Anda di halaman 1dari 7

RESUME

“ Konsep Komunikasi Dan Imunisasi Pada Anak “

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak I

Dosen Pengampu : Hani Handayani, M.Kep

Disusun oleh :

Nama : Hendi Permana (C1814201027)

2A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2020
A. Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau
penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan
pesan atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press.
Kenangan dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi terapeutik adalah hubungan
interpersonal perawat-klien (anak) merupakan proses belajar bersama dalam rangka
memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum
komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengarui
praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan
adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktek dan pada
gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu
kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi
pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan,
serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar
prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masingmasing memberikan
sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
B. Prinsip-prinsip komunikasi pada anak
Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga
perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun
dengan keluarga. Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak
antara orang tua dengan antar umum akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat
diasumsikan dan diandalkan dengan baik.
Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka
bermain untuk membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara
aktif terlibat dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non
verbal,gerakan yang tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat
memasuki ruang dengan senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan
menghalangi terbentuknya hubungan. Perawat harus tetap anggun dan tenang,
membirkan anak terlebih dahulu bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara
yang tenang, bersahabat dan yakin adalah yang terbaik.
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan
kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apaapa terutama
dalam situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley
dan Wong, 1995).
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa
yang langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan
bahwa prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka
marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan
segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bemain
adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan
kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan
secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut
sebagai dasar untuk memulai komunikasi.
C. strategi / tehnik komunikasi pada anak
Tehnik berkomunikasi dengan anak kecil sangat bervariasi, bergantung pada umur
dari anak tersebut.
1. bayi [0-1 tahun]
a. bayi umumnya berkomunikasi hanya secara non verbal [mis. Menangis]
karena bayi tidak dapat menggunakan kata-kata
b. bayi merespon tingkahlaku non verbal pemberian perawatan. Mereka akan
tenang dengan kontak fisik yang dekat
c. bayi akan mendapatkan kenyamanan dari suara yang lembut meskipun
katakatanya tidak dimengerti
d. suara yng keras dan kasar akan membuat bayi ketakutan
e. bayi yang agak besar [6 bulan] menahgalami kecemasan karena berpisah;
karena itu orang tua harus mengawasi ketika bayi di gendong oleh orang
asing.
2. toddler [1-3 tahun] /anak-anaki pra sekolah [3-5 tahun]
a. anak berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.
b. anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal yanug berhubungan
dengan dirinnya. Anak tidak dapat membedakan fantasi dan kenyataan. -anak
memahami anologi secara literal [mis. Anak harus di izinkan untuk melakukan
eksplorasi pada lingkungan].
c. anak harus di izinkan menjelajahi lingkungan.
d. anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana, kata-kata yang
dipahami dan penjelasan yang konkrit.
3. anak usia sekolah [5-12 tahun]
a. anak mencapai alas an dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak
membutuhkan pengesahan.
b. anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan
terjadi, kenapa hal ini terjadi.
c. anak memperhatikan intergritas tubuh.
d. anak harus diijinkan untuk memanipulasi perlengkapan(missal;memegang
palu perkusi)
e. anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.
f. Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan.
Tehnik dan alat untuk meningkatkan komunikasi :
1. papan komunikasi dengan kata - kata, huruf/gambar yang menunjukan
kebutuhan dasar (toilet, air)
2. kertas dan pensil untuk menunjukan ekspresi dari kebutuhan / pikiran.
3. melibatkan keluarga dan teman dalam pengiriman perawatan jiwa.
4. penggunaan sikap non verbal seperti kedipan mata /gerakan jari untuk
merespon.
5. menggunakan kata yang dapat dipahami anak, menghindari
terminology medis.
D. hambatan komunikasi pada anak
Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan dalam
proses komunikasi tersebut hal ini meliputi:
1. keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.
2. keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.
3. kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
4. ucapan kata tidak jelas.

E. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan,
seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio. (IGN
Ranuh, 2008).
F. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis
penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria
(Matondang, C.S, & Siregar, S.P, 2008).
G. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
tetapi juga dirasakan oleh :
1. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
2. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong
penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan Negara (Proverati 2010).
H. Jenis-jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang
merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
1. Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan
(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan
suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
mengenali dan merespon.
2. Imunisasi Pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses
infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi
dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah, 2010).
I. Dasar-dasar Imunisasi
1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
3. Vaksin Hepatitis B
4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)
5. Vaksin Campak

J. Jadwal Imunisasi
1. Umur 0-7 hari – jenis imunisasi HB 0
2. Umur 1 bulan – jenis imunisasi BCG, Polio 1
3. Umur 2 bula – jenis imunisasi DPT/HB 1, Polio 2
4. Umur 3 bulan – jenis imunisasi DPT/HB 2, Polio 3
5. Umur 4 bulan – jenis imunisasi DPT/HB 3, Polio 4
6. Umur 9 bulan – jenis imunisasi Campak
DAFTAR PUSTAKA

Graeff, AJudith, dkk. 2016. Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Saifulloh . 2014. Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media.
Andri, Setiawan. 2010. Imunisasi pada bayi dan anak.

Anda mungkin juga menyukai