TINJUAN KASUS
A. Kasus/permasalahan
Tren pacaran para remaja rata-rata dimulai pada usia 15-17 tahun.
Perilaku pacaran yang tidak sehat dapat menjadi awal perilaku seksual yang
menyimpang, misalnya hubungan seksual pranikah yang bisa mengakibatkan
konsekuensi pada masalah kesehatan seperti penularan IMS (Infeksi Menular
Seksual), kehamilan remaja, dan masalah sosial lainnya. Data dari Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 mengungkap sekitar 2
persen remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8 persen remaja pria di rentang
usia yang sama, telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Sebanyak 11 persen di antaranya mengaku mengalami kehamilan tidak
diinginkan
Berbagai alasan diungkap oleh para remaja terkait dengan hubungan
seksual pranikah yang mereka lakukan seperti saling mencintai, rasa
penasaran, terjadi begitu saja, dipaksa, butuh uang, hingga pengaruh dari
teman atau lingkungan. Dikalangan mahasiswa mereka mengatakan seks
merupakan hal yang biasa terjadi, oleh karena itu perilaku seks dengan pacar
boleh dilakukan sebagai bukti kesetiaan terhadap pasangan, sebagian lagi
mengatakan bahwa perilaku seks bebas dilakukan karena motivasi dari ajakan
pasangan mereka
B. Penyelesaian kasus dengan menggunakan teori aksi beralasan (theory of
reasoned action)
1. Niat
Remaja memiliki niat untuk melakukan seks bebas
2. Sikap
Remaja setuju sek dengan pacar/pasangan mereka yang dipengaruhi oleh
kebutuhan seks tersalurkan, tanpa bayaran, bukti kesetiaan cinta
3. Norma subjektif
Perilaku seks dengan pacar boleh dilakukan yang dipengaruhi oleh
Kepercayaan saya bahwa “pacar menganggap Sex adalah wujud
kesetiaan” dan Motivasi untuk mengikuti pacar
KEPERCAYAAN bhw:
Kebutuhan sex tersalurkan Saya setuju seks
Tanpa bayar, keuntungan Dengan pacar
ekonomi
Kesetiaan cinta