Dosen Pengampu :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita
semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana
makalah ini membahas tentang penulisan yang terkait dengan ragam Bahasa, ejaan
yang sesuai dengan kaidah-kaidah Bahasa serta kalimat efektid yang ada pada BAB I
proposal riset kesehatan universitas diponogoro.
Kami menyadari bahwa makalah analisa penulisan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritisi dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan
untuk menyempurnakan makalah analisa ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah analisa ini, kami berharap dengan adanya
makalah analisa ini dapat bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi semua
orang yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................2
A. RAGAM BAHASA.....................................................................................................3
B. EJAAN........................................................................................................................6
C. KALIMAT EFEKTIF..................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................................8
BAB IV....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Bagaimana penulisan yang terkait dengan ragam Bahasa dalam bab I pendahuluan
didalam proposal tersebut?
B. Bagaimana kesalahan ejaan pada BAB I pendahuluan proposal riset kesehatan?
C. Bagaimana penulisan kalimat efektif pada BAB I pendahuluan proposal riset
kesehatan ?
1.3 Tujuan
A. Mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam Bahasa serta penggunaanya dalam
kehidupan dan mengetahui jenis-jenisnya
B. Mengetahui penggunaan Bahasa yang benar baik secara lisan maupun tertulis
C. Mengetahui bentuk-bentuk kalimat efektif yang ada pada proposal riset kesehatan
universitas diponogoro
1.4 Manfaat
A. RAGAM BAHASA
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap
dengan fonem sebagai unsur. Sedangkan, ragam bahasa tulisan merupakan bahasa
yang dihasilkan dengan menggunakan tulisan atau rangkaian huruf sebagai unsurnya
Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa negara. Fungsi
dari bahasa negara adalah :
B. EJAAN
Ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu, 1985: 31). Dalam
sisitem ejaan suatu Bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam Bahasa itu
dilambangkan. Lambang dalam fonem itu dinamakan huruf. Susunan sejumlah huruf
dalam suatu Bahasa disebut abjad.
Selain pelambangna fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga
10 ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata
ulang, kata majemuk, kata berimbuhan dan pertikel-partikel dituliskan; 2) ketetapan
tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian
tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik koma, tutuk dua, tnada kutip, tanda tanya,
tanda seru.
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi
ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong
suatu kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai Bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam Bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu
lintas yang tertib dan teratur.
Ejaan didasarkan pada konvensi semata-mata, jadi lahir dai hasil persetujuan
para pemakai Bahasa yang bersangkutan. Ejaan itu disusun oleh seorang ahli Bahasa
atau oleh suatu panitia yang terdiri atas beberapa orang ahli Bahasa, kemudian
sidahkan atau diresmikan oleh pemerintah. Masyarakat pemakai Bahasa mematuhi
apa yang telah ditetapkan itu. Ejaan yang dipakai dewasa ini disebut ejaan yang
disempurnakan (EYD) yaitu ejaan yang telah disusun oleh lembaga bahsa nasional
(LBN). Ejaan yang sudah disusun itu kemudian ditinjaun kembali sebelum disahkan
oleh pemerinta.
C. KALIMAT EFEKTIF
1. Latar Belakang
Anak usia 3 sampai 6 tahun disebut dengan usia prasekolah.
Pada usia prasekolah ini anak mulai senang bermain di luar rumah,
anak akan mulai berteman, bahkan keluarga akan mengajak anak untuk
berjalan-jalan keluar rumah seperti ditaman Anak pada usia
prasekolah memiliki gaya aktivitas motorik kasar yang sangat pesat.
Pada usia ini anak akan sangat suka bermain seperti melempar bola,
bersepeda, menaiki bangunan di lapangan. Anak yang terlalu aktif
akan menambah resiko terluka. Anak usia pra sekolah juga akan
berkurang nafsu makannya. Anak juga akan memilih makanan yang
akan dikonsumsi oleh dirinya. Anak juga akan suka makan makanan
yang kurang bergizi. Hal ini membuat kondisi anak menurun sehingga
mengalami hospitalisasi.
Hospitalisasi dapat disebabkan karena tubuh anak yang merasa
tidak sanggup menahan rasa sakit sehingga anak harus di rawat di
rumah sakit. Hospitalisasi diperlukan untuk proses penyembuhan.
Pada saat mengalami hospitalisasi anak akan berusaha beradaptasi
dengan keadaan lingkungan yang baru dan asing. Angka kesehatan
anak di Indonesia berdasarkan Survei Kehatan Nasional (2001-2005)
menyebutkan bahwa pada tahun 2005 angka kesakitan usia 0-21 tahun
di daerah perkotaan menurut kelompok usianya sebagai berikut : usia
0-4 tahun sebesar 25,84%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-
15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 th sebesar 8,13%(4). Angka
kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan
jumlah penduduk adalah 14,44%(4).
Angka diatas menunjukan jumlah anak yang mengalami
hospitalisasi. Hasil penelitian dari Utami dampak hospitalisasi pada
anak yaitu berkembangnya gangguan emosional jangka panjang.
Gangguan emosional tersebut terkait dengan lama dan jumlah yang
masuk rumah sakit, dan jenis prosedur yang dijalani dirumah sakit.
Hospitalisasi yang berulang dan di rawat lebih dari 4 minggu
mengakibatkan gangguan dimasa yang akan datang. Gangguan
perkembangan merupakan salah satu dampak negatifnya. Pada
penelitian sebelumnya oleh Murtutik menyebutkan bahwa semakin
sering anak menjalani hospitalisasi beresiko tinggi mengalami
gangguan pada perkembangan motorik kasar pada anak. Tidak hanya
menganggu motorik kasar pada anak, sehingga anak akan merasa
cemas.
Hospitalisasi yang terjadi pada anak, akan berdampak pada
orang tua.Pekerjaan orang tua akan terganggu, salah satu dari mereka
harus menemani anaknya, sehingga peran sebagai orangtua pun akan
terganggu. Anak yang tidak dirawat akan mendapatkan imbasnya
dengan kurang diberikan perhatian. Tetapi dampak yang sangat jelas
terjadi pada orang tua adalah cemas. Orang tua akan merasa cemas
dengan perkembangan kesehatan anaknya, pengobatan, peraturan,
keadaan di rumah sakit, serta biaya perawatan. Perawatan dirumah
sakit yang lama akan mengakibatkan kecemasan orang tua meningkat,
sehingga perlu dukungan perawat dalam memberikan sikap pada orang
tua. Perawat yang caring akan mengurangi tingkat kecemasan pada
orang tua itu sendiri .Apabila terjadi perubahan sikap pada orang tua
hal ini dapat dilihat oleh anak sehingga mempengaruhi proses
penyembuhan anak.
Hospitalisasi juga menyebabkan kecemasan dan stres pada
semua tingkat usia anak-anak(3). Penyebab kecemasan sendiri
dipengaruhi oleh berbagsi faktor, baik dari faktor petugas (perawat,
dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun
keluarga yang mendampingi selama perawatan. Kecemasan yang
berlangsung lama akan mengakibatkan sistem-sistem somatik yang
dasar fisiknya tidak dapat ditemukan dan juga menyebabkan individu
terlalu memikirkan atau memperhatikan dirinya sendiri, serta dalam
menghadapi suatu hal anak tidak mampu untuk bersikap relaks.
Kecemasan terhadap kemampuan dan prestasi dapat menyebabkan
anak menjadi perfeksinistik dan obsesif, tendensi-tedensi yang dapat
mengganggu perfomansi aktual dan perkembangan sosial anak
(10).Lamanya proses penyembuhan anak, dipengaruhi oleh jenis
penyakit yang diderita anak.
Hasil observasi yang dilakukan pada saat praktek stase anak
didapatkan bahwa ada 15 orang tua yang mengalami cemas ringan
dengan anak yang menderita penyakit akut. Hasil yang didapatkan
pada saat wawancara dengan orang tua, orang tua menyebutkan bahwa
mereka merasa khawatir dengan keadaan anaknya sekarang. Terdapat
6 orang yang mengalami cemas sedang dengan mengatakan bahwa
dirinya merasa sering berkeringat, sering kencing, dada berdebar-
debar, takut dengan kondisi anak yang sekarang. 6 orang tua yang
mengatakan bahwa dirinya mengalami cemas sedang dengan anak
yang terdiagnosa diare akut, demam berdarah, typoid, pneumonia, syok
hipovolemik, asma. Lalu ada 2 orang tua yang mengalami cemas berat
dengan gejala bahwa orang tua sering menangis dengan keadaaan
anaknya yang semakin hari semakin memburuk. Anaknya terdiagnosa
penyakit sindrom nefrotik dan demam berdarah dengan derajat 3. 2
Orang tua ini kurang kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
kepada anaknya, seperti menolak pada saat perawat untuk
menyuntikan obat pada anaknya.
2. Rumusan Masalah
a. Dampak ini lah yang terkadang membuat orang tua mengalami
kecemasan. Tidak hanya perkembangan emosiaonal yang
terganggu tetapi perkembangan fisik juga akan terganggu
Kalimat efektif: dampak ini terkadang membuat orang tua
mengalami kecemasan. Tidak hanya perkembangan
emosional yang terganggu tetapi perkembangan fisik juga
akan terganggu
b. Terkadanga da yang mengalami kecemasan berat karena tidak
mengetahui sebenarnya kondisi anak
Kalimat efektif: terkadang ada yang mengalami kecemasan
berat karena tidak mengetahui kondisi anaknya.
c. Tentang tingkat kecemasan orang tua
Perihal tingkat kecemasan orang tua
d. Masyarakat agar mengetahui bahwa orang tua juga mengalami
kecemasan pada saat anak mengalami hospitalisasi
Agar masyarakat mengetahui bahwa orang tua juga
mengalami kecemasan pada saat anak mengalami
hospitalisasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Chyntia Intani Adigita. Proposal Riset Keperawatan: Perbedaan Tingkat Kecemasan Orang
Tua Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Dengan Penyakit Akut Dan
Kronik. Universitas Di Ponogoro Semarang. Hal. 2-13
Nanang Bustanul Fauzi, Muh. Fatoni Rohman, dan Maulfi Syaiful Rizal. Jurnal Analisa
Kesalahan Ejaan Dan Kalimat Dalam Skripsi Mahasiswa Sebagai Dasar Penentu Stategi,
Tujuan An Bahan Ajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia. 2018. Hal. 53