Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN KESEHATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah keperawatan anak II


Diampu oleh : Hj.Eni Nurjani S.Kep.,Ners

Disusun Oleh :
Hendi permana
3A ( C1814201027 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN”

Topik. : Terapi bermain stimulasi kognitif

Sub Pokok : Terapi bermain mengenal warna, huruf, mengenal nama buah dan hewan.

Sasaran : Keluarga

Tempat : Rumah klien

Hari/Tanggal : Jum’at / 08-01-2021

Waktu : 25 menit

Penyuluh : Hendi permana

I. LATAR BELAKANG
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock). Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa
dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta
dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang
berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Setelah
melakukan survei di PAUD Pelangi sebagian besar murid-murid di PAUD tersebut
berusia 4 - 5 tahun sebanyak ± 40 anak. Sehingga, sasaranterapi bermain yang akan
dilakukan adalah anak pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 20 anak. Klasifikasi dalam
permainan ini adalah social affective play dimana anak belajar memberi respon dan
berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam bentuk permainan.
II. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan terapi bermain selam 25 menit, anak dapat mengikuti

permainan stimulasi kognitif yang diberikan.


III. TUJUAN KHUSUS

Setelah dilakukan terapi bermain selam 25 menit anak mampu :

a. Mengenal warna

b. Mengenal huruf

c. Mengenal nama buah dan hewan

d. Menebak gambar

IV. MATERI
Telampir

V. METODE PENYULUHAN
Bermain dengan anak menebak gambar yang telah disebutkan dan
didiskripsikan.

VI. MEDIA DAN ALAT PENYULUHAN


- Kertas gambar
- spidol
- kertas tempel

VII. KEGIATAN PENYULUHAN


Penyaji materi : Hendi permana
VIII. EVALUASI
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa rasa
takut Apakah anak mau menempel gambar ke depan, anak mau menyebutkan nama
gambar buah, gambar hewan, dan anak mau menyebutkan warna gambar yang
disebutkan perawat.
LAMPIRAN MATERI

A PENGERTIAN BERMAIN

- Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam


dirinya yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991).

- Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).

- Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

- Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan
melalui bio-psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy Smith).

- Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan


konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.

B. KATEGORI BERMAIN

1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan
timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain
sepak bola.

2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan support,
menonton televisi.

C. JENIS PERMAINAN

1. Permainan bayi

Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun.

Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.

2. Permainan perorangan

Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan

prasekolah. Contoh: menendang bola.

3. Permainan tetangga

Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi

dan penjahat.

4. Permainan tim

Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah

dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.

5. Permainan dalam ruang

Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan.

Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

D. CIRI-CIRI BERMAIN

1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda

2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi

3. Selalu dinamis, berkembang

4. Ada aturan tertentu

5. Menuntut ruangan tertentu.


E. KLASIFIKASI BERMAIN

a. Menurut Isi

a. Social affective play

Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain

terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,

misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan

bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,

dengan bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air

atau pasir, mengenal rasa, bau.

c. Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan

tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya

mengendarai sepeda roda tiga.

d. Dramatika play (Role play)

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau

ibu.

2. Menurut Karakteristik Sosial

a. Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa

orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita

todler.

b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing

mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak

todler dan pre school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang

sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,

anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.

d. Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan

terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan

tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

F. FUNGSI BERMAIN

1. Perkembangan Sensorik Motorik

Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya.

Bayi dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah

melalui gerakan tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan

masing-masing usia.

2. Perkembangan Kognitif/intelektual

Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan

ini diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam

hal warna, ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi

teka-teki silang.

3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua

media, puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi.

Misalnya menyusun balok.

4. Perkembangan Sosial

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari

peran dalam kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah,

dan mampu mengenal tanggungjawab.

5. Kesadaran Diri (Self awarness)

Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku

terhadap orang lain.

6. Perkembangan Moral

Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan

teman,

menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.

7. Terapi

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan

yang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.

8. Perkembangan Komunikasi

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat

mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan.

2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan

kognitif terganggu.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal

sementara anak wanita mother role.

4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.

5. Alat permainan.

6. Intelegensia.

7. Status sosial ekonomi.

H. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1. Tahap Eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.

2. Tahap Permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.

3. Tahap Bermain Sungguhan

Anak sudah ikut dalam perminan.

4. Tahap Melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

1. Bayi (1 bulan)

a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan

benda yang terang dan menyolok.

b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.

c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.

d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.

2. Bayi (2-3 bulan)

a. Visual: buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi
ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.

b. Auditori: bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam

pertemuan keluarga.

c. Taktil: memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut,

gosok dengan lotion/bedak.

d. Kinetik: jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.

3. Bayi (4-6 bulan)

a. Visual: bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna

terang

b. Auditori: anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas

kertas didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.

c. Taktil: beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.

d. Kinetik: bantu tengkurap, sokong waktu duduk.

4. Bayi (6-9 bulan)

a. Visual: mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas

untuk dirobek-robek.

b. Auditori: panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh,

beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah

sederhana.

c. Taktil: meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air

mengalir, berenang.

d. Kinetik: letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.

5. Bayi (9-12 bulan)

a. Visual: perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat,

bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.


b. Auditori: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara

binatang.

c. Taktil: beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan

hangat.

d. Kinetik: beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.

Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:

a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.

b. Buku dengan gambar menarik.

c. Balon, cangkir dan sendok.

d. Boneka bayi.

e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.

6. Todler (2-3 tahun)

a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.

b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.

c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.

d. Perhatiannya singkat.

e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”

f. Karakteristik bermain “Paralel Play”

g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.

h. Senang musik/irama.

Mainan untuk toddler:

a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.

b. Alat masak.

c. Malam, lilin.

d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat
dipukul, krayon, kertas.

7. Pra Sekolah (4-5 tahun)

a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.

b. Sangat energik dan imaginatif.

c. Mulai terbentuk perkembangan moral.

d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.

e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.

f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.

Mainan untuk pra sekolah:

a. Peralatan rumah tangga.

b. Sepeda roda tiga.

c. Papan tulis/kapur.

d. Lilin, boneka, kertas.

e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.

8. Usia Sekolah (6-12 tahun)

a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.

b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.

c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.

d. Karakteristik “Cooperative Play”.

e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.

Mainan untuk anak usia sekolah:

a. 6-8 tahun

Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,

sepeda.

2. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu,

olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.

9. Remaja ( 13-18 tahun)

a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.

b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.

c. Membaca majalah, buku.

J. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

1. Pengertian

APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak

disesusikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

2. Kegunaan

a. Pengembangan aspek fisik: merangsang pertumbuhan fisik anak.

b. Pengembangan bahasa: melatih bicara dan menggunakan kalimat yang

benar.

c. Pengembangan aspek kognitif: pengenalan suara, bentuk, ukuran, dan

warna.

d. Pengembangan aspek sosial: hubungan atau interaksi ibu-anak, keluarga,

masyarakat.

3. Syarat

a. Aman, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

b. Ukuran dan berat sesuai usia.

c. Desainnya harus jelas. Memiliki ukuran, susunan, warna tertentu serta

jelas maksud dan tujuannya.

d. Berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak

(motorik, bahasa, kognitif, sosialisasi).


e. Dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tidak terlalu sulit dan tidak

terlalu mudah.

f. Harus tetap menarik.

g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan.

h. Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan

diganti, pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat,

harga terjangkau.

4. Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli

a. Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan didorong.

b. Motorik halus: gunting, bola, balok, lilin.

c. Kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna.

d. Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.

e. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos

kaki.

f. Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama seperti

bola, tali, dakon.

5. Kesalahan dalam Pemilihan Alat

a. Memberikan sekaligus banyak mainan.


b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi

bagi anak.

c. Alat terlalu mahal.

d. Terlalu lengkap dan sempurna.

e. Tidak sesuai dengan umur anak.

f. Terlalu banyak mainan dengan tipe yang sama.


g. Tidak teliti keamanannya.

DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger. 2016. Family Centered Nursing Care of Children. WB


Sauders Company. Philadelpia. USA Hurlock, E. B. 2012 . Perkembangan anak. jilid
Erlangga. Jakarta Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta
Merenstein, et al. 2016. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Whaley and Wong.2014. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby Year
Book. Toronto. Canada

Anda mungkin juga menyukai