Disusun oleh :
Dosen Pengajar :
D III KEPERAWATAN
PEMKAB JOMBANG
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “KONSEP MODEL
PROMKES DAN NILAI PROMKES”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami menerima
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah kami selanjutnya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................
1
B. Tujuan..............................................................................................................
1
E. Media
Promkes...............................................................................................33
A. Kesimpulan.................................................................................................... 40
B. Saran..............................................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak
orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam
kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan
kesehatan hal ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam
pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi
masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgaai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan
bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami
akan membahas tentang “Promosi Kesehatan”.
B. Tujuan
1. Tujun Umum
2. Tujuan Khusus
1
b. Strategi promosi kesehatan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang
akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas
akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan
berjalan lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan
ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya: cakupan angka kunjungan ke
klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
3
c. Tujuan Perilaku
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu
(1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
a. Sasaran primer, yaitu pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
sebagai komponen dari masyarakat.
Ewlest & Simnet (1994), mengidentifikasi tujuan area kegiatan promosi kesehatan
yaitu:
4
Winslow (1920) dalam Level & Clark (1958) mengungkapkan 3 tahap
pencegahan yang dikenal dengan teori five levels of prevention, yaitu:
1) Pencegahan Primer
Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
masalah kesehatan.
2) Pencegahan Skunder
b) Pembatasan kecacatan
3) Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang diderita
tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi
optimal secara fisik, mental, dan sosial.
d. Pengembangan Organisasi
5
Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan
masyarakat umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan
dalam situasi dan kondisi kehidupan.
Kegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk kebijaksanaan
dan perencanaan yang melibatkan upaya lobi dan implementasi perubahan
perubahan legislatif.seperti peraturan pemberian label makanan halal mendorong
praktik etik yang sukarela.
a. Pemberdayaan masyarakat
b. Pemgembangan kemitraan
c. Upaya advokasi
d. Pembinaan suasana
e. Pemgembangan SDM
f. Pemgembangan IPTEK
h. Pengembangan infrastruktur
Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health
promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan,
antara lain :
6
a. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan
seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan
yang mempengaruhi kesehatan mereka.
g. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program
kebijakkan.
7
g. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi
maupun intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada
perorangan dan kelompok.
Strategi promosi kesehatan yang mana ditujukan kepada para penentu kebijakan
agar mengeluarkan kebijakan dan ketentuan yang menguntungkan bahkan dapat
merugikan kesehatan, sehingga dalam menentukan keputusan diperhatikan
dampaknya bagi kesehatan masyarakat.
Strategi ini dikelola oleh para pengelola tempat umum, termasuk pemerintah kota.
Dimana mereka dapat menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam
meningkatkan kesehatnnya, sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang
sehat untuk mendukung prilaku sehat masyarakat
4. Keterampilan Individu
8
Strategi ini mewujudkan adanya keterampilan individu-individu dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatanya. Langkah awal untuk strategi ini
adalah pemberian pemahaman tentang penyakit dalam bentuk metode atau teknik
kepada individual bukan dalam bentuk massa
5. Gerakan Masyarakat
Adanya gerakan dari masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan dan memelihara
kesehatannya. Hal ini akan tampak dari prilaku masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya tanpa harus ada kegiatan namun akan tampak dari
prilaku menuju sehat.
Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh WHO (1994), strategi promosi kesehatan
secara global dibagi menjadi tiga yang akan dibentuk dalam intervensi, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Pendekatan
advokasi ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau penentu keputusan
sesuai sektornya. Intinya adalah strategi advokasi kesehatan merupakan
pendekatam yang dilakukan dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan
mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi
ini ada dalam bentuk formal dan informal. Advokasi dalam bentuk formal
misalnya : penyajian presentasi, seminar, atau suatu usulan yang dilakukan oleh
para pejabat terkait. Advokasi informal misalnya: suatu kegiatan untuk meminta
dana, atau dukungan dalam bentuk kebijakan kepada para pejabat yang relevan
dengan kebijakan yang diusulkan. Intervensi yang dapat dilakukan secara
perseorangan kepada pejabat ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan debat.
Sehingga diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang nyata, kepedulian,
serta pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga terjadi kelanjutan kegiatan.
Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya dengan menggunakan
tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan atau pengembang
9
kesehatan dengan masyarakat. Intervensi keperawatan yang diberikan dalam
stretegi dukungan sosial ialah : pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya,
bimbingan bagi para tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah
adanya peningkatan jumlah para tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam
pelayanan kesehatan, jumlah individu dan keluarga dimana meningkat
pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan fasilitas kesehatan yang
ada misalnya posyandu.
Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980,
merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi
promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing,
Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation).
PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencanaan mengenal
masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. Pada
tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEEDE.
PROCEEDE merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and Organizational
Contructs in Educational and Environmental Development.
10
digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Menurut Schmidt dkk. (1990), model ini paling banyak diterima dan
telah berhasil diterapkan dalam perencanaan program-program komprehensif
dalam banyak susunan yang berlainan, serta model ini dianggap lebih berorientasi
praktis. Gambar 6.1 meringkas gambaran model PRECEDE-PROCEED.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang ada,
maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat.
Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya
dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan informan kunci, forum yang ada
di masyarakat, focus group discussion (FGD), nominal group process, dan survei.
Pada fase ini, praktisi dapat menggunakan kumpulan data multipel dari aktivitas-
aktivitas (hasil wawancara dengan informan, diskusi kelompok, observasi
terhadap partisipan, dan survei), untuk memahami kebutuhan masyarakat. Fase ini
secara subjektif berupaya mendefinisikan kualitas hidup dalam masyarakat. Fokus
pada fase ini adalah untuk mengenali dan mengevaluasi permasalahan sosial yang
mempengaruhi kualitas hidup target populasi. Tahap ini membutuhkan perencana
program untuk mendapatkan pengertian dari permasalahan sosial yang
mempengaruhi kehidupan pasien, konsumen, siswa, atau komunitas, sebagaimana
mereka memandang permasalahan tersebut. Hal ini diikuti oleh pembentukan
penghubung antara permasalah tersebut dan permasalahan kesehatan spesifik yang
dapat menjadi fokus dari edukasi kesehatan. Penghubung ini sangat penting dalam
hidup dan, sebagai timbal balik, bagaimana kualitas hidup mempengaruhi
11
permasalahan sosial. Metode yang digunakan untuk diagnosis sosial dapat
menggunakan satu atau beberapa cara pada “Community Assessment”.
Pada tahap ini, masalah-masalah kesehatan yang didapatkan dari tahap pertama
tadi digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari
data lokal, regional, maupun nasional. Dalam tahap ini dilihat bagaimana
pengaruh atau akibat dari masalah-masalah kesehatan tersebut dengan mengacu
pada mortalitas, morbiditas, tanda dan gejala yang ditimbulkan. Dari tahap inilah
perencana menetapkan suatu prioritas masalah yang nantinya akan dibuat suatu
perencanaan yang sistematis.
Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur,
jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping itu, dicari pula
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas,
morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi
masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan
atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah,
yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan,
serta kemungkingan untuk diubah. Prioritas masalah harus tergambar pada tujuan
program dengan ciri “who eill benefit how much of what outcome by when”.
Diagnosis epidemiologi mencakup analisis data sekunder atau kumpulan data asli
untuk memprioritaskan kebutuhan akan kesehatan masyarakat serta
mempertahankan tujuan dan target dari program. Praktisi mengamankan dan
menggunakan data statistik yang spesifik dari populasi target dalam rangka
mengidentifikasi dan mengurutkan masalah dan tujuan kesehatan yang dapat
memberikan kontribusi terhadap kebutuhan masyarakat yang teridentifikasi.
Diagnosis epidemiologi membantu identifikasi faktor-faktor perilaku dan
lingkungan yang berhubungan dengan kualitas kehidupan. Fokus pada fase ini
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang spesifik dan faktor
non-medis yang berhubungan dengan kualitas kehidupan yang buruk.
Menjelaskan permasalahan kesehatan tersebut dapat: 1. membentuk hubungan
antara permasalahan kesehatan, kondisi kesehatan lain, dan kualitas kehidupan; 2.
12
Mendorong penyusunan prioritas masalah yang akan memandu fokus dari
program dan pemanfaatan sumber daya secara efektif; dan 3. Menyusun
kewajiban yang jelas pada masing-masing pihak. Prioritas-prioritas ini dijelaskan
sebagai sebagai sebuah program objektif yang menjelaskan target populasi
(WHO), outcome yang diinginkan (WHAT), dan seberapa banyak (HOW MUCH)
keuntungan yang harus didapatkan target populasi, dan kapan (WHEN)
keuntungan tersebut terjadi.
· Statistik vital
· Kecacatan
· Angka kejadian
· Morbiditas
· Mortalitas
Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan tujuan atau masalah
yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi atau sosial. Sedangkan
diagnosis lingkungan adalah analisis paralel dari faktor lingkungan sosial dan fisik
daripada tindakan khusus yang dapat dikaitkan dengan perilaku.
Fase ini mengidentifikasi faktor-faktor, baik faktor internal maupun eksternal dari
individu yang dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan. Fokus fase ini
ditujukan pada identifikasi sistematis praktek kesehatan dan faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan yang telah dijelaskan pada
13
fase 2. Faktor-faktor ini mencakup penyebab non-perilaku (faktor individu dan
lingkungan) yang dapat berkontribusi pada permasalahan kesehatan, tetapi tidak
dikontrol oleh perilaku. Hal ini dapat mencakup predisposisi genetik, umur, jenis
kelamin, penyait yang diderita, iklim, tempat kerja, ketersediaan fasilitas
kesehatan yang adekuat, dan lain-lain. Perilaku yang menyebabkan permasalahan
kesehatan juga dinilai. Bagian penting lain pada fase ini adalah kecenderungan
terjadinya perubahan pada tiap permasalahan kesehatan pada fase 2. Mengulang
kembali untuk membaca literatur-literatur yang telah ada maupun menerapkan
teori-teori yang ada, merupakan elemen penting pada fase ini.
Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai
program. Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan
seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya
pencegahan (prevention action), pola konsumsi akanan (consumption pattern),
kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care).
14
Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality, persistence,
frequency, dan range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan
sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang
digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.
15
secara berkelanjutan serta hukuman (punishmen) sebagai konsekuensi dari suatu
perilaku. Hal tersebut digunakan untuk memotivasi dan menguatkan perilaku
sehat dan outcome. Reinforcement bisa datang dari individu atau kelompok,
seseorang atau institusi dalam lingkungan fisik atau sosial seperti keluarga, guru,
akademis, dan lain-lain.
Pemilihan faktor-faktor mana yang harus diubah untuk memulai dan menjaga
(maintain) perubahan perilaku dilakukan pada fase ini karena intervensi spesifik
juga disusun pada fase ini.
Diagnosis edukasi dan organisasi ini lah yang digunakan untuk melihat hal-hal
spesifik yang dapat meningkatkan atau menurunkan perilaku-perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan.
Predisposing factors
Enabling factors
16
- Terbatasnya sumber/fasilitas air bersih
- Kegiatan PKK dan karang taruna yang tidak terlaksana dengan baik
Reinforcing factors
- Perilaku tokoh masyarakat yang juga tidak memberikan contoh yang baik
Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang
berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program
promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu
sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang
terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program.
Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis,
peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan
lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi
kesehatan.
17
Diagnosis administratif dilakukan dengan tiga penilaian, yaitu: sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakn program, sumber daya yang ada di organisasi dan
masyarakat, serta hambatan pelaksana program. Sedangkan pada diagnosis
kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan
organisasional yang memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang
dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
· Sumber Data
- Tokoh masyarakat
Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui wawancara mendalam atau
Focus Group Discussion(FGD) sangat menolong untuk memahami masalah yang
ada. Cara ini cukup sederhana dan relatif murah, karena informasi yang diperoleh
dapat mewakili berbagai perspektif dan informan kunci sendiri selain memberikan
data yang dapat digunakan dalam membuat perencanaan, juga akan membantu
dalam mengimplementasikan promosi kesehatan.
18
b. Community forum approach
Cara lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui forum
diskusi. Di sini health promotor bersama-sama masyarakat mendiskusikan
masyarakat yang ada.melalui cara ini dapat dicari jalan keluar dari masalah yang
ada. Bila dilihat dari sudut program, cara ini sangat ekonomis, di samping itu
promotor kesehatan juga dapat memahami masalah dari berbagai sudt pandang
masyarakat.
Merupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan
akurat, karena estimasi kesalahan bisa diseleksi. Namun demikian cara ini
merupakan cara yang paling mahal. Metode yang dapat digunakan adalah
wawancara dan observasi (terutama bila ingin melihat keterampilan atau skill).
f) Fase 6 (Implementasi)
Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi (secara besar pada fase-fase
sebelumnya), berdasarkan analisis. Sekarang, yang harus kita lakukan adalah
menjalankannya. Fase ini hanya berupa pengaturan dan pengimplementasian
intervensi yang telah direncanakan sebelumnya. Pada fase ini, intervensi yang
telah disusun pada fase kelima diterapkan secara langsung pada masyarakat.
Fase ini bukanlah mengenai hasil, tetapi mengenai prosedur. Evaluasi disini
berarti apakah kita sedang melakukan apa yang telah kita rencanakan sebelumnya.
Jika, sebagai contoh, kita menawarkan melakukan pelayanan kesehatan diare tiga
hari dalam sepekan pada daerah pedesaan, apakah dalam kenyataannya kita benar-
benar melakukan pelayanan kesehatan tersebut. Kita juga menetapkan untuk
memberikan penyuluhan setiap hari senin dan khamis untuk melakukan
penyuluhan tentang diare dan penanganannya di puskesmas berdekatan, setiap
19
selasa dan rabu melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah apakah kita benar-
benar melaksanakan sesuai yang direncanakan.
Pada fase ini, kita mulai melakukan evaluasi terhadap sukses awal dari upaya kita.
Apakah intervensi tersebut menghasilkan efek yang kita inginkan pada faktor
perilaku atau lingkungan yang kita harapkan untuk berubah. Mengukur efektifitas
program dari sudut dampak menengah dan perubahan-perubahan pada faktor
predisposing, enabling, dan reinforcing. Mengevaluasi dampak dari intervensi
pada faktor-faktor pendukung perilaku dan pada perilaku itu sendiri.
20
dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil
yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa
hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh
fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: puskesmas, polindes, bidan praktik,
ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung untuk atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut
faktor pendukung atau faktor pemungkin.
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk
juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para
tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.
Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku
masyarakat tersebut. Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai
mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya
juga diarahkan terhadap tiga faktor tersebut.
21
hasil, dan mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat perubahan kualitas
hidup pada populasi atau masyarakat.
Beberapa outcome mungkin tidak terlihat nyata dalam beberapa tahun atau
dekade. Bila outcome tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama, maka kita
harus bersabar dan tetap mengawasi proses dan dampak dari intervensi kita,
dengan keyakinan bahwa outcome tersebut akan terlihat dengan nyata nantinya.
Proses belajar mengajar yang efisien dan efektif yang dilakukan dipengaruhi oleh
metode yang digunakan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan
harus dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau
informasi yang akan disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial
budaya) atau sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi
seperti ruang dan waktu. Masing – masing metode memiliki keunggulan dan
kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan
untuk mamaksimalkan hasil.
22
1. Jenis – Jenis Metode Promosi Kesehatan
1) Metode Didaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan
metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya
pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan siaran
radio.
2) Metode Sokratif
Metode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara
pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok,
debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi
kasus, lokakarya dan penugasan perorangan.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Termasuk disini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan diskusi,
pertemuan di balai desa pertemuan di posyandu, dll.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan
sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara media. Contohnya,
publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukkan film dan sebagainya
berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai.
Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau
membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-beda
23
sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk
pendekatannya :
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan
petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya.
· Wawancara (interview)
Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat
tentang informasi yang diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan).
1) Kelompok besar
a) Ceramah
b) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu
ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
dianggap hangat di masyarakat.
2) Kelompok kecil
a) Diskusi kelompok
24
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima
informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima
informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang- dua
orang). Setelah pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernyataaan atau masalah,
setelah kurang lebih 5 menit setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah yang sama dan mencari kesimpulannya.
Selanjutnya, setiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh
kelas.
25
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah
kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan
kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan.
b) Pidato/diskusi
c) Simulasi
f) Bill board
26
Metode berdasarkan Indera Penerima. Metode melihat/ memperhatikan. Dalam
hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan
Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
a. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui
indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
a. Kunjungan Rumah
Memotong Pembicaraannya
27
3) Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan suasan
Menyenangkan
2) Membina persahabatan
6) Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
Kerugian:
b. Pertemuan Umum
28
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana
disampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk dilaksanakan
oleh masyarakat sasaran.
29
1) Banyak orang yang dicapai
3) Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah
campuran
c. Diskusi
Diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya
yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang
hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih rinci
dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan.
Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :
30
d. Demonstrasi
Anjuran :
31
6) Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
2) Merangsasang kegiatan
Kekurangan / keterbatasannya :
D. Media Promkes
1. Pengertian
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan atau pengajaran ( Herry D.J. Maulana).Media promosi kesehatan
adalah alat yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan (Ferry Efendy &
Makhfudli).
Media pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga karena berfungsi membantu
dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Pembuatan
alat peraga atau media mempunyai prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap orang diterima dan ditangkap melalui pancaindra.
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu
pemahaman seseorang.Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam
suatu kerucut.
32
KERUCUT ELGAR DALE
1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman, Radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field Trip
8. Demonstasi
9. Sandiwara
Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas paling tinggi adalah
benda asli sedangkan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal
ini berarti bahwa penyampaian materi hanya menggunakan kata-kata saja kurang
efektif jadi akan leih efektif dan efisien jika menggunakan beberapa alat peraga
atau gabungan beberapa media.
2. Manfaat Media
Ada banyak manfaat dari media atau alat peraga yaitu sebagai berikut:
33
1. Menimbulkan minat sasaran
Alat ini digunakan untuk membantu menstimulasi indra penglihatan pada saat
proses pendidikan. Terdapat dua alat bantu visual yaitu:
à Alat bantu yang diproyeksikan seperti slide, OHP, dan film strip.
à Alat bantu yg tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi seperti gambar, peta,
da bagan. Termasuk alat bantu cetak dan tulis misalnya leaflet, poster, lembar
balik, dan buklet. Termasuk tiga dimens seperti bola dunia dan boneka.
34
Alat ini digunakan untuk menstimulasi indra pendengaran misalnya piringan
hitam, radio, tape, CD.
Alat bantu ini digunakan untuk menstimulasi indra penglihatan dan pendengaran
seperti televisi, film dan video.
1) Media cetak
35
orang. Flip chart biasanya digunakan untuk pendidikan individu atau
kelompok yang lebih kecil (kurang dari 5 orang).
Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas
suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
Poster merupakan bentuk media yang berisi pesan-pesan singkat atau
informasi kesehatan yang biasanya menempel di dinding, tempat-tempat
umum atau kendaraan umum dan dalam bentuk gambar. Ukuran poster
biasanya sekitar 50-60 cm, karena ukurannya sangat terbatas maka tema
dalam poster tidak terlalu banyak biasanya hanya ada satu tema dalam satu
poster. Tata letak kata dan warna dalam poster hendaknya menarik. Kata-
kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca
oleh orang lewat dari jarak 6 meter. Biasanya isinya bersifat
pemberitahuan atau propaganda. Poster sesuai untuk tindak lanjut dari
pesan yang sudah disampaikan pada waktu lalu. Jadi tujuan poster adalah
untuk megingatkan kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan
tertentu atau sebagai bahan diskusi kelompok.
Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
Flannelgraph merupakan guntingan-guntingan gambar atu tulisan yang
dibelakangnya diberi kertas amril (ampelas). Guntingan gambar tersebut
kemudian ditempelkanpada papan berlapis kain flannel atau kain berbulu
yang lain. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah pesertadapat
mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang diinginkannya untuk
ditempel ditempat yang ia inginkan. Dengan cara ini para peserta
menunjukkan gagasannya sendiri tentang masalah yang sedang
didiskusikan. Flannelgraph yang telah dipergunakan dalam suatu
pendidikan juga dapat digunakan kembali untuk pendidikan kesehatan
dengan topik yang berbeda.
Flascard merupakan kartu bergambar berukuran 25x30cm. Gambar-
gambarnya dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan diberi
nomor urut. Keterangan tentang gambar tercantum dibelakang setiap kartu.
Flascard ini dipergunakan untuk sasaran yang berjumlah kurang dari 30
orang. Apabila pendidik kesehatan ingin membuat sendiri media yang
36
akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut ini harus
diterapkan.
Konsep pesan perlu dilakukan pre-test agar terdapat kesesuaian pesan sehingga
pesan tersebut dapat diterima oleh sasaran.Selain itu, agar terdapat kelayakan
kultural sehingga pesan tersebut dapat dipergunakan.
2) Media elektronik
5. Film strip
3) Media papan(billboard)
Media papan besar yang berukuran 2x2 meter yang bersisi tulisan atau gambar
yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi
kesehatan sehingga dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan.Tulisan dalam
billboardharus cukup besara agar dapat dibaca oleh pengenara yang berkecepatan
tinggi tanpa mengganggu konsentrasi berkendaraan.Media ini juga mencakup
pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng dan ditempel dikendaraan umum
(bus atau taksi).
37
Bulletin board berupa papan berukuran 90- 120 cm yang biasanya dipasang
didinding fasilitas umum (puskesmas, rumah sakit, balai desa, dan kantor
kecamatan. Pada papan ini dapat ditempelkan gambar-gambar, pamplet, atau
media lain yang mengantdung informasi penting yang secara berkala diganti
dengan topic-topik yang lain.
4) Media hiburan
1) Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip, dan slide.
Dalam penggunaannya alat peraga ini memerlukan listrik dan proyektor.
Pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga, penting
untuk dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan alat
peraga harus dicapai. Hal yang perlu diketahui tentang sasaran adalah sebagai
berikut:
38
5) Minat dan perhatian
Cara penggunaan alat peraga sangat bergantung pada jenis alat peraga, termasuk
perlu di pertimbangkan faktor sasaran pendidikan. Penggunaan alat peraga tidak
dapat berlaku umum. Hal yang cukup penting dalam penggunaan alat peraga
adalah bahwa alat yang digunakan harus menarik sehingga menimbulkan minat
para pesertanya.
Suatu media atau alat peraga yang baik seharusnya mengandung keseimbangan
antara berbagai faktor, terutama daya tarik sasaran, kejelasan petunjuk dan
kesesuaian dengan kondisi setempat. Salah satu faktor penting dalam mendesain
media alat peraga kesehatan adalah warna.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Promosi kesehatan ini memiliki beberapa tujuan berupa tujuan program, tujuan
pendidikan, tujuan perilaku. Serta sasarannya adalah Sasaran primer (pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat),
sasaran sekunder (mempengaruhi sasaran primer), sasaran tersier (para pembuat
kebijakan public). Jenis promosi kesehatan meliputi pemberdayaan massyarakat,
39
pemgembangan kemitraan, upaya advokasi, pembinaan suasana, pemgembangan
SDM, pengembangan IPTEK, pengembangan media dan sarana, dan
pengembangan infrastruktur.
B. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Evans, dkk. 2011. Health Promotion and Public Health for Nursing Students.
Exeter Great Britain. Learning Matters Ltd.
https://poltekkestjkronianasoka.blogspot.com/2019/03/makalah-promosi-
kesehatan-model-dan.html
41
SOAL
42
5. Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan antara lain adalah kecuali:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat menggubah perilaku seseorang
6. Apa media interpersonal yang paling efektif dalam rangka komunikasi advokasi?
a. Flip chard, booklet, slide atau video cassette
b. Pengeras suara dan powerpoint
c. Memo
d. Papan tulis
e. Salah semua
43
b. 1,3 benar
c. 2,4 benar
d. 4 benar
e. Semua salah / semua benar
44