Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TENTANG KEPEMIMPINAN DAN TIPE KEMPEMIMPINAN

DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Dosen Pengampu : DESI SIJABAT, S.Pd., M.Pd.

 (Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah)

 Disusun Oleh:

Cinthya Roulina Sitohang (1901010390) Theresia Angelika Sitinjak (1901010387)

Daniel perangin angin (1901010373) Riris siringo ringo(1901010366)

Irma Ernestina Turnip(1901010361) Pebriyanti rosalina Manik (1901010368)

Aulya briliantina gaja(1901010374) Natasya Delila Theresia (1901010380)

Sonia Marta Rotua (1901010377) Nina Ruth Elin Manalu(1901010371)

Roberto Aldini Manihuruk (1901010353) Nikitania BR Simamora (1901010367)

Sorta Dewi M.Simbolon (1901010370) Rahmada Bebyana Siregar (1901010378)

Vinny Apriliana Purba (1901010392) Netti Yuniarta Simatupang (1901010383)

Enzel Silvia Purba (1901010372) Devi Megawati Sinaga (1901010068)

Ladyluckyana situmorang (1901010289)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGUURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul KEPEMIMPINAN DAN
TIPE KEMPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu dosen kami
yaitu Ibu DESI SIJABAT, S.Pd., M.Pd pada mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kepemimpinan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada DESI SIJABAT, S.Pd., M.Pd selaku dosen
pembimbing kami dalam mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang di tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan di nantikan demi kesempurnaan makalah ini. terima
kasih

Pematang Siantar, 12 Januari 2021

Penulis
i

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………..…… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..…… 1

 A. Latar Belakang ……………………………………………………..………….. 1


 B. Rumusan Masalah …………………………………………………..………… 2
 C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………….….…….2
 D. Manfaat Penulisan ……………………………………………………….….… 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………. 3

 Pengertian kepemimpinan …………………………………………………... 3


 Karakteristik pemimpin ………………………….………………………….... 4
 Pemimpin transformasional dalam MbS ……………..………………. 5
 Peran kepala sekolah ………………………………………..…………………. 7
 Pendekatan Kepemimpinan ………………………….……………….……. 10
 Tipe kepemimpinan Dalam MBS ……………………………...………... 12

BAB III PENUTUP …………………………………………………………….16

 A. Simpulan ……………………………………………………………………….… 16
 B. Saran ……………………………………………………………………………… 17

DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kementerian Pendidikan Nasional dalam era globalisasi seperti saat ini dituntut untuk
meningkatkan mutu pendidikan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan di tengah arus
reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini mengingat bahwa betapa rendahnya mutu
pendidikan Nasional baik akademik maupun non akademik, khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Masyarakat pada dasarnya telah menyadari bahwa sekarang ini mutu pendidikan
sudah menjadi prioritas untuk dapat diwujudkan oleh pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah
telah melakukan berbagai usaha untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan pada setiap
satuan pendidikan secara nasional diantaranya melalui peningkatan manajemen sekolah dengan
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa


otonomi pendidikan berazaskan desentralisasi dengan pendekatan MBS. Pendekatan MBS
dimaksudkan untuk menumbuhkan kemandirian dan kreativitas kepemimpinan kepala sekolah
yang kuat dan efektif. Kepemimpinan dalam melaksanakan MBS adalah salah satu bentuk
alternatif sebagai kebijakan desentralisasi pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah berpotensi
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, efisiensi serta melahirkan manajemen yang
bertumpu di tingkat sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan otonomi sekolah, dalam
mengelola sekolah dan menciptakan kepala sekolah, guru dan administrator profesional.
Kesuksesan untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik tergantung kepada kepemimpinan
yang kuat dari masing-masing kepala sekolah.

Oleh karena itu kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah
untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang
dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Maka dari itu, penulis berusaha mengkaji tentang
”Kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Sekolah”.
1

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan?

2. Bagaimanakah tipe kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Sekolah?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.

2. Untuk mengetahui tipe kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Sekolah.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan refrensi dan penambah
wawasan dalam hal ilmu MBS khususnya mengenai kepemimpinan dalam MBS.

2) Bagi penulis, dalam pembuatan makalah ini penulis mendapat pengetahuan mengenai
kepemimpinan dalam MBS. Manfaat lain yang diperoleh penulis adalah bisa memenuhi
salah satu tugas MBS.
3) Bagi siswa, makalah ini dapat dijadikan sumber belajar untuk dapat memahami materi
pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam MBS

4) Makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman khususnya bagi guru dalam mengetahui
dan menerapkan sebuah kepemimpinan dalam MBS.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata
leader yang berarti pemimpin. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang
mempengaruhi orang lain untuk meraih suatu tujuan dan mengarahkan sejumlah sumber
daya untuk mencapai visi dan misi tertentu.

Selain itu, dalam definisi secara luas kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga
mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwaperistiwa kepada para pengikutnya,
pengorganisasian dari aktivitas untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan kerja sama
dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang diluar
kelompok atau organisasi.2 Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktifitas yang ada hubunganya dengan pekerjaan terhadap para anggota
kelompok. Definisi ini mengandung tiga implikasi penting, yaitu:
1. kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan atau pengikut
2. kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan
anggota kelompok secara seimbang karena anggota kelompok bukanlah tanpa
daya
3. adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang
berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai
cara. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Kepimpinan membujuk pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi


orang atau ide-idenya. Dengan demikian, dapat diidentifikasi adanya beberapa komponen
dalam kepemimpinan yaitu:

1. adanya pemimpin dan orang lain yang dipimpin


2. adanya upaya atau proses mempengaruhi dari pemimpin kepada orang lain
melalui berbagai kekuatan
3. adanya tujuan akhir yang ingin dicapai bersama dengan adanya kepemimpinan
itu.
4. kepemimpinan bisa timbul dari suatu organisasi atau tanpa adanya organisasi
tertentu.
5. pemimpin dapat diangkat secara formal atau dipilih oleh para pengikutnya
6. kepeemimpinan berada dalam situasi tertentu, baik situasi pengikut maupun
lingkungan eksternal.
B. Karakteristik Pemimpin
Kepemimpinan merupakan fenomena universal dan unik. Siapapun akan menampakkan
perilaku kepemimpinan ketika berinteraksi dalam format memberi pengaruh kepada
orang lain. Oleh karena itu kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang kompleks,
maka sangat sukar untuk membuat rumusan yang menyeluruh tentang arti ciri-ciri
kepemimpinan. ciri-ciri kepemimpinan adalah sebagai berikut :
 adaftif terhadap situasi
 Waspada terhadap lingkungan sosial
 Ambisius dan berorientasi pada pencapaian
 Tegas
 Kerjasama
 Menentukan
 Diandalkan
 Dominan atau berkeinginan dan berkekuatan
 Energik
 Percaya diri

C. Kepemimpinan Transformasional dalam MBS

Dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004 untuk
sector pendidikan disebutkan akan perlunya pelaksanaan manajemen otonomi
pendidikan. Perubahan manajemen pendidikan dari sentralistik ke desentralistik menuntut
proses pengambilan keputusan pendidikan menjadi lebih terbuka, dinamik, dan
demokratis. Untuk pendidikan dasar dan menengah, proses pengambilan keputusan yang
otonom seperti itu dapat dilaksanakan secara efektif dengan menerapkan MBS.
Dalam melaksanakan MBS menurut Komite Reformasi Pendidikan, kepala
sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, partisipatif, dan demokratis. Untuk
mengakomodasi persyaratan ini kepala sekolah perlu mengadopsi kepemimpinan
tranformasional. Kepemimpinan tranformasional dicirikan dengan adanya proses untuk
membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberikan
kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran. Pemimpin mencoba
menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan menyerukan nilai-nilai moral dan
cita-cita yang tinggi.

kepemimpinan transformasional mampu mentransformasi dan memotivasi para


pengikutnya dengan cara sebagai berikut.
1. Membuat para pengikut sadar akan pentingnya suatu pekerjaan.
2. Mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi daripada
kepentingan pribadi.
3. Mengaktifkan kebutuhan para pengikut pada taraf yang lebih tinggi (seperti
aktualisasi diri).

5
Tipe kepemimpinan transformasional disarankan untuk diterapkan dalam implementasi
MBS karena tipe kepemimpinan ini sejalan dengan gaya MBS. Pertama, adanya
kesamaan yakni organisasi tidak digerakkan oleh birokrasi tetapi oleh kesadaran bersama.
Kedua, para pelaku mementingkan kepentingan organisasi. Ketiga, adanya partisipasi
aktif dari orang yang dipimpin. Hanya saja, tipe kepemimpinan ini cukup berat bila
dilaksanakan dalam budaya organisasi sekolah di Indonesia mengingat sekolah masih
digerakkan oleh kekuatan birokrasi. Selama ini kepala sekolah memimpin sekolah sesuai
kehendak atasan, bukan berdasarkan otonomi sendiri.

Budaya sekolah seperti di atas harus diubah agar kepemimpinan transformasional dan
implementasi MBS dapat terlaksana. Langkah utama yang dapat ditempuh adalah dengan
memberdayakan kepala sekolah sebagai pemimpin dan sebagai manajer. Selama ini, kepala
sekolah cenderung melakukan kegiatan administrasi daripada melakukan tugasnya sebagai
pemimpin dan manajer seperti melakukan supervisi terhadap pegawai. Padahal berdasarkan
taksonomi Page, kegiatan administrasi hanya salah satu dari sembilan tugas dan tanggung
jawab pemimpin.

Oleh karena itu, proses pengangkatan kepala sekolah harus dikaji ulang. Selama ini
pengangkatan kepala sekolah terlalu menekankan urutan jenjang kepangkatan dan
mengabaikan factor kemampuan dalam memimpin lembaga. Pada era MBS ini,
kepemimpinan transformasional harus dimiliki oleh setiap kepala sekolah mengingat kepala
sekolah memiliki peran baru sebagai designer, motivator, fasilitator, dan liaison. Untuk hal
tersebut, hal-hal yang harus dilakukan kepala sekolah dalam menerapkan kepemimpinan
transformasional di era MBS ini adalah sebagai berikut.
1. Kepala sekolah harus mengembangkan visi sekolah secara jelas. Seluruh stakeholder
terutama anggota dewan sekolah harus terlibat dalam perumusan visi tersebut. Semua
pihak harus mengerti strategi yang akan ditempuh untuk mencapai visi yang ditetapkan.

6
2. Kepala sekolah harus mengajak stakeholder untuk membangun komitmen dan kesadaran
untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikan. Hal ini penting untuk mengajarkan
tanggung jawab kepada pihak terkait.
3. Kepala sekolah harus lebih banyak berperan sebagai pemimpin daripada sebagai bos
yang didasarkan pada kekuasaan. Oleh sebab itu kepala sekolah harus memberikan
kepercayaan, pendelegasian sekaligus pengambil resiko dalam suatu pekerjaan.

D. Peran Kepala Sekolah dalam Meunjukkan Kepemimpinannya saat menerapkan


MBS
1. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru
 Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru
merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala
sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya
tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki
gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan
mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan
kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif
dan efisien.
 Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus
dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan profesi para guru.

7
 Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran,
secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang
dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses
pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan
metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran.
 Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-
suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan
kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua
gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan
kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada

2. Peran kepalasekolah dalam pemberdayaan guru


Ada enam cara yang dapat digunakan pemimpin dalam mengembangkan
pemberdayaan staf/bawahan, yakni: meningkatkan kemampuan staf/bawahan
(enabling), memperlancar (facilitating) tugas-tugas mereka, konsultasi
(consulting), bekerjasama (collaborating), membimbing (mentoring) bawahan,
dan mendukung (supporting). Namun apapun cara yang ditempuh oleh pemimpin
dalam memberdayakan staf/bawahan, kepemimpinan yang memberdayakan perlu
mengacu pada empat dimensi, yaitu visi, realita, orang (manusia), dan keberanian.

8
3. Peran Kepala Sekolah Dalam Mengkoordinasikan, Menggerakkan, Dan
Menyerasikan Manajemen Sekolah
I. Dalam perencanaan meliputi :
(1) Kepala sekolah dapat menetapkan program-program sekolah.
(2) Kepala sekolah dapat merumuskan kebijakan-kebijakan sekolah.
(3) Kepala sekolah dapat menyusun program kerja sekolah.
(4) Kepala sekolah dapat merumuskan langkah-langkah pelaksanaan program.
II. Dalam pengorganisasian meliputi :
(1) Kepala sekolah dapat menempatkan guru sesuai dengan potensi dan
kemampuan yang dimiliki dalam KBM.
(2) Kepala sekolah dapat mengatur penggunaan sarana dan prasarana yang
ada sesuai dengan kebutuhan siswa, guru dan personel lain sehingga
terjalin kerjasama yang baik.
(3) Kepala sekolah dapat memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang
dihadapi oleh guru dan personel sekolah lainnya.
(4) Kepala sekolah dapat mengatur kerjasama dengan pihak atau instansi lain
untuk menyukseskan program-program sekolah.

III. Dalam penggerakan meliputi :


(1) Kepala sekolah dapat memotivasi guru sehingga guru merasa mampu dan
yakin untuk melaksanakan program- program sekolah.
(2) Kepala sekolah dapat memimpin dan mengarahkan guru-guru dengan
baik.
(3) Kepala sekolah dapat mendorong guru-guru untuk mengembangkan
profesionalisme sesuai dengan bidangnya.
(4) Kepala sekolah dapat mendorong guru bekerja dengan tujuan untuk
pencapaian prestasi.

9
IV. Dalam pengendalian meliputi :
(1) Kepala sekolah dapat mengevaluasi pelaksanaan program-program
sekolah seperti yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan.
(2) Kepala sekolah dapat mengevaluasi kinerja guru dan personel sekolah
lainnya.
(3) Kepala sekolah dapat memberikan penguatan terhadap keberhasilan yang
telah dicapai oleh guru.
(4) Kepala sekolah dapat memperbaiki kesalahan/kelemahan yang telah
dibuat oleh guru dan personel lainnya.

E. Pendekatan Kepemimpinan
Ada beberapa pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan sebagai pendekatan-
pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional.

1. Pendekatan sifat
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin, dalam pendekatan sifat
mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Pendekatan
ini bertolak dari asumsi bahwa individu merupakan pusat kepemimpinan,
kepemimpinan dipandang sebagai sesuatu yang mengandung banyak unsur
individu. Penganut pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat
kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil.
Pendekatan sifat berpendapat bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang
pemimpin dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang
pemimpin. Sifat-sifat tersebut ada pada seseorang karena pembawaan atau
keturunan sehingga seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang
dibawa sejak lahir bukan dibuat atau dilatih.

10
2. Pendekatan Perilaku
Pendekatan Perilaku Menurut pendekatan tingkah laku, gaya kepemimpinan
adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak
maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.
Pendekatan perilaku memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari
pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain (pengikut). Pendekatan
kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang
dijalankan oleh pemimpin.

3. Pendekatan Situsional

Pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku, keduanya


menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini
kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi daripada sebagai kualitas pribadi,
dan merupakan kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi
tertentu.
Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari beberapa
variabel yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan menentukan gaya
kepemimpinan yang paling cocok. Pendekatan ini menitik beratkan pada berbagai
gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu.
Terdapat beberapa studi kepemimpinan yang menggunakan pendekatan ini antara
lain “teori kepemimpinan kontingensi”. Teori kepemimpinan kontingensi
dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers, berdasarkan hasil penelitianya pada
tahun 1950, disimpulkan bahwa seseorang menjadi pemimpin bukan saja karena
faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga berbagai faktor situasi dan saling
berhubungan antara situasi dengan kepemimpinan. Keberhasilan pemimpin
bergantung baik pada diri pemimpin maupun kepada keadaan organisasi.

11
2.2 Tipe Kepemimpinan Dalam Manajemen Berbasis Seskolah

Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe
utama yaitu sebagai berikut:

1. TIPE OTOKRATIK

Tipe pemimpin yang otokratik Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin
yang: - Menganggap organisasi sebagai milik pribadi - Mengidentikan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi - Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata - Tidak mau
menerima kritik, saran dan pendapat - Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya -
Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan approach yang mengandung
unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum)

Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut:


 Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi.
 Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
 Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata.
 Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia
menganggap dialah yang paling benar.
 Selalu bergantung pada kekuasaan formal.
 Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur paksaan dan ancaman.

12
2. TIPE MILITERISTIK
Tipe pemimpin yang militeristik Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang
dimaksud seorang pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-
sifat: Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering dipergunakan, Dalam
menggerakan wahannyas enang bergantung pada pangkat dan jabatan, Senang kepada
formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari
bawahannya
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

 Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan


jabatannya.
 Senang kepada formalitas yang berlebihan.
 Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan.
 Tidak mau menerima kritik dari bawahan.
 Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3. TIPE PATERNALISTIK
Tipe pemimpin yang paternalistik Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak
dewasa, Bersikap terlalu melindungi, Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil inisiatif, Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi, Sering bersikap mau tahu. Tipe
pemimpin yang kharismatik Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang
pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akn tetapi sifatnya yang negatif
mengalahkan sifatnya yang positif. Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri
tertentu yaitu bersifat fathernal atau kebapakkan. Pemimpin seperti ini menggunakan
pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan.

13
4. TIPE DEMOKRATIK

Tipe pemimpin yang demokratik Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan


bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern
karena: Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan,Selalu
berusaha men gutamakan kerjasama teamwork dalam usaha mencapai tujuan, Selalu
berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya, Selalu berusaha mengembangkan
kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin Kepemimpinan memegang peran yang
signifikan terhadap kesuksesan dan kegagalan sebuah organisasi.

Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut.

 Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
 Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi.
 Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
 Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada
bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya
kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
 Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
 Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
 Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

14
5. TIPE KSRISMATIS
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa
seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini
mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat
besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang
pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang
demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers). Tidak dapat dibuatkani
criteria khusus untuk tipe pemimpin karismatis.
Tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya
mempunyai pengikut yang sangat besar.
15
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata
leader yang berarti pemimpin. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang
mempengaruhi orang lain untuk meraih suatu tujuan dan mengarahkan sejumlah sumber
daya untuk mencapai visi dan misi tertentu.

Dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004 untuk
sector pendidikan disebutkan akan perlunya pelaksanaan manajemen otonomi
pendidikan. Perubahan manajemen pendidikan dari sentralistik ke desentralistik menuntut
proses pengambilan keputusan pendidikan menjadi lebih terbuka, dinamik, dan
demokratis. Untuk pendidikan dasar dan menengah, proses pengambilan keputusan yang
otonom seperti itu dapat dilaksanakan secara efektif dengan menerapkan MBS.

Dalam melaksanakan MBS menurut Komite Reformasi Pendidikan, kepala sekolah


memiliki kepemimpinan yang kuat, partisipatif, dan demokratis. Untuk mengakomodasi
persyaratan ini kepala sekolah perlu mengadopsi kepemimpinan tranformasional.
Kepemimpinan tranformasional dicirikan dengan adanya proses untuk membangun
komitmen bersama terhadap sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada
para pengikut untuk mencapai sasaran. Pemimpin mencoba menimbulkan kesadaran dari
para pengikut dengan menyerukan nilai-nilai moral dan cita-cita yang tinggi.

Ada beberapa pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan yaitu sebagai berikut:


1. pendekatan sifat
2. pendekatan perilaku perilaku
3. pendekatan situasional

16
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi
lima tipe utama yaitu sebagai berikut:
1. TIPE OTOKRATIK
2. TIPE MILITERISTIK
3.TIPE PATERNALISTIK
4.TIPE DEMOKRATIK
5.TIPE KSRISMATIS

2. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat memahami materi Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) khususnya yang berkaitan dengan Kepemimpinan dalam MBS
agar dapat mengimplementasikan dengan baik di dalam kegiatan pembelajaran dan saat
sudah terjun menjadi guru.
17
DAFTAR PUSTAKA
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.

Moeljono, Djokosantoso, 2003. 12 Konsep Kepemimpinan, Elex Media Komputindo Gramedia,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai