Disusun Oleh :
Dedek May Elawati
NIM : SN.201105
1. KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh (Alimul, 2012).
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu
yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic (Judith. 2007). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake
nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic (Nanda, 2011).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Pria
10-12 tahun 30 135 2000
13-15 tahun 45 150 2400
16-19 tahun 56 160 2500
20-59 tahun 62 165 2800 (Ringan)
3000 (Sedang)
> 60 tahun 62 165 2200
Wanita
10-12 tahun 35 140 1900
13-15 tahun 46 153 2100
16-19 tahun 50 153 2000
20-59 tahun 54 156 2050 (Ringan)
2250 (Sedang)
2600 (Berat)
> 60 tahun 54 154 1850
Hamil + 285
Menyusui
0-6 bulan + 700
7-12 bulan + 500
13-24 bulan + 400
D. JENIS KELAINAN/GANGGUAN
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekeurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung
Koroner, Kanker, Anoreksia Nervosa (Iqbal, 2018).
1. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
a. Berat badan 10-20% dibawah normal
b. Tinggi badan dibawah ideal
c. Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
d. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
e. Adanya penurunan albumin serum
f. Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
a. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori
akibat penyakit infeksi atau kanker.
b. Disfagia karena adanya kelainan persarafan
c. Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa
d. Nafsu makan menurun
2. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis :
a. Berat badan lebih dari 10% berat ideal
b. Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
c. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
d. Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab :
a. Perubahan pola makan
b. Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.
3. Obesitas Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
4. Malnutrisi Malnutrisi
Merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi
pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat
badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada
kulit, membrane mukosa, konjungtiva dan lain- lain.
5. Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolism karbohidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
7. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat
ini, penyakit jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau
gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS
Produksi saliva menurun → mempengaruhi proses perubahan kompleks
karbohidrat menjadi disakorida. Fungsi ludah menurun → sukar menelan.
Fungsi kelenjar pencenaan menurun → perut terasa tidak enak / kembung.
Banyak gigi yang lepas (ompong) → nafsu makan berkurang. Dengan proses
menua terjadi gangguan motilitas otot polos oesofagus.
Dari proses perubahan-perubahan pada proses menua pada lansia menyebabkan
intake makanan pada lansia berkurang yang nantinya akan mempengaruhi
status gizi pada lansia (Price, 2009).
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan
dipecah kedalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-
enzim pencernaan. Makan, atau bahkan melihat, mencium, atau mencicip
makanan dapat menyebabkan refleks salivasi. Saliva adalah sekresi pertama
yang kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar
saliva pada kecepatan kira-kira 1,5 L setiap hari. Saliva juga mengandung
mukus yang membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga
memudahkan menelan. Dua pusat dalam inti retikularis medula oblongata
adalah zona pencetus kemoreseptif yaitu uremia, emesis yang diinduksi oleh
obat, emesis karena radiasi dan pusat yang terintegrasi. Jaras eferen muncul
dari hampir semua tempat tubuh. Jaras vagal adalah sangat penting, tetapi
vagotomi tidak menghilangkan muntah jaras eferen empatik yang
memperantarai muntah berkaitan dengan distensi abdomen (Potter & Perry,
2005).
Muntah terjadi bila kedua jaras eferen somatik dan viseral menyebabkan
penutupan glotis, kontraksi diagfragma mempunyai pilorus dan relaksi
lambung diikuti oleh kontraksi peristaltik yang berjalan dari lambung tengah
keujung insisura dengan kontraksi abdmen, diagfragma, dan interkosta, muntah
berkaitan dengan tanda dan gejala cetusan otonom. Seamua ada kaitan dengan
gangguan traktus gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan obstruksi tinngi
akut menyebabkan muntah dini. Kekacauan otonom, obat-obatan gangguan
psikogenik, dan penelanan bahan-bahan yang berbahaya merupakan menyebab
lain yang sering (Syaifudin, 2010).
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke
medula (renjatan, oklusi vaskular, peningkatan tekanan intrakranial). Dapat
menginduksi emesis. Obat-obat emetik menghasilkan efeknya melalui
stimulasi sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
Pathways
Penyakit saluran pencernaan
Status kesehatan menurun
Gaya hidup dan kebiasaan,
Kebutuhan metabolisme untuk pertumbuhan
Menurunnya tonus
Gangguan Kelebihan zal di Kebutuhan energi
dan peristaltik
menelan dalam tubuh meningkat
lambung lambung
makanan
Syaifudin (2010)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang mendukung nutrisi menurut Wilkoson (2017):
Laboratorium meliputi pemeriksaan :
a. Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
b. Transferin (N:170-25 MG/100 ML)
c. Hb (N: 12 MG%)
d. BUN (N:10-20 mg/100ml)
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N :LAKI-LAK1: 0,6-1,3 MG/100 ML,
WANITA: 0,5-1,0 MG/ 100 ML)
G. PENATALAKSANAAN DIAGNOSTIK
Menurut pendapat Kozier (2011) penatalaksanaan kebutuhan nutrisi dibagi
dmenjadi sua, yaitu:
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enteral (melalui system pencernaan).
Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan
apabila klien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan
pada saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus
terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui slang
nasogastrik dan slang pemberian makan berukuran kecil atau melalui
slang gastrostomi atau yeyunostomi.
b. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total
(TPN) atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran
gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam
kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui
kateter vena sentral ke vena kava superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein,
elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan semua
kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat hipertonik larutan
hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan
dilarutkan oleh darah klien (Potter & Perry, 2015).
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Menstimulasi nafsu makan
1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien
yang disesuaikan dengan kondisi klien.
2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien
yang anoreksik.
3) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat
sebelum atau setelah makan
4) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan
bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set
irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah dipakai
dapat memberikan pengaruh negative pada nafsu makan
5) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu
makan; istirahat bila mengalami keletiha
6) Kurangi stress psikologi
7) Berikan oral hygiene sebelum makan
b. Membantu klien makan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan
kondisi
2. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian nutrisi menurut Doengoes (2010)
1. Pengkajian
a. Komponen pengkajian nutrisi
Data skrining Data tambahan
Antropometri Tinggi badan Lipatan trisep
Berat badan LILA
Berat badan ideal Lingkar otot lengan tengah
Indeks massa tubuh Lingkar lengan tengah
Biokimia Hemoglobin Kadar transferin serum
Albumin serum Nitrogen urea kemih
Hitung limfosit total Ekskresi kreatinin kemih
Clinical Kulit Analisis rambut
Rambut dan kuku Neurologi
Membran mukosa
Diet Porsi makan dalam 24 jam Riwayat diet
Frekuensi makan
Environment Lingkungan
Fatique Tingkat aktivitas Penyakit tertentu yang
berhubungan dengan
aktivitas
b. Riwayat keperawatan
Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas
Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
Perubahan nafsu makan
Perubahan berat badan
Ketidakmampuan fisik
Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan
Status kesehatan umum dan kondisi medis
Riwayat pengobatan
c. Pemeriksaan fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi
secara cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi juga
meliputi tinjauan sistematis yang dapat dibandingkan dengan setiap
pemeriksaan fisik yang rutin.
d. Tanda Klinis malnutrisi :
Area pemeriksaan Tanda- tanda
Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih
BB Berlebih/ kurang
Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen,
ada petekie/ memar, lemak subkutan kurang
Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti
sendok
Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar,
rapuh
Mata Konjungtiva pucat/merah,, kering, kornea
lunak, kornea berawan
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir
mulut, fisura vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah,
meradang
Otot Lemah, mengecil
System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,
gastrointestinal konstipasi, pembesaran hati
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa
terbakar, kesemutan di tangan dan kaki,
iritabilitas
e. Riwayat diet
Mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan klien yang
biasa; pilihan makanan, alergi, dan intoleransi; frekuensi, jenis, dan
kuantitas makanan yang dikonsumsi; dan factor social, ekonomi, etnis
atau agama yang mempengaruhi nutrisi.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Defisit nutrisi (D.0032)
b. Deficit nutrisi ( D.0019)
c. Kesiapan peningkatan nutrisi ((D,0026
3. Rencana keperawatan dan intervensi
(2) menjadi cukup menurun (4) - Jelaskan cara melaksanakan hal hal
Alimul, Aziz. 2010. Ketrampilan dasar praktik klinik. Jakarta : Salemba medika
Kozier, Barbara. 2011. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 7. Jakarta : EGC
Mubarak, Iqbal Wahit. 2017. Kebutuahn dasar Manusia : Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan indictor
diagnostic. Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria hasil
keperawatan . Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI
Potter & Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta.