Daftar Inventarisasi Masalah RUU Cipta Kerja PDF
Daftar Inventarisasi Masalah RUU Cipta Kerja PDF
PASAL 89
(1)
Perubahan
Pasal 42
(1) Setiap pemberi kerja yang
mempekerjakan tenaga kerja asing
wajib memiliki pengesahan rencana
penggunaan tenaga kerja asing dari
Pemerintah Pusat. Pergantian wewenang untuk izin
Tenaga Kerja Asing (2) Pemberi kerja orang perseorangan tenaga kerja asing yang
Pasal 42 dilarang mempekerjakan tenaga kerja dilimpahkan kepada pemerintah
(1) Setiap pemberi kerja yang asing. pusat menunjukkan adanya
mempekerjakan tenaga kerja asing (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pemusatan wewenang.
wajib memiliki izin tertulis dari pada ayat (1) tidak berlaku bagi:
Pasal 44 Pasal 44
Pemberi kerja tidak memiliki
(1) Pemberi kerja tenaga kerja asing Dihapus.
standar tertentu untuk
wajib menaati ketentuan mengenai
mempekerjakan tenaga kerja
jabatan dan standar kompetensi yang
asing.Persyaratan penggunaan
berlaku.
TKA harus berdasarkan
(2) Ketentuan mengenai jabatan dan
pemenuhan persyaratan
standar kompetensi sebagaimana
kompetensi yang sanksinya diatur
dimaksud dalam ayat (1) diatur
dalam Pasal 187 UU no. 13 tahun
dengan Keputusan Menteri
2003.
Pasal 45 Pasal 45 Pasal 45 ayat (1):
(1) Pemberi kerja tenaga kerja asing (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing Penambahan poin (c) akan
wajib : wajib: memperjelas status TKA ketika
a. menunjuk tenaga kerja warga a. menunjuk tenaga kerja warga masa kerjanya sudah habis. Perlu
negara Indonesia sebagai tenaga negara Indonesia sebagai tenaga dijelaskan lebih lanjut mengenai
pendamping tenaga kerja asing yang pendamping tenaga kerja asing yang frasa “hubungan kerja berakhir”,
dipekerjakan untuk alih teknologi dipekerjakan untuk alih teknologi dan apakah merupakan bagian
dan alih keahlian dari tenaga kerja alih keahlian dari tenaga kerja asing; kontrak dari pemberi kerja dan
asing; dan b. melaksanakan pendidikan dan pekerja atau konteks yang
b. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja lainnya.
pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada
Indonesia sebagaimana dimaksud huruf a yang sesuai dengan kualifikasi
pada huruf a yang sesuai dengan jabatan yang diduduki oleh tenaga Pasal 45 ayat (2):
kualifikasi jabatan yang diduduki kerja asing; dan Perlu kejelasan mengenai frasa
oleh tenaga kerja asing. c. memulangkan tenaga kerja asing ke “jabatan tertentu” Sanksi
(2) Ketentuan sebagaimana negara asalnya setelah hubungan dituangkan dalam Pasal 190 RUU
dimaksud dalam ayat (1) tidak kerjanya berakhir. Cipta Kerja.
berlaku bagi tenaga kerja asing yang (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud
menduduki jabatan direksi dan/atau pada ayat (1) huruf a dan huruf b tidak
komisaris. berlaku bagi tenaga kerja asing yang
menduduki jabatan tertentu.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Perlu ada penjelasan lebih lanjut
(PKWT) (PKWT) terkait pihak yang terlibat dalam
Pasal 56 Pasal 56 menentukan kesepakatan, untuk
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk (1) Perjanjian kerja dibuat untuk mencegah adanya ketimpangan
waktu tertentu atau untuk waktu waktu tertentu atau untuk waktu tidak kekuasaan antara pemilik
tidak tertentu. tertentu. wewenang dan pekerja.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu (2) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu sebagaimana dimaksud tertentu sebagaimana dimaksud Memungkinkan kerja kontrak
dalam ayat (1) didasarkan atas: pada ayat (1) didasarkan atas: yang awalnya maksimal 2+1
a. jangka waktu; atau a. jangka waktu; atau tahun bisa jadi seumur hidup
b. selesainya suatu pekerjaan b. selesainya suatu pekerjaan
tertentu. tertentu.
(3) Jangka waktu atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditentukan
berdasarkan
kesepakatan para pihak.
Pasal 66 Pasal 66
(1) Pekerja/buruh dari perusahaan (1) Hubungan kerja antara Pasal ini berkaitan dengan
penyedia jasa pekerja/buruh tidak perusahaan alih daya dengan membuat batasan outsourcing
boleh digunakan oleh pemberi kerja pekerja/buruh yang yang saat ini diubah menjadi
untuk melaksanakan kegiatan pokok dipekerjakannya didasarkan pada tidak adanya pengaturan. Hal ini
atau kegiatan yang berhubungan perjanjian kerja waktu tertentu atau berarti pekerjaan yang core atau
langsung dengan proses produksi, perjanjian kerja waktu tidak tertentu. inti produksi pun bisa
kecuali untuk kegiatan jasa (2) Perlindungan upah dan dialihdayakan dan menciptakan
penunjang atau kegiatan yang tidak kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta job insecurity.
berhubungan langsung dengan perselisihan yang timbul menjadi
proses produksi. tanggung jawab perusahaan alih daya.
(2) Penyedia jasa pekerja/buruh (3) Perusahaan alih daya
untuk kegiatan jasa penunjang atau sebagaimana dimaksud pada ayat
kegiatan yang tidak berhubungan (2) berbentuk badan hukum dan wajib
langsung dengan proses produksi memenuhi Perizinan Berusaha.
harus memenuhi syarat sebagai (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
berikut: pelindungan pekerja/buruh
a. adanya hubungan kerja antara sebagaimana dimaksud pada ayat
pekerja/buruh dan perusahaan (2) dan Perizinan Berusaha
penyedia jasa pekerja/buruh; sebagaimana dimaksud pada ayat
b. perjanjian kerja yang berlaku (3) diatur dengan Peraturan
dalam hubungan kerja sebagaimana Pemerintah.
dimaksud pada huruf a adalah
perjanjian kerja untuk waktu tertentu
yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 dan/atau perjanjian kerja waktu
tidak tertentu yang dibuat secara
tertulis dan ditandatangani oleh
kedua belah pihak;
c. perlindungan upah dan
kesejahteraan, syarat-syarat kerja,
serta perselisihan yang timbul
menjadi tanggung jawab perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh; dan
d. perjanjian antara perusahaan
pengguna jasa pekerja/buruh dan
perusahaan lain yang bertindak
sebagai perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh dibuat secara tertulis
dan wajib memuat pasal-pasal
sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini.
(3) Penyedia jasa pekerja/buruh
merupakan bentuk usaha yang
berbadan hukum dan memiliki izin
dari instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan.
(4) Dalam hal ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2) huruf a, huruf b, dan
huruf d serta ayat (3) tidak
terpenuhi, maka demi hukum status
hubungan kerja antara pekerja/buruh
dan perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh beralih menjadi
hubungan kerja antara pekerja/buruh
dan perusahaan pemberi pekerjaan.
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
Pasal 77 Pasal 77
1) Setiap pengusaha wajib (1) Setiap Pengusaha wajib
melaksanakan ketentuan waktu melaksanakan ketentuan waktu kerja. Seharusnya diatur dalam
kerja. Peraturan Pemerintah
(2) Waktu kerja sebagaimana (2) Waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi: dimaksud pada ayat (1) paling lama 8
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu (empat puluh) jam 1 (satu) minggu.
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu; atau (3) Pelaksanaan jam kerja bagi
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan pekerja/buruh di perusahaan diatur
40 (empat puluh) jam 1 (satu) dalam perjanjian kerja, peraturan
minggu untuk 5 (lima) hari kerja perusahaan, atau perjanjian kerja
dalam 1 (satu) minggu. bersama.
(3) Ketentuan waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) tidak berlaku bagi sektor usaha
atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja
pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 77A
(1) Pengusaha dapat memberlakukan
waktu kerja yang melebihi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
77 ayat (2) untuk jenis pekerjaan atau
sektor usaha tertentu. (2) Waktu kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan skema
periode kerja. (3) Ketentuan lebih
lanjut mengenai jenis pekerjaan atau
sektor usaha tertentu serta skema
periode kerja diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 78 Pasal 78
(1) Pengusaha yang mempekerjakan (1) Pengusaha yang mempekerjakan Tidak bermasalah,, dengan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja pekerja/buruh melebihi waktu kerja catatan perlindungan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal sebagaimana dimaksud dalam Pasal dan keselamatan pekerja tetap
77 ayat (2) harus memenuhi syarat: 77 ayat (2) harus memenuhi syarat: menjadi prioritas, sesuai konvensi
a. ada persetujuan pekerja/buruh a. ada persetujuan pekerja/buruh yang ILO.
yang bersangkutan; bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat b. waktu kerja lembur hanya
dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dapat dilakukan paling banyak 4
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18
belas) jam dalam 1 (satu) minggu. (delapan belas) jam dalam 1 (satu)
(2) Pengusaha yang mempekerjakan minggu.
pekerja/buruh melebihi waktu kerja (2) Pengusaha yang mempekerjakan
sebagaimana dimaksud dalam ayat pekerja/buruh melebihi waktu
(1) wajib membayar upah kerja kerja sebagaimana dimaksud
lembur. pada ayat (1) wajib membayar upah
(3) Ketentuan waktu kerja lembur kerja lembur.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Ketentuan waktu kerja lembur
(1) huruf b tidak berlaku bagi sektor sebagaimana dimaksud pada ayat
usaha atau pekerjaan tertentu. (1) huruf b tidak berlaku bagi
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pekerjaan atau sektor usaha
lembur dan upah kerja lembur tertentu.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
(2) dan ayat (3) diatur dengan waktu kerja lembur dan upah kerja
Keputusan Menteri. lembur diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 79 Pasal 79
(1) Pengusaha wajib memberi waktu (1) Pengusaha wajib memberi: a. Pasal 79 ayat (2) huruf d UU
istirahat dan cuti kepada waktu istirahat; dan b. Cuti. 13/2003 diusulkan tetap berlaku.
pekerja/buruh. (2) Waktu istirahat sebagaimana Aturan mengenai jam kerja
(2) Waktu istirahat dan cuti dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib menjadi terkesan eksploitatif.
sebagaimana dimaksud dalam ayat diberikan kepada pekerja/buruh paling
(1), meliputi: sedikit meliputi: a. istirahat antara jam Pada pasal 89 RUU Cipta
a. istirahat antara jam kerja, kerja, paling sedikit setengah jam Lapangan Kerja poin 22 berisi
sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam perubahan dari pasal 79 UU
setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat nomor 13 tahun 2003 tentang
terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; dan Ketenagakerjaan. Isinya,
tersebut tidak termasuk jam kerja; b. istirahat mingguan 1 (satu) hari pengusaha wajib memberi waktu
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 istirahat dan cuti bagi pekerja.
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(satu) minggu atau 2 (dua) hari (3) Cuti sebagaimana dimaksud pada Waktu istirahat wajib diberikan
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 ayat (1) huruf b yang wajib diberikan paling sedikit selama 30 menit
(satu) minggu; kepada pekerja/buruh yaitu cuti setelah bekerja selama 4 jam, dan
c. cuti tahunan, sekurang-kurangnya tahunan, paling sedikit 12 (dua belas) “Istirahat mingguan 1 hari untuk
12 (dua belas) hari kerja setelah hari kerja setelah pekerja/buruh yang 6 hari kerja dalam 1 minggu,”
pekerja/buruh yang bersangkutan bersangkutan bekerja selama 12 (dua demikian dikutip. Sedangkan,
bekerja selama 12 (dua belas) bulan belas) bulan secara terus menerus. waktu kerja paling lama 8 jam
secara terus menerus; dan (4) Pelaksanaan cuti tahunan perhari, dan 40 jam dalam satu
d. istirahat panjang sekurang- sebagaimana dimaksud pada ayat (3) minggu.
kurangnya 2 (dua) bulan dan diatur dalam perjanjian kerja,
dilaksanakan pada tahun ketujuh dan peraturan perusahaan, atau perjanjian Pasal 79 ayat 5: Perlunya
kedelapan masing-masing 1 (satu) kerja bersama. pengaturan mengenai cuti
bulan bagi pekerja/buruh yang telah (5) Selain waktu istirahat dan cuti bersama yang pelaksanaannya
bekerja selama 6 (enam) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi hak cuti
secara terusmenerus pada ayat (2), dan ayat (3), perusahaan tahunan.
perusahaan yang sama dengan dapat memberikan cuti panjang yang
ketentuan pekerja/buruh tersebut diatur dalam perjanjian kerja,
tidak berhak lagi atas istirahat peraturan perusahaan atau perjanjian
tahunannya dalam 2 (dua) tahun kerja bersama.
berjalan dan selanjutnya berlaku
untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.
(3) Pelaksanaan waktu istirahat
tahunan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf c diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
(4) Hak istirahat panjang
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) huruf d hanya berlaku bagi
pekerja/buruh yang bekerja pada
perusahaan tertentu.
(5) Perusahaan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) diatur
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 88D
(1) Upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88C ayat (2)
dihitung dengan menggunakan
formula perhitungan upah minimum
sebagai berikut:
UMt+1 = UMt + (UMt x %PEt) (2)
Untuk pertama kali setelah berlakunya
Undang-Undang ini, UMt
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan upah minimum yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Ketenagakerjaan terkait
pengupahan.
(3) Data yang digunakan untuk
menghitung upah minimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan data yang bersumber dari
lembaga yang berwenang di bidang
statistik.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
upah minimum diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 151A
Kesepakatan dalam pemutusan Pasal 151 huruf c perlu dijelaskan
hubungan kerja sebagaimana lebih lanjut tentang kompensasi
dimaksud dalam Pasal 151 ayat (1) apabila pekerja/buruh
tidak diperlukan dalam hal: mengundurkan diri sesuai dengan
a. pekerja/buruh masih dalam masa kemauannya sendiri.
percobaan ke rja;
b. pekerja/buruh melakukan
pelanggaran ketentuan yang diatur TAMBAHAN Revin:
dalam perjanjian kerja, peraturan Pasal 151A mempermudah PHK
perusahan, atau perjanjian kerja sepihak dengan memasukan
bersama dan telah diberikan surat kriteria seperti perusahaan pailit,
peringatan pertama, kedua dan ketiga melangar ketentuan kerja, PKWT,
secara berturut-turut; Dan perusahaan tutup
c. pekerja/buruh mengundurkan diri
atas kemauan sendiri;
d. pekerja/buruh dan pengusaha
berakhir hubungan kerjanya
sesuai perjanjian kerja waktu
tertentu;
e. pekerja/buruh mencapai usia
pensiun sesuai dengan perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama;
f. pekerja/buruh meninggal dunia;
g. perusahaan tutup yang
disebabkan karena keadaan
memaksa (force majeur); atau
h. perusahaan dinyatakan pailit
berdasarkan putusan pengadilan niaga.
Pasal 157A
(1) Selama proses penyelesaian Perlu ada batasan mengenai
perselisihan hubungan industrial, penyelesaian perselisihan
pengusaha dan pekerja/buruh harus hubungan industrial, baik didalam
tetap melaksanakan kewajibannya. (2) maupun di luar pengadilan
Pengusaha dapat melakukan tindakan dengan memperhatikan
skorsing kepada pekerja/buruh yang mekanisme dalam UU 2/2004.
sedang dalam proses penyelesaian
perselisihan hubungan industrial
dengan tetap membayar upah beserta
hak lainnya yang biasa diterima
pekerja/buruh.
Pasal 158 Pasal 158 Tidak bermasalah karena
(1) Pengusaha dapat memutuskan Dihapus. memiliki alasan logis yang telah
hubungan kerja terhadap dipaparkan dalam naskah
pekerja/buruh dengan alasan akademik.
pekerja/buruh telah melakukan
kesalahan berat sebagai berikut:
a. melakukan penipuan, pencurian,
atau penggelapan barang dan/atau
uang milik perusahaan;
b. memberikan keterangan palsu
atau yang dipalsukan sehingga
merugikan perusahaan;
c. mabuk, meminum minuman keras
yang memabukkan, memakai
dan/atau mengedarkan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya
di lingkungan kerja;
d. melakukan perbuatan asusila atau
perjudian di lingkungan kerja;
e. menyerang, menganiaya,
mengancam, atau mengintimidasi
teman sekerja atau pengusaha di
lingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau
pengusaha untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
g. dengan ceroboh atau sengaja
merusak atau membiarkan dalam
keadaan bahaya barang milik
perusahaan yang menimbulkan
kerugian bagi perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja
membiarkan teman sekerja atau
pengusaha dalam keadaan bahaya di
tempat kerja;
i. membongkar atau membocorkan
rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk
kepentingan negara; atau
j. melakukan perbuatan lainnya di
lingkungan perusahaan yang
diancam pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
(2) Kesalahan berat sebagaimana
dimaksud pelaksanaannya diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama