OLEH:
KELOMPOK 11:
Dosen Pengampu:
Dr. Lince Magriasti, S.IP., M.Si
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ekonomi
politik pembangunan dalam perspektif otonomi daerah ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dr. Lince Magriaste,S.IP.,M.Si
selaku Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Politik yang telah memberikan tugas berupa
makalah sehingga kami termotivasi menyelesaiakan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan, dan
pengetahuan seputar tentang ekonomi politik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..9
B. Saran……………………………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan politik sebagai suatu bagian dari pembangunan secara menyeluruh mempunyai
beberapa karakteristik. Salah satu karakteristik dari pembangunan politik adalah tumbuhnya
peningkatanpartisipasi warga negara dalam beraneka ragam bentuknya, mulai dari yangresmiatau
mengikuti jalur yang ditetapkan oleh pemerintah (konvensional) sampai bentuk yang tidak resmi
(inkonvensional).
Sebagai negara yang sedang giat melancarkan pembangunan,maka kita lihat masa sekarang
kehidupan berbangsa dan bernegara guna mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.
hak politiknya untuk menentukan peraturan -peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian
besar warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan yang harmonis. Usaha menggapai
the good life menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan tersebut. Masyarakat
mengambil keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu dan hal ini
menyangkut pilihan antara beberapa alternatifserta urutan prioritas dari tujuan-tujuan yang telah
pengaturan dan alokasi(allocation) dari sumber daya alam, perlu dimiliki kekuasaan (power)
serta wewenang (authority). Kekuasaan ini diperlukan baik untukmembina kerjasama maupun
untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Adapun cara-cara yang
dipakainya dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion).
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik yang dalam
pelaksanaan pemerintahannya dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Jika diperhatikan bunyi pasal tersebut menyatakan bahwa pemerintah pusat
memberikan pelimpahan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur sendiri urusan
Prinsip otonomi daerah yang dijalankan oleh pemerintah daerah tidak hanya sampai pada
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota saja, tetapi diterapkan juga sampai ketingkat kecamatan
dan kelurahan. Hal ini bertujuan agar kewenangan atau kebijakan yang dibentuk dan disalurkan
dari pemerintah pusat dapat juga dirasakan oleh masyarakat yang berada di kelurahan.
Pemerintah kelurahan sebagai unsur dasar di daerah, sangat berperan aktif dalam melaksanakan
prinsip otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus diselenggarakan sedemikian rupa
Secara etimologis, otonomi berasal dari bahasa Yunani, autoyang berarti sendiri dan nomous
yang berarti hukum atau peraturan. Dengan demikian, otonomi adalah pemerintahan yang
mampu menyelenggarakan pemerintahan yang dituangkan dalam peraturan sendiri sesuai dengan
aspirasi masyarakatnya. Dengan adanya otonomi, daerah diharapkan lebih mandiri dalam
menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidakterlalu aktif mengatur
daerah. Adapun pembentukan pemerintah daerah bertujuan untuk mencapai efektivitas dan
Pelaksanaan otonomi daerah selain beradasarkan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggungjawab, terutama dalam mengatur,
PEMBAHASAN
sumber produktif yang langka untuk masa sekarang atau mendatang, baik untuk kepentingan
Membahas hubungan ekonomi dan politik dengan tekanan pada peran kekuasaan dalam
Sebagai sebuah studi teori sosial dan keterbelakangan (Martin Staniland, 1985).
Sebagai sebuah pendekatan dalam ilmu-Iimu sosial yang bersifat supradisiplin atau ilmu
Sebagai ilmu sosial terpadu tentang paradigma dan teori pilihan publik (Rachbini, 2002).
Mengamati setiap isu atau kebijakan pembangunan (yang langsung maupun tidak
kesediaan barang-barang (goods) dan jasa pelayanan (services) yang diperlukan oleh
publik.
Konsep otonomi secara etimologis dapat dijelaskan bahwa otonomi berasal dari bahasa
Latin “autos“ dan “nomos“. Autosberarti sendiri dan nomos berarti aturan. Atas dasar
pengertian etimologis tersebut, SLS Danuredjo (1967:10) memberikan arti otonomi sebagai
bahwa otonomi adalah kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan daerah,
dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri dan pemerintahan sendiri. Selanjutnya
Saleh Syariff (l953:7) memberi arti otonomi sebagai mengatur atau memerintah sendiri.
berbicara tentang 2 sisi dari satu keping matauang, yaitu berbicara tentang 2 hal yang dapat
dibedakan antara satu dengan yang lain tetapi sulit untuk dapat dipisahkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Ryaas Rasyid (2000:78) menyatakan bahwa istilah
negara). Selanjutnya dinyatakan bahwa apabila dilihat dari konteks “sharingof power” atau
berbagi kekuasaan, kedua istilah tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan. Apabila berbicara mengenai otonomi daerah tentuakan menyangkut
Dalam praktek penyelenggaraan pemerintah daerah akan sangat ditentukan oleh seberapa
keleluasaan kewenangan otonominya dan sebaliknya juga seberapa besar kecilnya campur
tangan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Kedua hal tersebut tercermin dalam
rumusan undang-undang tentang pemerintahan daerah yang disusun oleh DPR bersama-sama
dengan Pemerintah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu undang-undang tentang
pemerintahan daerah yang satu dengan yang lain berbeda-beda karena pada saat perumusan
dan pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kekuatan politik yang
berada di badan perwakilan, serta aspirasi yang berkembang dan hidup baik di lingkungan
yang matang, dewasa dan mantap. Dari pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa
otonomi di Indonesia bukanlah hanya penting ditinjau dari perspektif politik tetapi juga dari
perspektif ekonomi.
tidak bisa lepas dari kajian tentang konsep dan teori desentralisasi. Terdapat hubungan yang
Desentralisasilah yang melandasi suatu daerah dapat dikatakan otonom; OTDA tidak akan
ada, jika tidak ada desentralisasi. Sebaliknya desentralisasi tanpa OTDA akan menimbulkan
kesulitan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di daerah; Tanpa
desentralisasi, daerah tidak akan memiliki otonomi. OTDA tidak akan pernah ada dalam
konteks organisasi negara, bila teori desentralisasi tidak dijadikan dasar pijakan.
Alasan dianutnya desentralisasi (The Liang Gie, 1968) dilihat dari sudut politik sebagai
pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tiran, dalam bidang politik
rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak
daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien,
dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya
ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara
Desentralisasi dapat mengurangi dan menyederhanakan prosedur birokrasi yang rumit dan
untuk mengenal masalah yang dihadapi dan menyalurkan permasalahan itu kepada lembaga-
lembaga pemerintahan yang relevan; Koordinasi yang lebih efektif dapat pula dicapai lewat
efisiensi pemerintah pusat, karena tugas-tugas rutin akan lebih efektif jika diselenggarakan
kemungkinan untuk meningkatkan dan memperluas fasilitas dan pelayanan oleh pemerintah
masyarakat yang menyangkut kebutuhan dasar akan lebih efisien, karenabiaya pelayanan
instansi pusat, staf lapangan serta pemimpin lokal dalam rangka penanganan masalah-
akhirnya diyakini dapat menjamin penanganan variasi tuntutan masyarakat secara tepat dan
cepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi dalam rangka pemberian Otonomi Daerah, sehingga dapat mempercepat
daerah yang berbeda dan tetap berada dalam satu wawasan nusantara; Upaya peningkatan
pemerintahan.
sebagai salah satu alternatif melalui pendekatan perencanaan wilayah akan dapat berhasil
dilaksanakan oleh suatu daerah dengan melihat pendekatan kebijakan otonomi, yang
tentunya sebagai salah satu cara guna menghindari adanya kesenjangan pertumbuhan
pertumbuhan potensi di daerah sebagai contoh: untuk sektor pertambangan minyak bumi,
B. Saran
Dalam penjelasan yang terdapat dalam makalah ini, sekiranya kita dapat menambah
pengetahuan baru mengenai pembangunan yang sudah tidak asing bagi kita. Penulis
dalam penyusunan makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna karena banyak sekali
kekurangan dalam proses pembuatan makalah ini. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya
pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
Damanhuri, DS. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik, dan Solusi bagi
Mufti, Muslim dan Syamsir, Ahmad. 2016. Pembangunan Politik. Bandung:Pustaka Setia.
Jurnal Kebijakan Pembangunan dalam Perspektif Otonomi Daerah di Indonesia oleh Abdul