A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Menurut bahasa (etimologi) kata Al-Qur’an berasal dari kata “qara-yaqrau-qur anan” artinya bacaan
atau yang dibaca. Sedangkan menurut istilah (terminologi) Al-Qur’an adalah Kalmullah sebagai
mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, dengan bahasa Arab,
ditulis dimushhaf, disampaikan secara mutawatir, dibaca bernilai ibadah. Diawali dengan surat Al-
Fatihan dan diakhiri dengan surat An-Nas.
a. Tauhid
b. Ibadah
Sebagimana kita ketahui Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan disampaikan kepada
umat manusia adalah untuk wajib diamalkan semua perintah-Nya dan wajib ditinggalkan segala
larangan-Nya. Firman) Allah SWT :
Artinya : "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka (Al-Maidah: 49).
Al-Qur'an merupakan number hukum utama dalam islam dan menempati kedudukan pertama dari sumber-
sumber hukum islam yang lain, ia merupakan aturan dasar yang paling tinggi. Semua sumber hukum
dan ketentuan norma yang ada tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur'an.
Menurut bahasa (etimologi) Al-Hadits berarti ”yang baru”, ”yang dekat”, atau ”warta” yaitu
sesuatu yang dibicarakan. Sedangkan menurut istilah (terminologi) Al-Hadits adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (persetujuan)
beliau. (MS. Wwawan : 2008, hal 27).
Berdasarkan definisi istilah diatas, maka bentuk hadits dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Qauliyah ( ucapan )
a. Bayanut Tafsir yaitu sebagai penjelas atau merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang masih global dan memberikan
batasan terhadap ayat Al-Qur’an yang dalam pelaksanaannya belum ada batasannya. Misal hadits tentang
tata cara ibadah sholat, tata cara ibadah haji dan lain-lain.
b. Bayanut Taqrir yaitu sebagai penguat ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an. Misal
hadits tentang rukun Islam dan lain-lain.
c. Bayanut Tasyri’ yaitu menetapkan hukum suatu perkara yang tidak ada ketentuan nashnya dalam Al-
Qur’an. Misal hadits tentang penyembelehan janin dalam perut induknya sama dengan penyembelehan
induknya dan lain-lain. ( HM. Suparta: 2006, hal 67 ).