Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D P2A0 POSTPARTUM
11 JAM DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM
ATAS INDIKASI SISA PLASENTA DAN ANEMIA

Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas I

DISUSUN OLEH :

ASTRIA WENDAHSARY (312020046)


IMAN NURAHMAN (312020052)
RINA ROSRIANI (312020031)
SUPARNA ANDINATA (312020034)
WINI PRIMADIANTI (312020036)

UNIVERSITAS AISYAH BANDUNG


ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D P2A0 POSTPARTUM 11 JAM
DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM ATAS INDIKASI SISA
PLASENTA DAN ANEMIA” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas, selain itu untuk mengetahui
dan memahami materi pendarahan pasca persalinan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan intake berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun.

Bandung, Desember 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3

A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................4

BAB II KONSEP TEORI.............................................................................................5

A. Pendarahan Pasca Persalinan.............................................................................5


B. Etiologi Perdarahan Postpartum........................................................................9
C. Patofisologi......................................................................................................12
D. Tanda dan Gejala Klinis Perdarahan Postpartum............................................13
E. Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum.........................................................13
F. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................15

1. Pengkajian....................................................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................21
3. Intevensi Keperawatan.................................................................................22
4. Implementasi Keperawatan..........................................................................31
5. Evaluasi Keperawatan..................................................................................31

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................32

A. Pengkajian..........................................................................................................32
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................40
C. Intervensi Keperawatan...................................................................................42
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................42
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................................42

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................47

A. Kesimpulan......................................................................................................47
B. Saran................................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................48

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO 75% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan parah
(sebagian besar perdarahan pasca persalinan, infeksi pasca persalinan,
tekanan darah tinggi saat kehamilan (preeclampsia/eclampsia), partus
lama/macet, aborsi yg tidak aman (WHO dalam Key Fact Maternal Mortality,
2019)
Pendarahan postpartum merupakan salah satu penyumbang kematian
ibu di dunia. Diperkirakan bahwa 3–5 % pasien obstetri di seluruh dunia
mengalami perdarahan postpartum (Kemenkes RI, 2016). Jumlah kasus
perdarahan postpartum terus meningkat terutama di negara-negara
berkembang. Hal ini dilatarbelakangi oleh kurangnya tenaga kesehatan, serta
layanan operasi. Selain itu, hampir sebagian besar persalinan tidak terjadi di
rumah sakit, sehingga pada saat terjadi perdarahan postpartum, sebagian besar
ibu terlambat mendapatkan pertolongan. Data mengenai perdarahan
postpartum sendiri di Indonesia masih sangat sulit ditemukan. Namun
perdarahan postpartum merupakan penyebab tingginya angka kematian Ibu di
Indonesia pada tahun 2010 s.d 2013 (Kemenkes RI dalam Infodatin, 2014)
Menurut hasil penelitian Sri Hayati, Maidartati, Amelia tahun 2019
didapatkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
perdarahan postpartum primer di RSUD Kota Bandung, dapat terdapat
hubungan yang signifikan antara anemia dengan perdarahan postpartum
primer di RSUD Kota Bandung (0.016 < 0.05), artinya semakin bagus kadar
Hb pada ibu hamil atau tidak memiliki anemia maka akan menurunkan
perdarahan postpartum primer (perdarahan). Selain itu didapatkan hubungan
yang signifikan antara umur dengan perdarahan postpartum primer
(perdarahan) (0.046 < 0.05), artinya semakin banyak ibu yang hamil di umur
yang baik (20-35 tahun) maka akan menurunkan angka kejadian perdarahan
postpartum primer (perdarahan).
Penelitian lainnya dari Mega Lestari, Pungki, Budi tahun 2019
didapatkan 5 faktor risiko yang diteliti hanya 1 faktor risiko yang memiliki
hubungan bermakna pendarahan post partum yaitu disebabkan oleh atonia
uteri.
Dalam penelitian ini masyarakat harus lebih meningkatkan kesadaran
mengenai pentingnya preconceptual care, terutama untuk mencegah maupun

3
mengurangi prevalensi obesitas maupun kondisi medis yang ada sebagai
komorbiditas, sehingga faktor risiko atonia uteri dapat ditekan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana patofisiologi, etiologi, dan penyebab pendarahan pada pasien
perdarahan postpartum?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien perdarahan postpartum mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien ibu dengan
perdarahan post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami jenis” pendarahan dan patofisologi
pendarahan pasca persalinan.
b. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab/ factor – factor pendarahan
pasca persalinan.
c. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi pada pasien dengan
pendarahan pasca persalinan

4
BAB II
KONSEP TEORI

A. Pendarahan Pasca Persalinan


Pendarahan pascapersalinan adalah pendarahan yang terjadi sesaat
setelah proses persalinan berlangsung dengan volume pendarahan melebihi
dari 500 ml. Kondisi pada saat dalam persalinan menyebabkan kesulitan
untuk menentukan volume pendarahan yang terjadi karena tercampur dengan
air ketuban. Oleh sebab itu operasional untuk periode pascapersalinan adalah
setelah bayi lahir. Sedangkan seorang pasien disebut mengalami pendarahan
apabila terjadi perubahan tanda vital seperti lemas, berkeringat dingin,
menggil, hiperapneu dan selanjutnya.
Pendarahan pascapersalinan adalah pendarahan yang terjadi setelah
bayi yang lahir melewati batas fisiologi normal. Pada umumnya seorang ibu
melahirkan akan mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml
tanpa menyebabkan gangguan homeostatis. Jumlah darah yang keluar dapat
diukur dengan bengkok besar (1bengkok =500cc). dengan demikian secara
konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat
dikategorikan sebagai perdarahan pasca persalinan dan pendarahan yang
secara kasat mata mencapai 1000 ml harus segera di tangani secara serius.
Berdasarkan saat terjadinya, perdarahan pasca persalinan dibagi menjadi
2 yaitu perdarahan pascapersalinan primer dan sekunder. Perdarahan
persalinan primer yaitu kejadian 24 jam pertama dan biasanya disebabkan
oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, inversion, retensio plasenta,
dan retensio sisa plasenta, Dalam kasus yang terjadi, bisa dikarenakan
inversion uteri. Sedangkan pendarahan pasca persalinan sekunder yaitu
kejadian setelah 24 jam persalinan, biasanya dikarenakan oleh sisa plasenta.
1. Pendarahan Pasca Persalinan Primer (Primery Postpartum Haemorragic)
Perdarahan post partum primer yaitu perdarahan pascapersalinan yang
terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan post
partum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, retensio sisa plasenta,
robekan jalan lahir, dan inversion uteri.
a. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan myometrium untuk berkontraksi
setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksi penuh,
melebar, lembek, dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi
pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya

5
perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh
darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas
sebagian atau lepas keseluruhan.
Miometrium adalah lapisan tengah dari dinding rahim yang terdiri
dari sel sel otot polos dan mendukung jaringan stroma dan pembuluh
darah. Miometrium merupakan bagian uterus yang memegang peranan
penting dan terdiri atas banyak jaringan otot. Selama kehamilan serat
otot myometrium menjadi berbeda dan strukturnya lebih terorganisir
kinerjanya saat persalinan. Miometrium lapisan tengah tersusun sebagai
anyaman dan ditembus oleh pembuluh darah. Masing masing serabut
mempunyai dua buah lengkungan sehingga tiap tiap 2 buah serabut kira
kira berbentuk angka delapan. Ketidak mampuan myometrium untuk
berkontraksi akan menyebabkan pendarahan pasca persalinan. Adapun
penyebab atau yang menyebabkan atonia uteri adalah akibat partus
lama, pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil,
multiparitas, anestesi yang dalam, serta anestesi lumbal. Selain karena
sebab tersebut, atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan
kala III persalinan. Kesalahan tersebut yaitu memijat uterus dan
mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, dimana
sebenarnya belum terlepas dari dinding uterus.
b. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir
setengah jam setelah janin lahir. Kondisi tersebut disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan
tetapi belum dilahirkan. Bila plasenta belum lepas sama sekali, maka
tidak akan terjadi perdarahan. Namun apabila Sebagian plasenta sudah
lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya.
Beberapa penyebab plasenta belum lepas dari dinding uterus yaitu
karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
(placenta adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab vill korialis menembus desidua sampai myometrium (plasenta
akreta), serta plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi
korialis menembus sampai dibawah peritonium (plasenta perkreta).
Adanya plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau
karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontriksi

6
pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).
c. Retensio Sisa Plasenta
Retensio sisa adalah keadaan plasenta yang tidak lepas sempurna dan
meninggalkan sisa. Kedaan tersebut dapat berupa fragmen plasenta atau
selaput ketuban yang dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan post
partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi bagian bagian
kecil plasenta. Inspeksi segera setelah persalinan bayi harus menjadi
Tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang uterus terus di
eksplorasi dari potongan plasenta dikeluarkan.
d. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Setelah
persalinan, harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum.
Pemeriksaan vagina dan serviks dengan speculum juga perlu dilakukan
setelah persalinan.
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir harus
selalu di evaluasi (sumber dan jumlah perdarahan) sehingga perdarahan
jalan lahir dapat diatasi dengan baik. Sumber perdarahan dapat berasal
dari perineum, vagina, seriviks, dan robekan uterus (rupture uteri).
Perdarahan dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan
perdarahan bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena.
Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan speculum setelah sumber
perdarahan diketahuidengan pasti, perdarahan diberikan dengan
melakukan ligase.
e. Inversio Uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri dapat secara
mendadak atau terjadi perlahan. Para inversion uteri bagian atas, uterus
memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri bagian dalam menonjol ke
dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba
tiba dalam kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan menarik
tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari insersinya. Menurut
perkembangannnya inversion uteri dibagi menjadi beberapa tingkat
yaitu, fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum keluar

7
dari ruang tersebut. Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam
vagina, serta uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk Sebagian
besar terletak di luar vagina.
2. Perdarahan Pascapersalinan Sekunder (Secondary Post Partum
Haemorragic)
Perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan lebih dari 500cc
yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara hari
ke 5 sampai 15 hari post partum. Pada kenyataannya sangat sulit untuk
membuat determinasi Batasan pascapersalinan dan akurasi jumlah
perdarahan murni yang terjadi. Batasan operasional untuk periode
pascapersalinan adalah periode waktu setelah bayi dilahirkan. Sedangkan
Batasan jumlah perdarahan merupakan taksiran secara tidak langsung
dimana perdarahan abnormal yang menyebabkan perubahan tanda vital
(pasien mengeluh lemas, berkeringat dingin, mengigil, hiperapneu, sistolik
<90 mmHg, nadi >100x/mnt, kadar Hb <8g %).
Berikut adalah penyebab (etiologi) perdarahan pasca persalinan sekunder:
a. Sub Involusi
Sub involusi adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang
disertai pemanjangan periode pengeluaran periode pengeluaran lokhea
kadang disebabkan oleh keputihan yang berlangsung lama dan
perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. Uterus akan teraba
lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya.
b. Hematoma Vulva
Hematoma adalah didapatkannya gumpalan darah sebagai akibat
cedera atau robeknya pembuluh darah wanita hamil aterm tanpa cidera
mutlak pada lapisan jaringan luar. Penyebab utama pada hematoma
adalah akibat dari pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh
darah selama anastesi local atau penjahitan dan dapat juga karena
penjahitan luka episiotomy atau rupture perineum yang kurang
sempurna. Hemotoma vulva di diagnose berdasarkan nyeri peritoneum
hebat dan kemunculan mendadak benjolan yang tegang, fluktuatif, dan
sensitive dengan ukuran beragam serta perubahan warna kulit diatasnya.
Apabila terbentuk di dekat vagina, kadang kadang massa mungkin tidak
terdeteksi tetapi gejala gejala penekanan apabila penekanan bukan nyeri
atau ketidakmampuan berkemih, sebaiknya segera dilakukan
pemeriksaan vagina. Apabila meluas ke atas di antara ligamentum,
hematoma mungkin lolos deteksi kecuali apabila sebagian benjola dapat

8
diraba dan di palpasi abdomen atau terjadi hipovelemia.
c. Retensio Sisa Plasenta
Retensio sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam
rongga Rahim dapat menimbulkan pendarahan post partum dini atau
perdarahan postpartum lambat (biasanya dalam 6-10 hari
pascapersalinan). Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta
ditandai dengan perdarahan dari rongga Rahim setelah plasenta lahir
dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat gejala
sama dengan subinvolusio Rahim yaitu perdarahan yang berulang atau
berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa
plasenta jarang menimbulkan syok. Penilaian klinis sulit untuk
memastikan adanya sisa plasenta kecuali apabila penolong persalinan
memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir. Apabila
kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan
akan sisa plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa plasenta
ditentukan dengan eksplorasi dengan tangan, kuret atau alat bantu
diagnostic yaitu ultrasonografi.
Pada umumnya perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan
kontraksi rahim baik dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang
tertinggal dalam rongga rahim.

B. Etiologi Perdarahan Postpartum


Perdarahan postpartum disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor
predisposisi adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara
berkembang merupakan penyebab yang paling bermakna. Penyebab
perdarahan postpartum paling sering adalah atonia uteri serta retensio
plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi serviks atau vagina,
ruptur uteri, dan inversi uteri (Eka, 2018).
1. Tone (Atonia Uteri)
Atonia uteri menjadi penyebab pertama perdarahan postpartum.
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi
serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan
terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat
plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
miometrium dinamakan atonia uteri.
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir perdarahan
masih ada dan mencapai 500-1000 cc, tinggi fundus uteri masih setinggi

9
pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek (Saifuddin, 2014).
Pencegahan atonia uteri adalah dengan melakukan manajemen aktif kala
III dengan sebenar-benarnya dan memberikan misoprostol peroral 2-3
tablet (400-600 mcg) segera setelah bayi lahir.
2. Trauma
Perdarahan yang cukup banyak dapat terjadi karena robekan pada saat
proses persalinan baik normal maupun dengan tindakan, sehingga inspeksi
harus selalu dilakukan sesudah proses persalinan selesai sehingga sumber
perdarahan dapat dikendalikan. Tempat-tempat perdarahan dapat terjadi di
vulva, vagina, servik, porsio dan uterus.
3. Tissue (Retensio Plasenta)
Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan
mengganggu kontraksi dan retraksi, sinus-sinus darah tetap terbuka,
sehingga menimbulkan perdarahan postpartum.
Perdarahan terjadi pada bagian plasenta yang terlepas dari dinding
uterus. Bagian plasenta yang masih melekat merintangi retraksi
miometrium dan perdarahan berlangsung terus sampai sisa organ tersebut
terlepas serta dikeluarkan. Retensio plasenta, seluruh atau sebagian, lobus
succenturiata, sebuah kotiledon, atau suatu fragmen plasenta dapat
menyebabkan perdarahan plasenta akpostpartum. Retensio plasenta dapat
disebabkan adanya plasenta akreta, perkreta dan inkreta. Faktor
predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksio
sesarea, pernah kuret berulang dan multiparitas.
4. Trombin (Kelainan Perdarahan)
Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia dapat terjadi setelah
abruption placenta, retensio janin-mati yang lama di dalam rahim, dan
pada emboli cairan ketuban. Kegagalan mekanisme pembekuan darah
menyebabkan perdarahan yang tidak dapat dihentikan dengan tindakan
yang biasanya dipakai untuk mengendalikan perdarahan. Secara etiologi
bahan thromboplastik yang timbul dari degenerasi dan autolisis
decidua serta placenta dapat memasuki sirkulasi maternal dan
menimbulkan koagulasi intravaskuler serta penurunan fibrinogen yang
beredar.

10
C. Patofisologi

Sumber: Eka Nurhayati (2018)

11
D. Tanda dan Gejala Klinis Perdarahan Postpartum
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum
hamil, derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat
persalinan. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan
adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar
sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah
tersebut menimbulkan tanda- tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain
(Wiknjosastro, 2012).
Tabel 2.1 Gambaran klinis Perdarahan Obstetri
Volume darah Tekanan darah Tanda dan gejala Derajat
yang hilang (sistolik) syok
500-1000 mL Normal Tidak ditemukan -
(<15 - 20%)
1000-1500 mL 80-100 mmHg Bradikardi (<100 kali Ringan
(20 - 25%) per menit)
Berkeringat
Lemah
1500-2000 mL 70-80 mmHg Takikardi (100-120 Sedang
(25 - 35%) kali/menit) Oliguria
Gelisah
2000-3000 mL 50-70 mmHg Takikardi (>120 Berat
(35 - 50%) kali/menit)
Anuria
Sumber : B-Lynch (2006)

E. Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum


Dalam melakukan penanganan perdarahan postpartum secara sistematis
terdapat dua tingkat penatalaksanaan yaitu tatalaksana umum dan tatalaksana
khusus.
1. Tatalaksana Umum
a. Memanggil bantuan tim untuk melakukan tatalaksana secara simultan
b. Menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
c. Apabila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok
d. Memberikan oksigen.
e. Memasang infus intravena dengan jarum besar

12
f. Memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu.
g. Melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan.
h. Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah lengkap.
i. Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan
dengan jumlah cairan yang masuk.
j. Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
k. Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut
luka, dan tinggi fundus uteri.
l. Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan
dan laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
m. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
n. Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis
ditemukan keadaan anemia berat
o. Menentukan penyebab perdarahannya dan melakukan tatalaksana
spesifik sesuai penyebab

2. Tatalaksana Khusus
a. Atonia uteri : Memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10
unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitd alam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
b. Retensio Plasenta : Melakukan plasenta manual secara hati-hati
c. Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui
oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum
manual atau dilatasi dan kuretase.
d. Robekan Jalan Lahir : Untuk ruptur perineum dan robekan dinding
vagina lakukan penjahitan seperti biasa, untuk robekan Serviks
lakukan penjahitan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan
kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit
e. Gangguan Pembekuan Darah : Memberikan transfusi darah lengkap
segar untuk menggantikan faktor pembekuan dan sel darah merah.
f. Inversio uteri : Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi
tampak sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, konsul

13
SPOG untuk dilakukan oprasi laparotomi. Bila laparotomi tidak
berhasil dapat dilakukan histerektomi sub total hingga total.
g. Ruptura uteri : Konsul SPOG dan Memfasilitasi untuk melakukan
operasi untuk dilakukan reparasi uterus atau histerorafi. Bila
histerorafi tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi sub total hingga
total.

F. Faktor Predisposisi
a. Usia
Wanita yang melahirkan anak pada usia lebih dari 35 tahun merupakan
faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia diatas
35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal (Saifuddin, 2014).
b. Paritas
Salah satu penyebab perdarahan postpartum adalah multiparitas. Paritas
menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas
viabilitas dan telah dilahirkan. Primipara adalah seorang yang telah
pernah melahirkan satu kali satu janin atau lebih yang telah mencapai
batas viabilitas, oleh karena itu berakhirnya setiap kehamilan melewati
tahap abortus memberikan paritas pada ibu. Seorang multipara adalah
seorang wanita yang telah menyelesaikan dua atau lebih kehamilan
hingga viabilitas. Hal yang menentukan paritas adalah jumlah
kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan jumlah janin yang
dilahirkan.
Paritas tidak lebih besar jika wanita yang 23 bersangkutan melahirkan
satu janin, janin kembar, atau janin kembar lima, juga tidak lebih
rendah jika janinnya lahir mati. Uterus yang telah melahirkan banyak
anak, cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan
(Saifuddin, 2014).
c. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai
hemoglobin dibawah nilai normal, dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin kurang dari 11g/dL. Kekurangan hemoglobin dalam darah
dapat menyebabkan komplikasi lebih serius bagi ibu baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Oksigen yang kurang pada uterus
akan menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat

14
sehingga dapat timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan
post partum (Manuaba, 2014).
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat
kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi
berakibat negatif seperti gangguan dan hambatan pada pertumbuhan,
baik sel tubuh maupun sel otak, kekurangan Hb dalam darah
mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh
maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu itu
sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan.
Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir
kehamilan maka akan berpengaruh pada saat postpartum. Pada ibu
dengan anemia, saat postpartum akan mengalami atonia uteri. Hal ini
disebabkan karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah
oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang
mengakibatkan perdarahan banyak.

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Kaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien.
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama Pasien : (isi sesuai kasus)

Tempat tanggal lahir : (isi sesuai kasus)


Jenis Kelamin : (isi sesuai kasus)
Agama : (isi sesuai kasus)
Pendidikan : (isi sesuai kasus)
Pekerjaan : (isi sesuai kasus)
Status Perkawinan : (isi sesuai kasus)
Suku/Bangsa : (isi sesuai kasus)
Golongan Darah : (isi sesuai kasus)
Tanggal Masuk RS : (isi sesuai kasus)
Tanggal Pengkajian : (isi sesuai kasus)
No. Medrec : (isi sesuai kasus)

Alamat : (isi sesuai kasus)

15
Diagnosa Medis : (isi sesuai kasus)

2) Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : (isi sesuai kasus)
Umur : (isi sesuai kasus)
Pendidikan : (isi sesuai kasus)
Pekerjaan : (isi sesuai kasus)
Alamat : (isi sesuai kasus)
Hubungan dengan pasien : (isi sesuai kasus)
Status perkawinan : (isi sesuai kasus)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu. Pada klien
post manual plasenta mengeluh pusing karena perdarahan akibat
dari komplikasi retensio plasenta.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengenai penyakit yang dirasakan klien pada saat di rumah sampai
klien harus di rawat di rumah sakit dengan menggunakan teknik
PQRST. Pada umumnya klien di bawa ke rumah sakit dengan
alasan perdarahan post partum akibat retensio plasenta atau
terlambatnya kelahiran plasenta dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Penanganan pertama pada klien retensio plasenta yaitu
dilakukannya tindakan manual plasenta. Pada klien post manual
plasenta mengeluh pusing dam lemas karena perdarahan akibat dari
komplikasi retensio plasenta.
3) Riwayat Kehamilan Saat Ini
Dilakukan pemeriksaan ANC, dan menghitung kondisi usia
kehamilan pasien dan berat badan janin.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji mengenai penyakit yang pernah dialami oleh pasien yang
dapat mempengaruhi/memperberat penyakitnya saat ini misalnya
penyakit diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit jantung dan
hipertensi.

16
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji mengenai penyakit-penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga pasien yang lain seperti kehamilan kembar, gangguan
mental, penyakit yang dapat diturunkan dan penyakit yang dapat
ditularkan dari keluarga.
6) Riwayat Ginekology dan Obstetri
a) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus haid, lamanya haid, sifat darah (warna,
bau, gumpalan), dismenorhoe, HPHT, dan taksiran
persalinan.
(2) Riwayat perkawinan
Status perkawinan, umur pada waktu menikah, lama
perkawinan dan berapa kali kawin.
(3) Riwayat KB
Pernah menjadi akseptor, jenis konrtasepsi yang
digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya
penggunaan, masalah yang didapati dengan penggunaan
kontrasepsi tersebut, jenis kontrasepsi yang direncanakan
dan jumlah anak yang direncanakan keluarga.
b) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Meliputi umur kehamilan, tanggal melahirkan, jenis
persalinan, tempat persalinan, berat anak waktu lahir,
masalah yang terjadi dan keadaan anak.
(2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, gerakan anak
pertama dirasakan oleh pasien. Apakah pasien
mendapatkan imunisasi TT, perubahan berat badan selama
hamil, tempat pemeriksaan kehamilan dan frekuensi
memeriksakan kehamilannya.
(3) Riwayat Persalinan Sekarang

17
Merupakan persalinan yang keberapa bagi pasien, tanggal
melahirkan, jenis pesalinan, apakah terjadi perdarahan,
banyaknya perdarahan, jenis kelamin bayi, berat badan
bayi, dan APGAR skor, serta keadaan masa nifas.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
Pasien dapat terjadi penurunan kesadaran/tidak akibat perdarahan
post partum
2) Keadaan umum
Dikaji tentang keadaan klien secara keseluruhan, pada pasien
perdarahan postpartum dengan retensio plasenta biasanya
ditemukan keadaan yang lemah.
3) Tanda vital
Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan tindakan mulai
tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, saturasi oksigen (SPO2)
4) Pemeriksaan Persistem
a) Sistem Pernafasan
Kaji keluhan yang dirasakan pasien, suara nafas vesikuler,
frekuensi nafas.
b) Sistem Kardiovaskuler
Kaji irama jantung reguler, bunyi jantung s1 dan s2, ada atau
tidaknya peningkatan JVP, tanda tanda sianosis, CRT > 2dtk,
anemis
c) Sistem Pencernaan
Pada pasien dengan perdarahan postpartum biasanya didapatkan
mukosa bibir kering, bau mulut, mulut tidak bersih, bising usus
5-12x/mnt.
d) Sistem Persyarafan
Pada pasien dengan HPP yang kesadaran composmentis biasnya
orientasi waktu baik, namun bila pasien mengalami penurunan
kesadaran orientasi waktu terganggu. Fungsi pengecapan,

18
penciuman, pendengaran, dan penglihatan berfungsi dengan
baik.
e) Sistem Perkemihan
Kandung kemih bila penuh harus dilakukan pemasangan kateter,
warna urine kuning bercampur darah, pola BAK terhambat.
f) Sistem Endokrin
Dikaji keluhan yang dirasakan pada pasien perdarahan
postpartum dengan retensio plasenta tidak ditemukan
pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening
g) Sistem Reproduksi
Kaji keluhan yang dirasakan klien, keadaan payudara, bentuk,
hyperpigmentasi aerola, keadaan putting susu, dan keseimetrisan
serta pengeluaran ASI. Kaji bagian vulva keadaan perineum,
adanya pengeluaran lochea. Pada 2 hari pertama lochea berupa
darah yang disebut lochea rubra, setelah 3-4 hari merupakan
darah encer yang disebut lochea serosa dan pada hari kesepuluh
menjadi cairan putih atau kekuningan yang disebut lochea alba.
Lochea berbau amis, dan yang berbau busuk menandakan
adanya infeksi.
i) Sistem Muskuloskeletal
Kaji keluhan yang dirasakan klien, dikaji adanya edema,
pergerakan kekuatan otot.
j) Sistem Integumen
Kaji adanya cloasma gravidarum, kulit lengket, berkeringat,
rambut lengket, kebersihan rambut dan kulit.
d. Pola Aktifitas
No Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1 Nutrisi Nafsu makan Lemas, nafsu
1. Makan baik, makan makan menurun
- Frekuensi 3x/hari
- Jenis
- Makanan yang

19
disukai
- Makanan yang
tidak disukai
- Makanan
pantangan/
alergi
- Nafsu makan
- Porsi makan
2. Minum
- Jumlah
- Jenis
2 Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi
- Warna
- Bau
- Konsistensi
Pola BAB dan
- Keluhan
BAK normal Pola BAK
b. BAK
terganggu,
- Frekuensi
memakai urine
- Warna
catheter
- Bau
- Konsistensi
- Keluhan
3 Personal Hygiene Dapat Personal
- Mandi melakukan hygiene
- Gosok Gigi personal terganggu
- Keramas hygiene mandiri membutuhkan

- Pakaian bantuan

- Kuku keluarga

20
- Vulva hygiene
4 Istirahat Tidur
- Waktu tidur
- Lama tidur/hari
- Kebiasaan pengantar Pola tidur
Sulit tidur
tidur normal
- Kebiasaan saat tidur
- Kesulitan dalam
hal tidur
5 Gaya Hidup
- Kegiatan dalam
pekerjaan Aktifitas Aktifitas
- Olahraga berjalan normal terhambat
- Kegiatan diwaktu
luang
6 Ketergantungan Fisik
- Merokok
- Minuman keras Tidak Ada Tidak Ada
- Obat-obatan
- Lain-lain

2. Diagnosa Keperawatan
1) Perfusi perifer tidak efektif
2) Ketidaknyamanan pasca post partum
3) Nyeri akut
4) Defisit Perawatan
5) Resiko Pendarahan
6) Resiko Syok
7) Resiko infeksi
8) Resiko Ketidakseimbangan Cairan
9) Resiko Hipovolemia

21
10) Resiko Gangguan Sirkulasi Spontan

22
3. Intevensi Keperawatan
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi : Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Manajemen Syok Hipovolemik Manajemen Syok Hipovolemik EBP
Setelah dilakukan perawatan 3 x A Tindakan Observasi Hasil penelitian
24 jam perfusi perifer tidak efektif Sholihah, 2020
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
dapat teratasi dengan kriteria : mengatakan
nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
a. Kekuatan nadi mebaikdari 1 keberhasilan pemberian
2. Monitor status oksigenisasi (oksimetri nadi, AGD)
ke 5 infus cairan dapat
3. Monitor status cairan (masukan haluaran, turgor kulit,
b. Output urine membaik dari 1 mencegah terjadinya
CRT)
ke 5 syok hipovolemik pada
4. Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
c. Tingka kesadaran membaik ibu post partum
5. Periksa seluruh tubuh terhadap adanya DOTS
dari 1 ke 5 sebanyak 81%.
B Tindakan Terapeutik
d. Saturasi oksigen membaik
1. Pertahankan jalan nafas
dari 1 ke 5
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
e. Akral dingin membaik dari 1
>94%
ke 5
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi, jika perlu

23
f. Pucat membaik dari 1 ke 5 4. Lakukan penenkanan langsung (direct pressure) pada
g. Rasa haus membaik dari 1 ke pendarahan eksternal
5 5. Pasang jalur IV berukuran besar (mis no 14 atau 15)
h. Konfusi menurun dari 1 ke 5 6. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
i. Letargi menurun dari 7. Pasang selang NGT untuk dekompresi lambung
1 ke 5Asidosis 8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
metabolic menurun dan elektrolit
dari 1 ke 5 C Tindakan Kolaborasi
j. Tekanan darah, nadi, 1) Kolaborasi dalam pemberian infus cairan kristaloid 1-2L
frekuensi nafas, pada dewasa
pengisian kapiler 2) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20Ml/kgBB
membaik dari 1 ke 5 pada anak
3) Kolaborasi pemberian tranfusi darah

24
Ketidaknyamanan Pasca Partum
Definisi : Perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan.
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Terapi Relaksasi Terapi Relaksasi EBP
a. Tindakan Observasi Hasil penelitian Lastriani, 2020
Setelah dilakukan 1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan didapatkan adanya pengaruh
perawatan 3 x 24 berkonsentrasi atau gejala lain mengganggu kemampuan teknik relaksasi nafas dalam
jam kognitif. dengan menganjurkan ibu post
ketidaknyamanan 2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan. partum untuk menarik nafas
post partum dapat 3) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik dalam lewat hidung dan
teratasi dengan sebelumnya. menghembuskannya melalui
kriteria 4) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan mulut terhadap respon nyeri
b. Keluhan tidak nyaman suhu sebelum dan sesudah Latihan pada ibu pasca partum.
membaik dari 1 ke 5 5) Monitor respon terhadap teknik relaksasi
c. Meringis dari 1 ke 5 b. Tindakan Teurapeutik
d. Luka episiotomy dari 1 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
ke 5 pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
e. Kontraksi uterus dari 1 2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
ke 5

25
f. Berkeringan dari 1 ke Teknik relaksasi
5 3. Gunakan pakaian longgar
g. Menangis dari 1 ke 5 4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berima
h. Merintih dari 1 ke 5 5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetic
i. Hemoroid membaik atau tindakan medis lain, jika diperlukan
dari 1 ke 5 c. Tindakan Edukasi
j. Kontraksi uterus 6. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
meningkat dari 1 ke 5 tersedia
k. Payudara bengkak dari 7. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
1 ke 5 8. Anjurkan mengambil posisi nyaman
l. Tekanan darah 9. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
membaik dari 1 ke 5 10. Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang dipilih
m. Frekuensi nadi 11. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis, nafas dalam)

Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional

26
Manajemen Nyeri a. Tindakan Observasi EBP

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


Setelah dilakukan Hasil penelitian Dina, 2019
intensitas nyeri
perawatan 3 x 24 jam didapatkan penuruan
2) Identifikasi skala nyeri
nyeri akut dapat intensitas nyeri berdasarkan
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
teratasi dengan nilai VAS pada penggunaan
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
kriteria : analgesik pasien pasca
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
melahirkan. Ibu pasca
a. Melaporkan nyeri yang 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
melahirkan mengalami
terkontrol dari 1 ke 5 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
penurunan derajat nyeri dari
b. Kemampuan mengenali 8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
sedang menjadi ringan hal ini
onset nyeri membaik dari 1 diberikan
di dapatkan efektifitas pbat
ke 5 9) Monitor efek samping penggunaan analgetic
91% dari 100%.
c. Kemampuan mengenali a. Tindakan Teurapeutik
penyebab nyeri dari 1 ke 5 10. Berikan non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
d. Kemampuan menggunakan TENS, hypnosis,akupresur, terapi music aromaterapi)
Teknik non farmakologis 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu
dari 1 ke 5 ruangan, pencahayaan, kebisingan)
e. Dukungan orang terdekat

27
meningkat dari 1 ke 5 12. Fasilitasi istirahat tidur
f. Keluhan nyeri membaik 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
dari 1 ke 5 strategi meredakan nyeri.
g. Penggunakan analgetic dari c. Tindakan Edukasi
1 ke 5 14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
18. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
d. Teknik Kolaborasi
19. Kolaborasi dalam pemberian analgetic.

Defisit Perawatan Diri


Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Dukungan perawatan diri Dukungan Perawatan Diri EBP
Hasil penelitian stefy, 2019
1) Tindakan Observasi
menyebutkan bahwa faktor
Setelah dilakukan perawatan 3 1. Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri sesuai usia
yang mempengaruhi

28
x 24 jam deficit perawatan diri 2. Monitor tingkat kemandirian kemandirian perawatan diri
dapat teratasi dengan kriteria : 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, ibu sebanyak 78% adalah
a. Kemampuan mandi berhias, dan makan tingkat pengetahuan, dan
meningkat 1 ke 5 2) Tindakan Teurapeutik motivasi. Semakin tinggi
b. Kemampuan mengenakan 4. Sediakan lingkungan yang teurapeutik (mis, suasana hangat) tingkat pengetahuan ibu maka
pakaian 1 ke 5 5. Siapkan keperluan pribadi (mis, sabun sikat gigi) semakin mudah menerima
c. Kemampuan makan 6. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri informasi dan motivasi.
membaik 1 ke 5 7. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan Pernyataan tersebut sesuai
d. Kemampuan ke toilet 8. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu dengan metode self care
(BAB&BAK) membaik 1 9. Jadwalkan rutinitas perawatan diri Orem dimana tingkat
ke 5 c. Tindakan Edukasi pendidikan menentukan
e. Verbalisasi keinginginan 10. Anjurkan dan motivasi melakukan perawatan diri secara kemandirian seseorang.
melakukan perawatan diri konsisten
membaik dari 1 ke 5
f. Minat melakukan
perawatan diri membaik
dari 1 ke 5
g. Mempertahankan
kebersihan diri dari 1 ke 5

29
h. Mempertahankan
kebersihan mulut dari 1
ke 5
i.

Resiko Syok
Definisi : Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler
yang mengancam jiwa
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Pencegahan Syok Pencegahan Syok EBP

a. Tindakan Observasi
Setelah dilakukan Hasil penelitian Primadela,
1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi, dan kekuatan
perawatan 3 x 24 jam 2018 didapatkan pada kasus
Nadim frekuensi nafas, tekanan darah)
resiko syok dapat hemorragic post partum
2) Monitor status oksigenisasi (oksimetri nadi, AGD)
teratasi dengan adanya perbaikan keadaan
3) Monitor status cairan ( intake dan output, turgor kulit, CRT)
kriteria : umum, dengan dilakukannya
4) Monitor tangka kesadaran dan respon pupil
transfusi darah dan mencegah
a. Kekuatan nadi mebaikdari 5) Periksa Riwayat alergi
resiko terjadinya syok pada
1 ke 5 b. Tindakan Teurapeutik
pasien HPP.
b. Output urine membaik dari 6) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen

30
1 ke 5 >94%
c. Tingka kesadaran membaik 7) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
dari 1 ke 5 8) Pasang jalur IV, jika perlu
d. Saturasi oksigen membaik 9) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
dari 1 ke 5 10) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
e. Akral dingin membaik dari c. Tindakan Edukasi
1 ke 5 11) Jelaskan penyebab/ factor resiko syok
f. Pucat membaik dari 1 ke 5 12) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
g. Rasa haus membaik dari 1 13) Anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan tanda dan
ke 5 gejala awal syok
h. Konfusi menurun dari 1 ke 14) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5 15) Anjurkan menghindari allergen
i. Letargi menurun dari 1 ke d. Tindakan Kolaborasi
5 16) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
j. Asidosis metabolic 17) Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
menurun dari 1 ke 5 18) Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
k. Tekanan darah, nadi,
frekuensi nafas, pengisian
kapiler membaik dari 1 ke

31
5

Resiko Ketidakseimbangan Cairan


Definisi : Beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial,
atau intraselular.
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Manajemen Cairan Manajemen Cairan EBP
Hasil penelitian Rodiani,
a. Tindakan Kolaborasi
2017 didapatkan pada ibu
Setelah dilakukan 1) Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pasca melahirkan dengan
perawatan 3 x 24 jam pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, dan tekanan
defisit cairan bila segera
resiko ketidakseimbangan darah.
dilakukan resusitasi cairan
cairan dapat teratasi dengan 2) Monitor berat badan
maka akan mengurangi resiko
kriteria : 3) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dianalisi
syok, dan mengalami
4) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (Na,K,Cl, jenis urine)
a. Asupan cairan perbaikan. Terapi resusitasi
5) Monitor status hemodynamic
membaik dari 1 ke 5 cairan dinyatakan berhasil
b. Tindakan Teurapeutik
b. Output urine membaik dengan menilai perbaikan
6) Catat intake output dan hitung balance cairan 24 jam
dari 1 ke 5 outcome hemodinamik klinis
7) Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
c. Kelembapan
8) Berikan cairan intravena, jika perlu

32
membrane mukosa c. Tindakan Kolaborasi
membaik dari 1 ke 5 9) Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
d. Asupan makanan
meningkat dari 1 ke 5
e. Edema menurun dari 1
ke 5
f. Dehidrasi menurun
dari 1 ke 5
g. Asites menurun dari 1
ke 5
h. Konfusi menurun dari
1 ke 5
i. Tekanan darah, denyut
nadi,membrane
mukosa, turgor kulit
dan berat badan
membaik dari 1 ke 5

Resiko Infeksi

33
Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi EBP
Hasil penelitian Sriani, 2015
i. Tindakan Observasi
didapatkan perawatan luka
Setelah dilakukan perawatan 3 1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
serta vulva hygiene dapat
x 24 jam resiko infeksi dapat ii. Tindakan Teurapeutik
mencegah terjadinya infeksi
teratasi dengan kriteria : 1) Batasi jumlah pengunjung
pada pasien ibu post partum.
d. Demam menurun dari 1 ke 2) Berikan perawatan kulit
5 3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
e. Cairan berbau busuk lingkungan pasien
menurun dari 1 ke 5 4) Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
f. Periode mengigil menurun C. Tindakan Edukasi
dari 1 ke 5
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
g. Kadar sel darah putih
2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar
membaik dari 1 ke 5
3) Ajurkan etika batuk
l.
4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan

34
D. Tindakan Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian imunasi, jika perlu

35
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2010). Implementasi dibuat
setelah membuat intervensi keperawatan dengan melakukan tindakan
observasi mandiri, tindakan teurapeutik, dan tindakan kolaborasi sesuai
dengan buku SDKI.
Jenis – jenis tindakan pada tahap pelaksanaan adalah:
a. Secara mandiri (independent) adalah tindakan yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya stressor.
b. Kolaborasi (interdependent) adalah tindakan keperawatan atas dasar
kerja sama tim keperawatan dengan tim kesehatan lainnya, seperti
dokter, fisioterapi, farmasi dan lain- lain.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya (Nursalam,
2010). Evaluasi dibuat menjadi catatan perkembangan yaitu memakai:
S : Data Subjektif
O : Data Objektif
A : Analisis masalah
P : Perencanaan

36
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian

1. Pengumpulan data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Marital : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Golongan Darah :O
Tanggal Masuk RS : 15-12-2020
Tanggal Pengkajian: 15-12-2020
No. Medrec : 00595529
Diagnosa Medis : P2AO postpartum 11 jam dengan perdarahan post
partum atas indikasi sisa plasenta + Anemia
Alamat : Kota Bandung
2) Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. K
Umur : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kota Bandung


Hubungan dengan Klien: Suami
b. Riwayat Kesehatan

37
1) Keluhan utama
Klien mengatakan ada perdarahan di jalan lahir
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk ke IGD diantar oleh bidan dengan keluhan perdarahan
pervaginam sejak 11 jam melahirkan dan ditolong oleh bidan. Pasca
melahirkan plasenta perdarahan pervaginam terus menerus hingga 8
kali ganti pembalut.
Pada saat dikaji perdarahan masih terjadi, berwarna merah segar, cair,
bau amis, satu pembalut penuh. Selain perdarahan Klien mengeluh
lemas, pusing dan menggigil.
Klien dilakukan pemasangan infus RL dua jalur. Jalur pertama RL
drip oksitosin 2 amp 30 gtt/menit, RL polos guyur 1 plabot dilanjutkan
1 plabot dalam 6 jam. Klien direncanakan untuk diberikan transfusi
WB, PRC dan akan dilakukan tindakan kuretase.
3) Riwayat Kehamilan saat ini
Klien melakukan pemeriksaan ANC teratur ke bidan
HPHT 20 Desember 2019
TP 27 September 2020
Kenaikan BB selama hamil 10 kg
4) Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat sakit keras, tidak ada riwayat hipertensi
maupun penyakit kelainan darah.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan seperti asma, DM, hipertensi maupun penyakit menular

38
6) Riwayat Gynekologi & Obstetri
a) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan sekarang, persalinan dan nifas yang lalu
Anak Tahun Usia Tempat Penolong BB PB

Ke Kehamilan Melahirkan / cara

1 2018 9 Bulan Di Bidan Spontan 3700gr -

2 2020 9 bulan Di Bidan Spontsn 3800gr -

(2) Riwayat persalinan sekarang


Anak kedua lahir 11 jam sebelum masuk RS, lahir spontan,
cukup bulan, BBL 3800 gram ditolong oleh bidan.
b) Riwayat Gynekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan awal pertama menstruasi pada usia 13 tahun
dengan rentang 5 – 6 hari dengan siklus menstruasi 28 hari dan
hari terakhir menstruasi yaitu pada tanggal 20-12-2019.
(2) Riwayat Perkawinan
Klien menikah pada tahun 2018
(3) Riwayat Keluarga Berencana
Tidak terkaji
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/menit
S : 36, 6 0C
R : 24 x/menit
b) Sistem Pernafasan
Pengembangan paru simetris, suara napas vesikuler, CRT 3 detik,
frekuensi nafas 24x/menit

39
c) Sistem Kardiovaskular
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 120 kali permenit, konjungtiva
anemis, wajah pucat, akral dingin
d) Sistem Pencernaan
Mukosa bibir kering, bau mulut, mulut tidak bersih, tidak ada
caries gigi
e) Sistem Persyarafan
Kesadaran klien compos mentis, orientasi waktu baik, fungsi
pengecapan, penciuman, pendengaran, dan penglihatan Klien baik,
reflek patella positif.
f) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening dan tiroid.
Tidak ada pengeluaran keringat berlebih.
g) Sistem Perkemihan
Daerah supra pubis tidak teraba tegang, kandung kemih kosong,
terpasang DC keluar air kencing 200 cc.
h) Sistem Reproduksi
(1) Daerah Payudara
Payudara simetris, putting susu menonjol, tidak terdapat
pembengkakan pada payudara
(2) Daerah Abdomen (uterus)
Tinggi fundus uteri setinggi umbilikus, kontraksi kuat, tidak
terdapat nyeri tekan, portio terbuka.
(3) Vulva
Terdapat laserasi jalan lahir yang sudah di hecting. Vulva
penuh darah berwarna merah segar, cair, bau amis, satu
pembalut penuh
i) Sistem Muskuloskeletal
(1) Atas
Bentuk dan ukuran kedua tangan simetris, pergerakan bebas
tanpa disertai adanya nyeri, reflek bisep ++/++, trisep ++/++,
ROM maksimal.

40
(2) Bawah
Bentuk tungkai kiri dan kanan simetris, pergerakan terbatas,
reflek kuadrisep ++/++, reflek patela +,
j) Sistem Integumen
Tidak terdapat cloasma gravidarum, kulit Klien lengket,
berkeringat, rambut lengket dan lepek
c. Pola aktifitas sehari-hari
No. Aktivitas Saat Hamil Post Partum

1. Nutrisi
a. Makan Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekuensi
- Jenis
- Makanan yang tidak
disukai
- Alergi makanan
- Porsi makanan

b. Minum Tidak terkaji Tidak terkaji


- Jumlah
- Jenis

2. Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi
- Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
- Bau
- Konsistensi
- Keluhan

b. BAK Tidak terkaji Pola BAK terganggu,


- Frekuensi terpasang DC output

41
- Warna urine 200cc
- Bau
- Konsistensi
- Keluhan
3. Personal hygine Tidak terkaji
a. Mandi Personal hygiene
b. Gosok gigi terganggu belum
c. Keramas mandi, keramas, sikat
d. Kuku gigi, dan gunting kuku

e. Vulva hygine

4. Istirahat tidur Tidak terkaji Tidak terkaji


a. Waktu tidur
b. Lama tidur
c. Kebiasaan tidur
d. Kesulitan tidur
5. Gaya hidup Tidak terkaji
a. Aktivitas sehari-hari IRT
b. Olahraga
c. Kegiatan di Tidak terkaji
waktu luang

42
6. Ketergantungan fisik Tidak terkaji Tidak terkaji
a. Merokok
b. Minuman keras
c. Obat-obatan

d. Aspek psikososial
1) Pola pikir dan persepsi
Tidak terkaji
2) Persepsi diri
Tidak terkaji
3) Gaya komunikasi
Arah pembicaraan klien sesuai dengan yang ditanyakan perawat,
bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia.
4) Konsep diri
Tidak terkaji
5) Kebiasaan seksual
Klien mengatakan tidak ada gangguan pada saat berhubungan seksual.
e. Data spiritual
1) Sumber kekuatan Klien
Yang menjadi sumber kekuatan klien adalah suami dan anak-anaknya.
2) Kepercayaan dan keyakinan Klien
Klien menganut agama Islam, klien mengatakan percaya dan yakin
dengan sering berdoa dan membaca al-quran dapat diberi kesehatan
untuk dirinya, suami, dan anak-anaknya oleh Allah SWT.
3) Kegiatan ibadah yang dilakukan Klien
Klien menjalankan ibadah sholat wajib secara teratur, mengaji baca al-
quran biasanya setelah selesai solat.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan USG
Hasil USG ditemukan sisa plasenta

43
2) Laboratorium
Nilai
Satuan
No Pemeriksaan Hasil
Rujukan
1 Hemoglobin 6,2 12.0-16.0 gr/dL

2 Hematokrit 19 37-47 %

3 Leukosit 13.800 4000- mm3/UL

10.000

4 Trombosit 177.000 150000- Sel/uL

440000

5 Coagulation Time 12 menit

6 Bleeding Time 4 menit

7 Golongan darah O

8 Rhesus +

3) Terapi
Nama Obat Rute Dosis Waktu Indikasi
Pemberian
Ceftriaxone Injeksi 2x1gr Antibiotik untuk mengobati
intravena infeksi bakteri. Obat
ceftriaxone akan menghambat
perkembangbiakan bakteri,
tetapi tidak dengan virus.

Asam Injeksi 3x1 amp Sebagai obat antikoagulasi


Traneksamat intravena

44
Oksitosin Drip dalam 2 ampul Untuk mengencangkan
RL 30 dalam kontraksi uterus dan
gtt/menit 500cc mengontrol perdarahan
RL setelah melahirkan

g. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1. DS: Retensio plasenta Perfusi perifer tidak
Pasien mengeluh efektif
pusing, lemas,
ganti balutan 8x Perdarahan
DO:

1. Pendarahan
Hb turun
pervagina
sejak 11 jam
2. Konjungtiva
Suplai O2 ke jaringan menurun
anemis
3. Wajah pucat
4. Akral dingin
Perfusi perifer tidak efektif
5. Hb 6,2 g/dl

2. DS: Robekan dinding vagina Ketidaknyamanan


Pasien mengeluh pasca partum
pusing, lemas Nyeri
DO:

1. Kontraksi
Psikologis
uterus kuat
2. Terpasang DC

Trauma

45
Ketidaknyaman post partum

3. DS: Postparum Risiko syok

1. Pasien
mengatakan
Pendarahan
keluar darah
terus menerus
ganti balutan
Volume cairan turun
8x
DO:

1. Perdarahan Anemia akut


pervagina sejak
11 jam
2. Hb : 6,2 g/dl Hb dan O2 turun
3. Pasien
dijadwalkan
transfusi darah Hipoksia

Resiko Syok

4. DS: Episiotomi (insisi) Resiko Infeksi

1. Pasien
Terputusnya kontinuitas
DO:
Jaringan
1. Terdapat
laserasi jalan
lahir yang Laserasi di jalan lahir
sudah di hecting
2. Leukosit 13.800
mm3/UL Masuknya mikrooganisme

46
Resiko Infeksi

5. DS : Pendarahan Defisit Perawatan


Diri
Pasien
mengatakan
Volume cairan turun
lemas
DO:

1.Bau mulut Anemia akut


2.Mulut tidak
bersih
3.Rambut lengket Hb dan O2 turun
4.Tidak ada caries

Hipoksia

Keleman Umum

Defisite Perawatan Diri

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume
cairan (perdarahan) (D.0009)
2. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan kontraksi uterus
(D.0075)
3. Risiko syok ditandai dengan perdarahan uterus (D.0039)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan laserasi di jalan lahir (D.0142)
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan immobilitas (D.0109)

47
48
C. Intervensi Keperawatan
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi : Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Manajemen Syok Hipovolemik Manajemen Syok Hipovolemik EBP
Setelah dilakukan perawatan 3 x A Tindakan Observasi Hasil penelitian
24 jam perfusi perifer tidak efektif Sholihah, 2020
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
dapat teratasi dengan kriteria : mengatakan
nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
a. Kekuatan nadi mebaikdari 1 keberhasilan pemberian
2. Monitor status oksigenisasi (oksimetri nadi, AGD)
ke 5 infus cairan dapat
3. Monitor status cairan (masukan haluaran, turgor kulit,
b. Output urine membaik dari 1 mencegah terjadinya
CRT)
ke 5 syok hipovolemik pada
4. Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
c. Tingka kesadaran membaik ibu post partum
5. Periksa seluruh tubuh terhadap adanya DOTS
dari 1 ke 5 sebanyak 81%.
B Tindakan Terapeutik
d. Saturasi oksigen membaik
9. Pertahankan jalan nafas
dari 1 ke 5
10. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
e. Akral dingin membaik dari 1
oksigen >94%
ke 5
11. Persiapkan intubasi dan ventilasi, jika perlu

49
f. Pucat membaik dari 1 ke 5 12. Lakukan penenkanan langsung (direct pressure) pada
g. Rasa haus membaik dari 1 ke pendarahan eksternal
5 13. Pasang jalur IV berukuran besar (mis no 14 atau 15)
h. Konfusi menurun dari 1 ke 5 14. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
i. Letargi menurun dari 15. Pasang selang NGT untuk dekompresi lambung
1 ke 5 16. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
j. Asidosis metabolic dan elektrolit
menurun dari 1 ke 5 C Tindakan Kolaborasi
k. Tekanan darah, nadi, 4) Kolaborasi dalam pemberian infus cairan kristaloid 1-2L
frekuensi nafas, pada dewasa
pengisian kapiler 5) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20Ml/kgBB
membaik dari 1 ke 5 pada anak
6) Kolaborasi pemberian tranfusi darah
Ketidaknyamanan Pasca Partum
Definisi : Perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan.
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Terapi Relaksasi Terapi Relaksasi EBP
A Tindakan Observasi Hasil penelitian
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 A.Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan Lastriani, 2020

50
jam ketidaknyamanan post partum berkonsentrasi atau gejala lain mengganggu kemampuan didapatkan adanya
dapat teratasi dengan kriteria kognitif. pengaruh relaksasi nafas
m. Keluhan tidak nyaman B. Identifikasi relaksasi yang pernah efektif digunakan. dalam dengan
membaik dari 1 ke 5 C. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan menganjurkan ibu post
n. Meringis dari 1 ke 5 sebelumnya. partum untuk menarik
o. Luka episiotomy dari 1 ke 5 D.Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, nafas dalam lewat
p. Kontraksi uterus dari 1 ke 5 dan suhu sebelum dan sesudah Latihan hidung dan
q. Berkeringan dari 1 ke 5 E. Monitor respon terhadap relaksasi menghembuskannya
r. Menangis dari 1 ke 5 A. Tindakan Teurapeutik melalui mulut terhadap
s. Merintih dari 1 ke 5 1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan respon nyeri pada ibu
t. Hemoroid membaik dari 1 ke 5 pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika pasca partum.
u. Kontraksi uterus meningkat dari memungkinkan
1 ke 5 2) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
v. Payudara bengkak dari 1 ke 5 Teknik relaksasi
w. Tekanan darah membaik dari 1 3) Gunakan pakaian longgar
ke 5 4) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berima
5) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetic atau medis lain, jika diperlukan

51
B. Tindakan Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis relaksasi yang
tersedia
2) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3) Anjurkan mengambil posisi nyaman
4) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5) Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang
dipilih
6) Demonstrasikan dan latih relaksasi (mis, nafas dalam)

Resiko Syok
Definisi : Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan disfungsi
seluler yang mengancam jiwa
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Pencegahan Syok Pencegahan Syok EBP

1. Tindakan Observasi
Setelah dilakukan perawatan 3 Hasil penelitian
i. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi, dan kekuatan Nadim

52
x 24 jam resiko syok dapat frekuensi nafas, tekanan darah) Primadela, 2018
teratasi dengan kriteria : ii. Monitor status oksigenisasi (oksimetri nadi, AGD) didapatkan pada kasus
iii. Monitor status cairan ( intake dan output, turgor kulit, CRT) hemorragic post partum
h. Kekuatan nadi mebaikdari 1
iv. Monitor tangka kesadaran dan respon pupil adanya perbaikan
ke 5
v. Periksa Riwayat alergi keadaan umum, dengan
a. Output urine membaik dari
1. Tindakan Teurapeutik dilakukannya endidika
1 ke 5
2) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen darah dan mencegah
b. Tingka kesadaran membaik
>94% resiko terjadinya syok
dari 1 ke 5
3) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu pada pasien HPP.
c. Saturasi oksigen membaik
4) Pasang jalur IV, jika perlu
dari 1 ke 5
5) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
d. Akral dingin membaik dari
6) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
1 ke 5
2. Tindakan Edukasi
e. Pucat membaik dari 1 ke 5
1) Jelaskan penyebab/ factor resiko syok
f. Rasa haus membaik dari 1
2) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
ke 5
3) Anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan tanda dan
g. Konfusi menurun dari 1 ke
gejala awal syok
5
4) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
h. Letargi menurun dari 1 ke 5
5) Anjurkan menghindari allergen
i. Asidosis metabolic

53
menurun dari 1 ke 5 3. Tindakan Kolaborasi
j. Tekanan darah, nadi, 1) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
frekuensi nafas, pengisian 2) Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
kapiler membaik dari 1 ke 5 3) Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

Resiko Infeksi
Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi EBP
Hasil penelitian Sriani,
i. Tindakan Observasi
2015 didapatkan
Setelah dilakukan perawatan 3 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
perawatan luka serta
x 24 jam resiko infeksi dapat ii. Tindakan Teurapeutik
vulva hygiene dapat
teratasi dengan kriteria : 5) Batasi jumlah pengunjung
mencegah terjadinya
a. Demam menurun dari 1 ke 6) Berikan perawatan kulit
infeksi pada pasien ibu
5 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
post partum.
b. Cairan berbau busuk lingkungan pasien
menurun dari 1 ke 5 8) Pertahankan aseptic pada pasien beresiko tinggi
c. Periode mengigil menurun 2. Tindakan Edukasi

54
dari 1 ke 5 7) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
d. Kadar sel darah putih 8) Ajarkan mencuci tangan dengan benar
membaik dari 1 ke 5 9) Ajurkan etika batuk
k. 10) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
11) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
12) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
D. Tindakan Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian imunasi, jika perlu

Defisit Perawatan Diri


Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri
Kriteria/Hasil Intervensi Rasional
Dukungan perawatan diri Dukungan Perawatan Diri EBP
Hasil penelitian stefy,
iii. Tindakan Observasi
2019 menyebutkan bahwa
Setelah dilakukan perawatan 3 1) Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri sesuai usia
endid yang
x 24 jam deficit perawatan diri 2) Monitor tingkat kemandirian
mempengaruhi
dapat teratasi dengan kriteria : 3) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
kemandirian perawatan

55
a. Kemampuan mandi berhias, dan makan diri ibu sebanyak 78%
meningkat 1 ke 5 iv. Tindakan Teurapeutik adalah tingkat
b. Kemampuan mengenakan 9) Sediakan lingkungan yang teurapeutik (mis, suasana hangat) pengetahuan, dan
pakaian 1 ke 5 10) Siapkan keperluan pribadi (mis, sabun sikat gigi) motivasi. Semakin tinggi
c. Kemampuan makan 11) Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai tingkat pengetahuan ibu
membaik 1 ke 5 mandiri maka semakin mudah
d. Kemampuan ke toilet 12) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan menerima informasi dan
(BAB&BAK) membaik 1 13) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu motivasi. Pernyataan
ke 5 14) Jadwalkan rutinitas perawatan diri tersebut sesuai dengan
e. Verbalisasi keinginginan C. Tindakan Edukasi metode self care Orem
melakukan perawatan diri 1) Anjurkan dan motivasi melakukan perawatan diri secara dimana tingkat endidikan
membaik dari 1 ke 5 konsisten menentukan kemandirian
f. Minat melakukan seseorang.
perawatan diri membaik
dari 1 ke 5
g. Mempertahankan
kebersihan diri dari 1 ke 5
h. Mempertahankan
kebersihan mulut dari 1 ke

56
5
l.

D. Implementasi Keperawatan
No Hari/ Diagnosa
Tanggal Keperawatan Implementasi TTD/Paraf
Jam
1. Senin Perfusi perifer tidak efektif Melakukan intervensi perawatan sirkulasi : Perawat
15/12/20 berhubungan dengan
09.00 kekurangan volume cairan 1. Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer (mis, nadi perifer,
(perdarahan) (D.0009) edema, pengisian perifer, warna, suhu, ankle brachial index)
2. Melakukan identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (mis,
diabetes, perokok, hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi)
3. Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas.
4. Menghindari pemasangan infus atau pengambilan darah di

57
area keterbatasan perfusi
5. Menghindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
6. Menghindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
7. Melakukan pencegahan infeksi
8. Melakukan perawatan kaki dan kuku
9. Melakukan hidrasi
10. Menganjurkan berhenti merokok
11. Menganjurkan berolahraga rutin
12. Menganjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikolagulan, dan penurun kolestrol bila perlu.
13. Menganjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
2. Senin Ketidaknyamanan pasca partum Melakukan intervensi terapi relaksasi : Perawat
15/12/20 berhubungan dengan involusi 1. Melakukan dentifikasi penurunan tingkat energi,
09.00 uterus (D.0075) ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala lain mengganggu
kemampuan kognitif.
2. Melakukan identifikasi relaksasi yang pernah efektif

58
digunakan.
3. Melakukan identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan Teknik relaksasi.
4. Memeriksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan sesudah Latihan
5. Monitor respon terhadap teknik relaksasi
6. Melakukan pemantauan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
7. Memberikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
8. Menganjurkan pasien memakai pakaian longgar
9. Menjelaskan tujuan, manfaat, dan jenis relaksasi yang
tersedia
10. Menjelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
11. Menganjurkan mengambil posisi nyaman
12. Mendemonstrasikan dan latih relaksasi (mis, nafas dalam)
3. Senin Risiko syok ditandai dengan Melakukan intervensi pencegah syok : Perawat
15/12/20 perdarahan uterus (D.0039)

59
09.00 1. Memonitor status kardiopulmonal (frekuensi, dan kekuatan
Nadim frekuensi nafas, tekanan darah)
2. Memonitor status oksigenisasi (oksimetri nadi, AGD)
3. Memonitor status cairan ( intake dan output, turgor kulit,
CRT)
4. Memonitor tangka kesadaran dan respon pupil
5. Menanyakan pada pasien riwayat alergi
6. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
7. Melakukan pemasangan kateter urine untuk menilai produksi
urine
8. Melakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
9. Menjelaskan penyebab/ factor resiko syok
10. Menjelaskan tanda dan gejala awal syok
11. Mengnjurkan memperbanyak asupan cairan oral
12. Melakukan kolaborasi pemberian transfusi darah, jika
perlu
4. Senin Resiko infeksi berhubungan Melakukan pencegahan infeksi : Perawat
15/12/20 dengan laserasi di jalan lahir 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik

60
09.00 (D.0142) 2. Melakukan membatasi jumlah pengunjung
3. Memberikan perawatan kulit
4. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
5. Mempertahankan aseptic pada pasien beresiko tinggi
6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Mengajarkan mencuci tangan dengan benar
8. Menganjurkan etika batuk
9. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
10. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan
12. Melakukan kolaborasi pemberian imunasi, jika perlu
5. Senin Defisit perawatan diri Melakukan intervensi dukungan perawatan diri Perawat
15/12/20 berhubungan dengan 1. Melakukan identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri
09.00 immobilitas (D.0109) sesuai usia
2. Memonitor tingkat kemandirian
3. Melakukan identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan
4. Menyediakan lingkungan yang teurapeutik (mis, suasana

61
hangat)
5. Menyiapkan keperluan pribadi (mis, sabun sikat gigi)
6. Melakukan pendampingan dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
7. Memfasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
8. Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
9. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
10. Menganjurkan dan motivasi melakukan perawatan diri secara
konsisten

E. Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan (SOAP) TTD/Paraf
1. Senin Perfusi perifer tidak efektif S : Pasien mengatakan lemas masih terasa Perawat
15/12/20 berhubungan dengan kekurangan O : - TD :110/70
09.00 WIB volume cairan (perdarahan) - S : 36,6
(D.0009) - N : 120x/mnt
- R : 24 x/mnt
- Konjungtiva anemis

62
A : Perfusi Perifer tidak efektif
P:
Lakukan intervensi perawatan sirkulasi :
1. Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer,
edema, pengisian perifer, warna, suhu, ankle
brachial index)
2. Identifikasi factor resiko gangguan
sirkulasi (mis, diabetes, perokok,
hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
4. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
6. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
7. Lakukan pencegahan infeksi

63
2. Senin Ketidaknyamanan pasca partum S : Pasien mengatakan pusing berkurang
15/12/20 berhubungan dengan involusi O : - TD :110/70
09.00 WIB uterus (D.0075) - S : 36,6
- N : 120x/mnt
- R : 24 x/mnt
- Kontraksi uterus menurun
A : Ketidaknyamanan pasca partum
P:
Lakukan intervensi perawatan sirkulasi :
1. Identifikasi relaksasi yang pernah efektif
digunakan.
2. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan sebelumnya.
3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah Latihan
4. Monitor respon terhadap relaksasi
5. Anjurkan mengambil posisi nyaman
3. Senin Risiko syok ditandai dengan S : Pasien mengatakan lemas masih terasa

64
15/12/20 perdarahan uterus (D.0039) O : - TD :110/70
09.00 WIB - S : 36,6
- N : 120x/mnt
- R : 24 x/mnt
- Hb : 8
A : Resiko Syok
P:
Lakukan intervensi pencegahan syok :
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi,
dan kekuatan nadi, rekuensi nafas,
tekanan darah)
2. Monitor status oksigenisasi (oksimetri
nadi, AGD)
3. Monitor status cairan ( intake dan output,
turgor kulit, CRT)
4. Monitor tangka kesadaran dan respon
pupil
5. Periksa Riwayat alergi
6. Berikan oksigen untuk mempertahankan

65
saturasi oksigen >94%
4. Senin Resiko infeksi berhubungan S : Pasien mengatakan sudah tidak mengigil
15/12/20 dengan laserasi di jalan lahir O : - TD :110/70
09.00 WIB (D.0142) - S : 36,6
- N : 120x/mnt
- R : 24 x/mnt
- Leukosit : 11.000
A : Resiko Infeksi
P:
Lanjutkan intervensi pencegahan infeksi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
sistemik
2. Berikan perawatan kulit
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan aseptic pada pasien beresiko
tinggi
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Senin Defisit perawatan diri S: Pasien mengatakan sudah dapat mobilisasi
15/12/20 berhubungan dengan mandiri.

66
09.00 WIB immobilitas (D.0109) O : - TD :110/70
- S : 36,6
- N : 120x/mnt
- R : 24 x/mnt
- Rambut lengket
- Kulit bersih tidak lengket
- Mulut masih sedikit berbau
A : Defisit perawatan diri
P:
Lakukan intervensi perawatan diri
1. Anjurkan dan motivasi melakukan
perawatan diri secara konsisten

67
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penyusun berdiskusi tentang asuhan


keperawatan pada klien P2AO postpartum 11 jam
dengan perdarahan post partum atas indikasi sisa
plasenta + anemia dan memahami penatalaksanaan
yang akan dilakukan, maka pada bab ini penyusun
akan membahas kesenjangan penatalaksanaan antara
teori dan kasus.

A. Pengkajian

Secara garis besar pengumpulan data diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: data


subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu diambil dengan cara
wawancara dengan pasien dengan menanyakan keluhan utama, dan
memperhatikan hal-hal yang mencemaskan dari pasien. Data obyektif dengan
menggunakan tehnik pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan
pemeriksaan yang terarah sesuai dengan keluhan pasien (Mufdlilah, 2009).
Data yang dikumpulkan kemudian diolah, sesuai kebutuhan pasien dengan
cara menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya
sehingga dapat menunjukan suatu masalah yang terjadi. Pada data obyektif
ditemukan tinggi fundus uteri setinggi umbilikus, kontraksi kuat, sesuai
dengan teori bahwa pada kasus retensi sisa plasenta kontraksi rahim baik.
Jadi dari pemeriksaan data subyektif dan obyektif penyusun tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Diagnosa keperawatan

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi.


Pada langkah ini diidentifikasikan atau diagnosa potensial berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap
apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati, 2010).

68
Diagnosa utama yang bisa terjadi pada perdarahan postpartum adalah resiko
syok.
Pada kasus ini muncul diagnosa resiko syok. Meskipun tidak menjadi diagnosa
utama, tapi diagnosa ini muncul di kasus.

C. Intervensi

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang


merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah. Semua keputusan
yang dikembangkan harus rasional dan benar-benar berdasarkan pengetahuan
teori yang ada serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan klien
(Muslihatun, 2009)

69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pendarahan post partum merupakan salah satu penyumbang kematian ibu


di dunia, 75% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan parah (sebagian besar
perdarahan pasca persalinan, infeksi pasca persalinan, tekanan darah tinggi saat
kehamilan (preeclampsia/eclampsia), partus lama/macet, aborsi yg tidak aman
(WHO dalam key fact maternal mortality,2019). Diperkirakan bahwa 3–5 %
pasien obstetri di seluruh dunia mengalami perdarahan postpartum (Kemenkes
RI, 2016).
Dari tinjauan kasus pasien diatas, factor penyebab terjadinya perdarahan
diakibatkan ibu mengalami retensio plasenta, Gejala utama ditandai dengan
tertahannya plasenta di dalam rahim setelah ibu melahirkan bayi, tanda paling
umum dari plasenta yang tertinggal adalah plasenta gagal dilahirkan secara
spontan dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.

B. Saran

Manajemen persalinan kala III penting untuk mencegah terjadinya


komplikasi pasca persalinan. Sehingga walaupun diluar kompetensi, tetapi
perawat juga diharapkan dapat menguasai dan mengimplementasikan
manajemen penatalaksanaan persalinan kala III.

70
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti dkk. 2015. Hubungan Riwayat Pre Eklamsia, Retensio Plasenta,
Atonia Uteri Dan Laserasi Jalan Lahir Dengan Kejadian Perdarahan Post
Partum Pada Ibu Nifas. Lampung: Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1
hlm 75-82
B-Lynch et al. 2006. A Textbook of Postpartum Hemorrhage, A Comprehensive
Guide To Evaluation, Management and Surgical Intervention. United
Kingdom
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI: Mother’s Day. http://www.depkes.go.id/
resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.p
Lestari, Mega & Mulawardhana, Pungky & Utomo, Budi. 2020. Faktor Risiko
Kejadian Atonia Uteri. Pediomaternal Nursing Journal. 5. 189.
10.20473/pmnj.v5i2.13459.
Manuaba, I., Manuaba, I. & Manuaba, I. F., 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB. 2 ed. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2010. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba medika.
Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st Ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
WHO. 2019. Maternal mortality key fact. https://www.who.int/news-
room/factsheets/detail/maternal-mortality

71
Wiknjosastro H. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 523 – 529

72

Anda mungkin juga menyukai