Anda di halaman 1dari 4

[ LAPORAN KASUS ]

Malnutrisi Akut dan Skabies

Muhammad Iqbal Rezki Hasibuan, Anita


Riawati, Siti Sara, Noviana Zara, Rahmad
Umri

Fakultas Kedokteran, Universitas


Malikussaleh

Abstrak
Peningkatan angka kematian balita merupakan salah satu permasalahn kesehatan di Indonesia. Salah
satu penyebabnya adalah kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi. Terdapat banyak faktor resiko terjadinya
malnutrisi pada balita, salah satunya adalah penyakit infeksi. Skabies pada manusia merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang umum terjadi di seluruh dunia. Seorang anak perempuan, usia 15 bulan,
datang bersama dengan ibunya dengan keluhan utama gatal-gatal pada kedua telapak tangan, sela jari
tangan dan sebagian dada sejak 1 bulan yang lalu. Tampak adanya ruam kemerahan serta bekas
garukan pada lokasi tubuh pasien yang gatal. Selain itu ibu pasien juga mengatakan sejak mengalami
sakit tersebut pasien menjadi tidak selera makan. Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh tekan nadi 96
x/menit, pernafasan 26 x/menit, suhu 36,9 oC, berat badan 6,9 kg dan tinggi badan 75 cm, dan dapat
disimpulkan bahwa pasien juga mengalami malnutrisi akut. Pasien diagnosis malnutrisi akut dan skabies
dengan penatalaksanaan non-medikamentosa dan medikamentosa. Edukasi diberikan pada keluarga
pasien terkait dengan penyusunan menu makanan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang, menjaga
personal hygiene dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta penjelasan tentang
penyakit skabies yang meliputi penyebab, gejala, penularan, pengobatan serta upaya pencegahan yang
dapat dilakukan. Terapi yang diberikan meliputi Salep 24 (dioles 1x sehari, selama 3 hari berturut-turut),
Paracetamol syr 3 x 1 Cth dan CTM + Vitamin B kompleks + Vitamin C pulvis (3 x 1 pulv) serta susu
formula sebanyak 6 kotak.

Kata kunci: malnutrisi akut, skabies

Acute Malnutrition and Scabies

Abstract
The increase of toddler death rate is one of the health problems in Indonesia. one of the cause is the
failed to fulfill the nutritional need. There are a lot of risk factors of malnutrition in toddler, the infection
disease is one among them. Scabies in human is common health problem to occur in population around
the world. A female child, 15 months old, came with her mother with main itching in both of her hands
palm, between the fingers and some area of the chest since 1 month ago. It can be seen there are
several redness with the signs of sratching on these body parts. Beside, her mother told that she start to
lost her appetite since she suffered from the itching. From the physical examination obtained pulse 96
times/min, breathing 26 times/min, temperature 36,9 oC, body weight 6,9 kg and body height 75 cm, and
from the result it can be conclude that she also suffered acute malnutrition. The pastient diagnosed as
acute malnutrition and scabies that given non-medication and the medication therapies. Education given
to patient’s family related to the arrangement of food menu according to the balanced nutritional
guidelines, maintain the personal hygiene and the application of clean and healthy lifestyle, they also
given the explanation about scabies that including the main cause, symptoms, contagious route,
treatment also the prevention steps that can be done. The medications given including ointment 24 (once
a day, for 3 days in a row), Paracetamol syr 3 x 1 Cth dan CTM + Vitamin B complex + Vitamin C pulvis
(3 x 1 pulv) also 6 boxes of formulation milk.

Keywords: acute malnutrition, scabies


Pendahuluan kemudian. Diketahui bahwa kakak kandung
pasien juga mengalami keluhan yang sama
Peningkatan angka kematian balita
seperti pasien.
merupakan salah satu permasalahan
Ekonomi keluarga pasien dikategorikan
kesehatan di Indonesia. Salah satu
menengah, ibu pasien adalah seorang IRT
penyebabnya adalah kebutuhan gizi yang
dan ayah pasien sehari-hari berjualan mie di
tidak terpenuhi. Hasil Riskesdas
salah satu warung di Lhoksukon. Total
menunjukkan adanya peningkatan
pendapatan bersih bisa mencapai
prevalensi balita gizi kurang dan buruk
Rp200.000/hari.
secara nasional, prevalensi berat-kurang
Pada pemeriksaan fisik diperoleh tekan
pada tahun 2013 adalah 13,9 persen, terdiri
nadi 96 x/menit, pernafasan 26 x/menit, suhu
dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen
36,9oC, berat badan 6,9 kg dan tinggi badan
gizi kurang. Jika dibandingkan angka
75 cm. Pada inspeksi terlihat bekas garukan
prevalensi nasional 2007 (8,4%) dan tahun
dan bercak-bercak kehitaman bekas ruam
2010 (17,9%) terlihat meningkat.1
pada kulit di kedua bagian sela jari dan
Skabies pada manusia merupakan
telapak tangan serta bagian ketiak dan dada.
masalah kesehatan masyarakat yang umum
Diagnosis kerja pada pasien adalah
terjadi di seluruh dunia dengan estimasi
malnutrisi akut dan skabies dengan
prevalensi sebanyak 300 juta individu yang
penatalaksanaan yang diberikan berupa non-
terinfeksi. Beberapa faktor dipertimbangkan
medikamentosa dan medikamentosa.
untuk epidemiologi skabies pada
Edukasi yang diberikan pada pasien terkait
masyarakat miskin, diantaranya perilaku
dengan menu makanan yang sesuai dengan
sosial, pergerakan populasi, malnutrisi,
pedoman gizi seimbang, menjaga personal
kurangnya akses ke perawatan kesehatan,
hygiene dan penerapan perilaku hidup bersih
terapi yang kurang adekuat, serta
dan sehat (PHBS), serta penjelasan tentang
kurangnya kebersihan.2
penyakit skabies yang meliputi penyebab,
gejala, penularan, pengobatan serta upaya
Kasus pencegahan yang dapat dilakukan.
Pasien anak perempuan, usia 15 bulan, Pengobatan secara pengobatan yang
datang bersama dengan ibunya ke poliklinik diperoleh dari puskesman meliputi Salep 24
anak Puskesmas Lhoksukon dengan (dioles 1x sehari selama 3 hari berturut-turut),
keluhan utama gatal-gatal pada kedua Paracetamol syr 3 x 1 Cth dan CTM + Vitamin
telapak tangan, sela jari tangan dan B kompleks + Vitamin C pulvis (3 x 1 pulv).
sebagian tubuh disertai demam. Tampak Pada pasien juga diberikan susu formula
adanya ruam kemerahan serta bekas sebanyak 6 kotak.
garukan pada lokasi tubuh pasien yang
gatal. Ibu pasien mengatakan gatal Pembahasan
dirasakan memberat saat malam hari yang 1. Faktor Biologi
menyebabkan pasien rewel dan sulit tidur
serta saat kondisi panas atau saat pasien Jika dibandingka dengan orang dewasa,
dalam keadaan berkeringat. Keluhan telah anak-anak memang lebih rentan terhadap
dialami pasien dalam 1 bulan terakhir. penyakit dikarenakan sistem imunnya belum
Diketahui sebelumnya pasien juga telah terbentuk dengan sempurna. Anak paling
berobat ke puskesmas karena keluhan yang rentan adalah umumnya yang berusia balita
sama, namun gatal masih tetap timbul (dibawah 5 tahun), dan khususnya yang
setelah obat habis. Dari anamnesis pada berusia kurang dari usia 1 tahun. 3 Sistem
ibu pasien diketahui bahwa kakak pasien kekebalan tubuh berperan penting melindungi
juga mengalami gatal-gatal, sedangkan ibu kita dari infeksi virus, kuman/bakteri dan lain-
dan ayah pasien tidak. Diperkirakan gatal lain. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa
tersebut ditularkan oleh saudara perempuan disadari kita hidup berdampingan dengan
pasien yang sering bermain bersama kuman-kuman. Kuman yang tersebar di
dengan pasien. lingkungan kita dapat masuk ke dalam tubuh
Selain itu ibu pasien juga mengatakan melalui udara pernapasan maupun makanan.
sejak mengalami sakit tersebut pasien Namun sistem kekebalan tubuh dapat
menjadi tidak selera makan. Dari hasil menjaga tubuh tetap terlindung dari kuman
pengukuran berat badan diperoleh hasil 6,9 tersebut. Proses terbentuknya sistem
kg dan disimpulak bahwa pasien mengalami kekebalan tubuh yang paling penting adalah
gizi kurang sehingga dirujuk ke poliklinik dimulai sejak dari awal kelahiran hingga usia
gizi. Di sana pasien kemudian mendapatkan 1 tahun. Sebagian besar pertumbuhan dan
susu formula sebanyak 6 kotak dan perkembangan bayi ditentukan oleh
disarankan untuk kembali lagi sebulan pemberian ASI eksklusif.3
pengobatan secara individual, maka individu
2. Faktor Perilaku akan mudah tertular kembali penyakit skabies
dari individu lain yang tidak diobati.
Terdapat banyak faktor resiko
Perhitungan komponen rumah sehat
terjadinya masalah gizi pada balita,
pada pasien ini diperoleh nilai 811 poin yang
beberapa diantaranya adalah adanya
berarti tidak memenuhi kategori rumah sehat,
penyakit infeksi, jenis kelamin, umur anak,
dimana suatu rumah dianggap sehat jika
berat badan lahir rendah, tidak diberi ASI
memperoleh nilai 1.068-1.200 poin. Penelitian
eksklusif, imunisasi tidak lengkap, nomor
yang dilakukan oleh Aprilianto pada salah
urut anak, pekerjaan ayah dengan tingkat
satu pesantren di Kendal menunjukkan
sosial ekonomi yang rendah, ibu pekerja,
adanya hubungan antara sanitasi lingkungan
tingkat pendidikan orang tua yang rendah,
dengan kejadian skabies dengan nilai p-
jumlah anggota keluarga yang besar dan
value 0,009<0,05.5
faktor lain. Pada kasus infeksi, selain akibat
adanya paparan langsung dengan
mikroorganisme penyebab, penyakit infeksi 3. Faktor Pelayanan Kesehatan
juga dapat dipengaruhi oleh perilaku hidup
Ketersediaan obat yang terbatas di
bersih dan sehat (PHBS). Terdapat
Puskesmas menjadi salah satu penyebab
setidaknya 10 indikator dari PHBS,
suatu penyakit sulit untuk diberantas. Saat ini
beberapa indikator yang terkait dengan
obat yang ditanggung oleh pemerintah untuk
rumah tangga seperti konsumsi buah dan
penyakit skabies di tingkat Puskesmas hanya
sayur setiap hari, mencuci tangan dengan
salep 24, yang terkadang stoknya habis atau
benar, BAB di jamban dan sumber air bersih
kosong. Selain itu edukasi yang kurang
dan baik. Menurut data Riskesdas, di tingkat
mengenai cara penggunaan obat yang tepat
nasional Provinsi Aceh merupakan yang
juga mempengaruhi tingkat kesembuhan
paling rendah ke-2 setelah Papua dalam
pada pasien. Beberapa faktor
proporsi pemenuhan kriteria PHBS. Hal ini
dipertimbangkan yang menyebabkan skabies
dapat dilihat pada keluarga pasien pada
pada masyarakat diantaranya adalah
kasus ini yang belum memiliki jamban
kurangnya akses ke perawatan kesehatan,
sendiri serta tidak mengetahui bagaimana
terapi yang kurang adekuat, serta kurangnya
langkah mencuci tangan yang baik dan
kebersihan.2
benar.1
Selain itu, promosi kesehatan yang
Masih minimnya pengetahuan tentang
difokuskan oleh Puskesmas saat ini masih
penyakit skabies juga menjadi faktor
kepada penyakit-penyakit yang sifatnya tidak
pendukung pada kasusu ini. Penelitian yang
menular seperti hipertensi dan diabetes
dilakukan oleh Riris pada salah satu
mellitus. Sedangkan penyakit menular seperti
pesantren di Surakarta menunjukkan
skabies cenderung masih kurang
adanya hubungan antara tingkat
mendapatkan perhatian khusus, sehingga
pengetahuan dengan kejadian skabies
banyak masyarakat awam yang bahkan tidak
dengan nilai p-value 0,026<0,05. Pada
mengenali penyakit ini. Promosi kesehatan
penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa
merupakan salah satu pilar penting untuk
orang dengan pengetahuan yang kurang
meningkatkan pengetahuan masyarakat akan
baik memiliki risiko 2,3 kali untuk terkena
suatu kondisi kesehatan atau penyakit
skabies dibandingkan mereka yang memiliki
tertentu. Skabies masih merupakan penyakit
pengetahuan baik.4
yang sulit diberantas, terutama dalam
lingkungan masyarakat dengan tingkat hunian
3. Faktor Lingkungan
padat dan tertutup dengan pola kehidupan
Penularan penyakit skabies dapat sederhana, serta tingkat pendidikan dan
terjadi bila kebersihan pribadi dan pengetahuan yang masih rendah.6 Penelitian
kebersihan lingkungan tidak terjaga dengan Khotimah juga menunjukkan hasil adanya
baik. Penularan dapat terjadi akibat kontak hubungan yang bermakna antara
langsung dengan kulit pasien atau secara pengetahuan terjadinya skabies.7
tidak langsung melalui benda yang Simpulan
terkontaminasi tungau. Penyakit skabies
Peningkatan angka kematian balita
menular dengan cepat pada suatu
merupakan salah satu permasalahn
komunitas yang tinggal bersama sehingga
kesehatan di Indonesia. Salah satu
dalam pengobatannya harus dilakukan
penyebabnya adalah kebutuhan gizi yang
secara serentak dan menyeluruh pada
tidak terpenuhi. Terdapat banyak faktor resiko
semua orang dan lingkungan pada
terjadinya malnutrisi pada balita, salah
komunitas yang terserang skabies. Hal ini
satunya adalah penyakit infeksi. Skabies pada
disebabkan apabila hanya dilakukan
manusia merupakan masalah kesehatan 7. Khotimah, K, Beberapa Faktor yang
masyarakat yang umum terjadi di seluruh Berhubungan dengan Kejadian
dunia. Beberapa faktor dipertimbangkan Skabies di Pondok Pesantran Nurul
yang menyebabkan skabies pada Hikmah Jatisawit Bumiayu Brebes.
masyarakat diantaranya perilaku sosial, Skripsi. Semarang. UNDIP, 2006.
pergerakan populasi, malnutrisi, kurangnya
akses ke perawatan kesehatan, terapi yang
kurang adekuat, serta kurangnya
kebersihan. Diperlukan penatalaksanaan
yang bersifat komprehensif dan terpadu
sehingga angka morbiditas dan mortalitas
akibat malnutrisi maupun skabies dapat
ditekan. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan adalah meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan penyakit,
menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat, menjaga sanitasi lingkungan dan
mengkonsumsi makanan sesuai dengan
pedoman gizi seimbang.

Daftar Pustaka

1. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).


Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. 2013.

2. Feldmeier H, Jackson A, Ariza L,


Calheiros CM, Soares Vde L, Oliveira
FA, Hengge UR, Heukelbach J. The
epidemiology of scabies in an
impoverished community in rural
Brazil: presence and severity of
disease are associated with poor
living conditions and illiteracy. J Am
Acad Dermatol. 2009 Mar;60(3):436-
43. doi: 10.1016/j.jaad.2008.11.005.
Epub 2008 Dec 6.

3. Baskoro, A. Panduan Praktis Ibu


Menyusui. Yogyakarta: Banyu Media;
2008.

4. Riris, NR. Hubungan Antara Faktor


Pengetahuan dan Perilaku Dengan
Kejadian Skabies di Pondok
Pesantren Al-Muayyad Surakarta.
Skripsi. UMS, 2010.

5. Aprilianto, D. Hubungan Personal


Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Dengan Kejadian Skabies di Pondok
Pesantren Al-Musyaffa’ Kabupaten
Kendal. Semarang. Skripsi. UNNES,
2015.

6. Iskandar. T, Masalah Skabies Pada


Hewan dan Manusia Serta
Penanggulangannya. Wartazoa. Vol.
10, No. 1, hh. 28-34, 2000.

Anda mungkin juga menyukai