Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional diwujudkan dalam upaya penyelenggaraan

pembangunan yang berkesinambungan secara menyeluruh, terarah dan

terpadu, yang berguna dalam menentukan kualitas sumber daya manusia,

peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa yang terkandung dalam

pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2016).

Pembangunan kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang atau masyarakat,

agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan

indikator terjadinya peningkatan kesehatan ibu dan anak, penurunan angka

kesakitan, angka kematian bayi, dan peningkatan Usia Harapan Hidup

(UHH) (Kemenkes, 2016).

Usia Harapan Hidup (UHH) yang merupakan salah satu indikator

pembangunan kesehatan diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan

berkembangnya ilmu dan teknologi di bidang kesehatan dan akan

berdampak terhadap meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia di dunia,

oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut

usia agar para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif secara

sosial dan ekonomi salah satunya dengan cara meningkatkan upaya

kesehatan bagi lanjut usia dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan


ditetapkannya peraturan menteri kesehatan tentang rencana aksi nasional

kesehatan lanjut usia tahun 2016-2019 (Kemenkes, 2016).

Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang

tidak dapat dihindari oleh setiap individu dan merupakan tahap akhir dari

kehidupan (Kemenkes, 2016). Lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas yang dimana pada tahap ini

individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,

khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi (Ratnawati, 2018).

Badan Pusat Statistik (2013) dalam Kementerian Kesehatan (2016)

menyebutkan bahwa jumlah lanjut usia di seluruh dunia 1 dari 10 orang

berusia lebih dari 60 (enam puluh) tahun saat ini diperkirakan lebih dari 629

juta jiwa dan pada tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar, di

Indonesia proyeksi dari jumlah penduduk lansia usia 60 (enam puluh) tahun

ke atas diperkirakan meningkat menjadi 27,1 juta jiwa pada tahun 2020,

menjadi 33,7 juta jiwa pada tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa pada tahun 2035.

Di Jawa Barat, jumlah lanjut usia sebanyak 4,76 juta atau sekitar 9,71% dari

total penduduk Jawa Barat (Badan Pusat Statistik, 2019). Berdasarkan hasil

Dinas Kesehatan Sukabumi (2017), jumlah penduduk lansia yang terdapat

di Kota Sukabumi sebanyak 334,033 orang, 168,440 orang lansia pada jenis

kelamin laki-laki dan sebanyak 165,593 orang lansia pada jenis kelamin

perempuan (Dinkes Sukabumi, 2017).

Dampak dari peningkatan jumlah lanjut usia menimbulkan masalah

dalam berbagai aspek, salah satunya adalah aspek kesehatan karena


seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat

penurunan fungsi sistem tubuh sehingga lansia lebih rentan terhadap

berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular (Octaviani, 2017).

Berdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan (2018), prevalensi penyakit tidak

menular pada lansia mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun

2013, penyakit tersebut antara lain kanker naik dari 1,4 % menjadi 1,8 %,

stroke naik dari 7% menjadi 10,9%, penyakit ginjal kronik naik dari 2%

menjadi 3,8%, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%, dan hipertensi

naik dari 25,8% menjadi 34,1% (Riskesdas, 2018).

Penyakit stroke merupakan masalah kedua penyebab kematian setelah

hipertensi dalam penyakit tidak menular, dan stroke juga merupakan salah

satu komplikasi yang terjadi akibat hipertensi sehingga stroke menjadi

masalah kesehatan utama bukan hanya di Indonesia namun di dunia

(Kemenkes, 2019). Menurut World Health Organization (WHO), stroke

adalah suatu kondisi klinis yang berkembang cepat, timbul mendadak,

progresif, berupa defisit neurologik lokal dan global yang dapat berlangsung

lama selama 24 jam/lebih dan atau dapat menyebabkan kematian tanpa

adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Rahmadani & Rustandi,

2019). Berdasarkan patofisiologinya, stroke diklasifikasikan menjadi stroke

non hemoragik (iskemik) dan stroke hemoragik (Mutiarasari, 2019).

Stroke non hemoragik adalah tipe stroke yang lebih sering ditemukan

daripada stroke hemoragik. Penelitian yang dilakukan Hsieh et al tahun

2010 (dikutip dalam Mutiarasari (2019)) bahwa proporsi stroke non


hemoragik 74,0% dari semua stroke yang disebabkan oleh gangguan aliran

darah ke otak dan sisanya adalah stroke hemoragik 26,0% yang terjadi

karena pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan pendarahan dan

merusaknya. Gangguan untuk tipe stroke apapun akan menimbulkan defisit

neurologis atau adanya kerusakan jaringan saraf pusat yang bersifat akut di

antaranya gangguan kognitif, fungsional, dan defisit sensorik yang dapat

berakibat langsung terjadinya imobilisasi atau gangguan mobilitas fisik

(Mutiarasari, 2019).

Stroke dapat disebabkan oleh trombosis/emboli akibat plak

aterosklerosis yang menyebabkan hemiplegi atau hemiparese dan gangguan

neurologis fokal (Nurarif & Kusuma, 2015). Pecahnya pembuluh darah dan

pendarahan terjadi karena emboli septik yang dimana darah mengalir ke

ruang subarachnoid dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial

serta menimbulkan nyeri, juga menyebabkan terjadinya edema, spasme

pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut membuat aliran

darah berkurang atau tidak ada sehingga dapat terjadi nekrosis jaringan otak

atau kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).

Stroke menjadi penyebab utama kecacatan fisik pada lanjut usia yang

mana morbiditasnya semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga

menjadi masalah serius yang dihadapi hampir di seluruh dunia (Mutiarasari,

2019). Kejadian stroke terjadi di seluruh dunia sebesar 15 juta orang setiap

tahun, angka kejadian stroke di Amerika Serikat adalah sekitar 7 juta jiwa

dan 3,0% diantaranya atau 875.000 kasus menyebabkan kematian, di


Indonesia insiden stroke pertahun dengan mencapai 750.000 dan 553.00

jiwa (7,9%) diantaranya menyebabkan kematian (Mutiarasari, 2019).

Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa naiknya

angka penderita penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring

bertambahnya usia. Stroke dapat menyerang semua umur, tetapi lebih rentan

dan lebih sering dijumpai pada masyarakat yang berusia 45 tahun ke atas

(Octaviani, 2017). Dari seluruh kejadian stroke di Indonesia, prevalensi

penyakit stroke tertinggi yang terdiagnosa oleh tim tenaga kesehatan adalah

pada penduduk usia 75 tahun ke atas (50,2%) dan kejadian stroke terendah

pada penduduk usia 15-24 tahun (0,6%) (Kemenkes, 2018).

Adapun data dari dinas kesehatan kota Sukabumi, jumlah penderita

stroke tahun 2017 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Penderita Stroke Pada Lansia di Wilayah Puskesmas Kota
Sukabumi Tahun 2017 (Dinkes Sukabumi, 2017).
Penyakit Stroke
No Puskesmas Jumlah
Umur 45-59 tahun Umur >60 tahun
1 Baros 19 48 67
2 Lembur situ 9 46 55
3 Cikundul 1 33 34
4 Limusnunggal 38 12 50
5 Cibeureum Hilir 4 4 8
6 Tipar 2 21 23
7 Gedong Panjang 19 74 93
8 Nanggleng 6 8 14
9 Benteng 9 29 38
10 Pabuaran 6 9 15
11 Sukakarya 5 99 104
12 Karang Tengah 2 33 35
13 Cipelang 1 1 2
14 Selabatu 0 181 181
15 Sukabumi 2 132 134
Jumlah 123 650 773

Dari tabel 1.1 tentang jumlah penderita stroke pada lansia di wilayah

puskesmas kota Sukabumi tahun 2017, dapat disimpulkan dari 773 kasus

stroke yang terjadi di kota Sukabumi pada tahun 2017 sebanyak 84% (650

kasus) terjadi pada lansia dan jumlah lansia terbanyak yang menderita

stroke berada di wilayah puskesmas selabatu yaitu 181 kasus.

Dampak stroke jika tidak ditangani dengan baik dapat mengalami

gangguan mobilitas fisik seperti gangguan motorik

(kelumpuhan/kelemahan, gangguan keseimbangan, sulit membentuk kata,

tidak bisa bicara, kaku) dan gangguan sensori (hilang rasa, gangguan

penglihatan, rasa baal) (Octaviani, 2017). Penderita stroke yang mengalami

gangguan mobilitas fisik mengakibatkan terjadinya gangguan pada kekuatan

otot, keseimbangan, serta koordinasi gerak yang menyebabkan penderita

dapat mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari (Rahmadani & Rustandi, 2019).

Upaya penanggulangan dari dampak stroke adalah melalui penerapan

asuhan keperawatan secara komprehensif yang dimulai dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi dan selain itu

sebagai seorang perawat harus mampu memberikan intervensi yang tepat

salah satunya yaitu dengan melakukan rehabilitasi seperti fisioterapi, terapi

wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi (Rahmadani & Rustandi, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian Rahmadani & Rustandi (2019), dalam proses

rehabilitasi yang dinilai sebagai latihan yang cukup efektif dan berpengaruh

terhadap peningkatan kekuatan otot, mencegah kekakuan otot, mencegah

terjadinya proses penyembuhan yang lama dan kecacatan, serta untuk

mengurangi gejala sisa stroke adalah latihan ROM (Range Of Motion).

Latihan ROM merupakan latihan yang dilakukan dengan menggerakan

persendian sesuai dengan gerakan normal baik secara aktif maupun pasif

yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan otot dan memperluas

gerak sendi, keseimbangan dan koordinasi gerak, serta mengoptimalkan

pengobatan (Kharisma et al, 2020).

Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian studi kasus melalui proses keperawatan tentang

“Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. U Dengan Gangguan Mobilitas

Fisik Akibat Stroke (Non Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan

Bojongjengkol Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat

disimpulkan rumuskan masalah bagaimanakah “Asuhan Keperawatan

Gerontik Pada Ny. U Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke (Non

Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan Bojongjengkol Kecamatan

Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi”.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pengelolaan kasus ini terdiri dari tujuan umum dan

khusus, di antaranya:

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Ny. U Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke (Non

Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan Bojongjengkol Kecamatan

Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum yang telah diuraikan, maka dapat

dibuat tujuan khusus sebagai berikut:

1) Mampu melakukan Pengkajian Keperawatan Gerontik Pada Ny.

U Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke (Non

Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan Bojongjengkol

Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.

2) Mampu menetapkan Diagnosa Keperawatan Gerontik Pada Ny. U

Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke (Non

Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan Bojongjengkol

Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.

3) Mampu menyusun Perencanaan Keperawatan Gerontik Pada Ny.

U Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke (Non

Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan Bojongjengkol

Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi


4) Mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan Gerontik Pada Ny.

U Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke (Non

Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan Bojongjengkol

Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.

5) Mampu melakukan Evaluasi Keperawatan Gerontik Pada Ny. U

Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke (Non

Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan Bojongjengkol

Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.

6) Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada

Ny. U Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke (Non

Hemoragik) Di RT 014 RW 004 Kelurahan Bojongjengkol

Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.

1.4 Manfaat

Merujuk pada penelitian di atas, maka penelitian ini sekurang-

kurangnya diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis, yaitu:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat

menambah dan memperkaya konsep atau teori yang menyokong

perkembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan,

khususnya yang terkait dengan asuhan keperawatan gerontik

dengan gangguan mobilitas fisik akibat stroke (non hemoragik).


1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien

lansia dengan gangguan mobilitas fisik akibat stroke (non

hemoragik), serta melatih penulis untuk menyusun hasil

pemikiran dan penelitian yang telah dilakukan yang

selanjutnya dituangkan ke dalam Karya Tulis Ilmiah

dengan cara-cara yang lazim digunakan oleh para ilmuan

dalam dunia ilmu pengetahuan.

2) Bagi Kampus STIKESMI

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat bagi lembaga pendidikan sebagai tambahan

kepustakaan dan bahan bacaan khususnya tentang asuhan

keperawatan gerontik dengan gangguan mobilitas fisik

akibat stroke (non hemoragik).

3) Bagi Klien/Masyarakat Desa Bojongjengkol

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan

pengetahuan dalam memberikan Asuhan Keperawatan

Gerontik Pada Ny. U Dengan Gangguan Mobilitas Fisik

Akibat Stroke (Non Hemoragik) Di RT 014 RW 004

Kelurahan Bojongjengkol Kecamatan Jampang Tengah

Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini juga diharapkan dapat


bermanfaat bagi lokasi penelitian sebagai bahan evaluasi

dan masukan yang diperlukan dalam meningkatkan

pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya

pada pasien lansia dengan gangguan mobilitas fisik akibat

stroke (non hemoragik).

Anda mungkin juga menyukai