Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA

“Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II”

Dosen Pengampu: Ns. Ira Agung Gunawan, S.Kep.,MM

Disusun Oleh :Kelompok 4

Astuti 201813061

Devina Dewi Asih 201813065

Firmansyah Andika Putra 201813071

Nur Andini 201813088

Rini 201813095

Rahmat Erlangga 201813113

Sandya Putri 201813097

Weka Diah Permatasari 201813105

Yoga Hartadinata 201813107

STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

PRODI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 3B

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya , kami dapat
menyelasaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa II yang
berjudul skizofrenia” tepat pada waktunya.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi asuhan keperawatan
skizofrenia” Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat lebih memahami
asuhan keperawatan jiwa skizofrenia” dengan baik. dalam proses pembuatan makalah ini,
banyak pihak yang telah membantu dan mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada
kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan terima kasih.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih
banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran
ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Bogor, 18 Desember 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

2
2

BAB I 4

1.3 Tujuan.................................................................................................................................4

A. 5

C. Pohon Masalah..................................................................................................................11

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul..............................................................11

E. Data yang Perlu Di Kaji....................................................................................................12

F. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................14

G. Rencana Tindak Keperawatan (Intervensi)...................................................................14

16

16

16

17

BAB I

PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan


timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu.Penyakit ini
ditakuti sebagai gangguan jiwa yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol, dan mereka yang
terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebagai individu yang tidak mengalami masalah
emosional atau psikologis yang terkendali dan memperlihatkan perilaku yang aneh dan marah
(Videbeck, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari skizofrenia ?


2. Apa tanda dan gejala dari skizofrenia ?
3. Bagaimana rentang respon dari skizofrenia ?
4. Apa faktor predisposisi dari skizofrenia ?
5. Apa faktor presipitasi dari skizofrenia ?
6. Apa sumber koping dari skizofrenia ?
7. Apa mekanisme koping dari skizofrenia ?
8. Bagaimana pohon masalah dari skizofrenia ?
9. Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul dari skizofrenia ?
10. Apa saja data yang perlu dikaji dari skizofrenia ?
11. Apa diagnosa keperawatan dari skizofrenia ?
12. Apa rencana tindakan keperawatan dari skizofrenia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penyakit skizofrenia ?

BAB II

PEMBAHASAN

4
A. Masalah Utama
Skizofrenia
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau pecah (split), dan
“frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari, 2003).

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan


gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi, dan
perilaku. Keyakinan irasional tentang dirinya atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan
tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud
mencelakainya (Raboch, 2007).

2. Tanda Dan Gejala

Menurut Keltner et al  (1995), gejala – gejala ini dapat dikelompokkan menjadi 4
kategori:

1. Gangguan Persepsi

a. Halusinasi

Pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas. Menurut Moller dan
Murphy dalam Stuart dan Sundeen (1997) tingkatan halusinasi dibagi menjadi 4
tingkatan yaitu :

1) Tahap I

Comforting tingkat cemas sedang halusinasi secara umum adalah sesuatu yang


menyenangkan. Pengalaman halusinasi karena emosi yang meningkat seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang nyaman
untuk melepaskan cemas. Individu mengenal bahwa pikiran dan pengalaman sensori
dalam kontrol kesadaran jika cemas dapat dikelola. Tingkah laku yang dapat diobservasi :

 Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.

 Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.

 Pergerakan mata yang cepat.

5
 Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.

 Diam dan tampak asyik.

2) Tahap II

Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera terhadap hal yang


menjijikkan dan menakutkan. Halusinator mulai kehilangan control dan ada usaha untuk
menjauhkan diri dari sumber stimulus yang diterima. Individu mungkin merasa malu
dengan adanya pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Tingkah laku yang
dapat diobservasi :

 Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari cemas seperti
meningkatnya nadi, pernafasan dan tekanan darah. 

 Lapang perhatian menjadi sempit.

 Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk


membedakan halusinasi atau realitas.

3) Tahap III

 Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori menjadi hal yang menguas
ai. Halusinator mencoba memberi perintah , isi halusinasi mungkin menjadi sangat
menarik bagi
individu. Individu mungkin mengalami kesepian, jika sensori yang diberikan berhent
i.Psychotic. Tingkah laku yang dapat diobservasi :

 Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti. 

 Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

 Lapang perhatian hanya beberapa detik aau menit.

 Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti
perintah.

4) Tahap IV

Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi menjadi terperinci dan


khayalan tampak seperti kenyataan. Pengalaman sensori mungkin mengancam jika
individu tidak mengikuti perintah. Halusinasi mungkin memburuk dalam 4 jam atau
sehari atau jika tidak ada intervensi terapeutik. Tingkah laku yang dapat diobservasi :

 Teror keras pada tingkah laku seperti panic.


6
 Potensial kuat untuk bunuh diri.

 Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dari halusinasi seperti kekerasan, agitasi,
menarik diriatau katatonia.

 Tidak dapat berespon pada perintah yang kompleks.

 Tidak dapat berespon pada lebih satu orang.

b. Delusi

Gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang
cukup dan mempunyai cirri – ciri realistic, tidak logis, menetap, egosentris, diyakini
-kebenarannya oleh pasien sebagai hal yang nyata, pasien hidup dalam wahamnya,
keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian dari sosiokultural setempat.
Macam – macam waham :

 Waham rendah pikir, pasien percaya bahwa pikirannya, perasaannya, Tingkah lakuny
a dikendalikan dari luar.

 Waham kebesaran, suatu kepercayaan bahwa penderita adalah orang yang penting da
n berpengaruh dan mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yang terpendam atau be
nar -benar merakanfiur orang kuat sepanjang sejarah.

 Waham diancam, suatu keyakinan bahwa dirinya selalu diancam, diikuti atau ada
sekelompok orang yang memenuhinya.

 Waham tersangkut, adanya kepercayaan bahwa salah satu yang terjadi di


sekelilingnya mempunyai hubungan pribadi seperti perinah atau pesan khusus.

 Waham bizarre, pasien sering memperlihatkan adanya waham soatik misalnya pasien
percaya adanya benda asing begerak – gerak di dalam ususnya. Yang termasuk
waham ini adalah waham sedot pikir, waham sisip pikir, waham siar pikir, waham
kendali pikir.

 Paranoid dimanifestasikan dengan interprestasi yang menetap bahwa tindakan orang


lain sebagai suatu ancaman atau ejekan.

 Ilusi adalah kesalahan dalam menginterprestasikan stimulus dari luar yang nyata.

2. Gangguan Proses Pikir 

 Flight of idea, serangkaian pikiran yang diucapkan secara cepat disertai perpindahan
materi pembicaraan yang mendadak tanpa alasan logic yang nyata. 

7
 Retardation, adalah lambatnya aktifitas mental sebagai contoh pasien mengatakan
saya tidak dapat berpikir apa – apa.

 Blocking, putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau
terhentinya pembicaraan.

 Autisme, pikiran yang timbul dari fantasi.

 Ambivalensi adalah keinginan yang sangat pada dua hal yang berbeda pada waktu
yang sama dan orang yang sama.

 Kehilangan asosiasi tidak adanya hubungan pola pikir, ide dan topik yang normal,
tiba – tiba beralih tanpa menunjukkan hubungan dengan topic sebelumnya.

3. Gangguan Kesadaran

Manifestasi dari ganguan kesadaran antara lain bingung, inkoherensi pembicaraan
, pembicaraan yang tidak dapat dimengerti, terdapat distarsi tata bahasa atau susunan
kalimat, sering
memakai istilah aneh, inkhoferensi timbul karena pikiran kacau sehingga beberapa pikira
n dikeluarkan dalam satu kalimat, clouding atau kesadaran berkabut, kesadaran
menurun disertai gangguan persepsi dan sikap.

4. Gangguan Afek 

 Afek yang tidak tepat, suatu keadaan disharmoni afek yang tidak sesuai dengan
tingkah laku pasien.

 Afek tumpul, ketidakmampuan membangkitkan emosi dan berespon terhadap berita


duka.

 Afek datar, ketidakmampuan membangkitkan respon terhadap berbagai respon.

 Afek labil, kondisi emosi yang cepat berubah.

 Apatis, warna emosi yang tumpul disertai keacuhan atau ketidak pedulian.

 Euforia, gembira berlebihan,serta peningkatan perasaan dari biasanya


selalu merasa optimis, senang dan percaya diri, bersikap meyakinkan.

3. Rentang Respon

8
Respon Perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang
berhubungan dengan fungsi neurobiologik, perilaku, yang dapat diamati dan mungkin
menunjukkan adanya halusinasi. Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif
sampai maladaptif yang dapat digambarkan seperti dibawah ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

3. Pikiran Logis 1. Pikiran 2. Kelainan


Menyimpang fisik
 Persepsi
akurat  Ilusi  Halusinasi

 Emosi  Emosional  Tidak


konsisten mampu
 Perilaku ganjil
dengan mengontrol
pengalaman emosi
 Menarik diri
perilaku
sesuai
 Ketidakmam
puan
 Hubungan perilaku
sosial Isoalasi
sosial

4. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang berpengaruh pada pasien halusinasi dapat mencakup :

 Dimensi biologis

Meliputi abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan dengan respon


neurobiologis maladaptif yang menujukan melalui hasil penelitian pencitraan otak, zat
kimia, otak dan penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang
diadopsi yang menunjukan peran genetic pada skizofrenia.

 Psikologis

9
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologis yang maladaptive belum di
dukung oleh penelitian

 Sosial budaya

Stres yang menumouk dapat menunjang awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain,
tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.

5. Faktor presipitasi

Stressor pencetus terjadinya gangguan persepsi sensori : halusinasi

 Stressor biologis
Yang berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif meliputi gangguan
dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.
 stressor lingkungan
ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
 pemicu gejala
merupakan perkusor dan stimuli yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
 penilaian stressor
tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukan bahwa stres tidak menyebabkan
skizifrenia. Namun studi mengenai relaps dan eksaserbasi gejala membuktikan
bahwa stres, penilaian individu terhadap stresor, dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan gejala.

6. Sumber koping

Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahan tentang pengaruh gangguan otak
pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti intelegensi atau kreativitas yang
tinggi.

7. Mekanisme koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neubiologis maladatif meliputi :

10
 Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas yang menyisakan sedikit energi untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan
sedikit energy untuk aktivitas hidup sehari – hari.
 Proyeksi, sebagai upaya untyk menjelaskan kerancuan persepsi
 Menarik diri.

C. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan .............................. (Akibat)

Gangguan Sensori Persepsi : ............................ (Masalah)


Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial ............................................ (Penyebab)

(Sumber Yosep, 2011)

D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

2. Isolasi sosial : menarik diri

3. Resiko perilaku kekerasan

E. Data Yang Perlu Di Kaji

Masalah Keperawatan Data yg perlu dikaji

1.Gangguan persepsi sensori: halusinasi Data Subjektif :

- Pasien mengatakan bahwaada orang yang


akanmembunuhnya.

- Pasien mengatakan bahwa iamelihat


segerombolan laki-laki yang
datangmenghampirinya.

- Pasien mengatakan bahwa ia merasa


11
ketakutan.

Data Objektif :

- Pasien tampak ketakutan

- Pasien menutup keduatelinga sambil


berkata“tidak” dan “pergi”.

- Bibir pasien tampak gemetar

- Pasien tampak berkeringat

- Pandangan tertuju pada satutitik.

-Pasien menggerakan tangan seperti mengusir


sesuatu.

Data Subjektif:

- Pasien mengatakan bahwahidupnya sudah


2. Isolasi sosial: menarik diri tidak berguna lagi.

- Pasien mengatakan bahwasering merasakan


kesepiandan ditolak oleh orang tuamaupun
saudara-saudaranya.

- Pasien mengatakan bahwahubungannya


dengan oranglain tidak ada gunanya.

Data Subjektif:

- Pasien tidak mau bicara.

- Pasien menyendiri dan ridak mau berinteraksi


denganorang yang terdekat(orangtua maupun

12
saudara-saudaranya)

3.Risiko prilaku kekerasan Data Subjektif:

- Klien mengatakan benciatau kesal pada


seseorang.

- Klien suka membentak danmenyerang orang


yangmengusiknya jika sedangkesal atau marah.

Data Objektif:

- Mata merah, wajah agak merah, nada suara


tinggi dan keras, pandangan tajam

F. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

2. Isolasi sosial : menarik diri

3. Resiko perilaku kekerasan

G. Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)

1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi

- Bina hubungan saling percayadengan klien denganmenggunakan/ komunikasiterapeutik


yaitu sapa klien denganramah, baik secara verbal maupunnon verbal, perkenalkan
namaperawat, tanyakan nama lengkapklien dan panggilan yang disukai,jelaskan tujuan
pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikapempati dan menerima klien apaadanya.
13
- Dorong klien mengungkapkan perasaan nya

- Adakan kontak sering dansingkat.

- Observasi segala perilaku klienverbal dan non verbal yangberhubungan dengan


halusinasi.

- Terima halusinasi klien sebagaihal yang nyata bagi klien, tapitidak nyata bagi perawat.

- Diskusikan dengan klien situasiyang menimbulkan dan tidak menimbulkan situasi.

2. Isolasi sosial: menarik diri

-Prinsip komunikasiterapeutik

- Pertahankan konsistensi sikap terbuka, tepati janji,hindari kesan negatif & gunakan
tahaptahapinteraksi dengan tepatb.

- Diskusikan dengan klien hal-hal yang menyebabkan klien menarik diri.

- memberi kesempatan kepada klien untuk menceritakan perasaannya terkait dengan


isolasi diri.

- dorong klien untuk membagi masalah yang dihadapinya.

3. Risiko prilaku kekerasan

- Beri rasa aman dan sikap empati.

- Lakukan kontak singkat tapi sering

- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

-Bantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal

- Klien dapatmengidentifikasitanda dan gejala perilakukekerasan

- Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel

-Klien dapat menyimpulkantanda dan gejala jengkel ataukesal yang dialaminya

- Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel atau
marah.

-Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan padaklien.

-Simpulkan bersama klien yanda dan gejala jengkel ataukesal yang dialami klien

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulannya skizofrenia adalah penyakit psikologiyang termasuk penyakit mental


yang cukup berat, sehingga memerluan perhatian khusus dari keluarga atau kerabat dekat,
sehingga penting bagi keluarga untuk mengetahui dan mempelajari tentang penyakit
skizofrenia dan cara penanganannya dengan baik.

3.2 Saran

Sarannya agar pemerintah lebih memperhatikan penderita-penderita gangguan mental


dan keluarga penderita, dengan lebih sering memberikan penyuluhan tentang pengetahuan-
pengetahuan serta memperbanyak buku tentang penyakit psikologi agar masyarakat dapat
menambah pengetahuannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28227905/laporan_pendahuluan_dan_strategi_pelaksanaan_skizofren
ia

http://repository.ump.ac.id/983/3/devit%20rahmatika%20rahayu%20bab%20ii.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai