SKIZOFRENIA
Astuti 201813061
Rini 201813095
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya , kami dapat
menyelasaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa II yang
berjudul skizofrenia” tepat pada waktunya.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi asuhan keperawatan
skizofrenia” Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat lebih memahami
asuhan keperawatan jiwa skizofrenia” dengan baik. dalam proses pembuatan makalah ini,
banyak pihak yang telah membantu dan mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada
kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan terima kasih.
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih
banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran
ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
2
BAB I 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................4
A. 5
C. Pohon Masalah..................................................................................................................11
F. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................14
16
16
16
17
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Masalah Utama
Skizofrenia
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau pecah (split), dan
“frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari, 2003).
Menurut Keltner et al (1995), gejala – gejala ini dapat dikelompokkan menjadi 4
kategori:
1. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas. Menurut Moller dan
Murphy dalam Stuart dan Sundeen (1997) tingkatan halusinasi dibagi menjadi 4
tingkatan yaitu :
1) Tahap I
5
Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.
2) Tahap II
Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari cemas seperti
meningkatnya nadi, pernafasan dan tekanan darah.
3) Tahap III
Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori menjadi hal yang menguas
ai. Halusinator mencoba memberi perintah , isi halusinasi mungkin menjadi sangat
menarik bagi
individu. Individu mungkin mengalami kesepian, jika sensori yang diberikan berhent
i.Psychotic. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti
perintah.
4) Tahap IV
Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dari halusinasi seperti kekerasan, agitasi,
menarik diriatau katatonia.
b. Delusi
Gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang
cukup dan mempunyai cirri – ciri realistic, tidak logis, menetap, egosentris, diyakini
-kebenarannya oleh pasien sebagai hal yang nyata, pasien hidup dalam wahamnya,
keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian dari sosiokultural setempat.
Macam – macam waham :
Waham rendah pikir, pasien percaya bahwa pikirannya, perasaannya, Tingkah lakuny
a dikendalikan dari luar.
Waham kebesaran, suatu kepercayaan bahwa penderita adalah orang yang penting da
n berpengaruh dan mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yang terpendam atau be
nar -benar merakanfiur orang kuat sepanjang sejarah.
Waham diancam, suatu keyakinan bahwa dirinya selalu diancam, diikuti atau ada
sekelompok orang yang memenuhinya.
Waham bizarre, pasien sering memperlihatkan adanya waham soatik misalnya pasien
percaya adanya benda asing begerak – gerak di dalam ususnya. Yang termasuk
waham ini adalah waham sedot pikir, waham sisip pikir, waham siar pikir, waham
kendali pikir.
Ilusi adalah kesalahan dalam menginterprestasikan stimulus dari luar yang nyata.
Flight of idea, serangkaian pikiran yang diucapkan secara cepat disertai perpindahan
materi pembicaraan yang mendadak tanpa alasan logic yang nyata.
7
Retardation, adalah lambatnya aktifitas mental sebagai contoh pasien mengatakan
saya tidak dapat berpikir apa – apa.
Blocking, putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau
terhentinya pembicaraan.
Ambivalensi adalah keinginan yang sangat pada dua hal yang berbeda pada waktu
yang sama dan orang yang sama.
Kehilangan asosiasi tidak adanya hubungan pola pikir, ide dan topik yang normal,
tiba – tiba beralih tanpa menunjukkan hubungan dengan topic sebelumnya.
3. Gangguan Kesadaran
Manifestasi dari ganguan kesadaran antara lain bingung, inkoherensi pembicaraan
, pembicaraan yang tidak dapat dimengerti, terdapat distarsi tata bahasa atau susunan
kalimat, sering
memakai istilah aneh, inkhoferensi timbul karena pikiran kacau sehingga beberapa pikira
n dikeluarkan dalam satu kalimat, clouding atau kesadaran berkabut, kesadaran
menurun disertai gangguan persepsi dan sikap.
4. Gangguan Afek
Afek yang tidak tepat, suatu keadaan disharmoni afek yang tidak sesuai dengan
tingkah laku pasien.
Apatis, warna emosi yang tumpul disertai keacuhan atau ketidak pedulian.
3. Rentang Respon
8
Respon Perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang
berhubungan dengan fungsi neurobiologik, perilaku, yang dapat diamati dan mungkin
menunjukkan adanya halusinasi. Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif
sampai maladaptif yang dapat digambarkan seperti dibawah ini :
4. Faktor predisposisi
Dimensi biologis
Psikologis
9
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologis yang maladaptive belum di
dukung oleh penelitian
Sosial budaya
Stres yang menumouk dapat menunjang awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain,
tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
5. Faktor presipitasi
Stressor biologis
Yang berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif meliputi gangguan
dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.
stressor lingkungan
ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
pemicu gejala
merupakan perkusor dan stimuli yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
penilaian stressor
tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukan bahwa stres tidak menyebabkan
skizifrenia. Namun studi mengenai relaps dan eksaserbasi gejala membuktikan
bahwa stres, penilaian individu terhadap stresor, dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan gejala.
6. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahan tentang pengaruh gangguan otak
pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti intelegensi atau kreativitas yang
tinggi.
7. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neubiologis maladatif meliputi :
10
Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas yang menyisakan sedikit energi untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan
sedikit energy untuk aktivitas hidup sehari – hari.
Proyeksi, sebagai upaya untyk menjelaskan kerancuan persepsi
Menarik diri.
C. Pohon Masalah
Data Objektif :
Data Subjektif:
Data Subjektif:
12
saudara-saudaranya)
Data Objektif:
F. Diagnosa Keperawatan
- Terima halusinasi klien sebagaihal yang nyata bagi klien, tapitidak nyata bagi perawat.
-Prinsip komunikasiterapeutik
- Pertahankan konsistensi sikap terbuka, tepati janji,hindari kesan negatif & gunakan
tahaptahapinteraksi dengan tepatb.
- Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel atau
marah.
-Simpulkan bersama klien yanda dan gejala jengkel ataukesal yang dialami klien
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28227905/laporan_pendahuluan_dan_strategi_pelaksanaan_skizofren
ia
http://repository.ump.ac.id/983/3/devit%20rahmatika%20rahayu%20bab%20ii.pdf
16