C (55 tahun)
dengan Sequel Stroke
di RSHS BANDUNG
KELOMPOK 3
Astria Wendahsary
Heru Parno Mulyadi
Nindi Puspita Sari
Rinne Yulianti
Yayuk Yuniawati
1 Berkurangnya perfusi
akibat gangguan status
atau
subarakhnoid
ruang
4
aliran darah, misalnya
pada syok dan
hiperviskositas darah
2
Klasifikasi
STROKE.
Stroke Iskemik Stroke Haemoragik
1. Stroke trombosis (stroke pembuluh (Hemoragi Intracranial)
darah besar), adalah stroke yang 1. Stroke perdarahan
disebabkan oleh karena adanya intraserebral, adalah
oklusi yang terjadi akibat ekstravasasi darah yang
pembentukan trombus. Stroke berlangsung spontan dan
tombosis paling sering terjadi pada mendadak ke dalam parenkim
lansia yang istirahat atau tidur otak yang bukan disebabkan
2. Stroke emboli (stroke pembuluh oleh trauma (non traumatis)
darah kecil), adalah jenis stroke 2. Stroke subaraknoid, adalah
iskemik yang disebabkan oleh ekstravasasi darah ke dalam
bekuan darah yang disebabkan subaraknoid yang meliputi
proses emboli. Emboli tersebut sistem saraf pusat yang diisi
berlangsung cepat dan gejala timbul dengan serebrospinal.
kurang dari 10-30 detik
Patofisiologi
a. Faktor resiko
STROKE.
STROKE .
Faktor risiko
Faktor risiko yang dapat
medis dimodifikasi Faktor risiko
Faktor risiko
1) Arteriosklerosis (pengerasan
pelaku 1) Hipertensi yang tidak
pembuluh darah)
2) Adanya riwayat stroke dalam 1) Kebiasaan merokok
2)
3)
Penyakit jantung
Diabetes mellitus
dapat
keluarga
3) Migrain (sakit kepala
2) Mengkonsumsi minuman 4) Hiperkolesterlemia dimodifikasi
bersoda dan beralkohol 5) Obesitas
sebelah) 3) Suka menyantap makanan 1) Usia
siap saji 2) Jenis kelamin
4) Kurangnya aktifitas 3) Riwayat keluarga
gerak/olahraga 4) Perbedaan ras
5) Suasana hati yang tidak
nyaman, seperti sering marah
tanpa alasan yang jelas
b. Dampak STROKE.
Tanda dan Gejala STROKE.
F A S T
Face drooping Arm weakness Speech difficulty Time to call
Perintahkan pasien Perintahkan pasien Perintahkan pasien Waktunya
untuk tersenyum, untuk mengangkat untuk berbicara, menghubungi
apakah salah satu lengannya, apakah apakah cadel atau fasilitas kesehatan
sisi wajahnya salah satu rero?
kendur dan layu? lengannya lemah?
D. Implementasi
Implementasi Keperawatan adalah Perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (PPNI, Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi dan
implementasinya (Nursalam, 2018). Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
BAB III . 1 hari SMRS klien merasakan baal pada anggota tubuh
sebelah kiri, tidak bisa makan ataupun minum, sering
TINJAUAN KASUS muntah-muntah, BAB cair kemudian dibawa ke UGD
RSHS. Klien mengeluh tidak dapat menggerakkan anggota
A. Pengkajian tubuh sebelah kiri baik tangan atau kaki. Tidak terdapat
edema, kekuatan otot ektremitas atas 3/1. Pada ektremitas
1. Pengumpulan Data bawah kaki kanan sulit digerakkan sedangkan kaki kiri
a. Identitas Klien kekuatan otot 1/0
Nama : Ny. C 3) Riwayat Kesehatan Dahulu
No. Medrec : 0001714877 Pada awal bulan Maret 2020 klien merasakan lemah badan
Umur : 55 tahun pada anggota tubuh sebelah kiri, tapi pasien masih dapat
Tgl Masuk RS : 1 Oktober 2020 berjalan dengan cara diseret, bicara pasien masih normal.
Tgl Pengkajian : 1 Oktober 2020 Pada tanggal 17 Maret 2020, klien jatuh di kamar mandi,
Diagnosa Medis : Sequel Stroke tiba-tiba merasakan kelemahan anggota gerak sebelah kiri,
b. Identitas Penanggung Jawab klien mengalami rero, nyeri kepala, klien dibawa ke dokter
Tidak ada data terdekat dan diberi obat tapi keluarga dan pasien lupa lagi
c. Riwayat Kesehatan nama obatnya.
1) Keluhan Utama Keluarga mengatakan klien pernah mempunyai stroke sejak
Klien mengeluh tidak dapat 3 tahun yang lalu. Tapi klien tidak diketahui memiliki
menggerakkan anggota tubuh sebelah riwayat penyakit hipertensi
kiri baik tangan atau kaki. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada data
Lanjutan… . Sistem endokrin
Pemeriksaan Fisik Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid ataupun
. Keadaan umum kelenjar getah bening pada leher klien.
Compos mentis, GCS :15 E:4 M:6 V:5 . Sistem perkemihan
TD:130/90 mmHg N: 80 x/menit Genitalia klien dalam keadaan bersih, terpasang kateter
R: 22 x/menit S: 36,4°C pada ganetelia tidak terjadi perubahan pada kandung
. Sistem cardiovascular kemih
Konjungtiva anemis , tidak tampak peningkatan . Sistem Muskuloskeletal
vena jugularis, CRT kurang dari 2 detik, akral Tidak terdapat edema, kaki kanan sulit digerakkan,
hangat, irama jantung reguler, Hb 8,7 gr/dl kaki kiri sama sekali tidak ada gerakan, di tangan
. Sistem pencernaan sebelah kanan terpasang infus NaCl 3% 250 cc/24 jam
Bibir klien tampak kering, hepar teraba tidak dan NaCl 0,9 % 20 gtt/mnt.
ada pembesaran, Kekuatan otot 3 1
. Sistem persyarafan 1 0
NC VI : Wajah tidak simetris . Pola aktifitas
NC VIII : Pendengaran kurang Nutrisi (setelah sakit) : Tidak bisa makan ataupun
NC IX : Pasien mengalami lemah menelan minum, sering muntah-
NC X : Berbicara rero muntah
NC XI : Pasien belum mampu mengalihkan Eliminasi (setelah sakit) : BAB cair
kepala kearah berlawanan
NC XII : Kekuatan lidah pasien lemah.
Lanjutan…
2. Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Latihan ROM yang dilakukan
penurunan kekuatan otot selama proses keperawatan lainnya berkelanjutan terbukti dapat meningkatkan
diaharapkan mobilitas fisik meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan kekuatan otot, meningkatkan ADL dan
dengan kriteria: pergerakan. kekuatan otot, pasien terhindar dari
- Pergerakan ekstremitas meningkat 3. Monitor TTV sebelum memulai mobilisasi depresi serta dapat meningkatkan kualitas
- Kekuatan otot ektrimitas meningkat 4. Berikan kesempatan meningkatkan hidup pada pasien stroke (Kusuma & Sara,
dari 3/1 ke 5/3 keterampilan pemenuhan kebutuhan sehari-hari 2020)
- Kekuatan otot ektremitas bawah 5. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
meningkat dari 1/0 ke 3/2 untuk mencegah cedera dan infeksi
- Rentang gerak meningkat 6. Berikan dukungan positif pada saat melakukan
- Kelemahan fisik menurun latihan gerak sendi
7. Jelaskan tujuan dan prosedur rehabilitasi
8. Jelaskan perlunya pembatasan aktivitas.
9. Latih ROM aktif dan pasif
10. Ubah posisi setiap 2 jam
11. Ajarkan cara menggunakan postur yang baik
dan mekanika tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi.
12. Kolaborasi dengan rehabilitasi medik, jika
perlu
Lanjutan…
3 Perfusi perifer tidak efektif bd penurunan Setelah dilakukan Pemberian produk darah Anemia penting untuk
konsentrasi hemoglobin (D.0009) asuhan keperawatan 1. Identifikasi rencana transfuse di koreksi sebagai
selama 2x24 jam 2. Monitor TTV sebelum, selama dan setelah transfuse pencegahan terjadinya
diharapkan perfusi 3. Monitor reaksi transfuse stroke dan
perifer efektif dengan 4. Lakukan double check pada label darah mempercepat proses
kriteria hasil : 5. Berikan dalam waktu maksimal 4 jam pemulihan (He et al.,
- CRT <3 dt 6. Hentikan jika terjadi reaksi akibat transfuse 2020; Sui et al., 2020;
- Hb > 10 mg/dl 7. Jelaskan tujuan dan prosedur transfuse Yoshimura et al., n.d.)
8. Jelaskan tanda gejala reaksi transfuse
Lanjutan…
4 Gangguan komunikasi Setelah dilakukan asuhan Promosi komunikasi deficit bicara - Penyediaan program rehabilitasi yang
verbal bd gangguan keperawatan selama 6x24 jam 1.Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, vol dan komprehensif dengan sumber daya,
neuromuskuler dd rero diharapkan komunikasi verbal cukup diksi bicara dosis, dandurasi merupakan aspek
(D.0119) membaik dengan kriteria hasil : 2.Monitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis penting dari perawatan stroke dan
- Proses informai efektif 3.Identifikasi perilaku emosional dan cara fisik harus menjadi prioritas (Winstein et
- Klien mampu berkomunikasi verbal sebagai bentuk komunikasi al., 2016)
- Klien mampu menggunakan teknik 4.Gunakan metode komunikasi alternative (menulis, - Ada perbedaan signifikan sebelum
komunikasi tambahan isyarat mata, isyarat tangan, gambar dll) dan setelah diberikan terapi wicara
5.Ulangi apa yang disampaikan pasien huruf hijaiyyah terhadap keterampilan
6.Gunakan juru bicara bila perlu komunikasi verbal pada pasien stroke
7.Rujuk ke ahli terapis bicara (Rozaq & Rafsanjani, 2020).
Lanjutan…
5. Resiko perfusi selebral tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan syok Pemberian elevasi kepala 30 derajat pada
d.d adanya infark dari daerah ganglia selama proses keperawatan diharapkan 1. Monitor status kardiopulmunal ( frekuensi dan pasien stroke berpengaruh terhadap saturasi
basalis Perfusi serebral meningkat dengan kriteria kekuatan nadi,frekuensi nafas, TD, MAP) oksigen dan kualitas tidur pada pasien
reflek saraf membaik 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) tersebut. Dimana tindakan ini dapat
3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor mempertahankan kestabilan fungsi dari kerja
kulit, CRT) organ agar tetap lancar khususnya sistem
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil. pernafasan dan sistem regulasi dini yang bisa
5. Periksa riwayat alergi bekerja secara optimal serta memberikan
6. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi kenyamanan bagi pasien stroke (Pertami et al.,
oksigen > 94 % 2019)
7. Pasang jalur IV
8. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine,
jika perlu
9. Lakukan skintest untuk mencegah reaksi alergi
10. Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
11. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
12. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal syok
13. Anjurkan menghindari alergen
14. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
15. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
16. Kolaborasi pemberian antiinflamsi, jika perlu
Lanjutan…
6. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam 1. Identifikasi kemungkinan penyebab Hasil penelitian Rianti, Dini (2016)
elektrolit d.d faktor risiko muntah dan resiko ketidakseimbangan elektrolit dapat ketidakseimbangan elektrolit. monitoring kadar serum elektrolit secara
diare (D.0037) teratasi dengan kriteria: 2. Monitor kadar serum elektrolit berkala dapat mencegah terjadinya
- Volume cairan dalam batas normal. 3. Monitor mual, muntah, dan diare hipokalemia dan hiperkalemia.
- Serum kalium membaik dari 3 ke 5. 4. Monitor kehilangan cairan, jika perlu.
- Serum klorida membaik dari 3 ke 5. 5. Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis.
kelemahan otot).
6. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis,
peka rangsang, gelisah).
7. Monitor tanda dan gejala hiponatremia
(mis, disorientasi, sakit kepala, membran mukosa
kering).
8. Monitor tanda dan gejala hypernatremia
(mis. haus, demam).
9. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
(mis. spasme otot wajah, kram otot).
10. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia
(nyeri tulang, haus).
11. Berikan NaCl 3% 250cc/25 jam..
12. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien.
13. Dokumentasi hasil pemantauan.
14. Jelaskan tujuan prosedur pemantauan.
15. Informasikan hasil pemantauan.
16. Kolaborasi pemberian KSR
D. Implementasi Keperawatan
Hari/tanggal Diagnosa Waktu Implementasi TTD/Paraf
Selasa Deficit nutrisi b.d 09.00 1. Melakukan identifikasi status nutrisi Perawat
01/12/2020 ketidakmampuan menelan 2. Melakukan Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
makanan 3. Melakukan Identifikasi perlunya penggunaan selang NGT.
4. Melakukan Identifikasi kemampuan menelan.
5. Melakukan Identifikasi kelainan eliminasi (mis, diare)
6. Melakukan Monitor mual dan muntah
7. Melakukan Monitor asupan makanan
8. Melakukan Monitor konjungtiva
9. Melakukan Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
10. Melakukan Timbang BB
11. Melakukan pengukuran antropometrik komposisi tubuh (mis, indeks masa tubuh,
pengukuran pinggang)
12. Melakukan penghitungan perubahan BB.
13. Melakukan demontrasi cara mengatur posisi saat makan.
14. Melakukan demontrasi cara memberi makan
15. Melakukan Kolaborasi pemberian obat Sotatik.
16. Melakukan Kolaborasi dengan gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
Lanjutan…
Selasa Gangguan mobilitas fisik b.d 09.00 1. Melakukan identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya Perawat
01/12/2020 penurunan kekuatan otot 2. Melakukan identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
3. Melakukan monitor TTV sebelum memulai mobilisasi
4. Memberikan kesempatan meningkatkan keterampilan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
5. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mencegah cedera dan infeksi
6. Memberikan dukungan positif pada saat melakukan latihan gerak sendi
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur rehabilitasi
8. Menjelaskan perlunya pembatasan aktivitas.
9. Melakukan latihan ROM aktif dan pasif
10. Melakukan merubah posisi setiap 2 jam
11. Mengajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi.
12. Melakukan kolaborasi dengan rehabilitasi medik, jika perlu
Lanjutan…
Selasa Gangguan 09.00 1. Memonitor kecepatan, tekanan, kuantitas, vol dan diksi Perawat
01/12/2020 komunikasi verbal bicara
bd gangguan 2. Memonitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis
neuromuskuler dd 3. Mengidentifikasi perilaku emosional dan cara fisik
rero (D.0119) sebagai bentuk komunikasi
4. Menggunakan metode komunikasi alternative (menulis,
isyarat mata, isyarat tangan, gambar dll)
5. Mengulangi apa yang disampaikan pasien
6. Menggunakan juru bicara bila perlu
7. Merujuk ke ahli terapis bicara
Lanjutan…
Selasa Resiko perfusi selebral tidak 09.00 1. Melakukan monitor status kardiopulmunal ( frekuensi dan kekuatan nadi,frekuensi Perawat
01/12/2020 efektif d.d adanya infark dari nafas, TD, MAP)
daerah ganglia basalis
2. Melakukan monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3. Melakukan monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
8. Melakukan pemasangan kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
12. Menganjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
Selasa Resiko ketidakseimbangan 09.00 1. Melakukan identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit. Perawat
01/12/2020 elektrolit d.d faktor risiko 2. Melakukan monitoring kadar serum elektrolit
muntah dan diare (D.0037) 3. Melakukan monitoring mual, muntah, dan diare
4. Melakukan monitoring kehilangan cairan, jika perlu.
5. Melakukan monitoring tanda dan gejala hipokalemia (mis. kelemahan otot).
6. Melakukan monitoring tanda dan gejala hiperkalemia (mis, peka rangsang,
gelisah).
7. Melakukan monitoring tanda dan gejala hiponatremia (mis, disorientasi, sakit
kepala, membran mukosa kering).
8. Melakukan monitoring tanda dan gejala hypernatremia (mis. haus, demam).
9. Melakukan monitoring tanda dan gejala hipokalsemia (mis. spasme otot wajah,
kram otot).
10. Melakukan monitoring tanda dan gejala hiperkalsemia (nyeri tulang, haus)
11. Memberikan NaCl 3% 250cc/25 jam
12. Mengatur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien.
13. Melakukan dokumentasi hasil pemantauan.
14. Memberikan penjelasan tujuan prosedur pemantauan.
15. Memberikan informasikan hasil pemantauan.
16. Melakukan kolaborasi pemberian KSR
E. Evaluasi
No Hari/Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan TTD
/Paraf
1. Rabu Deficit nutrisi S - Keluarga klien mengatakan makan minum belum banyak Perawat
02/12/2020 b.d - Klien mengeluh masih mual namun tidak ada muntah
08:30 ketidakmampua
n menelan
makanan O- Makan ½ porsi diit lunak
(D.0019)
- Klien mampu menlan dengan baik
A Masalah teratasi sebagain
P Lanjutkan intervensi
- Melakukan Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Melakukan Identifikasi perlunya penggunaan selang NGT.
- Melakukan Kolaborasi dengan gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Lanjutan…
2. Rabu Gangguan S - Klien mengeluh lemas, tangan dan kaki belum bias digerakan Perawat
02/12/2020 mobilitas fisik b.d - Keluarga klien mengatakan, aktivitas klien dibantu keluarga
13:30 penurunan O - Kekuatan otot
kekuatan otot 3 1
(D.0054) 1 0
- Aktivitas klien dibantu keluarga
A Masalah belum teratasi
P Lanjutkan intervensi
- Lakukan latihan ROM aktif dan pasif
- Lakukan merubah posisi setiap 2 jam
- Lakukan kolaborasi dengan rehabilitasi medik
Lanjutan…
P Lanjutkan intervensi
Kolaborasi dan koordinasi dengan dokter untuk penggantian jenis
cairan infuse
PEMBAHASAN d. Hasil CT-Scan Ny.C menunjukan gambaran
infark dari daerah ganglia basalis. Lesi ganglia
1.PENGKAJIAN basalis merupakan letak lesi terbanyak pada
a. Dari pengkajian Ny. C didapatkan data demografi pasien yang menderita stroke iskemik
usia 55 tahun dan berjenis kelamin perempuan. (Sihotang, 2016).
Data demografi tersebut menjadi bagian dari factor e. Ny.C tampak mendapatkan tindakan korektif
risiko terjadinya stroke yang tidak dapat elektrolit ditandai dengan terpasang infuse
dimodifikasi (Arum, 2015) NaCl 3% 250cc/25 jam dan NaCl 0.9% 20
b. Kelemahan otot merupakan dampak terbesar pada gtt/m pada tangan kanan. Pada kasus tidak
pasien stroke. Guna mempertahankan atau tampak hasil pemeriksaan elektrolit berupa
memelihara kekuatan otot, mobilitas persendian, Natrium. Namun dengan tindakan tersebut
dan menstimulasi sirkulasi, maka di perlukan range pasien diasumsikan mengalami gangguan
of motion (ROM). elektrolit. Gangguan elektrolit seperti
c. Dari pasien stroke iskemik akut ditemukan bahwa hipernatremia atau hiponatremia berasal dari
kadar Hb yang rendah bersesuaian dengan luas syndrome of inappropriate anti diuretice
infark dan juga peningkatan derajat pertumbuhan hormone (SIADH), meningkatnya brain
infark. Kadar Hb ini merupakan faktor yang natriuretik peptide (BNP), ketidakseimbangan
memberikan kontribusi independen terhadap asupan dan pengeluaran, yang dapat
ukuran infark bersama dengan beberapa faktor lain menyebabkan kejang bahkan kematian.
seperti umur, jenis kelamin, kadar glukosa saat (Bhattacharya & Biswas, 2013; Siddiqui et al.,
masuk Rumah Sakit dan sub type stroke 2012).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Terdapat perbedaan rumusan diagnosa keperawatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif
a. Secara kuantitatif
Secara kuantitatif hanya ada 6 rumusan diagnosa keperawatan yang di tetapkan dari 21 rumusan
diagnosa keperawatan.
b. Secara kualitatif
Secara kualitatif terdapat 2 rumusan diagnosa keperawatan yang menarik untuk dibahas, yaitu perfusi
perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kosentrasi hemoglobin (D.0009) dan resiko
ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan adanya muntah dan diare (D.0037).
TERIMAKAS
IH.