Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM
A. Definisi
Pengertian Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga
disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalammasa
aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncakkepala dan
persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).

B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi
penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai
penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan
kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

C. Manifestasi klinik
Periodepost partumialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak,
2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelahmelahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya
11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah
melahirkan uterus beradadi dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya
menjadi 50-60 gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone
menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yangterbentuk selama masa
hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah
hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjarhipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah
dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partumintensitas kontraksi uterus bisa berkurangdan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu areayang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas
menyebapkan pelepasan jaringan nekrotikdan mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi
endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum,
kecuali pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochearubra
terutama mengandung darah dan debris desidua dan debristrofoblastik.
Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri
dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari
setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba
mengandung leukosit, desidua, selepitel, mukus, serum dan bakteri.
Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita nulipara.

D. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologia
Infolusi uterusProses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelahmelahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibatkontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga
persalinan,uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pasca partum keenam fundus normal akan berada dipertengahan antara
umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan
dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60
gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormone menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama
akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu
yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahirkarena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.
3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibupost partumdibagi menjadi
3 fase yaitu :
a. Fase taking in/ ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan
dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold/ ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir
pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siapuntuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-halbaru. Selama
fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik.
c. Fase letting go/ saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah
kelahiran.Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya
yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah
kembalidan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit sering kali dibutuhkan pada hari
pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
2. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen inidikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urin alisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu
catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan
rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004).
F. Penatalaksanaan
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai
terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki
bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan
luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang
cukup (Moctar, 1998).
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum
adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta
lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir.

G. Diagnosa yang Sering Muncul


1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
3. Resiko menyusui tidakefektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanyakonstipasi.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis,proses persalinan dan proses melelahkan.

H. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
 Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
 Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman
 Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370C, N 60-100x/menit,
RR 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi
 Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambahdan
pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang
mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )
 Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
 Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
 Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian
klien pada hal lain
 Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : untuk menekan atau
mengurangi nyeri
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara
perawatan Vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,
pengetahuan bertambah
Kriteria hasil :
 Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
 Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
 Perawatan pervagina berkurang
 Vulva bersih dan tidak inveksi
 Tidak ada perawatan
 Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
 Pantau vital sign
 Kaji daerah perineum dan vulva
 Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
 Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
 Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya
 Lakukan perawatan vulva
3. Resiko menyusui tidakefektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui
Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibumenyusui
Kriteria hasil :
 Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
 Asi keluar
 Payudara bersih
 Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
 Bayi mau menetek
Intervensi :
 Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
 Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan carabrest care
 Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu
menyusui
 Jelaskan cara menyusui yang benar
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi
Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
 Pasien mengatakan sudah BAB
 Pasien mengatakan tidak konstipasi
 Pasien mengatakan perasaan nyamannya
Intervensi :
 Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurunR
 Observasi adanya nyeri abdomen
 Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat
 Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
 Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
 Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perluuntuk
memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putihdan
pemberian cairan lewat IV
 Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik
Intervensi :
 Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
 Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
 Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis,
proses persalinan dan proses melelahkan Kemungkinan dibuktikan oleh
mengungkapkan laporan kesulitan jatuh tidur / tidak merasa segera setelah
istirahat, peka rangsang, lingkaran gelap di bawah mata sering menguap
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
 Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru.
Melaporkan peningkatan rasa sejahtera istirahat
Intervensi :
 Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama
persalinan dan jenis kelahiran
 Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
 Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah
kembali ke rumah
7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang mengenai sumber informasi
Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi
Kriteria hasil :
 Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan individu
Intervensi :
 Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama persalinan
dan tingkat kelelahan klien
 Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien danpasangan
dalam mengidentifikasi hubungan
 Berikan informasi tentang peran progaram latihan post partum progresif
 Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat,
berkunjung pelayanan kesehatan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Mujahidah.N, 2020. Laporan Pendahuluan Post Partum (Partus Spontan).


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamina Bina Medika

Sagita, 2019. Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Dengan Post Operasi Sectio
Caesarea. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Anda mungkin juga menyukai