Anda di halaman 1dari 33

ARTIKEL ARTIKEL TENTANG

KEPEMIMPINAN

Kerja adalah Rahmat, Aku Bekerja Tulus Penuh Rasa Syukur***Kerja adalah
Amanah, Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab***Kerja adalah Panggilan,
Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas***Kerja adalah Aktualisasi, Aku Bekerja
Keras Penuh Semangat***Kerja adalah Ibadah, Aku Bekerja Serius Penuh
Kecintaan***Kerja adalah Seni : Aku Bekerja Kreatif Penuh Sukacita***Kerja
adalah Kehormatan, Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan***Kerja adalah
Pelayanan, Aku Bekerja Sempurna Penuh Kerendahan

Kepemimpinan pelayan
Kepemimpinan pelayan adalah sebuah konsep kepemimpinan etis yang
diperkenalkan oleh Robert K. Greenleaf mula-mula pada tahun 1970. Robert K.
Greenleaf sendiri menghabiskan sebagian besar kariernya di bidang penelitian
manajemen, pengembangan dan pendidikan di AT&T selama 40 tahun. Kemudian,
selama 25 tahun ia bekerja sebagai konsultan penting bagi sejumlah organisasi
besar, seperti Universitas Ohio, MIT, Ford Foundation. Pada tahun1964 ia
mendirikan Center for Applied Ethics yang berganti nama menjadi
Robert K. Greenleaf pada tahun 1985 di Indianapolis, Indiana.
Konsep kepemimpinan pelayan ini secara evolusioner mengubah pendekatan
kepemimpinan yang bersifat organik dan pribadi. Pada akhir abad dua puluh ini,
kita melihat mode otokratis dan hierarkis kepemimpinan yang tradisional
perlahan-lahan bergerak menuju model yang lebih baru, yang berusaha secara
simultan meningkatkan pertumbuhan pekerja dan memperbaiki mutu serta
kepedulian banyak organisasi melalui perpaduan kerjasama tim dan masyarakat,
keterlibatan pribadi dalam pembuatan keputusan, serta perilaku etis dan
kepedulian. Cara pendekatan kepada kepemimpinan dan pelayanan yang baru ini
disebut “kepemimpinan pelayan". Kata pelayan dan pemimpin biasanya dianggap
sebagai dua kata yang saling berlawanan. Bila dua kata yang berlawanan
disatukan dengan cara kreatif dan bermakna, maka timbul satu paradoks.
Menurut Greenleaf, pemimpin besar mula-mula harus melayani orang lain. Ini
adalah kenyataan sederhana yang merupakan inti kebesarannya. Kepemimpinan
sejati timbul dari mereka yang motivasi utamanya adalah keinginan menolong
orang lain. Dengan demikian, kepemimpinan, menurut Greenleaf, haruslah
menempatkan satu model pelayanan bagi orang lain, sebuah cara pendekatan
holistic kepada pekerjaan, rasa kemasyarakatan, dan kekuasaan pembuatan
keputusan yang dibagi bersama. Siapakah pemimpin-pelayan itu? Dalam bukunya
“The Servant as Leader", Greenleaf menulis: “Ini dimulai dengan perasaan alami
bahwa orang ingin melayani, melayani lebih dulu. Kemudian pilihan sadar
membawa orang untuk berkeinginan memimpin. Perbedaan ini memanifestasikan
diri dalam kepedulian yang diambil oleh pelayan - yang mula-mula memastikan
bahwa kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayani. Ujian yang terbaik
adalah: Apakah mereka yang dilayani tumbuh sebagai pribadi, atau apakah
mereka, sementara dilayani, menjadi lebih sehat, lebih bijaksana, lebih bebas,
lebih mandiri, dan lebih memungkinkan diri mereka menjadi pelayan?
Sebagaimana dinyatakan di atas, bahwa konsep kepemimpinan pelayan adalah
konsep yang mengubah pendekatan kepemimpinan secara evolusioner dan
pribadi, maka konsep ini bukanlah perbaikan cepat atas persoalan-persoalan
kepemimpinan. Kepemimpinan pelayan adalah cara pendekatan berjangka
panjang yang memberikan perubahan pada kehidupan dan kerja.
Ada sepuluh ciri khas penting mengenai kepemimpinan pelayan, sebagaimana
hasil studi Larry Spears atas tulisan-tulisan Greenleaf, yaitu:

1. Mendengarkan Pemimpin pelayan mengembangkan kemampuan dan


komitmen untuk mengenali serta memahami secara jelas kata-kata orang
lain. Mereka berusaha mendengarkan secara tanggap apa yang dikatakan
dan tidak dikatakan. Mendengarkan juga melampaui upaya memahami
suara batinnya sendiri, serta berusaha memahami apa yang
dikomunikasikan oleh tubuh, jiwa, dan pikiran. Mendengarkan, dipadukan
dengan perenungan yang teratur, mutlak penting bagi pertumbuhan
pemimpin pelayan.
2. Empati.
Pemimpin pelayan berusaha keras memahami dan memberikan empati
kepada orang
lain. Orang perlu diterima dan diakui untuk jiwa mereka yang unik. Mereka
akan menunjukkan itikad dan kerja baik jika diakui sebagai manusia.
Pemimpin
pelayan paling berhasil adalah mereka yang menjadi pendengar ahli penuh
empati.
3. Menyembuhkan.
Salah satu kekuatan besar kepemimpinan pelayan adalah kemungkinan
untuk menyembuhkan diri sendiri dan orang lain. Banyak orang yang
patah semangat dan menderita akibat rasa sakit emosional. Maka belajar
untuk menyembuhkan merupakan daya yang kuat untuk perubahan dan
integrasi. Pemimpin pelayan mengakui bahwa mereka mempunyai
kesempatan untuk membantu pemberian kesehatan bagi orang-orang
yang berhubungan dengan mereka.
4. Kesadaran.
Kesadaran, terutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin pelayan.
Kesadaran membantu memahami persoalan yang melibatkan etika dan
nilai-nilai. Ini memungkinkan orang bisa melihat persoalan-persoalan dari
posisi yang lebih terintegrasi. Menurut Greenleaf, “Pemimpin pelayan
senantiasa memiliki ketenangan batinnya sendiri.”
5. Persuasif.
Ciri khas pemimpin pelayan lainnya adalah mengandalkan kemampuan
membujuk, bukannya wewenang karena kedudukan, dalam membuat
keputusan di dalam organisasi. Pemimpin pelayan berusaha meyakinkan
orang lain, bukannya memaksakan kepatuhan. Ini merupakan ciri
pembeda antara model wewenang tradisional dan model kepemimpinan
pelayan. Kepemimpinan pelayan efektif dalam membangun konsensus
kelompok.
6. Konseptualisasi.
Pemimpin pelayan berusaha menjaga kemampuan mereka untuk melihat
suatu masalah dari perspektif yang melampaui realita dari hari ke hari.
Banyak orang yang disibukkan oleh kebutuhan untuk meraih tujuan
operasional jangka pendek. Pemimpin pelayan harus meregangkan
pemikirannya hingga mencakup pemikiran konseptual yang mempunyai
landasan yang lebih luas. Ini berarti pemimpin pelayan harus
mengusahakan keseimbangan yang rumit antara konseptualisasi dan fokus
operasional sehari-hari.
7. Kemampuan meramalkan.
Kemampuan untuk memperhitungkan sebelumnya, atau meramalkan hasil
satu situasi sulit didefinsikan, tetapi mudah dikenali. Orang mengetahuinya
bila mereka melihatnya. Kemampuan meramalkan adalah ciri khas yang
memungkinkan pemimpin pelayan bisa memahami pelajaran dari masa
lalu, realita masa sekarang, dan kemungkinan konsekuensi dari keputusan
untuk masa datang. Ini menanamkan akarnya sampai jauh ke wilayah
intuitif. Ini juga berarti ciri khas ini merupakan bawaan sejak lahirnya
pemimpin tersebut.
8. Kemampuan melayani.
Melayani, atau stewardship, menurut Peter Block, adalah “memegang
sesuatu dengan kepercayaan kepada orang lain.” Kepemimpinan pelayan
haruslah mempunyai kemampuan untuk melayani, dan terutama
komitmen untuk melayani kebutuhan orang lain. Ini juga menekankan
penggunaan keterbukaan dan bujukan, bukannya pengendalian. Menurut
Greenleaf, semua apa yang ada dalam sebuah organisasi memainkan
peranan penting dalam menjalankan organisasi tersebut dengan
kepercayaan kepada kebaikan masyarakat yang lebih besar.
9. Komitmen pada pertumbuhan manusia.
Pemimpin pelayan berkeyakinan bahwa manusia mempunyai nilai intrinsik
melampaui sumbangan nyata mereka sebagai pekerja. Dalam hal ini,
pemimpin
pelayan sangat berkomitmen terhadap pertumbuhan pribadi, profesional,
dan
spiritual setiap individu dalam organisasi itu.
10. Membangun masyarakat.
Pemimpin pelayan berusaha mengenali satu sarana untuk membangun
masyarakat
di kalangan mereka yang bekerja dalam organisasi tersebut.
Kepemimpinan
pelayan menyatakan bahwa masyarakat yang sesungguhnya bisa
diciptakan di
kalangan mereka yang bekerja dalam bisnis dan lembaga lainnya. Yang
diperlukan untuk membangun kembali masyarakat sebagai bentuk
kehidupan yang
bisa dihayati bagi jumlah besar orang adlaah sejumlah cukup pemimpin
pelayan
yang menunjukkan jalan, bukan dengan gerakan masal, melainkan dengan
cara
setiap pemimpin pelayan memperlihatkan kemampuan yang tidak terbatas
untuk
kelompok spesifik yang berhubungan dengan masyarakat.
Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Allah SWT kemuka bumi ini, sebagai khalifah (pemimpin) dimuka
bumi ini, oleh sebab itu maka manusia tidak terlepas dari perannya sebagai pemimpin, dimensi
kepemimpinan merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan. Hal ini telah banyak
dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi. Peran kepemimpinan begitu
menentukan bahkan seringkali menjadi ukuran dalam mencari sebab-sebab jatuh bangunnya
suatu organisasi. Dalam menyoroti pengertian dan hakikat kepemimpinan, sebenarnya dimensi
kepemimpinan memiliki aspek-aspek yang sangat luas, serta merupakan proses yang melibatkan
berbagai komponen didalamnya dan saling mempengaruhi.
Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu
interdependensi, yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin canggihnya
sarana komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di bidang teknologi dan
informasi memberikan dampak yang amat besar terhadap proses komunikasi dan interaksi
tersebut. Era globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang penuh dengan tantangan dan
peluang untuk saling bekerja sama. Dalam memasuki tatanan dunia baru yang penuh perubahan
dan dinamika tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai
bidang kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk komunikasi dan interaksi sosial
dalam suatu proses kepemimpinan.
Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi
kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih
dinamik. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang semakin
sarat dengan bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing
dan keunggulan yang tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Teori Kepemimpinan


Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seorang menjadi pemimpin; atau bagaimana
timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan, diantaranya ialah:
Teori Kelebihan
teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki kelebihan
dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:
a.    Kelebihan ratio: ialah kelebihan dalam menggunakan pikiran, kelebihan dalam pengetahuan
tentang hakikat tujuan dari organisasi, dan kelebihan dalam memiliki pengetahuan tentang cara-
cara menggerakkan organisasi, serta dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Dengan
kelebihan ratio diharapkan seorang pemimpin mampu mengatasi segala macam persoalan yang
dihadapi oleh organisasi. Pimpinan merupakan tumpuan dari para pengikutnya.
b.    Kelebihan rohaniah: berarti seorang pemimpin harus mampu menunjukkan keluhuran budi
pekertinya kepada para bawahan. Seorang pemimpin harus mempunyai moral yang tinggi karena
pada dasarnya pemimpin merupakan panutan para pengikutnya. Segala tindakan, perbuatan,
sikap dan ucapan hendaknya menjadi suri teladan bagi para pengikutnya.
c.    Kelebihan badaniah: berarti seorang pemimpinan hendaknya memiliki kesehatan badaniah yang
lebih dari para pengikutnya sehingga memungkinkan untuk bertindak dengan cepat. Akan tetapi
masalah kelebihan badaniah ini dapat kita ambil contoh, misalnya kepemimpinan Panglima
Besar Jendral Soedirman, pada jaman revolusi. Meskipun dalam keadaan sakit, beliau mampu
memimpin perang gerilya dan ia sangat disegani. Hal ini disebabkan oleh karena kewibawaannya
dalam memimpin anak buahnya.
Teori Sifat
Pada dasarnya teori sifat sama dengan teori kelebihan. Teori ini menyatakan bahwa seseorang
dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki sifat-sifat yang lebih daripada yang
dipimpin yang dipimpin. Di samping memiliki tiga macam kelebihan (ratio, rohaniah, dan
badaniah), hendaknya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang positif sehingga para
pengikutnya dapat menjadi pengikut yang baik, dan memberikan dukungan kepada
pemimpinnya. Sifat-sifat kepemimpinan yang umum, misalnya bersifat adil, suka melindungi,
penuh percaya diri, penuh inisiatif, mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif dan
kreatif.
Di masa sekarang, di samping harus memiliki sifat-sifat seperti yang telah diuraikan di atas,
pemimpin diharapkan juga mempunyai sifat mental yang siap membangun. Mukti Ali (saat
masih menjabat sebagai Menteri Agama RI) menyatakan ada ciri-ciri tertentu dari mental yang
siap membangun, yaitu:
1)    Suka bekerja keras
2)    Sabar menderita dan menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan
3)    Bersifat terbuka, suka menerima ide-ide baru karena salah satu sifat dari masyarakat ialah selalu
berubah.
4)    Mau bekerja sama dengan pihak-pihak lain (perseorangan, badan-badan atau instansi-instansi)
yang mempunyai ide-ide baru dan baik.
5)    Berani melakukan eksperimen. Kalau tidak berani melakukannya maka tidak akan pernah timbul
ide-ide baru.
6)    Hemat. Tidak boros.
7)    Teliti dalam pekerjaan.
8)    Jujur.
9)    Bersifat mau berbakti atau mempunyai dedikasi.
10)  Suku rukun, antara lain rukun dalam hubungan antar agama. Kerukunan adalah salah satu
prasyarat bagi pembangunan.

Teori Keturunan
Teori keturunan disebut juga teori pembawaan lahir. Ada juga yang menyebut teori genetis.
Menurut teori keturunan, seseorang dapat menjadi pemimpin adalah karena keturunan atau
warisan. Karena orangtuanya seorang pemimpin maka anaknya otomatis akan menjadi pemimpin
menggantikkan orangtuanya. Hal ini berarti, seolah-olah menjadi pemimpin karena ditakdirkan.
Pada zaman penjajahan Belanda, teori ini sering menjadi kenyataan. Misalnya, apabila ayahnya
menjadi bupati, maka anaknya akan menjadi bupati menggantikan orangtuanya. Pada abad
modern dewasa ini, teori ini hanya terdapat pada negara-negara yang berbentuk monarki
(kerajaan), dimana kedudukan sebagai raja diperoleh karena warisan atau keturunan.

Teori Kharismatis
Teori kharismatis menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang tersebut
mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Kharisma itu diperoleh dari Kekuatan Yang
Maha Kuasa. Dalam hal ini terdapat suatu kepercayaan bahwa orang itu adalah pancaran dari Zat
Tunggal, dari Tuhan Yang Esa, sehingga dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supranatural
power). Pemimpin yang bertipe kharismatis biasanya memiliki daya tarik, kewibawaan dan
pengaruh yang sangat besar. Tokoh-tokoh atau para pemimpin yang mempunyai tipe
kharismatis, misalnya: Panglima Besar Jendral Sordirman, Ir. Sukarno, John F. Kennedy, Nehru,
dan lain-lain.
Teori Bakat
Teori bakat disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa pemimpin itu lahir karena
bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena memang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin.
Bakat kepemimpinan itu harus dikembangkan, misalnya dengan memberi kesempatan orang
tersebut menduduki suatu jabatan.

Teori Sosial
Teori sosial beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap
orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asal dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat
dididik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui
pendidikan formal maupun melalui pengalaman praktek. Yang menjadi masalah adalah apakah
orang yang bersangkutan mendapat kesempatan atau tidak. Banyak orang yang mempunyai
potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi kesempatan tidak pernah diberikan kepadanya.
Sebaliknya, ada sementara pejabat yang sebenarnya tidak mempunyai potensi untuk menjadi
pemimpin, tetapi ia mendapat kesempatan untuk memimpin. Apabila orang itu dalam
menjalankan kepemimpinan tidak mau mempelajari ilmu kepemimpinan atau ilmu manajemen
maka ia akan memperoleh cara-cara mempengaruhi orang lain dan bagaimana teknik-teknik
kepemimpinan yang baik.

B.   Tipe-Tipe Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan tipe kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang
dibawakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang
pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
faktor pendidikan, faktor pengalaman, faktor usia, dan faktor karakter, tabiat atau sifat yang ada
pada diri pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk menguasai setiap situasi, apabila
menjadi pemimpin akan bersifat otoriter. Orang yang mempunyai sifat kebapakan, apabila
menjadi pemimpin akan menjalankan kepemimpinan yang bertipe paternalistik. Pemimpin yang
tidak menguasai bidang tugas yang menjadi wewenangnya akan menyerahkan segala sesuatunya
kepada para bawahan, sehingga gaya kepemimpinannya bersifat laisser faire.
Dari berbagai leteratur dapat ditemukan berbagai tipe kepemimpinan, anatara lain:
1)        Tipe Otokratis
Otokratis berasal dari kata otokrat, dari kata autos dan kratos. Autos berarti sendiri, dan
kratos berarti kekuatan atau kekuasaan (power). Jadi kepemimpinan otokratis adalah
kepemimpinan yang mendasarkan kepada suatu kekuasaan, kekuatan yang melekat pada dirinya.
Hal ini berarti seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai kekuatan atau kekuasaan
(power).
Ciri-ciri kepemimpinan yang bertipe otokratis antara lain:
a.  Mengandalkan kepada kekuatan atau kekuasaan yang melekat pada dirinya
b.  Menganggap dirinya yang paling berkuasa (kuasa tunggal)
c.  Menganggap dirinya paling mengetahui segala macam persoalan, orang lain dianggap tidak tahu.
d.  Keputusan-keputusan yang diambil secara sepihak, tidak mengenal kompromi, sehingga ia  tidak
mau menerima saran dari bawahan. Ia bahkan tidak memeberi kesempatan kepada  bawahan
untuk memberikan saran, pendapat atau ide.
e.  Keras dalam mempertahankan prinsip.
f.  Jauh dari para bawahan.
g.  Lebih menyukai bawahan yang bersikap “yesman”, “abs” (asal bapak senang).
h.  Perintah-perintah diberikan secara paksa.
i.  Pengawasan dilakukan secara ketat agar perintah benar-benar dilaksanakan.

2)    Tipe Laisser Faire


Seperti telah diuraikan diatas, tipe laisser faire pada umumnya dijalankan oleh pemimpin
yang tidak mempunyai keahlian teknis. Tipe laisser mempunya ciri-ciri antara lain:
a.  Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para bawahan untuk melakukan tindakan yang
dianggap perlu sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
b.  Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan sehingga pemimpin tidak ikut berpartisipasi aktif dalam
kegiatan kelompok.
c.  Semua pekerjaan dan tanggungjawab dilimpahkan kepada bawahan.
d.  Tidak mampu mengadakan koordinasi dan pengawasan yang baik.
e.  Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
f.  Secara praktis pemimpin tidak menjalankan kepemimpinan sehingga ia hanya merupakan simbol
belaka.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, pemimpin dengan tipe laisser faire bukanlah pemimpin dalam
arti sebenarnya. Seorang pemimpin dengan cara apapun diharapkan dapat menggerakkan
bawahan sehingga tujuan oeganisasi dapat tercapai. Cara yang terbaik ialah mempengaruhi,
bukan dengan menakut-nakuti.
2)        Tipe Paternalistik
Tipe peternalistik adalah tipe kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin bertindak
sebagai seorang bapak yang selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan dalam batas-
batas kewajaran.
Ciri-ciri tipe paternalistik antara lain:
a.  Pemimpin bertidak sebagai seorang bapak.
b.  Memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa.
c. Selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan yang kadang-kadang terlalu berlebihan.
d.  Keputusan ada ditangan pemimpin, bukan karena pemimpin ingin bertindak secara otoriter,
tetapi karena keinginan dari pihak pimpinan yang ingin selalu memberi kemudahan kepada
bawahan. Oleh karena itu para bawahan jarang-jarang bahkan sama sekali tidak memberikan
saran kepada pimpinan. Pihak pimpinanpun jarang meminta saran dari bawahan.
e.  Karena keputusan ada ditangan pimpinan, maka pimpinan menganggap dirinya yang paling
mengetahui segala macam persoalan.
4)    Tipe Militeristis
Tipe Militeristis tidak hanya terdapat dikalangan militer saja. Tetapi banyak pemimpin
instansi (non-militer) yang menerapkan kepemimpinan dengan tipe militeristis. Tipe militeristis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.  Dalam mengadakan komunikasi, lebih banyak mempergunakan saluran formal.
b.  Dalam menggerakkan bawahan lebih banyak menggunakan sistem komando/perintah, baik
perintah itu secara lisan maupun secara tertulis.
c.  Segala sesuatu bersifat formal
d.  Disiplin yang tinggi, kadang-kadang bersifat kaku.
e.  Karena segala sesuatunya melalui perintah, maka komunikasi hanya berlangsung satu arah
sehingga bawahan tidak diberi kesmpatan untuk mengemukakan pendapat.
f.   Pimpinan menghendaki bawahan tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
g.  Pimpinan menghendaki bawahan patuh terhadap semua perintah yang diberikannya.
5)    Tipe Demokratis
Tipe demokratis jauh berbeda dengan tipe-tipe yang telah kita bicarakan. Pemimpin yang
bertipe demokratis selalu berada di tengah-tengah para bawahan sehingga ia terlibat dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
Kepemimpinan dengan tipe demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.   Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
b.   Bersifat terbuka.
c.   Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran, ide-ide baru
d.   Dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan musyawarah untuk mufakat, daripada
keputusan yang bersifat sepihak. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak berhasil maka
ditempuh dengan jalan lain yang sesuai dengan alam demokratis, misalnya secara votimg.
e.   Menghargai potensi setiap individu.

f.    Berlangsung dengan mantap. Kemantapan kepemimpinan demokratis dapat dilihat dalam hal-
hal sebagai berikut:
Unit-unit organisasi berjalan lancar, melakukan kegiatan sesuai dengan fungsi masing-
masing.
         Otoritas didelegasikan kepada para bawahan.
         Bawahan merasa senang, aman, tentram.
         Semangat kerja bawahan tinggi, baik ada pimpinan maupun tidak ada pimpinan.
g.    Pimpinan sering turba (turun ke bawah) melakukan pembinaan dan penyuluhan, yang sekaligus
melakukan pengamatan terhadap hasil yang telah dicapai, serta kelemahan-kelemahan atau
kekurangan dan kesulitan yang dihadapi para bawahan.
6)    Tipe Open Leadership
Sebenarnya tipe open leadership hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya hanya
terletak dalam hal pengambilan keputusan. Tipe demokratis lebih mengutamakan musyawarah
untuk mufakat sehingga musyawarah dijadikan dasar keputusan. Hasil musyawarah menjadi
keputusan pimpinan. Dalam hal ini berbeda dengan tipe open leadership. Pimpinan memang
memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk memeberikan saran, tetapi keputusan tetap
ada ditangan pimpinan.
C.   Syarat-Syarat Kepemimpinan
Syarat-syarat kepemimpinan dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: (1) persyaratan
kepemimpinan pada umumnya, (2) persyaratan kepemimpinan khusus yang berhubungan dengan
ciri khas masyarakat atau negara, (3) persyaratan kepemimpinan khusus yang berhubungan
dengan jenis kegiatan atau pekerjaan.
1)        Persyaratan Kepemimpinan Pada Umumnya
Yang dimaksud dengan persyaratan kepemimpinan pada umumnya adalah persyaratan
kepemimpinan yang berlaku bagi pemimpin apa saja. Persyaratan kepemimpinan umum meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a.       Sehat jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
b.      Bertanggungjawab dan obyektif dalam sikap, tindakan dan perbuatan. Adil terhadap yang
dipimpin.
c.       Jujur, yang meliputi :
1.    Jujur terhadap diri sendiri,
2.    Jujur terhadap atasan,
3.    Jujur terhadap bawahan, dan
4.    Jujur terhadap sesama pegawai.
2)    Persyaratan Khusus dalam Hubungannya dengan Ciri-ciri Khusus Masyarakat
Ciri-ciri khusus masyarakat Indonesia adalah yang berhubungan dengan dasar negara, yaitu
Pancasila. Hal ini berarti kepemimpinan Indonesia harus berlandaskan kepada falsafah Pancasila.
Kepemimpinan yang berlandaskan falsafah Pancasila. Kepemimpinan yang berlandaskan
falsafah Pancasila berisikan azas-azas sebagai berikut:
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran akan beragama dan beriman yang teguh.
2.      Hing Ngarsa Sung Tulada, Hing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani, yang artinya:
a)      Hing Ngarsa (di depan), Tulada (teladan, contoh), yang berarti seorang pemimpin di tengah-
tengah masyarakat harus mampu memberi contoh, memberi teladan yang baik kepada para
bawahan/pengikut.
b)      Hing Madya (di tengah-tengah), Mangun Karsa (membangun semangat). Seorang pemimpin
harus senantiasa ada ditengah-tengah para pengikutnya dan mampu membangkitkan semangat
para bawahan.
c)      Tut Wuri (dari belakang), Handayani (memberikan dorongan, memberikan pengaruh), yang
berarti seorang pemimpin dari belakang ia harus mampu memberikan dorongan, memberikan
pengaruh yang baik kepada para bawahan.
Falsafah tersebut memberikan petunjuk bahwa seorang pemimpin tidak harus senantiasa ada
di belakang terus-menerus, tetapi juga di depan, dan ada ditengah-tengah para
bawahan/masyarakat. Dengan cara demikian maka pemimpin benar-benar menyatu dengan para
bawahan/pengikut dalam keadaan atau situasi yang bagaimanapun.
d)     Waspada Purbawisesa. Artinya: waspada (berawas-awas dan berjaga, tidak lengah), dan
Purbawisesa (kekuasaan sepenuh-penuhnya). Jadi seorang pemimpin dalam menjalankan
kekuasaannya harus selalu waspada, hati-hati, mau dan mampu mengoreksi diri sendiri dan
orang lain (bawahan).
e)      Ambeg Parameta. Mendahulukan mana yang dianggap lebih penting. Hal ini berarti bahwa
seorang pemimpin harus pandai memilih dan menetapkan berbagai macam masalah, dan dari
sekian masalah itu mana yang harus didahulukan untuk mendapat penyelesaian.
f)       Prasaja. Artinya sederhana. Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin harus bersifat sederhana,
tidak berlebihan-lebihan, sederhana dalam tingkah laku.
g)      Satya, yang artinya setia atau loyal. Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin harus loyal kepada
bawahan, pimpinan dengan pimpinan, atasan yang bersangkutan, dan kepada organisasi yang
dipimpinnya. Loyal kepada organisasi yang dipimpin berarti harus berusaha untuk
mengembangkan, memajukan, mengamankan dari segala macam rongrongan yang datang dari
segenap penjuru, baik yang dilakukan perorangan maupun kelompok
h)      Hemat, berarti tidak boros. Pemimpin harus mempergunakan dana yang tersedia seefesien dan
seefektif mungkin. Ia harus mampu membatasi penggunaan dana sesuai dengan kebutuhan yang
benar-benar penting.
i)        Terbuka, yang berarti pemimpin harus bersedia menerima saran atau kritik yang membangun
dari semua pihak. Ia juga harus berani mempertanggungjawabkan semua tindakannya secara
terbuka.
j)        Penerusan, yang berarti seorang pemimpin harus mempunyai kesadaraan, kerelaan, dan
kemauan untuk menyerahkan tugas dan tanggungjawab kepasa generasi penerusan untuk
melanjutkan dan mewujudkan cita-cita yang ditentukan. Untuk itu seorang pemimpin harus
mampu menyiapkan dan menciptakan kader-kader penerus berkualitas dan dapat diandalkan.
3)      Persyaratan Khusus yang Berhubungan dengan Jenis Kegiatan atau Pekerjaan
Menurut jenis kegiatan atau pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemimpin,
kepemimpinan dapat dibedakan menjadi kepemimpinan lini (line leadership), dan kepemimpinan
staf (staf leadership). Persyaratan bagi kepemimpinan lini berbeda dengan persyaratan
kepemimpinan staf karena fungsi lini berbeda dengan fungsi staf. Meskipun demikian ada
beberapa persamaan persyaratan yang harus dimiliki oleh kedua jenis pimpinan itu, anatara lain:
a.       Bersifat ramah tamah, dalam tutur kata, sikap dan perbuatan.
b.      Mempunyai intelegensi yang tinggi.
c.       Sabar, ulet dan tekun dalam menghadapi masalah.
d.      Cepat dan tepat dalam mengambil keputusan.
e.       Jujur, Adil, dan Berwibawa.
Persyaratan khusus bagi kepemimpinan staf akan di jelaskan dalam uraian tentang
kepemimpinan staf.
D.   Teknik Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan teknik kepemimpinan ialah dengan cara bagaimana seorang
pemimpin menjalankan fungsi kepemimpinannya. Teknik kepemimpinan dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) macam, yaitu teknik kepemimpinan secara umum, dan teknik kepemimpinan
khusus. Teknik kepemimpinan secara umum adalah teknik kepemimpinan yang berlaku bagi
setiap pemimpin, sedang teknik kepemimpinan khusus adalah teknik kepemimpinan yang
dijalankan oleh seorang pemimpin yang memimpin suatu bidang tertentu. Teknik kepemimpinan
khusus akan dibicarakan lebih lanjut dalam uraian tentang kepemimpinan staf.
Teknik kepemimpinan pada umumnya terdiri dari: (1) teknik kepengikutan, (2) teknik human
relationship, (3) teknik pemberian teladan, semangat dan dorongan.
1)        Teknik Kepengikutan
Teknik kepengikutan adalah teknik untuk membuat orang-orang suka mengikuti apa yang
menjadi kehendak si pemimpin. Ada beberapa sebab mengapa seseorang mau menjadi pengikut,
yaitu:
1.      Kepengikutan karena peraturan/hukum yang berlaku.
2.      Kepengikutan karena agama.
3.      Kepengikutan karena tradisi atau naluri, dan
4.      Kepengikutan karena rasio.
Teknik kepengikutan dapat dijalankan dengan penerangan dan propaganda.
a.     Teknik Penerangan ialah dengan cara memberikan fakta-fakta yang objektif. Fakta disebut
objektif bila fakta-fakta itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, jelas sumbernya, dan
tidak bermaksud mengelabuhi para pengikut untuk menutupi kesalahan pemimpin. Supaya fakta
itu jelas dan berguna maka fakta-fakta itu harus disampaikan tepat pada waktunya dan disajikan
dalam bentuk yang dapat dengan mudah dan cepat dimengerti. Penyajian fakta-fakta yang
demikian diharapkan akan dapat menimbulkan kesadaraan dan kepuasaan di kalangan para
bawahan sehingga mereka kemudian dengan sukarela mengikuti.
b.    Teknik Propaganda. Teknik propaganda berbeda dengan teknik penerangan. Dalam teknik
penerangan pemimpin berusaha untuk memberika pengertian dan kesadaraan kepada para
bawahan sehingga mereka menjadi pengikut berdasarkan atas kesadaraan.
Dalam propaganda, seseorang menjadi pengikut karena merasa terpaksa dan takut. Propaganda
merupakan suatu cara mengubah pikiran orang lain supaya menjadi pengikut dengan cara-cara
yang bersifat negatif, misalnya dengan intimidasi, ancaman, menakut-nakuti, dan dengan
paksaan.
2)        Teknik Human Relationship
Human relationship merupakan hubungan kemanusiaan yang bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan, baik kepuasan jasmaniah. Karena human relations bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan, teknik human relations dapat dilakukan dengan memberikan berbagai macam
kebutuhan kepada para bawahan, baik kepuasan psikologis, maupun kepuasan jasmaniah.
3)    Teknik Memberi Teladan, Semangat dan Dorongan
Dengan teknik ini seorang pemimpin menempatkan diri sebagai pemberi teladan, pemberi
semangat, dan sebagai pemberi dorongan. Cara ini dapat dilaksanakan apabila pemimpin
berpegangan kepada filsafat: Hing ngarsa sung tulada, hing madya mangun karsa, tut wuri
handayani. Dengan cara demikian diharapkan dapat memberikan pengertian dan kesadaraan
kepada para bawahan sehingga mereka mau dan suka mengikuti apa yang menjadi kehendak
pemimpin.
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seorang menjadi pemimpin; atau bagaimana
timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan, diantaranya ialah:
1.      Teori Kelebihan, teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin apabila ia
memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin
2.      Teori keturunan disebut juga teori pembawaan lahir
3.      Pada dasarnya teori sifat sama dengan teori kelebihan. Teori ini menyatakan bahwa seseorang
dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki sifat-sifat yang lebih daripada yang
dipimpin yang dipimpin
4.      Teori kharismatis menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang tersebut
mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar
5.      Teori bakat disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa pemimpin itu lahir karena
bakatnya.
6.      Teori sosial beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap
orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asal dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat
dididik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui
pendidikan formal maupun melalui pengalaman praktek. Yang menjadi masalah adalah apakah
orang yang bersangkutan mendapat kesempatan atau tidak

Artikel Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah
"melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman, ahli pengrajin,
atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan
pengajaran/instruksi.
Ciri-ciri Seorang Pemimpin
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau
ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan
intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon,
Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa
sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan
yang mereka inginkan.
Ciri-ciri pemimpin berkarakter Sebagai berikut:
1. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Jujur dengan kekuatan diri dan kelemahan dan usaha
untuk memperbaikinya.
2. Pemimipin harusnya berempati terhadap bawahannya secara tulus.
3. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam menyampaikan
umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas dan penuh rasa hormat kepada
pemimpinnya. 
4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing dan belajar dari mereka dalam situasi
kepemimpinan ataupun kondisi bisnis pada umumnya.
5. Memiliki kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara professional keilmuan
dalam jabatannya.
6. Memiliki rasa kehormatan diri dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan mempunyai rasa
tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya.
7. Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat " team work ", kreatif, percaya diri, inovatif dan
mobilitas.

Jenis dan Macam Gaya Kepemimpinan :

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic


Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada
para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang
utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire


Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara
aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Pengertian Kepemimpinan.
Apa Itu Arti Kepemimpinan?

Artikel psikologi kali ini akan membahas sedikit mengenai pengertian kepemimpinan.
Mungkin anda sering mendengar istilah kepemimpinan, namun kurang paham dengan
arti kepemimpinan. Sebenarnya pengertian kepemimpinan itu seperti apa, dan
bagaimana pengaruhnya sebuah kepemimpinan terhadap kelangsungan suatu
organisasi atau perusahaan?

Pengertian Kepemimpinan Adalah


Ada banyak definisi mengenai pengertian kepemimpinan. Misalnya saja Kartono
(2008) yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan,
temperamen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam
berinteraksi dengan orang lain. Tokoh lainnya, Thoha (2010) juga mengatakan tentang
definisi dari gaya kepemimpinan, dimana gaya kepemimpinan adalah norma prilaku
yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
prilaku orang lain atau bawahan.

Robbins (2003) juga memberikan pengertian kepemimpinan dalam organisasi, yaitu


merupakan kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.
Jadi, secara umum dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam memimpin bawahannya dalam
rangka mensukseskan tujuan organisasi.

Kepemimpinan Yang Tepat = Kesuksesan Dari Sebuah Organisasi

Banyak penelitian yang mengatakan bahwa kepemimpinan yang baik dan juga tepat
merupakan salah satu kunci sukses dari sebuah organisasi. Meskipun demikian,
kepemimpinan dalam organisasi tidaklah bersifat mutlak, karena kesuksesan dari
sebuah organisasi disebabkan oleh berbagai macam faktor (multi factorial).

Namun demikian, gaya kepemimpinan seorang leader atau pemimpin memang


sanggup untuk memberikan warna tersendiri bagi sebuah organisasi, seperti misalnya
perusahaan ataupun kantor. Karena itu, mencari seorang pemimpin adalah hal yang
susah-susah gampang bagi sebuah organisasi dan perusahaan.
Tidak semua gaya kepemimpinan cocok diterapkan di dalam budaya organisasi
tertentu. Jadi, untuk mencari pemimpin atau leader yang tepat, sebuah organisasi
harus mampu menganalisa dan melihat apakah gaya kepemimpinan seseorang
memang cocok diterapkan di dalam budaya organisasi yang mereka anut.

Hal ini terlihat dari berbagai macam kasus, dimana banyak perusahaan dan organisasi
sukses ketika ditangani oleh satu leader, namun ketika pemimpin organisasi
mengundurkan diri, dan diganti dengan orang lain, tidak jarang organisasi tersebut
menjadi kurang bagus secara keseluruhan.Hal ini cukup membuktikan bahwa gaya
kepemimpinan seseorang tidak selalu cocok diterapkan di dalam budaya organisasi
yang sama.

Beberapa Tipe Pemimpin Berdasarkan Gaya


Kepemimpinannya
Ada banyak sekali teori psikologi mengenai gaya kepemimpinan. Namun demikian
secara umum, terdapat beberapa gaya pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi.
Berikut ini adalah beberapa tipe atau gaya pemimpin dalam memimpin sebuah
organisasi:

1. Gaya persuasif
Merupakan gaya pemimpin, dimana pemimpin banyak menggunakan pendekatan
yang persuasif dan mengubah perasaan serta pandangan para bawahannya. Pemimpin
dengan gaya persuasif ini sering menggunakan rayuan dan juga bujukan untuk
memimpin organisasi.
2. Gaya represif

Represif merupakan gaya pemimpin yang memberikan tekanan-tekanan kepada


bawahannya. Hal ini banyak menimbulkan ketakutan pada bawahan, dan seringkali
tidak cocok diterapkan pada budaya organisasi tertentu.

3. Gaya Partisipatif

Merupakan gaya pemimpin, dimana pemimpin memberikan kesempatan yang besar


kepada para bawahannya untuk berperan aktif dalam perusahaan dan organisasi dalam
berbagai cara. Pemimpin seperti ini akan lebih mudah untuk mendapatkan hati
karyawan atau bawahan, karena sangat terbuka dan mau melibatkan bawahan secara
aktif.

4. Gaya inovatif

Berikutnya, pemimpin dengan gaya inovatif merupakan pemimpin yang memiliki


keinginan kuat untuk mewujudkan usaha pembaruan di segala bidang dan aspek
organisasi. Leader seperti ini adalah leader yang penuh dengan ide-ide dan memiliki
pandangan atau visi yang kuat tertanam di dalam dirinya.

Nah, itu adalah artikel kepemimpinan singkat mengenai pengertian kepemimpinan


dan juga sedikit gambaran mengenai tipe-tipe pemimpin dalam memimpin suatu
organisasi.
Gaya Kepemimpinan Transformasional. Apa Itu Dan
Seperti Apa Contohnya?
Kepemimpinan tidak lepas dari apa yang dikenal sebagai gaya kepemimpinan, dimana
gaya kepemimpinan transformasional adalah salah satunya. Gaya kepemimpinan ini
merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang banyak diaplikasikan di berbagai
organisasi, dan juga banyak menjadi bahan penelitian mengenai gaya kepemimpinan.
Sebenarnya, gaya kepemimpinan transformasional itu apa sih? Dan apa pengertian
kepemimpinan transformasional? Artikel kepemimpinan ini mungkin bisa menjadi
referensi bagi anda.

Kepemimpinan transformasional merupakan satu dari beberapa gaya kepemimpinan


yang dikemukakan oleh Robbins (2003). Kepemimpinan transformasional dapat
diartikan sebagai sebuah gaya kepemimpinan yang berfokus pada dampaknya
terhadap bagaimana pemimpin memperkuat sikap saling kerjasama dan mempercayai,
kemanjuran diri secara kolektif, dan pembelajaran tim. Para pemimpin
transformasional membuat para pengikutnya menjadi lebih menyadari kepentingan
dan nilai dari pekerjaan serta membujuk pengikut untuk tidak mendahulukan
kepentingan pribadi diatas kepentingan organisasi.

Apabila dilihat menggunakan gaya pemimpin, gaya kepemimpinan transformasional


memiliki leader atau pemimpin dengan gaya persuasif, dimana leader mampu untuk
mengajak bawahannya untuk turut serta dalam mencapai tujuan organisasi.

Jung mengatakan bahwa pemimpin transformasional memperhatikan hal-hal


kebutuhan pengembangan dari masing-masing para pengikut dan persoalan-persoalan
dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru, dan
mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para pengikut
untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dilakukan oleh pemimpin yang mengadopsi gaya
kepemimpinan transformasional:

1. Membuat para pengikut lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil suatu


pekerjaan
2. Mendorong para pengikut untuk lebih mementingkan organisasi atau tim
daripada kepentingan diri sendiri, dan
3. Mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan para pengikut pada kebutuhan yang lebih
tinggi.

Komponen Gaya Kepemimpinan Transformasional

Sebuah gaya kepemimpinan bisa dikatakan sebagai gaya kepemimpinan yang


transformasional apabila memiliki beberapa komponen tertentu. Berikut ini adalah
beberapa komponen dari gaya kepemimpinan transformasional:

1. Karisma

Karisma merupakan komponen pertama yang harus muncul dalam gaya


kepemimpinan seorang leader / pemimpin. Karisma merupakan hal yang dapat
mempengaruhi orang lain dan mampu untuk memperoleh rasa cinta dari anak buah
dan membuat anak buah menjadi percaya diri dan saling percaya terhadap
pemimpinnya.

Karisma dapat ditunjukkan dengan sikap pemimpin yang percaya dirinya tinggi,
idealisme kuat, dan juga memiliki keyakinan yang kuat dan juga matang. Hal ini akan
membuat gaya kepemimpinan yang transformasional akan berjalan dengan efektif.
2. Pertimbangan Individual

Gaya kepemimpinan transformasional sangat mengutamakan pertimbangan


individual, yang merupakan perilaku yang bersahabat, saling adanya kepercayaan,
saling menghormati, dan hubungan yang sangat hangat di dalam kerja sama antara
pemimpin dengan anggota kelompok.

3. Stimulasi Intelektual

Stimulasi intelektual merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam menciptakan,


menafsirkan dan mengelaborasi simbol yang muncul dalam kehidupan, dan mengajak
bawahan untuk berpikir dengan cara-cara benar. Hal ini berkaitan dengan inovasi,
profesionalisme, dan pengembangan ide-ide baru yang berkaitan dengan bawahan dan
juga organisasi.

Itu adalah artikel psikologi mengenai apa itu gaya kepemimpinan berciri
transformasional. Gaya kepemimpinan berciri transformasional ini memang banyak
dinilai sebagai gaya kepemimpinan yang efektif dalam mengembangkan organisasi
dan membantu organisasi mencapai tujuan organisasinya dengan baik.
Mendeteksi kualitas kepemimpinan – Tes psikologi atau yang kita kenal dengan tes
psikotes merupakan instrumen, atau alat bantu di bidang psikologi untuk mengukur
berbagai macam aspek individu. Mulai dari kepribadian, persepsi, hingga bisa
menggambarkan kondisi psikis dari diri anda. Tes psikotes banyak juga diaplikasikan
di dalam bidang industri dan organisasi (PIO), yang berhubungan dengan rekrutmen
karyawan, dan asesmen karyawan. Salah satunya adalah tes psikologi mengenai gaya
kepemimpinan. Dalam sebuah perusahaan dan juga organisasi, gaya kepemimpinan
merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu sang pemimpin beserta
anggotanya dalam mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang tepat akan
membuat anggotanya menjadi nyaman dan mampu bekerja sama dalam mencapai
tujuan organisasi. Begitu pula sebaliknya, gaya kepemimpinan yang kurang tepat akan
menghancurkan suatu organisasi.

Bagaimana Melihat Gaya Kepemimpinan Seseorang?

Lalu, bagaimana cara melihat gaya kepemimpinan seseorang? Selain melalui proses
wawancara dan observasi, dan juga pengalaman organisasi seseorang, ada beberapa
alat tes psikologi atau psikotes yang dapat membantu kita melihat gaya kepemimpinan
seseorang. Management Style Diagnostic Test atau MSDT adalah salah satu tes
psikotes yang umum dan biasa digunakan untuk mengukur gaya kepemimpinan
seseorang.  Dalam tes ini, terdapat beberapa pernyataan yang harus dijawab dan
diselesaikan oleh calon karyawan. Hasil dari tes psikotes MSDT ini adalah
kesimpulan berupa karakteristik kepemimpinan seseorang.

Terdapat 8 karakteristik atau gaya kepemimpinan seseorang. ke delapan gaya


kepemimpinan tersebut adalah :

1. Executive
2. Developer
3. Benevolent Autocrat
4. Bureaucrat
5. Missionary
6. Compromiser
7. Autocrat
8. Deserter

8 gaya kepemimpinan tersebut merupakan output atau hasil dari pelaksanaan tes
MSDT. Tentu saja masing-masing dari 8 gaya kepemimpinan tersebut memiliki
karakteristik dan ciri khas masing-masing, seperti misalnya Bureaucrat yang lebih
mementingkan kedisiplinan dan penerapan aturan di dalam suatu organisasi.
Mana Gaya Kualitas Kepemimpinan Yang Paling Efektif?

Untuk melihat gaya kepemimpinan mana yang paling efektif, tentu saja kita juga perlu
melihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah tujuan organisasi, yang terlihat dari
visi dan misi organisasi atau perusahaan tersebut. Apabila suatu organisasi berbentuk
organisasi non-profit dan sifatnya sukarela, gaya kepemimpinan yang menekankan
kedisiplinan dan aturan mungkin kurang cocok diterapkan. Yang lebih cocok adalah
gaya kepemimpinan yang berkaitan dengan keharmonisan organisasi agar organisasi
tersebut mampu bertahan meskipun bukan merupakan organisasi non-profit.

Karena itu, dalam menentukan gaya kepemimpinan seseorang, dan melihat apakah
seseorang cocok untuk memimpin suatu organisasi / perusahaan, perlu diperhatikan
kecocokan aspek kepribadian, gaya kepemimpinan, dan juga aspek dari organisasi
atau perusahaan itu sendiri, agar pemimpin yang terpilih mampu untuk menjalankan
tugasnya dengan baik dan membantu suatu organisasi atau perusahaan mencapai
tujuan organisasi yang tertuang dalam visi dan misi.
Mencari Tipe Gaya Kepemimpinan Terbaik Untuk Diterapkan

Gaya Kepemimpinan – Seorang pemimpin adalah orang yang paling dihormati,


disegani, dan dipandang oleh orang lain. Baik itu adalah pemimpin rumah tangga,
pemimpin lembaga, pemimpin organisasi, dan pemimpin lainnya, mereka semua
biasanya adalah orang yang benar – benar memiliki kharisma tersendiri. Mereka
bukan hanya orang yang mampu berkuasa atas sesuatu saja, akan tetapi orang tersebut
mampu untuk mengendalikan kemana arah dan tujuan sebuah oraganisasi/lembaga
dapat tercapai.

Banyak sekali  contoh pemimpin – pemimpin yang dikagumi oleh para anggotanya.
Untuk seorang muslim tentu panutan dalam kepemimpinan adalah nabi besar
Muhamad yaitu seorang Rosulullah, yang mampu dengan kepemimpinannya
mengubah kebudayaan dan zaman. Berkat pengaruhnya lah kita dapat merasakan
keberadaban yang selalu ditanamkan oleh beliau.

Contoh lain dari pemimpin yang menjadi panutan adalah Muhammad Al-fatih
(Mehmed II), Mahatma Gandhi, Wiston Churchill, Soekarno, dan para tokoh – tokoh
terkenal lainnya. Mereka merupakan contoh pemimpin yang baik sepanjang masa.
Terlepas bagaimana beliau memimpin anggotanya, bagaimana cara beliau untuk
mengendalikan, dan mengkoordinasi anggotanya.

Pemimpin bukan hanya sekedar orang yang bisa disegani dan bisa mengendalikan
orang lain. Namun beliau bisa dicontoh, dijadikan teladan untuk anggotanya, serta
bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Penelitian selama 1 abad ini
merumuskan bahwa pemimpin terbaik sepanjang masa adalah Nabi Muhammad Saw.
Beliau bukan hanya bisa menkoordinasi umatnya, namun berperan sebagai teladan
manusia, dikagumi, serta membawa perubahan dari tahun 600 masehi sampai
sekarang.

Bagaimana pemimpin itu ?

Lantas seperti apakah pemimpin itu menurut para tokoh ? Menurut Hemhill dan
Coons mengutarakan bahwa pemimpin adalah perilaku seorang individu yang
memimpin serta mengkoordinasi aktivitas – aktivitas kelompok ke arah tujuan yang
hendak dicapai bersama atau shared goals.
Weschler dan Masarik menambahkan bahwa pemimpin adalah orang yang mampu
mempengaruhi dalam situasi tertentu dan diarahkan melalui proses komunikasi untuk
mencapai beberapa tujuan tertentu. Lantas Howard Hoyt melengkapi bahwa
pemimpin dan kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
serta bisa membimbing seseorang.

Kesimpulan dari pendapat beberapa ahli diatas adalah pemimpin merupakan tokoh
atau orang yang bisa mengkoordinasi aktivitas anggota, bisa mempengaruhi, serta
membimbing ke arah tujuan yang hendak dicapai. Terlepas bagaimana ia memimpin
dan gaya yang diterapkannya. Tidak semua orang dapat dipimpin dengan jalan yang
sama. Tidak semua anggota juga bisa dipimpin dengan orang yang sama.

Memimpin sesuai dengan anggota

Perlu diketahui, bahwa semua orang tidak bisa diperlakukan sama. Ada orang yang
suka bercandaan serta ada orang yang bawaanya serius. Ada orang yang pendiam dan
susah untuk bergaul, namun ada juga orang yang mudah akrab dan cepat gaul dengan
orang lain. Perbedaan karakteristik ini juga menjadi corak berbeda bagi setiap
pemimpin. Sehingga bisa disesuaikan, kapan seorang pemimpin tegas, kapan beliau
lembut.

Ada beberapa gaya kepemimpinan yang biasa digunakan oleh para pemimpin. Seperti
apa sajakah ? Simak ulasan berikut :

1. Pemimpin yang otokratis

Mungkin orang akan menyebut pemimpin ini adalah orang yang keras kepala dan
galak. Semua hal, sepeerti keputusan, diskusi, dan lain sebagainya ditentukan oleh
sang bos. Banyak sekali perintah yang akan ditunjukkan oleh anak buah. Bos seperti
ini hanya akan menyuruh semua pekerjaan. Hampir tidak ada waktu diskusi dengan
anak buah karena semua sudah dirancang oleh bos.

Pemimpin yang bekerja dengan cara ini cenderung tidak disukai oleh anak buahnya.
Antara bos dan anak buah memiliki pembatas dan geps yang tinggi. Namun tujuan
yang dilakukan dengan cara ini cenderung akan berhasil lebih cepat, jika bos adalah
orang yang pandai mengatur strategi.

2. Pemimpin yang demokratis

Kebalikan dengan pemimpin yang otokratis. Beliau adalah bos yang mau bekerja
sama dengan bawahan dan orang lain. Bersedia menerima kritik, saran, dan berdiskusi
dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pemimpin yang seperti ini cenderung lebih
banyak disukai oleh anak buahnya. Sebab geps antara bos dan bawahan tidaklah
tinggi.

Namun dalam mencapai tujuan, pemimpin jenis ini cenderung lebih lambat. Sebab
strategi yang dikeluarkan tidak terfokus hanya pada satu point. Biasanya mereka
menjalankan tidak menjalankan satu tujuan. Ketika bos berencana untuk melakukan
plan A, namun hasil diskusi ternyata plan B yang dijalankan. Kebanyakan diskusi
dengan orang lain akan memperlama mengambil keputusan untuk menangani suatu
masalah.

3. Laissez Faire

Tipikal pemimpin ini adalah tipe pemimpin yang menjalankan kepemimpinan secara
pasif, atau sebagai seorang yang menonton saja. Dalam hal ini ia menyerahkan segala
macam penentuan tujuan dan juga kegiatan kelompok kepada setiap anggotanya
masing-masing.
Seorang pemimpin dalam tipe gaya kepemimpinan ini biasanya akan menyerahkan
bahan-bahan dan juga alat-alat yang di perlukan dalam sebuah kelompok tersebut. Ia
cendrung tak mengambil inisiatif apapun di dalam kegiatan kelompok.

Lalu dari ke tiga kepemimpinan tersebut apakah ada yang lebih baik di bandingkan
dengan tipe gaya kepemimpinan yang lainnya?

Menanggapi hal tersebut, tentu akan berbeda konteks dan penempatan, dimana, dan
kondisi apa saja organisasi tersebut. Bisa jadi tipe gaya kepemimpinan otoriter lebih
baik di bandingkan dengan tipe gaya kekpemimpinan yang demokratik. Atau tipe
gaya kepemimpinan yang Laissez Faire lebih baik di bandingkan tipe kepemimpinan
yang otoriter. Tergantung konteks dan penempatannya.

Memahami Teori Kepemimpinan Melalui Tinjauan Psikologi

Kepe
mimpinan. Pemimpin merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan
manusia. Bayangkan saja jika hidup kita tak memiliki seorang pemimpin, tentu hidup
akan menjadi tak terarah, diakrenakan tak adanya seorang juru atur ataupun juru
pemberi petunjuk. Seorang pemimpin memang menjadi salah satu orang di posisi
sentral yang seharusnya ada didalam setiap orang-orang yang tengah berkelompok
seperti organisasi, perusahaan, pemerintahan, bahkan dari lingkup terkecil yaitu
keluarga.

Menurut istilah pemimpin dikatakan sebagai orang yang memiliki pengaruh serta
kekuasaan, yang mana dengan kekuasaan tersebut ia mampu untuk mengatur orang
lain sehingga mereka patuh terhadap apa yang diinginkannya. Seorang pemimpin
memiliki karakteristik yang menyebabkan ia menjadi seorang pemimpin di antara
kelompoknya. Seperti yang di ungkapkan oleh William Foote Whyte (dalam Ahmadi,
2009) bahwa seorang menjadi pemimpin itu disebabkan oleh :

1. Operational Leadership

Dalam faktor operational leadership dikatakan bahwa orang yang menjadi pemimpin


tersebut memiliki banyak sekali inisiatif, serta menarik dan juga dinamis diantara
kelompoknya. Selain itu mereka yang berhasil untuk menjadi pemimpin adalah orang
yang memiliki track record lebih baik serta memiliki prestasi kerja yang lebih apik di
antara kelompoknya.

2. Popularity

Mereka yang menjadi pemimpin merupakan orang-orang yang telah memiliki


kepopuleran atau dikenal oleh masyarakat luas. Praktek-praktek ini pun cerdas
dimanfaatkan oleh para politisi ketika pilkada dimulai. Mereka berlomba-lomba untuk
menggaet pasangan calon berlatar belakang artis. Dan hal ini pun untuk beberapa
calon sukses menjadi seorang pemimpin di pemilihan daerah masing-masing.
3. The Assumed Representative

Orang yang mampu untuk mewakili suara ataupun kepentingan anggota


kelompoknya. Ia merupakan orang yang paham dan vokal untuk merepresentasikan
keinginan kelompoknya.

4. The Prominent Talent

Seorang pemimpin merupakan orang yang memang memiliki bakat dan kecakapan
lebih untuk bertindak dan berperilaku daripada anggota kelompoknya.

Beberapa karakteristik yang dimiliki di atas menjadikan seseorang untuk menjadi


seorang pemimpin di dalam kelompok ataupun organisasi. Di antara karakteristik di
atas jika kita memiliki salah satu ciri dari 4 tersebut maka kita pantas untuk dikatakan
menjadi seorang pemimpin.

Jika anda menjadi salah satu pemimpin maka ingatlah bahwa, seorang pemimpin akan
dimintai pertanggung jawabannya oleh mereka yang dipimpin dan Tuhan Yang Maha
Esa. Jadilah pemimpin yang selalu berhasil mengayomi bukan semena-mena atas
nama peraturan dan ketentuan. Karena ketegasan tak harus selalu dilakukan dengan
jalan kekerasan. berilah sebuah kepemimpinan yang merakyat.

Anda mungkin juga menyukai