1. Organisasi sebagai sistem artinya ialah organisasi menjadi wadah keseluruhan yang
kompleks bergabungnya sekumpulan orang-orang untuk bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu secara terpimpin dan sistematis dengan didukung unsur-unsur terpadu, terorganisir, yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor- faktor bawaan, misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan.Sementara itu, faktor-faktor yang diperoleh, misalnya pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja, dan motivasi kerja. Setelah dipengaruhi oleh lingkungan internal organisasi dan lingkungan eksternal, faktor internal pegawai ini menentukan kinerja pegawai. Jadi, dapat diasumsikan bahwa makin tinggi faktor- faktor internal tersebut, makin tinggi pula kinerja pegawai.Sebaliknya, makin rendah faktor-faktor tersebut, makin rendah pula kinerjanya. Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang memengaruhi kinerja pegawai. Misalnya, krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi di Indonesia tahun 1997 meningkatkan inflasi, menurunkan nilai nominal upah dan gaji karyawan, dan selanjutnya menurunkan daya beli karyawan. Jika inflasi tidak diikuti dengan kenaikan upah atau gaji para karyawan yang sepadan dengan tingkat inflasi, maka kinerja mereka akan menurun. 2. Pengembangan organisasi perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas organisasi yang berkualitas. Sehingga, sasaran utama dari pengembangan organisasi adalah anggota organisasi itu sendiri. Pengembangan organisasi dilakukan dengan tujuan untuk membentuk sikap dan mental anggota organisasi dalam berinteraksi dengan sesama mereka sehingga terbentuk tim kerja yang mampu diharapkan oleh organisasi tersebut. 3. Adapun langkah-langkah pengembangan organisasi adalah sebagai berikut: a Mengenali permasalahan yang dihadapi organisasi b Mengumpulkan data untuk menentukan iklim organisasi dan masalah perilaku anggota-anggotanya c Melakukan umpan balik dari data tersebut dan konfrontasi d Merencanakan strategi untuk melakukan perubahan e Menengahi sistem dalam organisasi f Melakukan team building g Evaluasi 4. Munculnya penentangan atau peolakan terhadap pengembangan organisasi: a Penolakan “Logis”, berdasarkan alasan nalar dan ilmiah. Penolakan ini timbul dari waktu dan upaya yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, termasuk tugas pekerjaan baru yang harus dipelajari. b Penolakan “Psikologis”, berdasarkan emosi, sentimen dan sikap. Penolakan ini berkaitan dengan sikap dan perasaan pegawai secara individual tentang perubahan. Mereka mungkin khawatir akan sesuatu yang tidak diketahui, tidak mempercayai pimpinan/manajer, atau merasa bahwa rasa aman mereka terancam. c Penolakan “Sosiologis”, berdasarkan kepentingan dan nilai kelompok. Penolakan ini berkaitan dengan nilai dan kepentingan yang disandang kelompok. Nilai sosial merupakan kekuatan yang berpengaruh dalam lingkungan sehingga harus dipertimbangkan dengan seksama.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perubahan dalam
organisasi maka selanjutnya Robbins menerangkan setidaknya ada enam cara, yakni: 1) Melalui pendidikan dan komunikasi. Penolakan dapat dikurangi dengan komunikasi yang sehat antara manajemen dengan karyawan untuk membantu mereka melihat logika perubahan. Dengan demikian, karyawan dapat menerima dan memahami mengapa perubahan dilakukan dalam tubuh organisasi. 2) Mengundang partisipasi. Dengan berasumsi para individu dalam organisasi mempunyai keahlian dan andil yang sama dalam kemajuan organisasi, maka sepantasnya mereka diajak serta berpartisipasi dalam kebijakan perubahan organisasi. Keterlibatan mereka akan meminimalisasi penolakan-penolakan individu dalam organisasi. 3) Memberikan kemudahan dan dukungan. Upaya pengurangan tingkat penolakan juga dapat ditempuh melalui pemberian kemudahan dan dukungan kepada karyawan. Kemudahan dan pemberian dukungan itu dapat berupa: pemberian cuti pendek, pelatihanpelatihan, sumbangan dana, donasi, subsidi kompensasi, dan lain-lain dengan maksud agar setiap orang dalam organisasi merasa nyaman dengan perubahan yang terjadi. 4) Perundingan. Perundingan dilakukan jika penolakan yang timbul berasal dari kelompok, Perundingan dilakukan untuk melakukan tawar- menawar dengan kelompok penentang perubahan agar terjadi beberapa kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak tanpa mengurungkan perubahan itu sendiri. 5) Manipulasi dan kooptasi. Manipulasi mengacu kepada upaya pengaruh yang tersembunyi. Menghasut dan memutar-balik fakta agar tampak menarik bagi para penentang sehingga mereka akan berbalik untuk menyetujui perubahan. Sementara kooptasi merupakan bentuk manipulasi yang sekaligus mengajak partisipasi mereka yang menolak perubahan. 6) Pemaksaan. Terakhir dalam daftar langkah ini adalah pemaksaan, yaitu penerapan ancaman atau unjuk gigi kekuatan langsung terhadap para penolak perubahan berikut pemberian sanksi atau resiko yang akan diterima penolak kebijakan perubahan. 5. Pendekatan dalam pengembangan organisasi a Pendekatan Struktur Sasaran utama pendekatan struktur ini, adalah tertatanya struktur dan system hubungan dalam organisasi tersebut dengan baik. Pengembangan struktur organisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan system internal, seperti acuan kerja, ukuran dan komposisi kelompok kerja, system komunikasi, hubungan – hubungan tanggung jawab atau wewenang. Pendekatan struktural dibagi menjadi tiga kelompok diantaranya yaitu : 1) Melalui aplikasi prinsip – prinsip perancangan organisasi klasik. Pendekatan ini berusaha untuk memperbaiki penciptaan pembagian kerja yang tepatdari tanggung jawab jabatan para anggota organisasi, pengubahan rentang manajemen, deskripsi jabatan dan sebagainya. 2) Desentralisasi, hal ini didasarkan pada penciptaan satuan – satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri dan memutuskan perhatian pada kegiatan yang berorientasi tinggi. Hasilnya perbaikan hasil kerja. 3) Modifikasi aliran kerja dalam organisasi, pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan pengelompokan keahlian yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara lansung dan cenderung memperbaiki semangat kepuasan kerja. b Pendekatan Teknologi Pendekatan teknologis adalah salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang mana semua pendekatan yang ada dalam pengembangan organisasi tersebut saling membantu dan saling melengkapi kekurangan masing-masing yang sekiranya tidak bisa dicapai oleh masing- masing pendekatan tersebut. Dalam hal memperbaiki prestasi, F.W. Taylor dan pengikutnya mencoba menganalisa dan memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawan dan mesin- mesin untuk meningkatkan efisiensi sehubungan dengan perubahan teknologi. Adakalanya perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan struktur organisasi. Hal ini dapat menciptakan ketidaksenangan dan pemutusan hubungan diantara para anggota organisasi. Akibatnya terjadi penurunan produktifitas, lebih banyak kecelakaan dan tingkat perputaran karyawan yang tinggi. Penggabungan pendekatan struktur dan pendekatan teknologi, bermaksud memperbaiki prestasi melalui perubahan berbagai aspek. Baik struktur organisasinya maupun teknologinya. Contohnya, pengenalan teknologi baru yang diikuti pengorganisasian kembali bagian-bagian menjadi kelompok- kelompok lebih kecil. Contoh lainnya yaitu perluasan jabatan dan pengembangan jabatan. Dengan program ini, tugas-tugas yang membuat suatu jabatan, cara-cara berbagai tugas dilaksanakan, dan hubungan-hubungan karyawan diubah diubah untuk memperbaiki kepuasan karyawan dan barang kali meningkatkan produktifitas. c Pendekatan Sumber Daya Manusia Pendekatan ini bermaksud untuk mengubah secara lansung perilaku karyawan melalui pemusatan pada keterampilan sikap, persepsi dan pengharapan mereka, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan efektif. Keterampilan ini dapat mendorong para karyawan untuk memprakarsai perubahan dalam struktur teknologi organisasi, yang mengarah pada perbaikan prestasi organisasi. Usaha – usaha ini dapat diarahkan kepada perseorangan, kelompok atau organisasi sebagai keseluruhan. Teknik yang sering digunakan adalah pengembangan organisasi. 6. Peran agen perubahan atau konsultan dalam pengembangan organisasi: a Membangun kesadaran pentingnya perubahan Agen Perubahan harus mampu menyadarkan target bahwa mereka memerlukan perubahan dengan sikap / perilaku yang sebaiknya mereka lakukan. Perubahan sikap itu akan memberikan kemudahan / keuntungan bagi mereka dan diharapkan pada tahap ini target perubahan mempunyai kesadaran bahwa untuk hal yang lebih baik mereka harus berubah demi mereka sendiri. b Media penukar informasi Ketika kelompok masyarakat target perubahan menyadari bahwa mereka memerlukan perubahan, maka Agen Perubahan secara terus menerus membangun komunikasi dengan mereka. Mereka harus dapat diterima serta dipercaya oleh kelompok sosial / masyarakat target Inovasi / Kebijakan Publik sebelum mau membangun hubungan baik. Ia harus membangun citra diri sehingga dipersepsikan bahwa dia orang yang kompeten (competence), kredibel (credible), dapat dipercaya (trustworthy) dan bersikap penuh simpati dan empati pada kelompok sosial / masyarakat target Inovasi / Kebijakan Publik. c Mengidentifikasi masalah Agen Perubahan bertanggung jawab menyajikan hasil analisis tentang apa yang terjadi dan tidak dapat terpenuhi kebutuhannya saat itu. Pada saat yang demikian Agen Perubahan diharapkan mampu melihat persoalan yang dihadapi dengan menggunakan perspectif organisasi dan menyajikan komunikasi yang efektif. d Mendorong niat perubahan Setelah Agen Perubahan menjelaskan berbagai cara harus dilakukan oleh target perubahaan mereka, maka Agen Perubahan dituntut untuk mampu memberi motivasi yang telah ditawarkan Agen Perubahan. e Mentransformasikan niat menjadi nyata Agen Perubahan dituntut mencari tahu tentang cara bagaimana mempengaruhi target perubahaan sebagaimana rekomendasi yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan mereka sendiri. Pada tahap ini komunikasi interpersonal antar mereka sendiri dapat membantu meyakinkan untuk memutuskan mengadopsi budaya yang sesuai dengan kebutuhan mereka. f Merawat adopsi values baru dan mencegah pembatalan adopsi Agen Perubahan diharapkan tetap mendampingi target perubahan agar tetap bertahan dengan sikap perilaku yang sudah diputuskan dengan mengadopsi Values Baru/ Inovasi / Kebijakan Publik. Pendampingan merupakan tahap penting, karena menjadi konfirmasi tentang perubahan budaya yang dibutuhkan dan sekaligus menunjukkan manfaatnya bagi mereka. g Menciptakan Agen Perubahan baru dari Target Perubahan Akhirnya, Agen Perubahan mendorong target perubahan mampu bersikap dan berperilaku dengan mengadopsi budaya organisasi telah diperkenalkan sebelumnya. Saat Agen Perubahan setelah mampu mendorong budaya baru maka komunitas organisasi seharusnya telah mampu menciptakan kader Agen Perubahan (baru) dari komunitas target perubahan itu sendiri. Apabila kelompok Komunitas target perubahan telah mampu menghasilkan Agen Perubahan (baru) maka tugas Agen Perubahan telah berakhir. 7. Diagnostic organisasi merupakan suatu hal penting bagi organisasi dalam kaitannya dengan perubahan. Pentingnya diagnostic dalam pengembangan organisasi adalah untuk menetapkan pemahaman yang menyeluruh mengenai suatu sistem dan menjadikannya sebagai dasar dalam menentukan perubahan yang diinginkan. Diagnostic juga dapat membantu dalam merancang intervensi yang diperlukan bagi organisasi untuk meningkatkan kinerja, serta membantu merancang bagaimana melakukan perubahan dalam organisasi.