Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI POLITIK

EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF OTONOMI DAERAH

OLEH:
KELOMPOK 11:

1.APRILLIA KINANTI (17042096)


2.M. REZKI SONIMA (17042114)
3.KRIS RIDHA WAHYUNI (16042013)

Dosen Pengampu:
Dr. Lince Magriasti, S.IP., M.Si

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ekonomi
politik pembangunan dalam perspektif otonomi daerah ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dr. Lince Magriaste,S.IP.,M.Si
selaku Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Politik yang telah memberikan tugas berupa
makalah sehingga kami termotivasi menyelesaiakan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan, dan
pengetahuan seputar tentang ekonomi politik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Padang, 3 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….3

1.3 Tujuan Masalah…………………………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN

A. Ekonomi Politik Pembangunan……………………………………………………………4


B. Ekonomi Politik Pembangunan dalam Teori Pemberdayaan (Empowerment)…………...5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..9
B. Saran……………………………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan politik sebagai suatu bagian dari pembangunan secara menyeluruh mempunyai

beberapa karakteristik. Salah satu karakteristik dari pembangunan politik adalah tumbuhnya

peningkatanpartisipasi warga negara dalam beraneka ragam bentuknya, mulai dari yangresmiatau

mengikuti jalur yang ditetapkan oleh pemerintah (konvensional) sampai bentuk yang tidak resmi

(inkonvensional).

Sebagai negara yang sedang giat melancarkan pembangunan,maka kita lihat masa sekarang

ini pemerintah Indonesia berusaha mengadakandan melaksanakan pembangunan disegala bidang

kehidupan berbangsa dan bernegara guna mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.

Salah satu aspek yang termasuk didalamnya adalah “Pembangunan Politik”.

Pembangunan politik bertujuan agar masyarakat mempunyai kekuasaan untuk menggunakan

hak politiknya untuk menentukan peraturan -peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian

besar warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan yang harmonis. Usaha menggapai

the good life menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan tersebut. Masyarakat

mengambil keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu dan hal ini

menyangkut pilihan antara beberapa alternatifserta urutan prioritas dari tujuan-tujuan yang telah

ditentukan. Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut

pengaturan dan alokasi(allocation) dari sumber daya alam, perlu dimiliki kekuasaan (power)

serta wewenang (authority). Kekuasaan ini diperlukan baik untukmembina kerjasama maupun
untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Adapun cara-cara yang

dipakainya dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion).

Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik yang dalam

pelaksanaan pemerintahannya dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas

kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan

daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan. Jika diperhatikan bunyi pasal tersebut menyatakan bahwa pemerintah pusat

memberikan pelimpahan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembatuan.

Prinsip otonomi daerah yang dijalankan oleh pemerintah daerah tidak hanya sampai pada

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota saja, tetapi diterapkan juga sampai ketingkat kecamatan

dan kelurahan. Hal ini bertujuan agar kewenangan atau kebijakan yang dibentuk dan disalurkan

dari pemerintah pusat dapat juga dirasakan oleh masyarakat yang berada di kelurahan.

Pemerintah kelurahan sebagai unsur dasar di daerah, sangat berperan aktif dalam melaksanakan

prinsip otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus diselenggarakan sedemikian rupa

sehingga prinsip-prinsip tersebut dapat dipelihara dan dilaksanakan sepenuhnya.

Secara etimologis, otonomi berasal dari bahasa Yunani, autoyang berarti sendiri dan nomous

yang berarti hukum atau peraturan. Dengan demikian, otonomi adalah pemerintahan yang

mampu menyelenggarakan pemerintahan yang dituangkan dalam peraturan sendiri sesuai dengan

aspirasi masyarakatnya. Dengan adanya otonomi, daerah diharapkan lebih mandiri dalam

menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidakterlalu aktif mengatur
daerah. Adapun pembentukan pemerintah daerah bertujuan untuk mencapai efektivitas dan

efesiensi dalam pelayanan kepada masyarakat.

Pelaksanaan otonomi daerah selain beradasarkan pada acuan hukum, juga sebagai

implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah

kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggungjawab, terutama dalam mengatur,

memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada didaerahnya masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu ekonomi politik pembangunan?


2. Apa itu ekonomi politik pembangunan dalam perspektif otonomi daerah?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui ap aitu ekonomi politik pembangunan.


2. Untuk mengetahui ap aitu ekonomi politik pembangunan dalam perspektif otonomi
daerah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ekonomi Politik Pembangunan

Ekonomi politik pembangunan dipandang sebagai cabang ilmu ekonomi yang

mempelajari proses-proses sosial dan institusional dimana kelompok-kelompok elite (aktor)

ekonomi dan politik berusaha mempengaruhi keputusan untuk mengalokasikan sumber-

sumber produktif yang langka untuk masa sekarang atau mendatang, baik untuk kepentingan

kelompok maupun untuk kepentingan masyarakat luas (publik).

Ekonomi politik pembangunan menurut para ahli:

 Membahas hubungan ekonomi dan politik dengan tekanan pada peran kekuasaan dalam

pengambilan keputusan ekonomi (Arief Budiman,1996).

 Sebagai sebuah studi teori sosial dan keterbelakangan (Martin Staniland, 1985).

 Sebagai sebuah pendekatan dalam ilmu-Iimu sosial yang bersifat supradisiplin atau ilmu

yang melampaui batas-batas disiplin (Uphoff dan Ilchman, 1970).

 Sebagai ilmu sosial terpadu tentang paradigma dan teori pilihan publik (Rachbini, 2002).

Adapun fokus dari ekonomi politik pembangunan ini yaitu:

 Mengamati setiap isu atau kebijakan pembangunan (yang langsung maupun tidak

langsung) melibatkan kepentingan publik pada level makro (pemerintah, kelompok)

maupun mikro (individu).

 Mengamati fenomena pembangunan secara interaktif dan komprehensif yaitu dari

segi proses dan dampaknya.


 Mengkaji dan menganalisis keputusan-keputusan politik dan kebijakan publik

menyangkut persoalan-persoalan ekonomi dan politik dalam pembangunan mengenai

kesediaan barang-barang (goods) dan jasa pelayanan (services) yang diperlukan oleh

publik.

B. Ekonomi Politik Pembangunan dalam Perspektif Otonomi Daerah

Konsep otonomi secara etimologis dapat dijelaskan bahwa otonomi berasal dari bahasa

Latin “autos“ dan “nomos“. Autosberarti sendiri dan nomos berarti aturan. Atas dasar

pengertian etimologis tersebut, SLS Danuredjo (1967:10) memberikan arti otonomi sebagai

“zelwetgeving“ atau pengundangan sendiri. Sedang J.Wajong (1975:5) mengemukakan

bahwa otonomi adalah kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan daerah,

dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri dan pemerintahan sendiri. Selanjutnya

Saleh Syariff (l953:7) memberi arti otonomi sebagai mengatur atau memerintah sendiri.

Pendapat lain dikemukakan oleh Logeman sebagaimana dikutip oleh YW Sunindhia

(l987:35) menyatakan bahwa otonomi berartikebebasan atau kemandirian tetapi bukan

kemerdekaan. Pembicaraan tentang otonomidaerah juga selalu dikaitkan dengan

desentralisasi, karena berbicara tentang otonomidaerah dan desentralisasi dapat diibaratkan

berbicara tentang 2 sisi dari satu keping matauang, yaitu berbicara tentang 2 hal yang dapat

dibedakan antara satu dengan yang lain tetapi sulit untuk dapat dipisahkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Ryaas Rasyid (2000:78) menyatakan bahwa istilah

otonomi lebih cenderung kepada “political aspect” (aspek politik-kekuasaan negara)

sedangkan desentralisasi lebih cenderung pada “administrative aspect” (aspek administrasi

negara). Selanjutnya dinyatakan bahwa apabila dilihat dari konteks “sharingof power” atau

berbagi kekuasaan, kedua istilah tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan. Apabila berbicara mengenai otonomi daerah tentuakan menyangkut

pertanyaan seberapa besar wewenang untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah

yang diberikan sebagai wewenang untuk mengurus rumah tangga daerah.

Dalam praktek penyelenggaraan pemerintah daerah akan sangat ditentukan oleh seberapa

keleluasaan kewenangan otonominya dan sebaliknya juga seberapa besar kecilnya campur

tangan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Kedua hal tersebut tercermin dalam

rumusan undang-undang tentang pemerintahan daerah yang disusun oleh DPR bersama-sama

dengan Pemerintah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu undang-undang tentang

pemerintahan daerah yang satu dengan yang lain berbeda-beda karena pada saat perumusan

dan pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kekuatan politik yang

berada di badan perwakilan, serta aspirasi yang berkembang dan hidup baik di lingkungan

badan perwakilan, pemerintah dan masyarakat.

Sehubungan dengan adanya perubahan tentang otonomi daerah, Christianto Wibisono

(2001:51) menyatakan bahwa masalah otonomi daerah di Indonesia merupakan masalah

politik ekonomi yang memerlukan pendekatan, kearifan dan kebijaksanaan kenegarawanan

yang matang, dewasa dan mantap. Dari pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa

otonomi di Indonesia bukanlah hanya penting ditinjau dari perspektif politik tetapi juga dari

perspektif ekonomi.

Kebijakan pembangunan dalam perspektif otonomi daerah di Indonesia: Otonomi daerah,

tidak bisa lepas dari kajian tentang konsep dan teori desentralisasi. Terdapat hubungan yang

saling menentukan dan bergantung antara desentralisasi dan Otonomi Derah;

Desentralisasilah yang melandasi suatu daerah dapat dikatakan otonom; OTDA tidak akan

ada, jika tidak ada desentralisasi. Sebaliknya desentralisasi tanpa OTDA akan menimbulkan
kesulitan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di daerah; Tanpa

desentralisasi, daerah tidak akan memiliki otonomi. OTDA tidak akan pernah ada dalam

konteks organisasi negara, bila teori desentralisasi tidak dijadikan dasar pijakan.

Alasan dianutnya desentralisasi (The Liang Gie, 1968) dilihat dari sudut politik sebagai

permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan

pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tiran, dalam bidang politik

penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik

rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak

demokrasi, dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, asalan mengadakan pemerintahan

daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien,

dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya

ditumpahkan kepada kekhususan sesuatu daerah, dari sudut kepentingan pembangunan

ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara

langsung membantu pembangunan tersebut.

Keuntungan dan kebaikan desentralisasi (Cheema dan Rondinelli, 1983: Kebijaksanaan

desentralisasi akan mempermudah artikulasi dan implementasi kebijakan pembangunan atas

dasar pemerataan dengan meningkatnya kemampuan administratif unit-unit kerja daerah;

Desentralisasi dapat mengurangi dan menyederhanakan prosedur birokrasi yang rumit dan

berliku-liku; Desentralisasi dapat pula meningkatkan persatuan nasional dan memperteguh

legitimasi pemerintahan, karena desentralisasi memberi kesempatan kepada masyarakat

untuk mengenal masalah yang dihadapi dan menyalurkan permasalahan itu kepada lembaga-

lembaga pemerintahan yang relevan; Koordinasi yang lebih efektif dapat pula dicapai lewat

penerapan kebijakan desentralisasi.


Desentralisasi dapat pula dianggap sebagai suatu mekanisme untuk meningkatkan

efisiensi pemerintah pusat, karena tugas-tugas rutin akan lebih efektif jika diselenggarakan

oleh pejabat-pejabat daerah; Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat pula

ditingkatkan dengan menempuh kebijaksanaan desentralisasi. Desentralisasi mengandung

kemungkinan untuk meningkatkan dan memperluas fasilitas dan pelayanan oleh pemerintah

dengan mengurangi kontrol oleh kelompok elit lokal terhadap kegiatan

pembangunan.Dengan desentralisasi, pemberian pelayanan oleh pemerintah kepada

masyarakat yang menyangkut kebutuhan dasar akan lebih efisien, karenabiaya pelayanan

tersebut dapat ditekan serendah mungkin. Desentralisasi dapat mempertinggi fleksibilitas

instansi pusat, staf lapangan serta pemimpin lokal dalam rangka penanganan masalah-

masalah setempat yang bersifat khusus.

Dalam konteks pembangunan,desentralisasi ditujukan untuk meningkatkan pembangunan

semua sektor demi percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desentralisasi dan

otonomi diyakini dapat menjawab tuntutan pemerataan pembangunan sosial ekonomi,

penyelenggaraan pemerintahan danpembangunan politik yang efektif. Desentralisasi

akhirnya diyakini dapat menjamin penanganan variasi tuntutan masyarakat secara tepat dan

cepat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Motivasi dalam rangka pemberian Otonomi Daerah, sehingga dapat mempercepat

pembangunan di daerah dengan bermuara kepada kesejahteraan masyarakat daerah

adalah: karena kebhinekaan kehidupan masyarakat; pengakuan dan penghormatan atas

sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat;

Pendayagunaan pengelolaan potensi daerah; Mendidik dan empowermentmasyarakat

dalam segala kehidupan; Pemerataan kemampuan daerah dengan memperhatikan kondisi

daerah yang berbeda dan tetap berada dalam satu wawasan nusantara; Upaya peningkatan

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan; Upaya melancarkan pelaksanaan

pembangunan; Meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses demokratisasi

pemerintahan.

Dalam implementasi pembangunan dalam perspektif otonomi daerah dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif melalui pendekatan perencanaan wilayah akan dapat berhasil

dilaksanakan oleh suatu daerah dengan melihat pendekatan kebijakan otonomi, yang

tentunya sebagai salah satu cara guna menghindari adanya kesenjangan pertumbuhan

ekonomi antar daerah.

Hubungan pembangunan dalam arti luas yaitu perencanaan wilayah melalui

pendekatan karakteristik dan potensi daerah, perlu dilakukan pertimbangan oleh

Pemerintah Pusat untuk dapat memberlakukan sebaran/pendistribusian pengendalian

sesuai sektor pertumbuhan sehingga tidak terpusat di ibukota negara seperti


Jakarta.Dimungkinkan pendekatankebijakanmelalui Pembentukan Pusat-pusat

pertumbuhan potensi di daerah sebagai contoh: untuk sektor pertambangan minyak bumi,

Pusat pertumbuhannya di Pekanbaru Provinsi Riau, sektor pertambangan umum di

Jayapura Provinsi Papua, sektor Kepariwisataaan di Denpasar Provinsi Bali, sektor

Kehutanan di Samarinda Kalimantan Timur, sektor Perikanan di Makasar Sulawesi

Selatan, sektor Perkebunan di Medan Sumatera Utara, sektor Perindustrian di Surabaya

Jawa Timur, sektor Pendidikan di Yogyakarta, dsb.

B. Saran

Dalam penjelasan yang terdapat dalam makalah ini, sekiranya kita dapat menambah

pengetahuan baru mengenai pembangunan yang sudah tidak asing bagi kita. Penulis

dalam penyusunan makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna karena banyak sekali

kekurangan dalam proses pembuatan makalah ini. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya

pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, DS. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik, dan Solusi bagi

Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. IPB Press. Bogor.

Mufti, Muslim dan Syamsir, Ahmad. 2016. Pembangunan Politik. Bandung:Pustaka Setia.

Rosidin, Utang. 2015. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung:Pustaka Setia.

Jurnal Kebijakan Pembangunan dalam Perspektif Otonomi Daerah di Indonesia oleh Abdul

Kadir & Isnaini. 2019.

Anda mungkin juga menyukai