).
diperkirakan bahwa airtanah di daerah cekungan
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab batuan dasar (Serang dan Tanara) akan cenderung
terjadinya cekungan dan tinggian pada batuan lebih berlimpah. Selain itu, airtanah dari daerah
dasar di daerah ini. Salah satu kemungkinan tersebut juga mungkin sulit mengalir ke daerah
asalmulanya adalah sebagai bekas danau yang dengan tinggian pada batuan dasarnya, di sisi
terbentuk sebagai sisa kaldera. Bekas danau ini timur dan baratnya.
bisa serupa dengan Rawa Danau yang merupakan
UCAPAN TERIMAKASIH
kaldera tua berumur Plio-Pleistosen (Van Der
Kaars et al., 2001) di arah barat daya daerah Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
penelitian ini. Dalam sekitar 200 tahun terakhir, dengan judul “Kajian sumberdaya air daerah
Rawa Danau mengalami perubahan yang sangat urban sebagai antisipasi pengembangan Jawa
signifikan akibat aktivitas manusia (Yulianto et bagian Barat dan Sumatera bagian Selatan”
al., 2004). Beberapa puluh tahun lalu masih dengan sumber dana DIPA Pusat Penelitian
terdapat rawa-rawa, dan saat ini sudah menjadi Geoteknologi, tahun anggaran 2015. Terimakasih
tanah persawahan, kebun dan perkampungan. kami ucapkan untuk Bapak Priyo Hartanto selaku
Selain itu, penelitian geologi kuarter di sekitar Ketua Tim Lapangan dan Bapak Prof. Dr. Robert
Gunung Karang hingga batas Pantai Carita Delinom sebagai Koordinator Kelompok
menunjukkan adanya danau kaldera tua yang Penelitian Ketahanan Air dan Lingkungan yang
terbentuk akibat letusan gunungapi pada Pleisosen telah memberi kesempatan kepada kami untuk
tengah. Danau tersebut kemudian terisi oleh ikut serta dalam kegiatannya. Juga untuk Bapak Ir.
Formasi Bojong (Lumban batu dan Sudaryanto, M.T untuk diskusi dan dukungannya.
Poedjoprajitno, 2012). Proses serupa pada sekitar
DAFTAR PUSTAKA
umur yang sama mungkin terjadi juga di daerah
Serang, yang berada di sisi baratlaut daerah Blakely, R. J., 1995. Potential Theory in Gravity
Gunung Karang. and Magnetic Applications. Cambridge
University Press, Cambridge, UK.
Dalam kaitannya dengan aliran airtanah, tebalnya
DOI:10.1017/CBO9780511549816.
lapisan tufa Banten, yang terdiri dari tufa,
batuapung, batu pasir tufaan, menjadikan daerah Carmichael, R. S., Henry, G. J., 1977. Gravity
berarsir biru ini ideal sebagai cekungan airtanah exploration for groundwater and
atau akuifer. Sedangkan di daerah berarsir merah, bedrock topography in glaciated areas.
lapisan akuifer memiliki ketebalan yang lebih Geophysics 42, 850–859.

165
Handayani et al. / Eksplorasi Gayaberat Untuk Airtanah Dan Topografi Batuan Dasar Di Daerah Serang, Banten

Chandler, V. W., 1994. Gravity Investigation for Murty, B. V. S., Raghavan, V. K., 2002. The
Potential Groundwater Resources in gravity method in groundwater
Rock County, Minnesota. St. Paul. exploration in crystalline rocks : a study
in the peninsular granitic region of
Frifita, N., Arfaoui, M. S., Zargouni, F., 2016.
Hyderabad, India. Hydrogeol. J. 10,
Relationship between surface and
307–321. DOI:10.1007/s10040-001-018
subsurface structures of the northern
4-2.
Atlas foreland of Tunisia deduced from
regional gravity analysis. J. Geophys. Oruç, B., Sertçelik, I., Kafadar, Ö., Selim, H. H.,
Eng. 13, 634–645. DOI:10.1088/1742- 2013. Structural interpretation of the
2132/13/4/634. Erzurum Basin, eastern Turkey, using
curvature gravity gradient tensor and
Hadian, M. S. D., Mardiana, U., Abdurahman, O.,
gravity inversion of basement relief. J.
Iman, M. I., 2006. Sebaran akuifer dan
Appl. Geophys. 88, 105–113. DOI:10.
pola aliran air tanah di Kecamatan
1016/j.jappgeo.2012.10.006.
Batuceper dan Kecamatan Benda.
Indones. J. Geosci. 1, 115–128. Overmeeren, R. A. Van, 1981. A combination of
electrical resistivity, seismic refraction,
Hinze, W. J., von Frese, R. R. B., Saad, A. H.,
and gravity measurements for
2013. Gravity and Magnetic
groundwater exploration in Sudan.
Exploration, 1st ed. Cambridge
Geophysics 46, 1304–1313.
University Press, Cambridge, UK.
DOI:10.1017/CBO9780511843129. Panjaitan, S., Subagio, 2015. Prospek Sumber
Daya Energi Berdasarkan Analisis Pola
Hirt, C., 2016. Gravity Forward Modeling, in:
Anomali Gaya Berat Di Daerah Biak
Grafarend, E. (Ed.), Encyclopedia of
Dan Sekitarnya, Papua. J. Geol. Kelaut.
Geodesy. Springer International
13, 87–98.
Publishing, pp. 1–5. DOI:10.1007/978-
3-319-02370-0_106-1. Popowski, T., Connard, G., French, R., 2009.
GMSYS-3D Gravity and magnetic
Husrin, S., Prihantono, J., Sofyan, H., 2014.
modeling for Oasis montaj. Geosoft Inc.,
Impacts of Marine Sand Mining
Toronto, Canada.
Activities to the Community of Lontar
Village, Serang - Banten. Bull. Mar. Rusmana, E., Suwitodirdjo, K., Suharsono, 1991.
Geol. 29, 81–90. Geological map of Serang quadrangle.
Geological Research and Development
Kirsch, R., 2009. Groundwater Geophysics, 2nd
Center, Bandung.
ed. Springer, Berlin Heidelberg.
DOI:10.1007/978-3-540-88405-7. Santos, F. A. M., Sultan, S. A., Sorady, A. L. El,
2006. Joint inversion of gravity and
Lowrie, W., 2007. Fundamentals of Geophysics,
geoelectrical data for groundwater and
second edition. Cambridge University
structural investigation : application to
Press, Cambridge, UK. DOI:10.1017/
the northwestern part of Sinai , Egypt.
CBO9780511807107.
Geophys. J. Int. 165, 705–718. DOI:10.
Lumban Batu, U. M., Poedjoprajitno, S., 2012. 1111/j.1365-246X. 2006. 02923. x.
Quaternary Geological Phenomena in
Stagpoole, V., Caratori Tontini, F., Barretto, J.,
Labuhan Area , Pandeglang Regency ,
Davy, B., Edbrooke, S. W., 2016.
Banten Province Fenomena Geologi
Inversion of magnetic and gravity data
Kuarter Daerah Labuhan ,. Indones. J.
reveals subsurface igneous bodies in
Geol. 7, 211–226.
Northland, New Zealand. New Zeal. J.
Mohr, P. J., Taylor, B. N., Newell, D. B., 2012. Geol. Geophys. 59, 416–425. DOI:10.
CODATA Recommended Values of the 1080/00288306.2016.1162178.
Fundamental Physical Constants:2010.
Talwani, M., Ewing, M., 1960. Rapid
J. Phys. Chem. Ref. Data 84, 1527–
Computation of Gravitational Attraction
1605. DOI:10.1063/1.555817.

166
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.27, No.2, Desember 2017, 157-167

of Three-Dimensional Bodies of rbitrary and palaeolimnology of a tropical


Shape XXV, 203–225. lowland swamp: Rawa Danau, West-
Java, Indonesia. Palaeogeogr.
Untung, M., Sato, Y., 1978. Gravity and
Palaeoclimatol. Palaeoecol. 171, 185–
geological studies in Jawa, Indonesia,
212. DOI:10.1016/S0031-0182(01)0024
Spesial Pu. ed. Direktorat Geologi,
5 -0.
Indonesia, Bandung.
Yulianto, E., Tsuji, H., Sukapti, W. S., Tanaka, N.,
Van Bemmelen, R. W., 1949. The Geology of
2005. A Holocene pollen and charcoal
Indonesia. General Geology of
record from a tropical lowland swamp in
Indonesia and Adjacent Archipelagoes.
Rawa Danau, West Java, Indonesia.
Van Der Kaars, S., Penny, D., Tibby, J., Fluin, J., Tropics 14, 271–281. DOI: 10.3759/
Dam, R. A. C., Suparan, P., 2001. Late tropics.14.271.
quaternary palaeoecology, palynology

167

Anda mungkin juga menyukai