Anda di halaman 1dari 2

SUMBER HUKUM ISLAM

YANG DISEPAKATI PARA ULAMA

A. Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an

      Menurut bahasa (etimologi) kata Al-Qur’an berasal dari kata “qara-yaqrau-qur anan” artinya bacaan
atau yang dibaca. Sedangkan menurut istilah (terminologi) Al-Qur’an adalah Kalmullah sebagai
mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, dengan bahasa Arab,
ditulis dimushhaf, disampaikan secara mutawatir, dibaca bernilai ibadah. Diawali dengan surat Al-
Fatihan dan diakhiri dengan surat An-Nas.

2.   Pokok-pokok isi Al-Qur’an

      Pokok-pokok isi Al-Qur’an ada lima yaitu :

      a. Tauhid

      b. Ibadah

      c. Janji dan ancaman

      d. Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat

      e. Riwayat dan ceritera ( qishah umat terdahulu)

3.   Dasar Kehujjahan Al-Qur’an dan Kedudukannya sebagai Sumber Hukum

Sebagimana kita ketahui Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan disampaikan kepada
umat manusia adalah untuk wajib diamalkan semua perintah-Nya dan wajib ditinggalkan segala
larangan-Nya. Firman) Allah SWT :

Artinya  :      "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan  membawa


kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia  dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu, dan janganlah  kamu menjadi penantan karena membela  orang-orang yang khianat".
(An-Nisa :105).

Artinya  :      "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka   menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti  hawa nafsu mereka (Al-Maidah: 49).

Al-Qur'an merupakan number hukum utama dalam islam dan menempati kedudukan pertama dari sumber-
sumber hukum islam yang lain, ia merupakan aturan dasar yang paling tinggi. Semua sumber hukum
dan ketentuan norma yang ada tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur'an.

4.     Pedoman AI-Qur'an dalam Menetapkan Hukum.

     a.    Tidak memberatkan


     b.   Meminimalisir beban
   c.    Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum
B. Al- Hadits

1.  Pengertian Al-Hadits

     Menurut bahasa (etimologi) Al-Hadits berarti ”yang baru”, ”yang dekat”, atau ”warta” yaitu
sesuatu yang dibicarakan. Sedangkan menurut istilah (terminologi) Al-Hadits adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (persetujuan)
beliau. (MS. Wwawan : 2008, hal 27).

2.  Bentuk-bentuk Al-Hadits

     Berdasarkan definisi istilah diatas, maka bentuk hadits dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
     a. Qauliyah ( ucapan )

     b. Fi’liyah ( perbuatan )

     c. Taqririyah ( keputusan/ketetapan )

3.   Dasar Kehujjahan Al-Hadits dan Kedudukannya sebagai Sumber Hukum

Banyak kita jumpai ayat - ayat Al-Qur'an dan Hadits-hadits yang memberikan pengertian bahwa


hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Qur'an yang wajib diikuti, dan diamalkan baik
dalam bentuk perintah maupun larangannya.
  Berdasarkan uraian di atas bisa diketahui bahwa hadits merupakan salah satu sumber
hukum Islam dan menduduki urutan kedua setelah Al-Qur'an. Sedangkan bila dilihat dari segi
kehujjahannya, hadits melahirkan hukum zhanny, kecuali hadits yang mutawatir.

4.   Fungsi Al-Hadits terhadap Al-Qur’an

a. Bayanut Tafsir yaitu sebagai penjelas atau merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang masih global dan memberikan
batasan terhadap ayat Al-Qur’an yang dalam pelaksanaannya belum ada batasannya. Misal hadits tentang
tata cara ibadah sholat, tata cara ibadah haji dan lain-lain.

b. Bayanut Taqrir yaitu sebagai penguat ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an. Misal
hadits tentang rukun Islam dan lain-lain.

c. Bayanut Tasyri’ yaitu menetapkan hukum suatu perkara yang tidak ada ketentuan nashnya dalam Al-
Qur’an. Misal hadits tentang penyembelehan janin dalam perut induknya sama dengan penyembelehan
induknya dan lain-lain. ( HM. Suparta: 2006, hal 67 ).        

Anda mungkin juga menyukai