OLEH :
BLA BLA BLA
NIM : 000000000 B
ASUHAN KEPERAWATAN
MENINGITIS
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri
dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti
disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka
meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan
meningitis serosa.
Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus
Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon
terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya
peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat
yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid
ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan
yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan
menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan
otak akan mengalami infark.
Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada
meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks
cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Patofisiologi
3
Manifestasi Klinik
• Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan
tingkah laku.
• Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
• Sakit kepala
• Sakit-sakit pada otot-otot
• Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada
mata pasien
• Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
• Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada
tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus
otot.
• Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak
terdapat pada virus meningitis.
• Nausea
• Vomiting
• Demam
• Takikardia
• Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau
hiponatremia
• Pasien merasa takut dan cemas.
5
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan
otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan
tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein,
dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah
merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan
pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
Kriteria hasil
• Tanda-tanda vital dalam batas normal
• Rasa sakit kepala berkurang
• Kesadaran meningkat
• Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan
INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat
terlentang tanpa bantal meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi
otak
Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Pada keadaan normal autoregulasi
Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada mempertahankan keadaan tekanan darah
6
Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll) saat demam kebutuhan akan cairan tubuh
meningkat
Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 Pemantauan yang teratur menentukan
jam tindakan yang akan dilakukan
Batasi aktivitas selama anak panas aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
dan meningkatkan panas
Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai Menurunkan panas pada pusat hipotalamus
advis dan sebagai propilaksis
Rencana Tindakan
INTERVENSI RASIONALISASI
Independent
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
otototot muka lainnya memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
8
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji tingkat pengetahuan keluarga Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki keluarga dan kebenaran informasi
yang didapat
Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan penjelasan tentang kondisi yang dialami
dapat
akibat kejang membantu menambah wawasan keluarga
Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan agar keluarga
mengetahui tujuan setiap dilakukan tindakan perawatan
Berikan Health Education tentang cara sebagai upaya alih informasi dan
mendidik menolong anak kejang dan mencegah kejang, keluarga agar mandiri
dalam mengatasi
antara lain : masalah kesehatan
1. Jangan panik saat kejang
2. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
3. Kepala dimiringkan.
4. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah,
lalu dimasukkan ke mulut.
5. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan
obat tunggu sampai keadaan tenang.
6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri
banyak minum
Berikan Health Education agar selalu sedia obat mencegah peningkatan suhu lebih
tinggi dan penurun panas, bila anak panas serangan kejang ulang
Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena sebagai upaya preventif
serangan ulang penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman
yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu
Beritahukan keluarga jika anak akan imunisasi pertusis
memberikan reaksi panas mendapatkan imunisasi agar memberitahukan yang dapat
menyebabkan kejang demam kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2003 pukul 10.00 WIB di Ruang anak
(Ruang neurologi/ B II) RSUD Dr. Soetomo surabaya
a. Biodata
Nama : By. L
Tempat tanggal lahir : Jombang, 17 Desember
2002
Usia : 5 bulan/ anak ke-5
10
g. Status imunisasi
Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I dan hepatitis
h. Status nutrisi
Ibu mengungkapkan An.L diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 1 bulan, setelah
dirawat di ruang anak ibu tidak menenteki dan diganti dengan PASI Lactogen. Pada
saat pengkajian BB 3700 gram, panjang badan 56 cm, lingkar lengan atas 7 cm. Ibu
mengungkapkan anak tidak mual dan tidak pernah muntah.
11
i. Riwayat perkembangan
Pada saat ini anak memasuki masa basic trust Vs Mistrust
(dimana rasa percaya anak kepada lingkungan terbentuk karena perlakuan yang
ia rasakan). Ia juga berada pada fase oral dimana kepuasan berasal pada mulut.
j. Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar
anaknya bisa cepat sembuh dan pulang berkumpul bersama dengan keluarga serta
kakak klien. Ibu dan nenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari minggu
ayah dan kakak klien datang mengunjungi klien, karean harus bekerja dan sekolah.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Anak tampak tidur dengan menggunakan IV Cath pada tangan kanan, kesadaran
compomentis, nadi 140 x/mnt, suhu 385 OC, pernafasan 40 x/mnt teratur.
GDA 96 mg/dl
Terafi Medis :
- IVFD D51/4S 400 cc/24 jam
- Injeksi Cefotaxime 3 x 250 mg iv
- Injeksi Dilantin 3 x 8 mg intravena
- Tranfusi WB 37 cc / hari
- K/p Injeksi Diazepam 1 mg kalau kejang
13
Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
keperawatan
3 Resiko Pasien Klien bebas dari 1. Independent monitor kejang pada tangan, 1. Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
terjadinya injuri bebas dari resiko injuri kaki, mulut dan otototot muka lainnya memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
sehubungan injuri yang 2. Persiapkan lingkungan yang aman seperti intervensi yang tepat untuk mencegah
dengan adanya disebabkan batasan ranjang, papan pengaman, dan alat terjadinya komplikasi.
15
kejang, oleh suction selalu berada dekat pasien 2. 2. Melindungi pasien bila kejang terjadi
perubahan kejang dan 3. Pertahankan bedrest total selama fase akut 3. Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
status mental penurunan Kolaborasi vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
dan penurunan kesadaran 4. Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
4. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti;
tingkat Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
kesadaran diazepam, phenobarbital, dll.
respiratorius depresi dan sedasi
Tujuan:
antara kej
lain : ang
o Janga ber
n panik he
nti
saat
da
kejang o n
Baringka pas
n anak ien
ditempat sad
rata dan ar
lembut. seg
o Kepala era
mi
dimiring
nu
kan.
mk
o Pasa an
ng ob
gagang at
sendok tun
yang ggu
telah sa
dibungk mp
us kain ai
yang kea
basah, daa
lalu n
dimasuk ten
kan ke ang
mulut. o .o
Setelah
17
14
5. Evaluasi
3 18-4- S : Ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh klien
2003 O : - Klien masih terjadi spastik
- Lingkungan tempat tidur terlihat aman
- Klien masih bedrest total ditempat tidur A :
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 21-4- S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda spastik tidak terjadi
2003 O : - Tangan dan kaki klien sebelah kiri tidak terlihat kaku dan
tegang
- Keadaan umum klien masih
lemah A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2 21-4- S : Ibu klien mengatakan sejak tanggal 18-4-2003 klien tidak
2003 mengalami kejang
O : - Suhu tubuh jam 09.00 37,1 0 C
- Keadaan umum klien masih
lemah A : Masalah belum
sepenuhnya teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 21-4- S : Ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh klien
2003 O : - Klien masih terjadi spastik
- Lingkungan tempat tidur terlihat
aman A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2 22-4- S : Ibu klien merasa tenang karen keadaan klien mulai membaik
2003 dan klien tidak mengalami kejang
O : - Suhu tubuh jam 17.00 36,7 0 C
- Keadaan umum klien masih
lemah A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DAFTAR KEPUSTAKAAN