Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Analisa Proposal Penulisan Ejaan


(Dalam Proposal Riset Kesehatan Universitas Diponogoro)
Sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah “ Bahasa Indonesia“

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh Kelompok 4 : Cokorda Istri Oke W, S. Tr. Keb

1. Riyan Candra Gunawan 201813094


2. Rini 201813095
3. Salsabilah 201813096
4. Sandya Putri 201813097
5. Silvi Herlina 201813098
6. Siti Aisyah 201813099
7. Siti Assabilla Saidatussyifa 201813100
8. Ummi Kultum Umairoh 201813103
9. Usu Mutoharoh 201813104
10. Weka Diah Permatasari 201813105
11. Irdanila Kusuma 201813111

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TK3B

STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita
semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana
makalah ini membahas tentang penulisan yang terkait dengan ragam Bahasa, ejaan
yang sesuai dengan kaidah-kaidah Bahasa serta kalimat efektid yang ada pada BAB I
proposal riset kesehatan universitas diponogoro.

Kami menyadari bahwa makalah analisa penulisan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritisi dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan
untuk menyempurnakan makalah analisa ini.

Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah analisa ini, kami berharap dengan adanya
makalah analisa ini dapat bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi semua
orang yang membacanya.

Bogor, 15 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

1.4 Manfaat........................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................2

TINJAUAN TEORI...................................................................................................................2

A. RAGAM BAHASA.....................................................................................................3

B. EJAAN........................................................................................................................6

C. KALIMAT EFEKTIF..................................................................................................6

BAB III.......................................................................................................................................8

PEMBAHASAN........................................................................................................................8

A. Kesalahan Ejaan pada BAB I Pendahuluan Proposal Riset Kesehatan Universitas di


Ponogoro.............................................................................................................................8

B. Kalimat efektik pada BAB I pendahuluan proposal riset kesehatan universitas di


Ponogoro...........................................................................................................................11

BAB IV....................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................................15

B. Saran..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi Bahasa indonesia adalah sebagai alat untuk komunikasi dalam


masyarakat. Komunikasi ini adalah proses, maksud atau amanat orang lain dan
aktivitas komunikasi itu bersifat dinamis. Bahasa Indonesia bukanlah Bahasa dalam
sistem yang tunggal. Sebagai Bahasa yang hidup, Bahasa Indonesia mempunyai
variasi-variasi atau ragam-ragam yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri
dalam proses komunikasi.
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahaa baku.
Oleh karena itu Bahasa yang digunakan harus mengikuti kaidah-kaidah kebahasaan
yang ada. Penyusunan aspek kebahasaan itu berkaitan erat dengan bahsa sebagai
sistem lambing bunyi dengan karakteristiknya. Kesalahan penggunaan Bahasa bisa
menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dan yang lainnya.
Bahsa sangat perlu untuk dipelajari oleh seluruh masyarakat, karena Bahasa
merupakan salah satu bentuk komunikasi suatu lapisan masyarakat untuk berinteraksi
dengan masyarakat lainnya. Didakam Bahasa Indonesia terdapat pembahasan tentang
ragam Bahasa beserta karakteristiknya. Ragam Bahasa amat luas pemakaiannya dan
bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan
sejumlah ragam Bahasa yang berbeda-beda.
Terdapat ragam Bahasa yang diantaranya ragam lisan, ragam tulisan, ragam
baku, ragam tidak baku, ragam baku tulisan serta ragam social dan ragam fungsional.
Dengan adanya banyak ragam dalam Bahasa Indonesia serta banyak nya pula
kesalahan dalam penggunaan Bahasa Indonesia baik yang dilakukan oleh masyarakat
umum maupun masyarakat intelektual.
Meskipun secara ilmiah sejak kecil kita sudah bisa berbahasa Indonesia, akan
tetapi secara ilmiah kita masih belum mampu berbahasa dengan baik dan benar. Agar
sukses dalam belajar dan menggunakan Bahasa Indonesia kita harus secermat
mungkin dalam menggunakan Bahasa sehingga persentase kesalahan yang kita lakuka
relative kecil .
Berdasarkan dengan banyak nya kesalahan yang sering terjadi dalam
penggunaan Bahasa Indonesia baik secara tertulisa maupun lisan, penulis melakukan
analisa yang terkait dengan Bahasa kesalahan dalam ejaan yang melibatkan “Proposal
Riset Kesehatan Dari Universitas Diponogoro” Sebagai Bahan Untuk Dianalisa

1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana penulisan yang terkait dengan ragam Bahasa dalam bab I pendahuluan
didalam proposal tersebut?
B. Bagaimana kesalahan ejaan pada BAB I pendahuluan proposal riset kesehatan?
C. Bagaimana penulisan kalimat efektif pada BAB I pendahuluan proposal riset
kesehatan ?

1.3 Tujuan

A. Mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam Bahasa serta penggunaanya dalam
kehidupan dan mengetahui jenis-jenisnya
B. Mengetahui penggunaan Bahasa yang benar baik secara lisan maupun tertulis
C. Mengetahui bentuk-bentuk kalimat efektif yang ada pada proposal riset kesehatan
universitas diponogoro

1.4 Manfaat

Dengan mempelajari ragam Bahasa Indonesia akan mampu membantu masyarakat


umum maupun para pelajar/ mahasiswa dalam menggunakan bahasa Indonesia secara
benar, sehingga membantu memperkecil angka kesalahan dalam pengunaan Bahasa dan
mampu menerapkan penggunaan bahasa secara tepat yang sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. RAGAM BAHASA

Menurut Bachman, Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,


yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Pada umumnya, pemakaian bahasa Indonesia digolongkan menjadi dua jenis
yaitu baku dan tidak baku. Seperti halnya ketika kita berada dalam situasi resmi maka
kita akan menggunakan bahasa baku. Sedangkan, apabila di tengah pasar atau di
rumah sendiri maka kita tidak harus menggunakan bahasa baku
apabila ditinjau dari media atau sarananya, ragam bahasa terdiri dari :
1. Ragam bahasa lisan
2. Ragam bahasa tulisan

Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap
dengan fonem sebagai unsur. Sedangkan, ragam bahasa tulisan merupakan bahasa
yang dihasilkan dengan menggunakan tulisan atau rangkaian huruf sebagai unsurnya

Adapun ragam bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa nasional.


Fungsi-fungsi tersebut adalah :

1. Menyatukan berbagai bahasa di Indonesia


2. Simbol kebanggaan nasional
3. Simbol identitas bangsa.
4. Pemersatu antar kelompok atau etnis.
5. Alat pemersatu adat dan budaya antar daerah

Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa negara. Fungsi
dari bahasa negara adalah :

1. Bahasa resmi negara.


2. Bahasa pengantar pendidikan.
3. Alat komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan.
4. Alat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Jenis dan Ciri Ragam Bahasa :
1. Ragam Bahasa berdasarkan media
Dilihat dari media atau sarananya, bahasa Indonesia dibedakan
menjadi dua yaitu ragam lisan dan tulisan.
a. Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat
ucap dengan fonem sebagai unsur dasar. Ciri-ciri dari ragam lisan
adalah :
 Memerlukan orang kedua/teman bicara;
 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu
intonasi serta bahasa tubuh.
 Berlangsung cepat;
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.
b. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan
menggunakan tulisan atau rangkaian huruf sebagai unsurnya. Ciri-
ciri dari ragam bahasa tulisan yaitu :
 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
 Harus memperhatikan unsur gramatikal;
 Berlangsung lambat;
 Selalu memakai alat bantu;
 Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
 Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka,
hanya terbantu dengan tanda baca.

2. Ragam Bahasa berdasarkan Standar


Selain digolongkan dari media, terdapat penggolongan ragam bahasa
berdasarkan standar atau kebakuan bahasa. Pembedaan antara ragam
standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
a. Topik yang sedang dibahas,
b. Hubungan antarpembicara,
c. Medium yang digunakan,
d. Lingkungan, atau
e. Situasi saat pembicaraan terjadi

3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan Cara Pandang Penutur


Apabila dilihat dari cara pandang penutur atau pembicaranya, ragam
bahasa Indonesia dibedakan menjadi:
a. Ragam Dialek
b. Ragam Terpelajar
c. Ragam Resmi
d. Ragam Tak Resmi

4. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan Topik Pembicaraan


Terdapat berbagai ragam bahasa yang digunakan dilihat dari topik
pembicaraannya. Topik yang dimaksud adalah hukum, bisnis, agama,
sosial, sains dan lainnya.
Salah satu ciri dari ragam tersebut adalah ragam ilmiah memiliki
beberapa karakteristik seperti :
a. Bahasa Indonesia ragam baku;
b. Penggunaan kalimat efektif;
c. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
d. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari
pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
e. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga
objektivitas isi tulisan;
f. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.

5. Ragam Bahasa Jurnalistik


Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan
dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language
of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni
bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik
komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun
komunikasi tertulis (media cetak dan online), dengan ciri khas singkat,
padat, dan mudah dipahami.

B. EJAAN

Ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu, 1985: 31). Dalam
sisitem ejaan suatu Bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam Bahasa itu
dilambangkan. Lambang dalam fonem itu dinamakan huruf. Susunan sejumlah huruf
dalam suatu Bahasa disebut abjad.
Selain pelambangna fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga
10 ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata
ulang, kata majemuk, kata berimbuhan dan pertikel-partikel dituliskan; 2) ketetapan
tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian
tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik koma, tutuk dua, tnada kutip, tanda tanya,
tanda seru.
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi
ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong
suatu kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai Bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam Bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu
lintas yang tertib dan teratur.
Ejaan didasarkan pada konvensi semata-mata, jadi lahir dai hasil persetujuan
para pemakai Bahasa yang bersangkutan. Ejaan itu disusun oleh seorang ahli Bahasa
atau oleh suatu panitia yang terdiri atas beberapa orang ahli Bahasa, kemudian
sidahkan atau diresmikan oleh pemerintah. Masyarakat pemakai Bahasa mematuhi
apa yang telah ditetapkan itu. Ejaan yang dipakai dewasa ini disebut ejaan yang
disempurnakan (EYD) yaitu ejaan yang telah disusun oleh lembaga bahsa nasional
(LBN). Ejaan yang sudah disusun itu kemudian ditinjaun kembali sebelum disahkan
oleh pemerinta.

C. KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif menurut Razak (1985: 2) dikenal dalam hubungan fungsi


kalimat selaku alat komunikasi. Kalimat yang efektif memerlukan beberapa
persyaratan, selain persyaratan structural. Kalimat efektif harus mempunyai tenaga
yang menarid di dalam tulisan untuk membentuk kerja sama melalui sistem yang
bervariasi.
Razak (1985: 3) menegaskan bahwa kalimat yang polanya salah menurut tata
Bahasa jelas tidak efektif, akan tetapi kalimat yang polanya betul menurut tata Bahasa
juga belum tentu efektif. Keefektifan klaimat dapat ditingkatkan melalui kemampuan
mencari variasi pilihan kata serta keragaman konstruksinya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesalahan Ejaan pada BAB I Pendahuluan Proposal Riset Kesehatan


Universitas di Ponogoro

1. Bermain diluar rumah


 Penulisan di pada kata diluar adalaah salah, karena di merupakan
kata depan. Sedangkan luar dalam kalimat tersebut menunjukkan
keterangan tempat sehingga tidak bisa diubah menjadi kalimat
kerja aktif, jadi antara di dengan luar dipisahkan.
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah di luar
2. Seperti ditaman
 Penulisan kata ditaman adalah salah, karena di menunjukkan
tempat atau kata depan. Sehingga penulisannya harus dipisah.
 Perbaikan: penulisan yang benar di taman
3. Menambah resiko terluka
 Penulisan kata resiko adalah salah, karena kata resiko merupakan
kata tidak baku. Penulisan kata tidak baku tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia.
 Perbaikan: penulisan yang benr adalah risiko
4. Prosedur yang dijalani dirumah sakit
 Penulisan kata dirumah sakit adalah salah, karena di merupakkan
kata depan. Sedangkan rumah sakit merupakan kata yang
menunjukkan tempat dan berawalan “r” maka diubah menjadi
huruf kapital. Jadi penulisan dirumah sakit harus dipisah serta
pada kata rumah sakit diberi awalah huruf kapital
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah di Rumah Sakit
5. Mengalami hospitalisasi
 Penulisan ejaan hospitalisasi adalah salah, karena hospitalisasi
merupakkan ungkapan asing. Pada penulisan ungkapan asing
harus menggunakan huruf miring
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah hospitalisasi
6. Di rawat di rumah sakit
 Penulisan kata di rawat adalah salah, karena di menunjukkan
sebagai imbuhan. Sedangkan kata rawat merupakan termasuk ke
dalam kata kerja pasif. Jadi penulisan kata di rawat harus
disambung
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah dirawat
7. Gangguan dimasa
 Penulisan kata gangguan dimasa adalah salah, karena di
menunjukkan kata depan. Sedangkan masa menunjukkan
keterangan waktu. Sehingga penulisannya harus dipisah
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah gangguan di masa
8. Perawat yang caring
 Penulisan ejaan caring adalah salah, karena caring merupakkan
ungkapan asing. Pada penulisan ungkapan asing harus
menggunakan huruf miring
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah perawat yang caring
9. Untuk bersikap relaks
 Penulisan kata relaks adalah salah, karena kata relaks merupakan
kata tidak baku. Penulisan kata tidak baku tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah khawatir
10. Perfeksinistik dan obsesif
 Penulisan ejaan perfeksinistik dan obsesif adalah salah, karena
perfeksinistik dan obsesif merupakkan ungkapan asing. Pada
penulisan ungkapan asing harus menggunakan huruf miring
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah perfeksinistik dan obsesif
11. dbd
 penulisan singkatan dbd adalah salah, karena dbd merupakan
kategori istilah penyakit. sehingga singkatan yang terdiri atas
huruf awal setiap kata (bukan nama diri) ditulis dengan huruf
kapital tanpa titik.
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah DBD
12. Intake dan output
 Penulisan ejaan intake dan output adalah salah, karena intake dan
output merupakkan ungkapan asing. Pada penulisan ungkapan
asing harus menggunakan huruf miring
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah intake dan output
13. Diruang isolasi
 Penulisan kata diruang isolasi adalah salah, karena di
menunjukkan kata depan. Sedangkan ruang merupakan kata yang
menunjukkan tempat. Jadi penulisanya harus dipisah
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah di ruang isolasi
14. Ketakutan, dan kecemasan
 Penggunaan tanda koma pada kalimat ketakutan, dan kecemasan
adalah salah, karena tanda koma digunakan di antara unsur-unsur
dalam suatu pemerincian atau bilangan dan menyebutkan kategori
benda jamak satu demi satu. Sedangkan ketakutan, dan kecemasan
tidak termasuk kedalam pemerincian atau katagori jamak. Jadi
tanda koma pada kalimat tersebut tidak perlu digunakan.
 Perbaikan: ketakutan dan kecemasan
15. Tremor pada tangan
 Penulisan ejaan tremor adalah salah, karena tremor merupakkan
ungkapan asing. Pada penulisan ungkapan asing harus
menggunakan huruf miring
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah tremor pada tangan
16. Diaphoresis
 Penulisan ejaan diaphoresis adalah salah, karena diaphoresis
merupakkan ungkapan asing. Pada penulisan ungkapan asing
harus menggunakan huruf miring.
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah diaphoresis
17. Praktek stase anak
 Penulisan kata praktek adalah salah, karena kata pratek merupakan
kata tidak baku. Penulisan kata tidak baku tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia.
 Penulisan ejaan stase adalah salah, karena stase merupakan
ungkapan asing. Pada penulisan ungkapan asing harus
menggunakan huruf miring
 Perbaikan; penulisan yang benar adalah praktik stase anak
18. Merasa kwatir
 Penulisan kata kwatir adalah salah, karena kata kwatir merupakkan
kata tidak baku. Penulisan kata tidak baku tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah khawatir
19. Berdampak truamatis
 Penulisan kata truamatis adalah salah, karena kata truamatis
merupakkan kata tidak baku. Penulisan kata tidak baku tidak
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah traumatis
20. Nampak
 Penulisan kata nampak adalah salah, karena kata nampak
merupakkan kata tidak baku. Penulisan kata tidak baku tidak
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
 Perbaikan: penulisan yang benar adalah tampak
21. Merasa kawatir
 Penulisan kata kawatir adalah salah, karena kata kawatir tidak
baku. Penulisan kata tidak baku tidak sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia
 Perbaikan; penulisan yang benar adalah khawatir

B. Kalimat efektik pada BAB I pendahuluan proposal riset kesehatan universitas di


Ponogoro

1. Latar Belakang
Anak usia 3 sampai 6 tahun disebut dengan usia prasekolah.
Pada usia prasekolah ini anak mulai senang bermain di luar rumah,
anak akan mulai berteman, bahkan keluarga akan mengajak anak untuk
berjalan-jalan keluar rumah seperti ditaman Anak pada usia
prasekolah memiliki gaya aktivitas motorik kasar yang sangat pesat.
Pada usia ini anak akan sangat suka bermain seperti melempar bola,
bersepeda, menaiki bangunan di lapangan. Anak yang terlalu aktif
akan menambah resiko terluka. Anak usia pra sekolah juga akan
berkurang nafsu makannya. Anak juga akan memilih makanan yang
akan dikonsumsi oleh dirinya. Anak juga akan suka makan makanan
yang kurang bergizi. Hal ini membuat kondisi anak menurun sehingga
mengalami hospitalisasi.
Hospitalisasi dapat disebabkan karena tubuh anak yang merasa
tidak sanggup menahan rasa sakit sehingga anak harus di rawat di
rumah sakit. Hospitalisasi diperlukan untuk proses penyembuhan.
Pada saat mengalami hospitalisasi anak akan berusaha beradaptasi
dengan keadaan lingkungan yang baru dan asing. Angka kesehatan
anak di Indonesia berdasarkan Survei Kehatan Nasional (2001-2005)
menyebutkan bahwa pada tahun 2005 angka kesakitan usia 0-21 tahun
di daerah perkotaan menurut kelompok usianya sebagai berikut : usia
0-4 tahun sebesar 25,84%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-
15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 th sebesar 8,13%(4). Angka
kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan
jumlah penduduk adalah 14,44%(4).
Angka diatas menunjukan jumlah anak yang mengalami
hospitalisasi. Hasil penelitian dari Utami dampak hospitalisasi pada
anak yaitu berkembangnya gangguan emosional jangka panjang.
Gangguan emosional tersebut terkait dengan lama dan jumlah yang
masuk rumah sakit, dan jenis prosedur yang dijalani dirumah sakit.
Hospitalisasi yang berulang dan di rawat lebih dari 4 minggu
mengakibatkan gangguan dimasa yang akan datang. Gangguan
perkembangan merupakan salah satu dampak negatifnya. Pada
penelitian sebelumnya oleh Murtutik menyebutkan bahwa semakin
sering anak menjalani hospitalisasi beresiko tinggi mengalami
gangguan pada perkembangan motorik kasar pada anak. Tidak hanya
menganggu motorik kasar pada anak, sehingga anak akan merasa
cemas.
Hospitalisasi yang terjadi pada anak, akan berdampak pada
orang tua.Pekerjaan orang tua akan terganggu, salah satu dari mereka
harus menemani anaknya, sehingga peran sebagai orangtua pun akan
terganggu. Anak yang tidak dirawat akan mendapatkan imbasnya
dengan kurang diberikan perhatian. Tetapi dampak yang sangat jelas
terjadi pada orang tua adalah cemas. Orang tua akan merasa cemas
dengan perkembangan kesehatan anaknya, pengobatan, peraturan,
keadaan di rumah sakit, serta biaya perawatan. Perawatan dirumah
sakit yang lama akan mengakibatkan kecemasan orang tua meningkat,
sehingga perlu dukungan perawat dalam memberikan sikap pada orang
tua. Perawat yang caring akan mengurangi tingkat kecemasan pada
orang tua itu sendiri .Apabila terjadi perubahan sikap pada orang tua
hal ini dapat dilihat oleh anak sehingga mempengaruhi proses
penyembuhan anak.
Hospitalisasi juga menyebabkan kecemasan dan stres pada
semua tingkat usia anak-anak(3). Penyebab kecemasan sendiri
dipengaruhi oleh berbagsi faktor, baik dari faktor petugas (perawat,
dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun
keluarga yang mendampingi selama perawatan. Kecemasan yang
berlangsung lama akan mengakibatkan sistem-sistem somatik yang
dasar fisiknya tidak dapat ditemukan dan juga menyebabkan individu
terlalu memikirkan atau memperhatikan dirinya sendiri, serta dalam
menghadapi suatu hal anak tidak mampu untuk bersikap relaks.
Kecemasan terhadap kemampuan dan prestasi dapat menyebabkan
anak menjadi perfeksinistik dan obsesif, tendensi-tedensi yang dapat
mengganggu perfomansi aktual dan perkembangan sosial anak
(10).Lamanya proses penyembuhan anak, dipengaruhi oleh jenis
penyakit yang diderita anak.
Hasil observasi yang dilakukan pada saat praktek stase anak
didapatkan bahwa ada 15 orang tua yang mengalami cemas ringan
dengan anak yang menderita penyakit akut. Hasil yang didapatkan
pada saat wawancara dengan orang tua, orang tua menyebutkan bahwa
mereka merasa khawatir dengan keadaan anaknya sekarang. Terdapat
6 orang yang mengalami cemas sedang dengan mengatakan bahwa
dirinya merasa sering berkeringat, sering kencing, dada berdebar-
debar, takut dengan kondisi anak yang sekarang. 6 orang tua yang
mengatakan bahwa dirinya mengalami cemas sedang dengan anak
yang terdiagnosa diare akut, demam berdarah, typoid, pneumonia, syok
hipovolemik, asma. Lalu ada 2 orang tua yang mengalami cemas berat
dengan gejala bahwa orang tua sering menangis dengan keadaaan
anaknya yang semakin hari semakin memburuk. Anaknya terdiagnosa
penyakit sindrom nefrotik dan demam berdarah dengan derajat 3. 2
Orang tua ini kurang kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
kepada anaknya, seperti menolak pada saat perawat untuk
menyuntikan obat pada anaknya.

2. Rumusan Masalah
a. Dampak ini lah yang terkadang membuat orang tua mengalami
kecemasan. Tidak hanya perkembangan emosiaonal yang
terganggu tetapi perkembangan fisik juga akan terganggu
 Kalimat efektif: dampak ini terkadang membuat orang tua
mengalami kecemasan. Tidak hanya perkembangan
emosional yang terganggu tetapi perkembangan fisik juga
akan terganggu
b. Terkadanga da yang mengalami kecemasan berat karena tidak
mengetahui sebenarnya kondisi anak
 Kalimat efektif: terkadang ada yang mengalami kecemasan
berat karena tidak mengetahui kondisi anaknya.
c. Tentang tingkat kecemasan orang tua
 Perihal tingkat kecemasan orang tua
d. Masyarakat agar mengetahui bahwa orang tua juga mengalami
kecemasan pada saat anak mengalami hospitalisasi
 Agar masyarakat mengetahui bahwa orang tua juga
mengalami kecemasan pada saat anak mengalami
hospitalisasi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dari BAB I pendahuluan proposal riset kesehatan


universitas di ponogoro, terdapat kesalahan ejaan serta susunak kata yang kurang
efektif dalam penggunaan kalimatnya. Masih terdapat penggunaan katayang tidak
baku dan terdapat kesalahan pada penulisan ungkapan asing yang tidak bercetak
dengan huruf miring. Kesalahan pada BAB I pendahuluan proposal riset kesehatan
universitas di ponogoro meliputi, kesalahan penulisan huruf kapital, kesalahan tanda
koma, kesalahan penggunaan tanda hubung, kesalahan penggunaan kata di dan
kesalahan tanda garis miring.

B. Saran

Setelah dilakukan nya analisa pada BAB I Pendahuluan Proposal Riset


Kesehatan Universitas di Ponogoro, penulis menyarankan agar lebih memahami
kembali cara penulisan ejaan dan kalimat, sehingga dapat memperbaiki ejaan dan
kalimat yang tepat dan sesuai dengan kaidah Bahasa indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Chyntia Intani Adigita. Proposal Riset Keperawatan: Perbedaan Tingkat Kecemasan Orang
Tua Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Dengan Penyakit Akut Dan
Kronik. Universitas Di Ponogoro Semarang. Hal. 2-13

Nanang Bustanul Fauzi, Muh. Fatoni Rohman, dan Maulfi Syaiful Rizal. Jurnal Analisa
Kesalahan Ejaan Dan Kalimat Dalam Skripsi Mahasiswa Sebagai Dasar Penentu Stategi,
Tujuan An Bahan Ajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia. 2018. Hal. 53

Anda mungkin juga menyukai