Anda di halaman 1dari 86

MANAJEMEN OPERASI

Daftar Isi

PANDUAN UMUM MATA KULIAH ............................................. i

BAB 1: MANAJEMEN OPERASI DAN STRATEGI OPERASI 1


A. MANAJEMEN OPERASI 1
B. STRATEGI OPERASI 4

BAB 2: PENGEMBANGAN PRODUK DAN JASA 7


A. DESIGN PROCESS 7
B. QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) 12

BAB 3: PROSES PRODUKSI DAN TEKNOLOGI 13


TIPE-TIPE PROSES PRODUKSI 13

BAB 4: FASILITAS 22
PERENCANAAN PROSES 22

BAB 5: MANAJEMEN PROYEK 27


A. PERENCANAAN PROYEK 28
B. WORK BREAKDOWN STRUCTURE (WBS) 29
C. GANTT CHART 30
D. PERT DAN CPM 30

BAB 6: MANAJEMEN RANTAI SUPPLY 37


A. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) 37
B. INFORMASI DALAM SUPPLY CHAIN 38

BAB 7: PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK DAN JASA 42


A. PERAMALAN 42
B. METODE PERAMALAN 44
BAB 8: PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENJADWALAN 47
A. KAPASITAS DAN PERENCANAAN AGREGAT 48
B. MANAJEMEN PERSEDIAAN 51
C. JUST IN TIME 54
D. PENJADWALAN 58

BAB 9: JAMINAN KUALITAS DAN TEORI ANTRIAN 62


A. JAMINAN KUALITAS 62
B. CONTROL CHART UNTUK ATRIBUT 66
C. TEORI ANTRIAN 68
B AB 1

Manajemen Operasi dan


Strategi Operasi

P ENDA HULU AN

D i dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Manajemen


Operasi, Bab 1 merupakan gabungan Chapter 1 dan 2 dari buku
Operations Management karangan Jay Heizer dan Barry Render (2006).
Materi yang tercakup di dalam bab ini merupakan landasan dasar bagi Anda
untuk dapat memahami peran manajemen operasi di dalam ruang lingkup
suatu industri manufaktur dan jasa. Sebagai landasan dasar maka pokok
bahasan yang terangkum dalam bab ini adalah berupa tugas manajer operasi,
pengertian, dan fungsi manajemen operasi, konsep manajemen operasi,
manajemen operasi dalam globalisasi dan persaingan. Di samping itu, pada
bab ini juga membahas formulasi strategi, prioritas persaingan, peran operasi
dalam strategi perusahaan, keputusan strategik dalam operasi, strategi
deployment, dan trend dalam operasi.
Kami harapkan bagi Anda yang telah mempelajari materi, seperti yang
tercantum di atas mampu menjelaskan mengenai tugas dan fungsi manajemen
operasi serta peran manajemen operasi dalam strategi perusahaan.

A. MANAJEMEN OPERASI

Operasi sering kali didefinisikan sebagai suatu proses transformasi dari


input yang berupa bahan baku, tenaga kerja, mesin, modal, dan manajemen
menjadi suatu keluaran atau output berupa produk dan jasa. Sebagai suatu
sistem proses transformasi memerlukan umpan balik (feed back) dan
keinginan dari konsumen yang digunakan untuk perbaikan dari input dan
proses transformasi itu sendiri.
Fungsi dari manajer operasi adalah menjamin bahwa proses transformasi
berjalan secara efisien dan output yang dihasilkan merupakan maksimum
nilai yang dapat diberikan terhadap seluruh input. Mengingat operasi
merupakan penciptaan nilai dari suatu input maka proses transformasi dapat
dipandang sebagai suatu aktivitas dari mata rantai penciptaan nilai dari
produsen ke konsumen. Dengan demikian, seluruh aktivitas yang tidak dapat
menciptakan nilai seharusnya harus ditiadakan.
Di dalam suatu organisasi aktivitas dari manajer operasi adalah berupa
pengorganisasian, pemilihan proses produksi, menyusun layout, penempatan
fasilitas, pendesainan pekerjaan, mengukur kinerja, mengawasi kualitas,
skedul kerja, persediaan, dan perencanaan produksi. Seluruh aktivitas
tersebut akan dibahas pada bab-bab selanjutnya. Untuk keberhasilan suatu
organisasi manajer operasi dituntut agar dapat bekerja sama dengan bagian-
bagian lain terutama dengan keuangan, penjualan, sumber daya manusia, dan
pengadaan.
Dengan perkembangan teknologi informasi terutama internet, telah
mengubah pola interaksi antara konsumen dan perusahaan yang dikenal
dengan sebutan electronic commerce, e-commerce atau e-business. Di dalam
e-commerce dikenal Business to Business (B2B), Business to Consumer
(B2C), Consumer to Business (C2B) dan Consumer to Consumer (C2C).
Pada Business to Consumer (B2C) interaksi yang semula berawal dari
produsen ke distributor, pengecer dan berakhir ke konsumen berubah
menjadi produsen ke infomediaries, e-retailer, aggregators, portals dan
berakhir di konsumen. Dengan sistem ini distributor dan pengecer tidak dapat
dilibatkan mengingat keduanya tidak dapat menciptakan nilai ataupun nilai
yang dihasilkan tidak lebih baik dari sistem yang baru.
Business to Business (B2B) pada dasarnya berorientasi ke supplier
sehubungan pembeli yang aktif mencari kebutuhannya pada apa yang
tawarkan oleh supplier melalui internet. Untuk yang telah berjalan saat ini
Business to Business dapat di kelompokkan menjadi empat bagian, yaitu (1)
e-catalogue, (2) seller auctions, (3) buyer auctions, dan (4) exchange.
E-catalogue merupakan bentuk yang sering kali dijumpai pada internet,
seperti Dell, HP, dan lain-lain, sedangkan buyer auctions atau seller auctions
merupakan bentuk di mana satu pembeli atau penjual mendapat penawaran
dari beberapa rekanan (Russell halaman 12). PT Pertamina dalam proses
salah satu tender telah menggunakan bentuk ini dengan keuntungan
penghematan biaya serta proses yang dapat berjalan secara online
(lan`gsung), transparan, serta terjamin kerahasiaan bagi kedua belah pihak.
Adapun dampak e-commerce bagi manajemen operasi pada prinsipnya
dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu sebagai berikut.
1. Pengurangan biaya yang merupakan hasil dari efisiensi perbaikan dari
pelaksanaan sistem yang ada, seperti proses yang lebih singkat, biaya
pengadaan yang lebih murah, sistem yang terintegrasi
2. Meningkatkan peluang usaha dengan adanya e-commerce perusahaan
dapat lebih memperbaiki hubungan dengan pihak stakeholder (konsumen
dan rekanan lainnya) sehingga output yang dihasilkan dapat bersifat
lebih spesifik bagi golongan tertentu. Di samping itu, akan membuka
pasar baru berupa pasar global.
3. Perbaikan sistem informasi yang akan mempercepat pengambilan
keputusan yang dapat mempengaruhi perbaikan bentuk organisasi, serta
perbaikan dalam menjalankan usaha.

Meningkatnya peluang usaha sebagai akibat dari terbukanya pasar global


juga akan meningkatkan persaingan usaha antarindustri baik dari dalam
negara maupun perusahaan di luar negeri. Pada saat ini comparative
advantage (biaya buruh yang murah) tidak menjadi hal yang sangat utama
mengingat dengan sistem yang ada akan mendorong perusahaan untuk
bersaing secara competitive advantage, yaitu dalam hal produktivitas
sehubungan dengan trade barrier yang semakin longgar untuk setiap negara.
Produktivitas diukur berdasarkan jumlah output dibagi dengan jumlah input
yang digunakan. Ukuran dari produktivitas biasanya berupa satuan output per
satuan biaya atau persatuan waktu seperti 5 buku per dolar atau 5 buku per
hari dan lain-lain.
Produktivitas dapat diukur pada tingkat negara ataupun pada tingkat
perusahaan. Pada tingkat negara persaingan diukur tidak hanya dalam hal
produktivitas, tetapi dalam hal pertumbuhan GDP, infrastruktur, tingkat
pendidikan, dan efisiensi dari pemerintah.
Pada tingkat industri persaingan diukur berdasarkan jumlah perusahaan
dalam satu industri yang sama serta market share terbesar dari pada industri
tersebut. Tingkat persaingan akan meningkat pada industri dengan barrier
entry terendah. Barrier entry ditentukan oleh economic of scale, capital
investment, access to supply and distribution channel serta learning curve.
Pada tingkat perusahaan tingkat persaingan ditentukan oleh inovasi produk,
investasi teknologi, strategi operasi, dan tingkat keuntungan .

B. STRATEGI OPERASI

Definisi dari strategi adalah kesamaan pandangan yang menyatukan


organisasi, diikuti dengan konsistensi dalam pengambilan keputusan, dan
yang mengarahkan organisasi dalam arah yang tepat pada tujuan. Ada juga
yang menyatakan bahwa strategi adalah rencana tindak organisasi untuk
mencapai misinya. Sedangkan misi merupakan pernyataan mengapa suatu
organisasi itu ada.
Untuk dapat memformulasikan suatu strategi dengan baik, Saudara perlu
mengetahui hal-hal sebagai berikut.
1. Primary Task merupakan tujuan suatu perusahaan yang menjabarkan
bidang usaha apa yang ditekuni dengan mempertimbangkan ruang
lingkup persaingan dari usaha dijalankan.
2. Kompetensi merupakan hasil dari suatu proses yang menumbuhkan
kemampuan dari suatu perusahaan untuk dapat mengerjakan sesuatu
lebih baik dari pesaing yang ada. Dengan demikian, teknologi dan
produk bukan merupakan suatu bentuk kompetensi mengingat kedua hal
tersebut hanya berlaku dalam jangka waktu singkat dan perusahaan lain
dapat melakukan hal yang serupa. Sedangkan proses dalam
pengembangan suatu produk adalah salah satu bentuk contoh
kompetensi.
3. Order winners dan order qualifiers. Order qualifiers adalah karakteristik
dari produk atau jasa yang layak dipertimbangkan untuk dibeli oleh
konsumen, sedangkan Order winners adalah karakteristik dari produk
atau jasa yang dibeli oleh konsumen di pasar. Dalam kenyataan sehari-
hari, kedua karakteristik ini dapat saling tukar.
4. Positioning diperlukan perusahaan mengingat tidak semua hal dapat
dilakukan dengan baik atau lebih baik dari para pesaing. Untuk itu lebih
baik perusahaan dapat memosisikan dirinya pada suatu keadaan di mana
perusahaan dapat memenuhi satu atau beberapa kriteria yang penting
berdasarkan kompetensi yang dimiliki (Russell halaman 34).

Strategi yang baik merupakan kombinasi dari keempat hal tersebut di


atas. Pada kondisi seperti saat ini, di mana persaingan semakin ketat peran
manajemen operasi menjadi sangat penting sehubungan dengan kemampuan
dari manajemen operasi untuk menjabarkan strategi secara efektif, yaitu
berupa melakukan sesuatu yang berbeda dengan pesaing ataupun melakukan
sesuatu lebih baik dari pesaing. Pada kategori kedua ada beberapa hal yang
dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu biaya produksi yang murah, kualitas
yang lebih baik, tingkat fleksibilitas yang tinggi serta tingkat pelayan yang
lebih baik.
Telah dibahas di atas keberadaan e-commerce telah membuat perusahaan
untuk menata ulang kembali proses operasi yang telah dijalankan selama ini.
Di samping itu, dengan timbulnya peluang dan ancaman baru sehubungan
dengan e-commerce perusahaan perlu memformulasikan kembali visi, misi,
serta strategi dari perusahaan tersebut. Di dalam proses operasi implementasi
strategi operasi harus berorientasi pada strategi korporasi/perusahaan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Perancangan Barang dan Jasa


Perancangan barang dan jasa pada dasarnya menetapkan proses
transformasi yang akan dilakukan. Keputusan perancangan akan
mempengaruhi keputusan biaya, kualitas dan sumber daya. Di dalam
memproduksi barang dan jasa ada tiga macam proses produksi yang dapat
digunakan sesuai volume produksi dari barang dan jasa yang akan dihasilkan.
Ketiga bentuk tersebut adalah make to order, make to stock dan assemble to
order.

2. Kualitas
Manajer operasi bertanggung jawab untuk dapat menjamin kualitas
produk atau jasa yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan. Untuk itu
Manajer Operasi dapat menjamin bahwa tahapan operasi yang dibangun
sudah mempertimbangkan jaminan kualitas sesuai standar yang telah
ditetapkan.

3. Perancangan Proses dan Kapasitas


Pilihan proses tergantung dari barang dan jasa yang dibuat. Keputusan
proses yang diambil mengikat manajemen akan teknologi, kualitas,
penggunaan SDM dan pemeliharaan. Komitmen pengeluaran dan modal ini
akan menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan. Terdapat tiga bentuk
proses yang dapat dipilih yaitu Project, Batch Production, Mass Production
dan Continues Productions.

4. Pemilihan Lokasi
Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa menentukan
kesuksesan perusahaan. Kesalahan yang dibuat pada saat ini akan
berdampak pada efisiensi perusahaan.

5. Perancangan Tata Letak


Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat karyawan,
keputusan teknologi dan keputusan persediaan semuanya mempengaruhi tata
letak.

6. Sumber Daya Manusia dan Rancangan Pekerjaan


Manusia merupakan bagian integral dan mahal dari seluruh rancangan
sistem. Karenanya kualitas lingkungan kerja yang diberikan, bakat dan
keahlian yang dibutuhkan dan upah harus ditentukan secara jelas.

7. Manajemen Rantai Pasokan


Keputusan ini menjelaskan apa yang dibuat dan apa yang dibeli. Dengan
mempertimbangkan pada kualitas, pengiriman dan inovasi kesemuanya harus
di tingkat harga yang memuaskan. Kepercayaan pembeli dan penjual sangat
dibutuhkan untuk proses pembelian yang efektif.

8. Persediaan
Keputusan persediaan bisa dioptimalkan hanya bila kepuasan pelanggan,
pemasok perencanaan produksi dan sumber daya manusia menjadi
pertimbangan

9. Penjadwalan
Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus dikembangkan
dengan mempertimbangkan sumber daya manusia dan fasilitas.

10. Pemeliharaan
Keputusan harus dibuat pada tingkat keandalan dan kestabilan yang
diinginkan. Sistem harus dibuat untuk menjaga keandalan dan kestabilan
tersebut.
Competitive Advantage dari integrasi ke seluruh komponen yang ada
akan berdampak jangka panjang jika dibandingkan dengan penekanan pada
produk dan jasa yang dihasilkan. Di samping itu, seluruh bagian dari
perusahaan diharapkan dapat menerjemahkan strategi korporasi menjadi
strategi operasi pada setiap bagian. Perumusan strategi korporasi menjadi
strategi operasi disebut dengan Policy Deployment. Di samping itu, dikenal
pula istilah balance scorecard yang merupakan alat untuk mengukur
performa dari suatu perusahaan. Mengingat strategi bersifat jangka panjang
dan dipengaruhi lingkungan luar pengetahuan akan isu-isu terbaru sangat
diperlukan bagi seorang manajer operasi.
Dalam lingkungan global sekarang ini ada empat jenis strategi operasi
yang dapat digunakan dalam menggapai peluang dalam lingkungan yang
semakin tanpa batas (global). Empat macam strategi tersebut adalah:
a. Strategi Internasional. Menggunakan ekspor dan lisensi untuk memasuki
pasar global.
b. Strategi Multidomestik. Membagi wewenang dengan memberi otonomi
yang cukup berarti pada setiap bisnis. Keputusan operasi tersebar di
setiap Negara untuk meningkatkan penanggapan lokal.
c. Strategi Global dimana keputusan operasi tersentralisasi pada kantor
pusat dengan melaksanakan koordinasi standarisasi dan pembelajaran
antara fasilitas sehingga dapat tercapai skala ekonomi produksi.
d. Strategi Tranasional memanfaatkan skala ekonomi dan pengetahuan juga
penekanan akan respons, dengan mengetahui bahwa kemampuan dasar
tidak hanya ada di negara asal tetapi juga dapat berada dimana saja.
B AB 2

Pengembangan Produk dan Jasa

P ENDA HULU AN

P ada umumnya tujuan suatu organisasi perusahaan adalah menyediakan


barang atau jasa yang dapat memuaskan pelanggannya. Untuk
menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan keinginan
pelanggan/konsumen maka melalui desain akan menghasilkan ide-ide baru
dalam pengembangan barang. Selain itu, perusahaan juga harus dapat
menyampaikan dengan cepat barang dan jasa ke tangan konsumen.
Pokok bahasan barang dan jasa kali ini akan membahas proses desain
dengan melihat pada kualitas barang/jasa dan peningkatan kapabilitas
strategik, dampak teknologi dalam desain dan perbaikan antara desain barang
dan jasa. Di dalam buku teks Operation Management karya Jay Heizer dan
Barry Render materi ini tercantum dalam chapter V.
Diharapkan sesudah mempelajari pokok bahasan ini Saudara
menjelaskan teknik-teknik dan teknologi mengenai pengembangan desain
barang dan jasa.

A. DESIGN PROCESS

Desain merupakan sebuah seni dan suatu proses desain harus dikelola
secara efektif. Perlu saudara ketahui, proses desain sangat bermanfaat dan
efektif untuk beberapa hal, antara lain:
1. menyelaraskan antara persyaratan-persyaratan yang diinginkan
pelanggan dengan karakteristik barang dan jasa yang akan
dikembangkan;
2. menjamin bahwa persyaratan-persyaratan yang diinginkan pelanggan
dibuat dengan biaya efisien;
3. mengurangi penggunaan waktu yang telah ditetapkan untuk desain
barang/jasa baru;
4. memperkecil perbaikan dalam membuat desain.

1. Perbedaan Barang dan Jasa


Sebelum membahas lebih jauh tentang topik ini, mari kita kaji beberapa
perbedaan barang dan jasa.
a. Jasa biasanya tidak berwujud.
b. Jasa biasanya diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan tidak
ada persediaan yang disimpan.
c. Jasa memiliki interaksi dengan pelanggan yang tinggi.
d. Jasa mempunyai definisi barang yang konsisten.

2. Siklus Hidup Produk


Produk tidak selama dapat diterima masyarakat sehubungan dengan
keinginan dan kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Kehidupan produk
terbagi empat fase yaitu perkenalan, pertumbuhan, kematangan dan
penurunan. Di samping mengembangkan produk seorang manajer operasi
juga harus siap untuk mengembangkan strategi yang berkaitan dengan
produk tersebut. Pengembangan strategi perlu mempertimbangkan fase dari
perkembangan produk mengingat pada setiap tahapan perkembangan, terjadi
perubahan baik dalam lingkungan internal maupun eksternal. Strategi dalam
setiap fase perkembangan dapat diterangkan sebagai berikut.
a. Fase Perkenalan Karena produk pada fase perkenalan teknik produksi
dan produk masih perlu dilakukan penyesuaian. Untuk itu perlu
dilakukan investasi berupa 1) penelitian, 2) pengembangan produk, 3)
modifikasi dan perbaikan proses dan 4) pengembangan produk. Di
samping itu, perlu dilakukan promosi dalam memperkenalkan produk
tersebut pada calon konsumen.
b. Fase Pertumbuhan dimana desain produk telah mulai stabil dan produk
telah mulai dikenal konsumen untuk selanjutnya dilakukan peramalan
terkait dengan kebutuhan kapasitas. Peningkatan kapasitas atau
penambahan kapasitas yang sudah atau perubahan siklus produksi perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan peningkatan permintaan.
c. Fase Kematangan, pada fase ini persaingan mulai bermunculan untuk itu
perlu dilakukan inovasi dan promosi dalam mempertahankan tingkat
permintaan. Di samping itu, pengendalian biaya perlu diberlakukan
dalam upaya meningkatkan pendapatan.
d. Fase Penurunan, Manajemen perlu bertindak tegas untuk produk yang
telah memasuki tahapan ini. Produk yang masuk tahap ini merupakan
produk yang buruk untuk investasi sumber daya dan kemampuan
manajerial. Kecuali produk tersebut memberikan kontribusi yang unik
bagi organisasi seperti mempertahankan reputasi maka produk tersebut
harus dihentikan.

Peluang dalam menghasilkan ide pengembangan produk baru dapat


dihasilkan melalui teknik brainstorming. Brainstorming akan efektif bila
peserta dapat memahami peluang-peluang sebagai berikut.
a. Memahami pelanggan.
b. Perubahan ekonomi.
c. Perubahan sosiologis dan demografis.
d. Perubahan teknologi.
e. Perubahan politik/peraturan.
F. Perubahan kebiasaan pasar, standar profesional, pemasok dan distributor.

3. Idea Generation
Proses desain mulai dari mengartikan pelanggan dan
mengidentifikasikan secara aktif kebutuhan pelanggan. Pada tahap ini, ide-
ide barang baru atau perbaikan keberadaan barang dapat digali dari beberapa
sumber, mencakup pemilik perusahaan, departemen R&D, komplain-
komplain dan saran-saran pelanggan, riset pemasaran, supplier, sales person,
karyawan pabrik, dan pengembangan teknologi baru. Selain itu, pesaing juga
sebagai sumber ide untuk barang dan jasa (lihat Gambar 1).
Pemasaran membawa ide-ide dan kebutuhan pelanggan yang
diidentifikasikan dari tahap pertama proses desain dan diformulasikan
sebagai alternatif konsep barang. Studi kelayakan dinilai dengan analisis
pasar melalui survei pelanggan, wawancara, dan tes pasar. Selanjutnya, dari
teknik dan analisis strategik menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti berikut
ini.
a. Apakah risiko atau investasi modal tinggi?
b. Apakah perusahaan mempunyai tenaga kerja dan management skill
untuk mendukung kebutuhan teknologi?
c. Apakah barang baru akan memberikan keunggulan bersaing bagi
perusahaan tersebut?

Pada preliminary desain, yang dilakukan oleh perusahaan adalah


membuat prototype, tes prototype, perbaikan desain, tes ulang, dan
sebagainya.
Dalam form design, menentukan bentuk, warna, ukuran, dan style
barang. Selain itu, image, permintaan pasar, dan identifikasi personal juga
merupakan bagian dari form design.
Pada functional design ditentukan bagaimana bentuk barang.
Pada production design menentukan simplification, standardization,
Barbarity.
Tahap terakhir, finally design terdiri dari gambar dan spesifikasi secara
detail barang baru dan jasa baru. Saat peluncuran barang dan jasa baru
melibatkan pemasaran dan produksi secara bersama-sama.
Supplier R&D Customer

Marketing Idea Generation Competitor

Product
Service Concept

Feasibility
study

Performance
Specification

Preliminary
Design Production
design
Revising & Testing
Prototypes
Functional Functional
design design
Design
Manufacturing or
Specification Delivery Spec.

Pilot run
And final test

Final Design &


Process Plan

New product or
Service launch

Gambar 1. Design Process

B. QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

QFD merupakan istilah yang dipakai untuk hal-hal berikut ini.


1. Menentukan rancangan fungsional yang dapat memuaskan konsumen.
2. Mewujudkan keinginan konsumen ke dalam suatu target rancangan.
Sejak awal proses produksi harus digunakan teknik ini agar dapat
ditentukan, di mana (dalam proses produksi tersebut) usaha peningkatan
mutu harus dilakukan.

Teknologi dalam Desain


Kemampuan perusahaan membawa barang barunya dengan cepat ke
pasar akan membawa perubahan dalam lingkungan dan perubahan
persaingan dalam manufaktur. Desain barang sangat diperkaya dengan
penggunaan CAD (Computer-Aided Design). Suatu sistem CAD yang
canggih memungkinkan perancang menentukan berbagai data rekayasa
dimulai dari mengembangkan sketsa kasar. CAD juga memungkinkan
perancang memastikan suku-suku cadangnya cocok satu sama lain sehingga
tidak akan ada hambatan saat suku cadang masuk proses perakitan.
Bidang teknologi CAD semakin menyatu dengan bidang teknologi CAM
(Computer-Aided-Manufacture) dan menggabungkannya sehingga disebut
program CAD/CAM.
Beberapa manfaat pendekatan CAD/CAM, antara lain:
a. mutu barang, CAD memberikan peluang kepada perancang untuk
menyelidiki lebih banyak lagi alternatif, antisipasi masalah-masalah dan
bahaya yang timbul lebih awal;
b. penurunan biaya produksi;
c. ketersediaan database;
d. kisaran baru kemampuan.
B AB 3

Proses Produksi dan Teknologi

P ENDA HULU AN

M asalah utama di dalam desain proses adalah tipe-tipe proses,


perencanaan proses, analisis proses dan reengineering proses. Tipe
proses produksi dipilih berdasarkan volume permintaan dan tingkat
standarisasi produk. Bab 3 pada buku panduan ini merujuk pada chapter 7
buku Operation Management yang ditulis oleh Jay Heizer dan Barry Render
Dengan mempelajari Bab 3 diharapkan Saudara dapat menjelaskan
proses produksi, tipe-tipe proses produksi, perencanaan proses, analisis
proses dan teknologi serta menjelaskan dan menerapkan tentang sumber daya
manusia dalam proses perencanaan strategik.

TIPE-TIPE PROSES PRODUKSI

Sebenarnya semua barang dan jasa dibuat dengan menggunakan


beberapa variasi pada satu dan empat strategi proses yaitu 1) fokus pada
proses, 2) fokus berulang, 3) fokus pada produk dan 4) mass customization.
Fokus pada proses memiliki kelebihan dalam variasi produk yang tinggi
dengan volume produksi rendah untuk masing-masing variasi.
Fokus Berulang, proses berulang berada antara strategi yang terfokus
pada produk dan proses. Contoh dari proses ini adalah makanan cepat saji
dan perakitan mobil.
Fokus pada produk, merupakan proses produksi dengan volume produksi
yang tinggi dengan variasi produk yang standar. Fasilitas produksi disusun
berdasarkan lintasan proses produksi. Proses ini disebut juga dengan proses
kontinu.
Fokus Mass Customization, merupakan pembuatan produk dan jasa yang
dapat memenuhi keinginan konsumen yang semakin unik secara cepat dan
murah.
Pembagian proses produksi menurut Russell dan Taylor dapat dilihat
sebagai berikut.

1. Proyek (Projects)
Proyek merupakan salah satu tipe produksi yang dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan secara individual. Suatu proyek akan melibatkan uang
dalam jumlah yang besar dan dilaksanakan dalam jangka waktu yang
panjang. Oleh karena itu, hanya ada sedikit pelanggan dan keterlibatan
pelanggan sangat tinggi. Para pelanggan akan sangat terlibat dalam desain
produk dan juga identifikasi bagaimana proyek akan dilaksanakan.

2. Kelompok Produksi (Batch Production)


Membuat produk satu per satu dan memperlakukan setiap produksi
sebagai sebuah proyek akan memakan waktu dan biaya yang sangat banyak.
Kebanyakan produk dapat dibuat lebih cepat dan murah apabila dibuat dalam
jumlah besar. Sistem produksi yang membagi proses produksinya ke dalam
kelompok-kelompok kecil atau batches disebut kelompok produksi.
Karakteristik kelompok produksi didasari oleh permintaan yang berfluktuasi,
waktu produksi yang pendek dengan beragam hasil produk dan jumlah
produk yang sedikit sampai sedang sesuai permintaan pelanggan.
Sistem kelompok produksi disebut juga job shops, contohnya suku
cadang mesin-mesin, printer, kue dan roti, pendidikan, serta furniture.
Keuntungan dari sistem ini adalah fleksibel, produk sesuai selera pelanggan
dan reputasi yang tinggi, sedangkan kerugiannya adalah biaya per unit yang
tinggi, spesifikasi produk yang sering berubah-ubah, penjadwalan yang sulit,
bervariasinya kapasitas yang diminta dan waktu pekerjaan yang panjang.

3. Produksi Massal (Mass Production)


Produksi massal atau produksi berulang digunakan oleh produsen yang
memerlukan standarisasi untuk produk yang dibuat dengan jumlah lebih
besar daripada kelompok produksi secara lebih ekonomis. Produk dibuat
untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi dan besar serta stabil
sepanjang waktu. Apabila stabil dan tingginya permintaan pasar, sistem
produksi disediakan untuk membuat produk yang pasti. Sistem ini
membutuhkan modal besar dan berulang, dengan peralatan khusus dan
kemampuan pekerja yang terbatas. Barang-barang yang diproduksi secara
massal, antara lain kendaraan bermotor, televisi, komputer, makanan siap saji
dan sebagian besar barang-barang konsumsi lainnya.
Keuntungan produksi massal adalah efisien, biaya per unit yang rendah,
berkurangnya pengawasan dan kecepatan produksi, sedangkan kerugiannya
adalah biaya peralatan yang tinggi, kemampuan keahlian pekerja yang
kurang, kesulitan beradaptasi terhadap perubahan, teknologi atau desain
produk baru dan kurangnya respons terhadap permintaan pelanggan individu.

4. Produksi Berkelanjutan (Continuous Production)


Sistem produksi ini digunakan untuk produk yang dibuat dalam jumlah
yang sangat besar dengan standarisasi yang jelas. Sistem telah secara
otomatis bekerja secara terus-menerus selama 24 jam sehari. Jadi, pekerja
hanya bertugas mengawasi peralatan bekerja. Produk dihasilkan terus-
menerus, tidak terputus, artinya jumlah produk telah terukur sebelumnya,
tidak perlu dihitung kembali. Logam, kertas, cat, bahan kimia, dan bahan
makanan termasuk ke dalam produksi berkelanjutan.
Keuntungan sistem ini adalah efisiensinya, artinya pengawasan dapat
dikurangi dan kapasitas produksi yang sangat besar. Sedangkan kerugiannya
adalah biaya investasi yang tinggi untuk peralatan, terbatasnya variasi produk
yang dapat dibuat, kurangnya daya adaptasi terhadap perubahan volume
produksi, mahalnya biaya perbaikan apabila ada kesalahan produksi, dan sulit
menjaga kecepatan produksi dengan teknologi baru.
Karakteristik empat tipe proses Russel dapat dilihat pada table berikut.
Sedangkan karakteristik empat tipe proses dari Heizer dan Render dapat
dilihat pada buku pegangan jilid 1 halaman 342.
Tabel 3. Karakteristik Proses Produksi
5. Perencanaan Proses
Perencanaan proses adalah sekumpulan dokumen yang berisi tentang
perincian pembuatan dan spesifikasi pengiriman produk. Perencanaan proses
terdiri dari berikut ini.
a. Cetak biru (blueprints): gambaran terperinci desain produk.
b. Daftar bahan kebutuhan: daftar yang berisi tentang bahan-bahan atau
barang-barang kebutuhan sebuah produk.
c. Alur perakitan atau diagram struktur produk: gambaran bagaimana
kombinasi macam-macam bahan membentuk sebuah produk.
d. Diagram proses operasi: diagram yang menunjukkan bagaimana sebuah
produk dibuat lengkap dengan waktu yang dibutuhkan, alat-alat atau
mesin-mesin yang diperlukan.
e. Kertas petunjuk arah: arah yang menunjukkan mesin-mesin atau unit
kerja yang dituju untuk pengolahan suatu produk.

Untuk produksi massal dan produksi berkelanjutan, perencanaan proses


hanya dibuat sekali saja di awal perencanaan proses dilakukan, sedangkan
pada kelompok produksi, perencanaan proses dibuat untuk setiap pekerjaan
atau bagian yang diproduksi tiap kelompok. Terakhir, pada proyek bahwa
perencanaan proses selalu berkaitan erat dengan setiap kegiatan yang ada
dalam jaringan proyek.
Perencanaan proses merupakan suatu proses yang sulit, panjang, dan
membosankan. Hal ini memerlukan keterampilan dari individu yang
memiliki pengetahuan tentang kapasitas fabrikasi pabrik, mesin dan
karakteristik proses, dan bahan baku.

6. Analisis Proses
Analisis proses adalah pengujian yang sistematis dari semua aspek suatu
proses dengan tujuan untuk meningkatkan operasinya artinya, membuat suatu
operasi lebih cepat, lebih efisien, lebih murah atau lebih peka terhadap
pelanggan. Alat-alat analisis proses terdiri dari 3 jenis, yaitu diagram alur
proses, diagram proses, dan peta proses.
Diagram alur proses pembuatan suatu produk atau jasa dapat dilihat dari
perspektif yang luas. Diagram ini menggunakan lima lambang standar untuk
menguraikan suatu proses, yaitu O (operasi), □ (inspeksi), ⇒ (transportasi),
D (keterlambatan) dan s (penyimpanan). Perincian dari tiap proses bukanlah
hal penting bagi diagram ini walaupun waktu dan jarak antarproses telah
termasuk di dalamnya. Baik aktivitas nonproduktif (inspeksi, transportasi,
keterlambatan, penyimpanan) maupun aktivitas produktif (operasi), diagram
alur proses mungkin juga digunakan untuk meneliti efisiensi satu rangkaian
proses dan menyarankan peningkatan suatu proses. Diagram alur proses juga
menyediakan suatu standarisasi metode langkah-langkah suatu proses dan
yang dapat digunakan sebagai suatu alat pelatihan.
Diagram alur proses hanyalah sebuah grafik yang menggambarkan
jalannya suatu proses secara nyata. Perincian setiap langkah diagram proses
ditampilkan dalam sebuah grafik sederhana. Titik-titik keputusan dapat
ditambahkan di dalamnya, secara paralel dengan alur proses. Diagram proses
yang lebih rumit dan kompleks biasa disebut peta proses.

7. Reengineering Process
Proses direncanakan sebagai jawaban atas fasilitas, produk, teknologi,
pasar atau harapan pelanggan baru. Proses harus dianalisis untuk peningkatan
secara berkesinambungan. Ketika usaha peningkatan berkesinambungan telah
dilakukan dan harapan tidak tercapai dengan proses yang ada maka telah
saatnya untuk mendesain ulang atau reengineer kembali proses itu. Jadi,
reengineering proses adalah desain ulang suatu proses secara total.
Proyek reengineering merupakan jawaban atas terobosan pencapaian
tujuan secara cepat dan dramatis. Biasanya 50% - 100% peningkatan
pencapaian tujuan diperoleh dalam jangka waktu 12 bulan. Dalam rangka
mencapai hasil menarik seperti itu, regu reengineering mulai dari selembar
kertas kosong dan memikirkan kembali semua aspek proses, dari mulai
tujuan sampai keluaran, struktur, teknologi, dan tugas. Hubungan antara
kemajuan berkelanjutan, peningkatan terobosan, dan reengineering.

8. Sumber Daya Manusia dalam Proses Perencanaan Strategik


Sebagian besar perusahaan berorientasi kualitas yang sukses, berhasil
mengenali pentingnya karyawan mereka ketika mengembangkan suatu
strategi persaingan. Sejak manajemen kualitas menjadi bagian dari desain
strategi perusahaan, dan peran karyawan merupakan aspek penting dari TQM
maka sangat mudah untuk mengenali peran sumber daya manusia yang rumit
di dalam suatu proses perencanaan strategik perusahaan.
Pada manajemen tradisional – hubungan dengan karyawan, karyawan
diberi pengarahan yang sangat ketat untuk menggambarkan sasaran hasil
individu. Mereka mendapatkan penghargaan berdasar hasil pencapaian
individu setelah bersaing dengan rekan kerjanya. Sering kali karyawan yang
memperoleh penghargaan akan membuat kecemburuan karyawan lain,
sedangkan pada program TQM yang sukses, karyawan diberi batasan yang
luas dalam pekerjaannya, mereka didorong untuk berimprovisasi, dan mereka
mempunyai inisiatif untuk memperbaiki dan mencegah suatu masalah yang
terjadi. Tujuan utama strategis adalah layanan pelanggan dan mutu sebagai
ganti laba maksimum atau biaya minimum, dan penghargaan didasarkan pada
prestasi kelompok, sedangkan sebagai ganti pelatihan terbatas untuk
pekerjaan spesifik, karyawan dilatih dengan keterampilan yang luas sehingga
mereka mengetahui lebih banyak tentang keseluruhan proses produktif,
membuat mereka lebih fleksibel di tempat mereka bekerja.

9. Elemen-elemen Job Design


Elemen-elemen job desain terbagi menjadi 3 kategori, yaitu analisis
tugas (analysis of tasks), kebutuhan karyawan (worker requirement) dan
lingkungan pekerjaan (job environmental). Kategori-kategori ini merujuk
pada pertanyaan bagaimana pekerjaan dilakukan? Siapa yang mengerjakan?
Di mana dilakukannya?
10. Analisis Tugas (Analysis of Tasks)
Analisis tugas bertujuan mengetahui bagaimana suatu tugas
dilaksanakan dan bagaimana menyatukan seluruh tugas untuk membentuk
suatu pekerjaan. Analisis-analisis tersebut meliputi tugas-tugas individu,
penentuan urutan pekerjaan yang paling efisien mereka, jangka waktu
penyelesaian pekerjaan, hubungan dengan tugas lain dan frekuensi tugas-
tugas yang ada. Analisis tugas harus terperinci sedemikian rupa sehingga
langkah demi langkah prosedur penyelesaian suatu pekerjaan dapat diikuti.
Urutan tugas dalam suatu pekerjaan harus tersusun secara logis, contohnya
sebuah topi, bahan-bahan topi harus digunting dahulu sesuai pola sebelum
dijahit, setelah selesai dijahit, kemudian baru dapat dipakai. Pencapaian
kebutuhan suatu tugas meliputi jangka waktu penyelesaian tugas, akurasi,
produktivitas, dan kualitas.

11. Analisis Karyawan (Worker Analysis)


Analisis karyawan bertujuan mengetahui karakteristik yang harus
dimiliki seorang karyawan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, tanggung
jawab yang diembannya dan imbalan yang akan diperolehnya. Beberapa
pekerjaan memerlukan kemampuan dan kekuatan fisik, sedangkan pekerjaan
lainnya tidak. Penaksiran kebutuhan fisik tidak hanya untuk meyakinkan
ketepatan seorang karyawan ditempatkan di suatu pekerjaan, tetapi juga
untuk mengetahui apakah beban pekerjaan fisik terlalu berlebihan atau tidak
sehingga diperlukan pengaturan kembali.

12.  Analisis Lingkungan (Environmental Analysis)


Analisis lingkungan didasari oleh lokasi fisik pekerjaan dalam fasilitas
produksi dan kondisi lingkungan yang seharusnya ada. Kondisi-kondisi ini
termasuk suhu, penerangan, dan ventilasi yang tepat, Misalnya, produksi
microchips memerlukan tempat yang sangat bersih, suhu yang terkontrol, dan
lingkungan yang tertutup.

13.  Analisis Pekerjaan (Job Analysis)


Salah satu bagian dari desain pekerjaan ialah studi tentang metode-
metode yang digunakan dalam suatu pekerjaan, termasuk di dalamnya
melihat bagaimana suatu pekerjaan harusnya dilaksanakan. Biasanya masalah
ini disebut analisis metode atau metode-metode pekerjaan.
Analisis metode digunakan untuk me-redesign atau mengembangkan
pekerjaan-pekerjaan yang ada. Seorang analis akan mempelajari pekerjaan
yang ada sekarang, kemudian menentukan apakah telah dilaksanakan
seefisien mungkin, apakah tugas-tugas yang ada telah cukup atau perlu
ditambahkan tugas-tugas baru. Analis perlu juga melihat bagaimana
kecocokan sebuah pekerjaan dengan pekerjaan lainnya.
Analisis metode digunakan juga untuk mengembangkan pekerjaan-
pekerjaan baru. Dalam kasus ini, analis harus bekerja dengan sebuah
deskripsi atau garis-garis besar usulan pekerjaan dan mencoba untuk
mengembangkan suatu gambaran mental bagaimana pekerjaan akan
dilakukan.
Alat-alat analisis metode yang utama adalah berbagai tabel yang
menggambarkan cara-cara yang berbeda tentang bagaimana suatu pekerjaan
atau proses pekerjaan dilaksanakan. Tabel ini memberi kesempatan para
penyelia, manajer, dan karyawan untuk melihat bagaimana suatu pekerjaan
diselesaikan dan untuk mendapatkan umpan balik dan masukan dari mereka
atas desain atau me-redesign proses pekerjaan. Ada dua tabel yang paling
populer, yaitu diagram alur proses (process flowchart) dan tabel mesin
karyawan (worker-machine chart).
Diagram alur proses (process flowchart) ialah grafik yang menunjukkan
langkah-langkah penyelesaian suatu pekerjaan. Sedangkan tabel mesin
karyawan (worker-machine chart) ialah tabel yang menunjukkan waktu yang
dibutuhkan karyawan dan mesin-mesin untuk bekerja secara efisien.

14. Pengukuran Pekerjaan (Work Measurement)


Pengukuran pekerjaan (work measurement) adalah ukuran yang
menunjukkan seberapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Dalam mengatur sumber daya manusia, para manajer perlu
mengetahui berapa banyak karyawan dapat bekerja selama periode waktu
tertentu. Jika tidak, mereka tidak akan bisa merencanakan jadwal produksi.
Tanpa mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, perusahaan tidak akan dapat menentukan harapan pelanggan pada
waktu pengiriman atau pelayanan.
Secara tradisional, estimasi waktu penyelesaian suatu pekerjaan disebut
time study, yang diperoleh dengan cara menghitung waktu yang digunakan
dalam penyelesaian suatu bagian pekerjaan. Total waktu yang diperoleh
merupakan penjumlahan waktu dari beberapa bagian pekerjaan, kemudian
disesuaikan dengan rata-rata waktu pekerja serta waktu keterlambatan yang
tak terelakkan, hasilnya disebut waktu standar (standard time). Jadi, waktu
standar (standard time) adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja
normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam keadaan dan situasi
normal.
B AB 4

Fasilitas

P ENDA HULU AN

P ada topik kali ini akan disampaikan materi Dasar-dasar Layout,


mendesain Layout proses dan mendesain Layout produk. Pembahasan
pada bab ini merujuk pada chapter 9 buku Operation Management Jay
Heizer dan Barry Render
Kita mengetahui bahwa perencanaan, analisis, teknologi, dan perbaikan
proses dalam manajemen perusahaan sangat menentukan keputusan layout
yang akan digunakan. Keputusan layout ini menggambarkan bagaimana
perusahaan bersaing di pasar, kekuatan keputusan produk, dan kemudahan
mencapai tujuan perusahaan.
Diharapkan setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan
mengenai jenis-jenis layout suatu proses produksi dan bagaimana cara
mendesain suatu layout.
Definisi strategi proses perusahaan adalah berikut ini (Russell, 2003)).
1. Capital intensity.
2. Process flexibility.
3. Vertical integration.
4. Customer involvement.

PERENCANAAN PROSES

Perencanaan proses menerangkan bagaimana sebuah produk akan


diproduksi dan suatu jasa akan disediakan. Perencanaan proses juga
memutuskan suatu komponen/alat yang spesifik akan dibuat sendiri atau akan
dibeli dari supplier. Dalam keputusan membuat sendiri atau membeli dari
supplier suatu komponen produk, perusahaan dihadapkan pada berbagai
pilihan dalam memproduksi sendiri komponen atau membeli komponen yang
dibutuhkan dari pihak eksternal. Memilih salah satu dari berbagai pilihan
tersebut dikenal dengan keputusan membuat atau membeli. Keputusan
membuat atau membeli membedakan antara apa yang ingin diproduksi
dengan apa yang akan dibeli oleh perusahaan. Banyak produk dapat dibeli
sebagai produk standar yang diproduksi pihak lain.
Dalam keputusan membuat atau membeli, dalam evaluasinya perusahaan
dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini.
1. Cost.
2. Capacity.
3. Quality.
4. Speed.
5. Reliability.
6. Expertise.

1. Desain Tata Letak


Tata letak (layout) merupakan salah satu keputusan yang menentukan
efisiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang. Tata letak memiliki
berbagai implikasi strategis karena tata letak menentukan daya saing
perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta mutu
kehidupan kerja.
Tata letak yang efektif dapat membantu perusahaan dalam mencapai hal-
hal berikut.
a. Pemanfaatan yang lebih besar atas ruangan, peralatan, dan sumber daya
manusia.
b. Arus informasi, bahan baku, dan manusia yang lebih baik.
c. Lebih memudahkan konsumen serta interaksi dengan pelanggan
d. Peningkatan moral karyawan dan kondisi kerja yang lebih aman.
e. Fleksibilitas (bagaimana tata letak sekarang dan bagaimana tata letak
tersebut akan diubah).

Tujuan dari strategi tata letak adalah untuk mengembangkan tata letak
yang ekonomis yang dapat membantu pencapaian ke empat hal di atas,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan perusahaan untuk bersaing.
Bagaimana perusahaan yang berbeda-beda secara luas menggunakan tata
letak untuk mendukung strategi mereka. Dalam buku dicontohkan, Bandara
Internasional Pittsburgh, merupakan terminal bandara yang baru, berbentuk
huruf X dan jalur pendaratan pesawatnya ada dua. Kedua hal ini
menyebabkan berkurangnya keterlambatan penerbangan, penumpang
pesawat lebih merasa nyaman, biaya bahan bakar menurun, menambah
kecepatan pada saat tinggal landas, dan kota menjadi pusat dan lokasi
bisnis/konferensi yang lebih menarik. Kriteria tata letak dalam mendesain
bandara mencakup berkurangnya macet, jarak, dan keterlambatan.
Macam pendekatan dalam penyusunan tata letak adalah sebagai berikut.

a. Tata letak dengan posisi tetap


Diperuntukkan untuk memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek
besar seperti pembuatan kapal laut dan gedung. Pada kondisi ini produk
tidak bergerak sementara peralatan dan pekerja datang pada tempat tersebut.

b. Tata letak yang berorientasi pada proses


Layout proses sering dikenal juga sebagai layout fungsional yang
menggambarkan sebagai aktivitas bersama dalam departemen atau pusat
kerja proses atau fungsi. Karakteristik layout proses adalah proses operasi
intermittent. Suatu perusahaan dengan menggunakan proses intermittent, di
mana aliran proses dari bahan baku sampai menjadi produk akhir dapat
berbeda. Dalam suatu department store, pakaian wanita, pakaian pria,
pakaian anak-anak, kosmetik, dan sepatu dialokasikan pada departemen yang
terpisah.
Layout proses dalam perusahaan manufaktur membutuhkan
pemeliharaan peralatan yang fleksibel (seperti forklifts) yang dapat mengikuti
banyak jalan atau lorong-lorong kecil, pindah ke beberapa arah sesuai
petunjuk dan dapat membawa beban yang banyak sekali dan barang dalam
ukuran besar dalam proses produk.
Layout proses dalam perusahaan jasa membutuhkan jalan yang besar
untuk konsumen maju, mundur dan seterusnya, serta tempat display yang
luas dan banyak untuk mengakomodasi pilihan konsumen yang berbeda,
sedangkan keunggulan pada layout produk adalah efisiensi dan memudahkan
pengguna.

c. Tata letak yang berorientasi pada produk


Layout produk sesuai untuk produksi massal dengan permintaan cukup
tinggi. Produk atau jasa merupakan suatu standar yang dibuat untuk
memenuhi permintaan pasar bukan untuk konsumen khusus. Apabila
permintaan tinggi, layout produk lebih tepat digunakan daripada layout
proses. Perbandingan layout produk dan layout proses dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut.

d. Tata letak kantor


Menempatkan para pekerja dan peralatan kerja dan ruangan /kantor
yang melancarkan aliran informasi. Teknik yang dapat digunakan dalam
menyusun tata letak kantor antara lain diagram hubungan (relationship
chrat).

e. Tata letak gudang


Melihat kelebihan dan kekurangan antar ruangan dan system penanganan
bahan

f. Tata letak ritel


Menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku
pelanggan.
Tabel 4.
Perbandingan Layout Produk dan Layout Proses
Product Layout Process Layout
Description Sequential arrangement Functional grouping of activities
Of activities

Type of process Continuous, mass Intermittent, job shop,


production batch production, mainly
Mainly assembly fabrication

Product Varied, made to order


Demand Standardized, made to stock Fluctuating
Volume stable Low
Equipment Hight General purpose
Workers Special purpose Varied skills
Inventor Limited skills High in-process, low finished
Low in-process, hight good
finished
Storage space Good
Material Handling Large
Aisles Small Variable path (forklift)
Scheduling Fixed path Wide
Layout decision Narrow Dynamic
Goal Part of balancing Machine location
Advantage Line balancing Minimize material handling cost
Equalize work at each Flexibility
station
Efficiency

Tata letak yang baik telah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.


1. Peralatan dan penanganan bahan, pihak manajemen harus memutuskan
mengenai peralatan yang akan digunakan seperti ban berjalan, kereta
otomatis.
2. Kapasitas dan persyaratan luas ruangan. Desain tata letak dan
penyediaan ruang baru dapat dilakukan setelah jumlah, pekerja jenis dan
jumlah mesin dan kebutuhan bahan baku dan barang jadi diketahui
3. Lingkungan hidup dan estetika, pertimbangan keleluasaan pribadi,
keasrian lingkungan sebagai bagian yang perlu diperhatikan dalam tata
letak.
4. Aliran informasi, komunikasi dan aliran informasi serta barang sangat
terkait dengan efisiensi dan efektivitas kerja.
5. Biaya perpindahan antar wilayah yang berbeda, jarak antar bagian dan
volume aliran barang serta spesifikasi barang perlu menjadi
pertimbangan dalam penyusuan tata letak. Volume aliran barang serta
spesifikasi barang dapat menjadi pertimbangan untuk menyusun tata
letak yang berdekatan atar dua bagian.
B AB 5

Manajemen Proyek

P ENDA HULU AN

M anajemen proyek adalah manajemen dari suatu proyek untuk


mengembangkan dan menerapkan suatu inovasi atau perubahan
dalam suatu proses operasi. Perencanaan proyek dan pengawasan aktivitas
proyek, subjek sumber daya dan kendala keuangan dituangkan dalam suatu
skedul, contoh pembangunan rumah, pabrik, pusat perbelanjaan, stadion,
saluran minyak, pengembangan dan penerapan sistem komputer baru,
perencanaan konser musik, turnamen olahraga, peluncuran produk baru ke
pasar.
Pada Bab 5 ini akan membahas unsur-unsur manajemen proyek, Gantt
Chart, CPM/PERT, waktu aktivitas probabilistik.
Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan Anda dapat
menganalisis mengenai pelaksanaan suatu proyek serta tindakan-tindakan
yang perlu dilakukan agar proyek dapat selesai tepat pada waktunya.
Proyek khusus yang memerlukan waktu bulanan atau tahunan biasanya
dibuat di luar sistem produksi normal. Organisasi proyek dalam suatu
perusahaan adalah menetapkan untuk menangani banyak pekerjaan dan
sering kali dibubarkan pada saat proyek telah selesai. Manajemen proyek
besar mencakup tiga fase sebagai berikut.
1. Perencanaan, meliputi penetapan tujuan, pendefinisian proyek, dan
organisasi tim
2. Penjadwalan, menghubungkan orang, uang, dan supplies ke aktivitas
khusus dan menghubungkan aktivitas dengan yang lainnya.
3. Pengendalian, mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran.

Pada bab ini akan memfokuskan pada manajemen proyek dengan


menggunakan teknik penjadwalan jaringan kerja PERT dan CPM.
A. PERENCANAAN PROYEK

Perencanaan sebuah proyek mensyaratkan tujuan suatu proyek harus


didefinisikan secara jelas sehingga tim dan manajer tahu apa yang
diharapkan. Seluruh step kegiatan dalam proyek harus lengkap diidentifikasi.
Aktivitas adalah kinerja dari pekerjaan individual atau usaha kerja, di
mana di dalamnya terdapat tenaga kerja, sumber daya, waktu, dan subjek
pengendalian manajemen atau supervisi. Satu aktivitas diidentifikasi,
kemudian aktivitas lain mengikutinya atau berhubungan satu dengan lainnya.
Dalam perencanaan harus dapat ditentukan pekerjaan/aktivitas mana yang
lebih dulu dikerjakan dan aktivitas mana yang mengikutinya, secara visual
digambarkan dalam bentuk grafik yang dinamakan jaringan kerja dan bila
digambarkan, seperti gambar berikut.

A B
1 2 3

Gambar 1. Net Working

Jaringan kerja ini menggambarkan hubungan antara dua aktivitas A


diikuti aktivitas B.
Aktivitas proyek harus mempunyai jadwal. Jadwal merupakan
bagaimana menentukan estimasi waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas,
kemudian menggunakan estimasi tersebut untuk mengembangkan jadwal
proyek secara keseluruhan dalam mencapai penyelesaian suatu proyek. Jika
estimasi waktu sangat panjang maka harus dapat mengurangi waktu proyek
karena waktu yang panjang biasanya sumber daya yang digunakan pun lebih
banyak.
Elemen-elemen dalam proses perencanaan proyek adalah sebagai
berikut.
1. Penentuan tujuan proyek.
2. Identifikasi aktivitas.
3. Membangun hubungan antaraktivitas.
4. Memperkirakan waktu.
5. Membuat penjadwalan sesuai urutan.
6. Menentukan kebutuhan sumber daya.

B. WORK BREAKDOWN STRUCTURE (WBS)

Work Breakdown Structure (WBS), seperti pada Gambar 3 adalah


metode perencanaan proyek, suatu organisasi kerja untuk melaksanakan
suatu proyek. Dalam WBS suatu proyek membagi ke dalam komponen besar,
komponen-komponen ini, kemudian terbagi lagi dalam subdivisi, selanjutnya
dibagi lagi dalam tugas-tugas individu.
C. GANTT CHART

Gantt chart merupakan teknik manajemen tradisional untuk penjadwalan


dan perencanaan proyek skala kecil yang mempunyai jumlah aktivitas relatif
sedikit. Teknik ini sering disebut juga bar chart. Teknik Gantt chart
dikembangkan oleh Henry Gantt, seorang insinyur bidang industri, kemudian
terkenal dengan alat penjadwalan proyeknya yang sampai sekarang banyak
digunakan.

Bulan
Aktivitas

Desain rumah & dana

Membuat Fondasi

Pengadaan Material

Membangun rumah

Memilih warna cat

Memilih karpet

Penyelesaian pekerjaan

1 3 5 7 9
Waktu

Gambar 2. Gantt Chart

Sebuah contoh diagram gantt chart ditunjukkan dalam gambar di atas,


ilustrasi mengenai pembangunan sebuah rumah selama 9 bulan,
menunjukkan diagram gantt chart dapat dipergunakan untuk menunjukkan
sebab-sebab penundaan.
D. PERT DAN CPM

PERT dan CPM, dua teknik jaringan yang banyak dipergunakan dan
perlu dibicarakan secara singkat, memiliki kemampuan untuk
memperkirakan hubungan utama dan kegiatan yang saling terkait dalam
proyek yang rumit. PERT dan CPM memiliki batasan dalam diagram Gantt
yang lebih mudah. Bahkan dalam proyek besar, diagram Gantt dapat
dipergunakan sebagai ringkasan status proyek dan dapat melengkapi
pendekatan jaringan lain. PERT dan CPM dibuat untuk membantu para
manajer proyek dalam melakukan penjadwalan, melakukan pengawasan dan
mengendalikan proyek yang besar dan kompleks.
Apa pun pendekatan yang dipergunakan oleh manajer proyek,
penjadwalan menyediakan beberapa manfaat sebagai berikut.
1. Menunjukkan hubungan tiap aktivitas kepada yang lainnya dan kepada
seluruh proyek.
2. Menunjukkan hubungan utama di antara kegiatan-kegiatan.
3. Mendorong penentuan waktu yang diperlukan dan perkiraan biaya untuk
setiap kegiatan.
4. Membantu meningkatkan kegunaan sumber daya manusia, uang, dan
material dengan identifikasi hambatan kritis dalam proyek.

1. Kerangka PERT dan CPM


Ada enam langkah yang terdapat di PERT dan CPM, prosedurnya adalah
sebagai berikut.
a. Mendefinisikan proyek dan semua aktivitas atau tugas.
b. Membuat keterkaitan antara aktivitas-aktivitasnya. Putuskan aktivitas
mana yang harus mendahului dan mana yang harus mengikuti yang lain.
c. Menggambar jaringan yang menghubungkan semua aktivitas.
d. Membebankan estimasi waktu dan/atau biaya ke masing-masing
aktivitas.
e. Menghitung jalur waktu paling panjang melalui jaringan tersebut dan ini
disebut dengan jalur kritis.
f. Gunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan dan
pengendalian proyek.

2. Aktivitas, Kejadian, dan Jaringan


Tahap pertama dalam PERT adalah untuk membagi keseluruhan proyek
ke dalam kejadian dan aktivitas. Suatu kejadian menandai mulainya atau
selesainya tugas atau aktivitas tertentu. Suatu aktivitas, di sisi lain, adalah
suatu tugas atau subproyek yang terjadi antara dua kejadian. Gambar berikut
menunjukkan simbol yang dipergunakan untuk mewakili kejadian dan
aktivitas.
kejadian

1 2 3

Aktivitas

Gambar 3. Aktivitas Kejadian dan Jaringan

Kejadian: menunjuk ke waktu, biasanya tanggal penyelesaian atau tanggal


dimulainya.
Aktivitas:Suatu tugas atau jumlah kerja tertentu yang diperlukan di dalam
proyek.
Gambar 5.4 di atas merupakan urutan aktivitas dengan kejadian awal dan
akhir.

3. Aktivitas Dummy (Aktivitas Model)


Anda mungkin menghadapi suatu jaringan kerja yang memiliki dua
aktivitas dengan kejadian awal dan akhir yang identik. Aktivitas model bisa
disisipkan dalam jaringan kerja yang menunjukkan hubungan yang harus
didahulukan daripada untuk mengatasi masalah. Penggunaan aktivitas model
dan kejadian adalah penting pada saat digunakan untuk menentukan jalur
kritis, waktu penyelesaian proyek, selisih proyek, dan sebagainya. Berikut ini
merupakan contoh aktivitas model dan kejadian.
Lihatlah aktivitas membangun rumah, menurut jaringan, kedua aktivitas
pemesanan material dan membuat fondasi harus diselesaikan sebelum
membangun rumah, tetapi kenyataannya hanya aktivitas membuat fondasi
yang harus diselesaikan. Dengan demikian, jaringan itu tidak benar.
Penambahan aktivitas model dan kejadian model bisa mengatasi masalah ini.
Dummy dari Gantt Chart digambarkan jaringan kerja sebagai berikut.

Lay Foundation Dummy

Finish
Build Work
1 2 4 House 6 7
Design house Order and
And obtain financing Receive material
Select Select
paint Carpet

Gambar 4. Aktivitas Dummy

4. Analisis Jalur Kritis


Analisis jalur kritis adalah untuk menentukan kuantitas masing-masing
aktivitas berikut ini.
ES – waktu mulai aktivitas paling awal. Semua aktivitas yang
mendahuluinya harus diselesaikan sebelum suatu aktivitas bisa
dimulai. Ini adalah waktu paling awal suatu aktivitas untuk bisa
dimulai.
LS – waktu mulai aktivitas paling akhir. Semua aktivitas berikut harus
diselesaikan tanpa menunda keseluruhan proyek. Ini adalah waktu
paling akhir bagi aktivitas untuk bisa dimulai tanpa menunda
keseluruhan proyek.
EF − waktu penyelesaian aktivitas paling awal.
LF − waktu penyelesaian aktivitas paling akhir.
S – waktu slack/waktu mundur aktivitas, yang sama dengan (LS – ES)
atau (LF – EF)

Untuk lebih jelasnya dapat kami sampaikan dalam ilustrasi berikut ini
(Gambar 5).

(ES=5, EF=5)
(ES=3, EF=5)

(ES=8, EF=9)
1 2 4 6 7

(ES=3, EF=4) (ES=5, EF=8)


(ES=0, EF=3)
(ES=6, EF=7)
(ES=5, EF=6)

Gambar 5. Analisis Jalur Kritis

5. Estimasi Waktu yang Bersifat Probabilistik


Pada penyusunan jaringan kerja pembangunan rumah pada bagian
sebelumnya kita telah membicarakan waktu kegiatan dengan nilai tunggal
dengan menggunakan estimasi waktu untuk satu kegiatan. Dengan demikian,
diasumsikan waktu kegiatan telah diketahui. Mengingat setiap proyek
bersifat unik, di mana tersedia sedikit data yang dapat digunakan dalam
memperkirakan waktu kegiatan. Hal ini yang merupakan perbedaan dari
CPM dan PERT, di mana PERT menggunakan waktu kegiatan yang bersifat
probabilistik.
Pendekatan yang dilakukan menggunakan PERT pada estimasi waktu
kegiatan dengan menentukan 3 estimasi waktu kegiatan, yaitu estimasi waktu
rata-rata dan varian dari waktu rata-rata. Perhitungan varian dilakukan
dengan menggunakan distribusi beta dengan terlebih dahulu menentukan
waktu yang sering terjadi (m), waktu optimistik (a) dan waktu pesimistis
(b). Waktu yang sering terjadi walaupun bersifat subjektif, tetapi berdasarkan
hasil yang sering terjadi dari pengamatan yang berulang-ulang terhadap
penyelesaian suatu kegiatan. Waktu optimis merupakan waktu tercepat
dalam menyelesaikan suatu kegiatan dengan kondisi seluruh kegiatan
berjalan tanpa hambatan. Sedangkan waktu pesimistis adalah waktu terlama
dalam menyelesaikan suatu kegiatan dengan perkiraan terjadi hambatan di
dalam seluruh aktivitas. Perhitungan rata-rata penyelesaian suatu kegiatan
adalah sebagai berikut.

a + 4m+ b
Rata-rata (mean) t =
6
2
æb - a ö÷
Varian 2 = ççç ÷
è 6 ø÷
(harap pelajari Contoh 6.1 halaman 234 buku Russell)

6. Analisis Jaring Kerja CPM atau PERT dengan Menggunakan


POM/QM
POM/QM pada program Windows dilakukan berdasarkan perhitungan,
seperti latihan 6.1. Metode CPM/PERT mengasumsikan waktu kegiatan
adalah bersifat independen, di mana seluruh waktu kegiatan dan variannya
dapat dijumlahkan sehingga didapatkan waktu penyelesaian dari proyek dan
variannya. Lebih lanjut diasumsikan bahwa rata-rata dari jaringan kerja
berdistribusi normal. Asumsi ini berdasarkan prinsip nilai tengah dari suatu
kemungkinan. Analisis kemungkinan dengan menggunakan jaringan kerja
CPM/PERT diukur berdasarkan berapa besar kemungkinan proyek dapat
diselesaikan dalam periode waktu yang ditetapkan terhadap rata-rata dan
varian dari sebaran normal. Perhitungan nilai kemungkinan tersebut
menggunakan rumus sebagai berikut.
x- 
Z=

Di mana  = tp = waktu rata-rata proyek


 = Deviasi
Z = standar deviasi x dari nilai rata-rata
X = waktu yang diharapkan
(Pelajari Contoh 6.2 dan 6.3 halaman 238 Management Operation Russell)

Sering kali oleh karena satu dan lain hal adakalanya skedul pelaksanaan
proyek dilakukan pengurangan dalam upaya mencapai batas waktu
penyelesaian proyek. Dengan kata lain proyek harus dapat diselesaikan lebih
cepat dari yang tercantum pada analisis jaringan kerja CPM/PERT. Untuk
dapat mengurangi skedul tersebut dilakukan dengan mempekerjakan lebih
banyak tenaga kerja ataupun menambah waktu kerja yang berdampak
terhadap penambahan sumber daya (material, mesin dan lain-lain). Dengan
ini biaya pelaksanaan proyek akan meningkat. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis yang berkaitan dengan waktu dan biaya. Pengurangan
waktu pelaksanaan proyek ini yang disebut Project Crashing. Project
Crashing dilakukan dengan mengurangi waktu pengerjaan dari satu kegiatan
yang kritis menjadi lebih cepat dari waktu pengerjaan yang normal.
Pengkajian crashing dilakukan terhadap seluruh aktivitas dengan
pertimbangan waktu yang tercepat dan biaya yang termurah, dengan
perhitungan sebagai berikut.

Total crash cost


Total crash time
Di mana:
total crash cost = crash cost – normal cost
total crash time = crash time – normal time
B AB 6

Manajemen Rantai Supply

P ENDA HULU AN

S upply Chain Management (SCM) merupakan kegiatan dalam rangka


memperoleh bahan baku, mentransformasikan bahan baku tersebut
menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta mengirimkan produk
tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini
mencakup fungsi pembelian antara pemasok dan distributor.
Pada bab ini akan membahas mengenai manajemen rantai Supply,
informasi dalam rantai Supply, Supplier, E-Procurement, distribusi,
transportasi, dan metode transportasi.
Setelah selesai mempelajari bab 6 ini Anda diharapkan dapat
menjelaskan mengenai manajemen rantai pasokan mulai dari pengadaan
barang sampai mendistribusikannya ke konsumen.

A. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

Supply Chain Management (SCM) meliputi penetapan pengangkutan,


pentransferan kredit dan tunai, supplier, distributor, utang dan piutang,
pergudangan, pemenuhan pesanan, mendistribusikan informasi tentang
ramalan permintaan, produksi, dan kegiatan mengendalikan persediaan.
Supply Chain Management (SCM) diartikan sebagai mengelola aliran
informasi melalui supply chain (rantai pemasok) untuk mencapai tingkat
kesesuaian dan akan membuat organisasi lebih respons terhadap kebutuhan
konsumen dengan biaya total rendah.
SCM berkaitan dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok ke
produksi, gudang, distribusi sampai konsumen.
Sementara perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing mereka
melalui penyesuaian produk, kualitas, pengurangan biaya, dan kecepatan
mencapai pasar, juga perusahaan memberi penekanan tambahan terhadap
rantai pasokan, Selain itu, pembelian juga merupakan inti dari kegiatan SCM.
Keterkaitan manajemen rantai pasokan dengan strategi operasi dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini.

Strategi Biaya
Strategi Respons Strategi Diferensiasi
Rendah
Tujuan Penuhi permintaan Menanggapi Penelitian pangsa
Pemasok dengan biaya perubahan kebutuhan pasar bersama-
serendah mungkin dengan cepat untuk sama dengan
meminimkan habisnya pengembangan
persediaan produk
Kriteria Pilih pemasok Pilih karena kapasitas, Pilih karena
Pemilihan terutama karena kecepatan dan keterampilan
Dasar biaya fleksibilitas pengembangan
produk
Karakteristik Mempertahankan Menanam modal Proses modular
Proses utilitas rata-rata yang dalam kapasitas yang menuju mass
tinggi berlebih dan proses production
yang fleksibel
Karakteristik Meminimalkan Kembali ke sistem Meminimalkan
Persediaan persediaan di cepat tanggap, dengan persediaan dalam
seluruh rantai untuk menyediakan rantai untuk
menekan biaya persediaan cadangan menghindari produk
usang
Karakteristik Memendekkan lead Menanamkan investasi Menanamkan
Lead Time time sepanjang tidak secara agresif untuk investasi secara
meningkatkan biaya mengurangi lead time agresif untuk
produksi mengurangi lead
time pengembangan
Karakteristik Memaksimalkan Menggunakan desai Menggunakan desai
Desain Produk kinerja dan produk dengan waktu modular untuk
meminimalkan biaya set up yg rendah menunda
diferensiasi selama
mungkin

B. INFORMASI DALAM SUPPLY CHAIN

Informasi merupakan hubungan yang sangat esensial antara proses


supply chain dan aktivitas-aktivitas yang mencakup para supplier,
manufacturers/produsen, distributor, retailer, dan konsumen.
Beberapa aplikasi teknologi informasi yang lebih populer saat ini untuk
Supply Chain Management (SCM) adalah electronic business, electronic
data interchange (EDI), bar coding, the internet, intranets dan extranets,
serta the word wide web.

1. Electronic Business
Electronic Business sering disebut sebagai e-commerce menunjuk pada
penggantian proses fisik pada elektronik, merupakan aplikasi interaksi antara
perusahaan yang berbeda, seperti interaksi antara individu dan perusahaan.

2. Electronic Data Interchange (EDI)


Electronic Data Interchange (EDI) merupakan format data transmisi
yang terstandardisasi dalam satu format standar untuk komunikasi
antarorganisasi secara elektronik. Penggunaan EDI selain untuk
menghubungkan anggota supply chain juga dapat mengurangi/menekan
biaya.

3. Supplier
Pembeli perlu membentuk hubungan jangka panjang dengan supplier
yang komitmen. Supplier jangka panjang cenderung akan memahami
sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan hanya
beberapa pemasok dapat menciptakan nilai dengan memungkinkan pemasok
mempunyai skala ekonomis yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya
produksi lebih rendah.
Supplier yang sedikit dengan komitmen yang besar terhadap pembeli,
menyediakan sesuai permintaan, merespons langsung dengan cepat dan tepat.
Hal yang mendukung sistem ini, yaitu sistem JIT karena memberikan
keahlian inovasi dan teknologi. Faktor yang terpenting dalam sistem JIT
adalah kepercayaan yang ditimbulkan dari budaya perusahaan yang serasi
antara supplier dan pembeli sehingga hubungan lebih kuat.
4. Distribusi
Kegiatan distribusi mencakup seluruh saluran distribusi, proses dan
fungsi-fungsi, meliputi tempat penyimpanan dan transportasi suatu produk
sampai pada konsumen akhir (pengguna).
Manajemen distribusi melibatkan pengelolaan pemeliharaan bahan baku
dan produk, tempat penerimaan, tempat penyimpanan produk dan bahan
baku, pengepakan dan pengiriman pesanan. Distribusi dan transportasi juga
sering mengarah pada logistik. Faktor yang paling penting dalam transportasi
dan distribusi adalah kecepatan.

5. Distribution Centers & Warehousing


Beberapa tren penting perubahan cara penyimpanan dan pusat distribusi
dari kegiatan dari SCM adalah teknologi informasi dan e-commerce yang
mempunyai dampak signifikan terhadap manajemen distribusi.
Internet telah mengubah bagaimana perusahaan mendistribusikan
barang-barangnya sampai ke konsumen sesuai harapannya.

6. Transportasi
Sistem transportasi dapat dilakukan, antara lain dengan:
a. kereta api;
b. angkutan udara;
c. truk;
d. angkutan air;
e. pipa;
f. alat pengangkut paket.

Adapun macam-macam strategi dalam manajemen rantai pasokan adalah


sebagai berikut.
1. Banyak Pemasok
Strategi banyak pemasok memberi keuntungan dalam mendapatkan
bahan baku dengan biaya yang terendah.
2. Sedikit Pemasok
Mengimplikasikan bahwa daripada mencari atribut jangka pendek
seperti biaya rendah, pembeli lebih ingin menjalin hubungan jangka
panjang dengan beberapa pemasok setia. Keuntungan dari strategi ini
memberi kepercayaan dalam implementasi JIT serta memungkinkan
pemasok bergerak dalam skala ekonomi yang selanjutnya pemasok
mampu memberikan biaya terendah.
3. Integrasi Vertikal
Integrasi vertikal ada dua macam yaitu backward integration dan
forward integration. Backward integration dilakukan dengan membeli
pemasok untuk tujuan meningkatkan efisiensi dan menjamin
ketersediaan bahan baku. Sedangkan forward integration bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah produk seperti yang semula produk
setengah jadi, atau bahan baku menjadi produk jadi.
4. Jaringan Keiretsu
Menjadikan pemasok sebagai bagian dari organisasi melalui pemberian
dukungan dana atau kepemilikan.
B AB 7

Peramalan Permintaan Produk dan


Jasa
P ENDA HULU AN

P eramalan adalah memprediksi tentang produksi apa yang akan dibuat


di masa mendatang. Sebuah perusahaan memprediksi berapa banyak
dari produk mereka yang akan terjual di masa yang akan datang. Suatu
peramalan dari permintaan produksi adalah dasar dari keputusan perencanaan
yang sangat penting. Keputusan perencanaan berkaitan dengan penjadwalan,
persediaan, produksi, desain, layout fasilitas, ketenagakerjaan, distribusi,
pembelian, dan lain-lain merupakan fungsi dan permintaan konsumen dalam
jangka panjang perencanaan strategik dari manajemen puncak didasarkan
pada peramalan tipe-tipe permintaan konsumen terhadap produk di masa
yang akan datang, ukuran, dan lokasi pasar produk.
Untuk itu pada pokok bahasan kali ini akan diterangkan mengenai peran
strategik peramalan dalam rantai supply. Komponen-komponen peramalan
permintaan, metode time-series, ketepatan peramalan, dan metode regresi.
Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini diharapkan Anda telah dapat
menghitung dan menerapkan metode-metode peramalan.

A. PERAMALAN

Peramalan merupakan proses ketidakpastian. Dalam meramalkan


manajemen perusahaan sering menggunakan metode kualitatif. Pada metode
ini pada umumnya berdasar pada pendapat, kepakaran, pendapat, dan
pengalaman masa lalu yang sering disebut dengan The jury of executive
opinion, mereka umumnya menggunakan tipe peramalan dalam proses
strategik jangka panjang. Biasanya secara individu maupun kelompok dalam
suatu organisasi menggunakan judgment, pendapat atau pendekatan struktur.
Pimpinan puncak perusahaan merupakan key group dalam keterlibatan
menetapkan peramalan untuk perencanaan strategik perusahaan, karena lebih
banyak mengetahui tentang kapabilitas, sumber daya-sumber daya, pasar dari
produk mereka. Penelitian konsumen atau pasar merupakan sebuah
pendekatan yang terorganisasi untuk menentukan produk atau jasa apa yang
diinginkan konsumen dan akan terjual, dan mengidentifikasi pasar baru dan
sumber daya konsumen. Frekuensi kontak dengan konsumen yang tinggi
bermanfaat dalam menentukan perencanaan strategik perusahaan. Penelitian
tentang konsumen dan pasar biasanya dilakukan oleh departemen pemasaran.
Pada topik ini akan disajikan 2 (dua) tipe tradisional sebagai berikut.
1. Metode peramalan matematis.
2. Analisis time series dan regresi.

Namun, tidak ada teknik yang secara total akurat, tetapi metode ini dapat
dijadikan panduan dalam pembuatan keputusan strategik perusahaan.
Dalam lingkungan bisnis global saat ini, perencanaan strategik telah
memfokuskan pada manajemen rantai suplai dan total quality management
(TQM).
1. Prediksi suatu produk menentukan berapa banyak persediaan
dibutuhkan, berapa banyak produk harus dibuat, berapa banyak bahan
baku harus dibeli dari supplier untuk memenuhi prediksi kebutuhan
pelanggan. Selanjutnya terkait dengan masalah-masalah transportasi,
pergudangan, penyimpanan, distribusi, dan pengiriman.
2. Dalam jangka panjang prediksi terhadap peningkatan teknologi, produk
baru, dan perubahan pasar merupakan suatu hal yang kritis bagi desain
strategik dari rantai suplai perusahaan di masa mendatang.

Dalam pasar global saat ini jika perusahaan tidak dapat secara efektif
meramalkan produk apa yang diminati pada masa yang akan datang dan tidak
dapat memprediksi produk apa yang akan diproduksi oleh pesaing maka
mereka tidak akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sistem
produksi dan pelayanan untuk bersaing. Apabila perusahaan tidak dapat
memprediksi pasar yang akan dimasuki dan tidak mempunyai sistem
produksi dan distribusi untuk memasuki pasar maka mereka akan tertinggal
dari pesaing-pesaingnya yang mempunyai kemampuan memprediksi secara
akurat.

Peramalan dilakukan dengan tujuh langkah dasar yaitu:


1. Menetapkan tujuan dilakukannya peramalan seperti untuk
mengendalikan produksi dan lain-lain
2. Memilih unsur apa yang akan diramal, peramalan biasanya dilakukan
pada kelompok entitas produk bukan pada tipe produk.
3. Menentukan horizon waktu peramalan, yaitu apakah peramalan ini
peramalan untuk tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
4. Memilih tipe peramalan, ditentukan berdasarkan jenis produk dan
pengalaman.
5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk peramalan
6. Membuat peramalan
7. Memvalidasi dan menerpakan hasil peramalan, validasi dapat dilakukan
dengan mengkajinya pada tiap unit organisasi.

B. METODE PERAMALAN

Ada dua pendekatan umum yang digunakan dalam peramalan, yaitu


berikut ini.
1. Peramalan subjektif atau kualitatif, memanfaatkan faktor-faktor penting,
seperti intuisi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambilan
keputusan
2. Peramalan kuantitatif, menggunakan berbagai model matematis yang
menggunakan data historis dan/atau variabel-variabel kausal untuk
meramalkan permintaan.

1. Tinjauan Metode Kualitatif


Teknik-teknik peramalan kualitatif, meliputi berikut ini.
a. Mengambil opini dari sekelompok kecil manajer tingkat tinggi, sering
kali dikombinasikan dengan model-model statistik, dan menghasilkan
estimasi permintaan kelompok.
b. Wiraniaga mengestimasi jumlah penjualan di wilayahnya untuk dibahas
pada tingkat pusat.
c. Melibatkan para ahli yang mungkin tinggal di berbagai tempat untuk
membuat ramalan. Partisipan terdiri dari pengambil keputusan, personel
staf, dan responden.
d. Memperbesar masukan dari pelanggan atau calon pelanggan tanpa
melihat rencana pembelian masa depannya. Metode ini selain bermanfaat
dalam peramalan juga bermanfaat dalam memperbaiki desain produk.
e. Mengasumsikan bahwa permintaan dalam periode berikutnya adalah
sama dengan permintaan dalam periode sebelumnya.

Sebagian perusahaan menggunakan satu pendekatan, sebagian lain


menggunakan pendekatan lain, tetapi dalam praktik kombinasi atau
campuran dari kedua jenis peramalan itu biasanya lebih efektif.
Dari dua pendekatan umum di atas, ada 3 (tiga) jenis dasar metode
peramalan yang bisa digunakan perusahaan dalam peramalan, yaitu berikut
ini.
a. Metode Time Series (Time Series Methods) adalah teknik statistik yang
menggunakan data historis permintaan untuk memprediksi permintaan
yang akan datang, Dari hasil penelitian oleh Institute of Business (1999)
pada industri yang berbeda dihasilkan bahwa 60% perusahaan
menggunakan metode time series. Salah satu alasannya karena metode
ini relatif lebih mudah dipahami dan mudah dalam menggunakannya.
Dari hasil survei juga menunjukkan bahwa model yang paling populer,
yaitu model berikut ini.
1) Moving Average.
2) Weighted Moving Average.
3) Exponential Smoothing.
4) Adjusted Exponential Smoothing.

b. Metode Regresi, berusaha untuk mengembangkan hubungan matematika


antara permintaan dan faktor-faktor penyebabnya.
1) Linear Regression.
2) Multiple Regression.

c. Metode Kualitatif, pada metode ini dalam membuat peramalan


menggunakan pendapat manajemen atau pakar yang sering disebut
dengan pendapat eksekutif.

Untuk lebih memahami materi ini lebih mendalam, hendaknya Anda


mencoba melakukan untuk mengerjakan contoh-contoh dan latihan yang
terdapat pada buku teks. Demikian juga untuk latihan dengan menggunakan
bantuan komputer, dalam menghitung peramalan. Gunakan rumus-rumus
untuk metode-metode di atas.
B AB 8

Perencanaan Produksi dan


Penjadwalan

P ENDA HULU AN

B ahasan yang tercakup dalam Perencanaan Produksi dan Penjadwalan


adalah gabungan materi chapter 8, 12 sampai 13 dan chapter 15 dari
buku Operations Management karangan Jay Heizer dan Barry Render.
Untuk memahami materi ini lebih baik, Anda diharapkan sudah menguasai
bab-bab sebelumnya, mengingat materi dalam bab ini terkait dengan
pelajaran-pelajaran sebelumnya, seperti materi pada Bab 6 (Manajemen
Rantai Pasokan) dan Bab 7 (tujuh), yaitu peramalan permintaan produk dan
Jasa.
Materi yang akan dibahas dalam bab ini adalah berikut ini.
1. Kapasitas dan Perencanaan Agregat, yang meliputi perencanaan
kapasitas, perencanaan jumlah produksi, dan manajemen permintaan.
2. Manajemen Persediaan yang terdiri dari membahas unsur-unsur
manajemen persediaan, peran persediaan dalam manajemen rantai
supply, permintaan, persediaan dan manajemen kualitas, biaya
persediaan, model Economic Order Quantity, dan Reorder Point,
3. Just In Time yang akan mengkaji elemen-elemen dasar Just-In-Time,
manfaat Just-In-Time, implementasi Just-In-Time, dan Just-In-Time
dalam perusahaan jasa
4. Penjadwalan tujuan penjadwalan, Loading, Segmentasi, monitoring,
perencanaan lanjutan dan sistem penjadwalan, teori constrain,
penjadwalan karyawan.

Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda dapat mampu menjelaskan


dan menganalisis mengenai manajemen persediaan, kapasitas, Just In Time,
dan penjadwalan dalam suatu perusahaan baik produk atau jasa.
A. KAPASITAS DAN PERENCANAAN AGREGAT

Persaingan dalam suatu usaha pada saat ini sangat ditentukan oleh
kemampuan dalam merespons permintaan konsumen dalam waktu yang
cepat. Oleh karena itu, perusahaan dituntut agar dapat merencanakan dan
mengelola tingkat sumber daya yang dimiliki agar dapat memenuhi
permintaan konsumen. Salah satu sumber daya yang harus dikelola oleh
perusahaan adalah kapasitas yang tersedia dari perusahaan tersebut.
Perencanaan Kapasitas termasuk dalam strategi jangka panjang
mengingat di dalam perencanaannya akan mempertimbangkan seluruh
sumber daya dari perusahaan. Keputusan yang diambil selanjutnya akan
mempengaruhi biaya operasi, waktu tunggu, tingkat respons perusahaan,
yang selanjutnya mempengaruhi daya saing perusahaan (Russell halaman
393). Berikut ini, tiga macam strategi yang berkaitan dengan kapasitas.
1. Capacity lead strategy yang berarti kapasitas tersedia telah
mengantisipasi pertumbuhan permintaan. Peningkatan kapasitas
diharapkan akan menarik konsumen yang tidak terpenuhi permintaannya
dari pesaing.
2. Capacity lag strategy, di mana kapasitas baru akan ditingkatkan setelah
diketahui adanya peningkatan permintaan. Strategi ini biasanya
digunakan pada industri dengan produk yang standar tingkat persaingan
yang rendah sehingga kehilangan konsumen akibat tidak terpenuhinya
permintaan akan segera teratasi setelah kapasitas meningkat.
3. Average capacity strategy, di mana peningkatan kapasitas bersamaan
dengan harapan peningkatan permintaan.

Besarnya peningkatan kapasitas dipengaruhi oleh permintaan, dan


strategi dengan mempertimbangkan pertumbuhan, persaingan, tingkat
pelayanan, dan terakhir adalah biaya.
Tingkat operasi terbaik dari suatu kapasitas adalah persentase besarnya
kapasitas yang digunakan pada tingkat biaya per unit terendah. Oleh karena
itu, operasi terbaik bagi suatu perusahaan ada pada range kapasitas economic
of scale. Economic of scale terjadi ketika biaya per unit menjadi lebih murah
sehubungan dengan (a) jumlah produksi yang tinggi, (b) biaya produksi
tidak meningkat sejalan dengan jumlah produksi, (c) pemotongan harga
pembelian, dan (d) efisiensi. Pada jumlah produksi tertentu skala ekonomi
tidak terjadi hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan produksi juga diikuti
dengan peningkatan biaya yang berupa biaya karyawan, kapasitas mesin dan
material atau bahan baku. Dalam batas ini disebut diseconomy of scale.
Kebutuhan bahan baku suatu perusahaan tidak terlepas dari jumlah
produk yang akan dihasilkan. Oleh karena itu, di dalam perencanaan bahan
baku perusahaan terlebih dahulu perlu mempertimbangkan jumlah produksi
dan kapasitas yang tersedia dari suatu perusahaan. Mengingat item produksi
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan sangat beragam maka perhitungan
jumlah material atau sumber daya yang diperlukan adalah berdasarkan pada
jumlah produk dalam garis produksi yang sama bukan item produk yang
disebut agregat. Keuntungan penggunaan perhitungan agregat dari pada item
produk adalah sebagai berikut .
1. Perencanaan secara menyeluruh terhadap sumber daya yang diperlukan.
Dengan demikian, konflik yang mungkin timbul antara bagian produksi
dan pemasaran dapat diatasi.
2. Dapat mengembangkan strategi yang lebih ekonomis dalam memenuhi
permintaan.

Permasalahan yang timbul dalam perencanaan agregat adalah ketika


permintaan yang tidak stabil dan sumber daya yang terbatas. Untuk
mengatasi hal tersebut ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu berikut
ini.
1. Produksi rata-rata sesuai permintaan dan kelebihan permintaan dalam
kurun waktu tertentu disimpan untuk digunakan pada saat permintaan
melebihi produksi. Pola produksi seperti ini disebut level production.
2. Menambah dan mengurangi pekerja sesuai dengan kebutuhan (chase
demand). Strategi ini tidak cocok untuk lingkungan yang persaingan
tenaga yang ketat serta keterampilan atau skill dari tenaga kerja yang
dibutuhkan sangat spesifik.
3. Mempertahankan sumber daya pada tingkat permintaan tertinggi. Pola
ini sangat cocok bagi perusahaan dengan kebutuhan tenaga kerja yang
sangat spesifik.
4. Menambah dan mengurangi waktu kerja.
5. Menggunakan tenaga kerja paruh waktu atau kontrak.
6. Menunda pemenuhan permintaan.

Pemilihan satu dari kriteria di atas disebut pure strategy, sedangkan lebih
dari satu disebut mixed strategy. Pemilihan antara pure strategy dan mixed
strategy tidak dapat secara pasti ditentukan, tetapi berdasarkan evaluasi
terhadap biaya yang dikeluarkan.
Perhitungan biaya minimum dalam menentukan strategi dapat dilakukan
dengan metode linear programming atau transportation methods (Pelajari
modul kuantitatif supplement transportasi, Operation Management Jay
Heizer dan Barry Render). Untuk permasalahan yang lebih kompleks dapat
menggunakan Linear Decision Rule (LDR) atau Search Decision Rule
(SDR).
Setelah menentukan strategi yang dipilih untuk memenuhi permintaan,
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah disaggregation, yaitu penjabaran
perencanaan agregat ke dalam level yang produksi. Disaggregation perlu
dilakukan mengingat perhitungan perencanaan agregat dilakukan dalam satu
lini produksi bukan berdasarkan item dan periode waktu perhitungan adalah
6 sampai 12 bulan sehingga perlu dipersingkat dalam hitungan bulan atau
minggu. Hasil dari disaggregation berupa jadwal induk produksi atau master
production schedule.
Untuk perusahaan jasa perencanaan agregat sampai dilakukannya
disaggregation sehingga dihasilkan jadwal induk produksi sangat sulit
dilakukan hal ini disebabkan hal-hal berikut ini.
1. Pada umumnya jasa tidak dapat disimpan, apabila dapat hanya dalam
waktu yang singkat 1 hari sampai 1 minggu.
2. Permintaan sangat sulit diramalkan mengingat terlalu beragam, di mana
permintaan tertinggi dalam kurun waktu yang pendek dan sebaliknya.
3. Kapasitas sulit direncanakan mengingat jenis pelayan jasa yang berbeda
atau tidak beragam sehingga sulit menetapkan waktu penyelesaiannya.
4. Waktu dan tempat pelayanan yang sangat spesifik.
5. Tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat
fleksibel. Permintaan yang berfluktuasi dapat diatasi dengan
mempekerjakan tenaga kerja paro waktu atau lembur.

Dengan segala keterbatasan tersebut, hal terbaik yang dapat dilakukan


adalah dengan menetapkan tingkat pelayanan (service level) yang bersedia
dipenuhi. Di samping itu, lag capacity strategy merupakan salah satu yang
perlu dipertimbangkan dalam perencanaan kapasitas selanjutnya.

B. MANAJEMEN PERSEDIAAN

Tujuan utama dari persediaan adalah untuk memenuhi permintaan baik


bagi internal maupun eksternal pada kondisi biaya yang efektif. Pada sistem
persediaan tradisional perusahaan menimbun persediaan dalam jumlah yang
besar sehingga biaya persediaan yang dialokasikan perusahaan dapat
mencapai 30% dari persediaan. Untuk meningkatkan persaingan serta
didukung dengan kemajuan teknologi, perusahaan perlu memperhitungkan
kembali tingkat persediaan yang telah berjalan selama ini, mengingat biaya
yang disediakan sangat besar.
Mengingat persediaan juga mencakup kebutuhan internal maka barang
jadi persediaan juga mencakup berikut ini.
1. Bahan mentah.
2. Tenaga kerja.
3. Sebagian produk yang sudah dibeli dan dikirim.
4. Produk dalam proses.
5. Suku cadang.
6. Modal kerja.
7. Alat dan peralatan.
Dengan demikian, yang dimaksud manajemen persediaan adalah
memperhitungkan jumlah persediaan yang harus disediakan serta
menentukan jumlah dan waktu yang tepat dalam pemesanan kembali untuk
menjaga tingkat persediaan yang telah ditetapkan. Keuntungan dari adanya
persediaan adalah sebagai berikut.
1. Sebagai cadangan dari jumlah permintaan yang tidak pasti baik secara
internal maupun eksternal.
2. Apabila biaya pengadaan lebih tinggi dari biaya simpan.
3. Untuk mendapatkan diskon dari pembelian sehubungan dengan jumlah
pembelian yang besar.
4. Sebagai hedging dari kemungkinan terjadinya inflasi yang tinggi.

Di dalam manajemen persediaan yang pertama kali diperhatikan adalah


permintaan, mengingat tujuan keberadaan persediaan adalah untuk menjamin
terpenuhinya permintaan. Oleh karena itu, keakuratan dari peramalan sangat
diperlukan untuk dapat me-manage persediaan dengan efektif. Secara umum,
item permintaan dapat dibagi 2, yaitu independent demand atau dependent
demand. Dependent demand apabila item barang yang diperlukan merupakan
kebutuhan internal untuk memproduksi barang jadi, contohnya ban bagi
produk mobil, sedangkan independent demand apabila produk tersebut dapat
langsung digunakan oleh konsumen di luar keperluan industri.
Di dalam ruang lingkup persediaan kualitas ditunjukkan dengan berapa
besar tingkat pelayanan atau kemampuan dalam memenuhi permintaan sesuai
waktunya. Keterbatasan dalam memenuhi permintaan akan berdampak pada
hilangnya pelanggan dan penjualan. Namun demikian, untuk meningkatkan
tingkat pelayan dibutuhkan tingkat persediaan yang tinggi dengan
konsekuensi biaya persediaan yang semakin meningkat.
Biaya persediaan terdiri dari tiga macam sebagai berikut.
1. Biaya penyimpanan yang berkaitan dengan jangka waktu disimpan dan
jumlah yang disimpan per unit.
2. Biaya pengadaan yang dihitung berdasarkan jumlah pengadaan per tahun
yang meliputi biaya pengiriman, penerimaan, inspeksi dan handling.
3. Biaya kekurangan .sangat sulit diperkirakan jumlahnya mengingat biaya
berupa biaya goodwill dari kemungkinan kehilangan pelanggan di masa
depan.

Untuk meningkatkan tingkat pelayanan dengan tidak mengabaikan biaya


yang dikeluarkan maka diperlukan manajemen persediaan dengan tujuan
untuk mengatur jumlah persediaan melalui penentuan waktu dan jumlah
pengadaan sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan untuk persediaan
menjadi minimum. Ada 2 macam cara dalam menetapkan waktu dan jumlah
dalam upaya mengontrol persediaan, yaitu dengan pembelian berdasarkan
jumlah yang tetap atau dalam kurun waktu yang tetap.
Metode pembelian dalam jumlah yang tetap dilakukan pada saat tingkat
persediaan mencapai titik minimum (reorder point). Kelebihan dari metode
ini adalah terkontrolnya jumlah persediaan secara terus-menerus. Namun
demikian, usaha untuk memonitor jumlah persediaan akan menimbulkan
biaya yang akan meningkat apabila jumlah item persediaannya cukup
banyak, sedangkan untuk metode pembelian dalam waktu yang tetap
memiliki keuntungan di dalam intensitas perhatian yang tidak perlu terus-
menerus, tetapi berdasarkan kurun waktu tertentu, yang selanjutnya dapat
menimbulkan jumlah persediaan yang semakin meningkat ataupun akan
terjadi kekurangan apabila terjadi peningkatan produksi dalam selang waktu
tersebut.
Sebelum menentukan metode kontrol yang terbaik bagi suatu item
persediaan perlu juga diperhatikan kontribusi dari item tersebut bagi
perusahaan yang dapat diukur dari persentase nilai dari masing-masing item
persediaan. Klasifikasi item persediaan ini disebut ABC sistem atau pareto
sistem, di mana untuk 5%-15% macam item yang memiliki persentase nilai
persediaan yang besarnya lebih dari 70% diklasifikasikan item A, sedangkan
item B untuk item dengan jumlah sebanyak 30% item dengan nilai 15%.
Untuk item C dengan jumlah item 50%-60% dengan nilai 5%-10%.
Berdasarkan hal tersebut untuk kategori A dapat diberlakukan metode
jumlah, sedangkan untuk item B dan C dapat menggunakan metode waktu.
Penentuan metode ini perlu dipertimbangkan kembali apabila item, tersebut
sangat sulit didapatkan atau biaya pengadaannya yang tinggi (pelajari Contoh
1 halaman 62 buku jilid 2 Operation Management Jay Heizer dan Barry
Render).
Di samping itu, untuk perhitungan metode pembelian dengan jumlah
yang tetap dapat juga menggunakan economic order quantity (EOQ). Dengan
cara ini, dapat diketahui jumlah order optimum pada tingkat minimum total
persediaan. EOQ yang umumnya digunakan dengan asumsi sebagai berikut.
1. Permintaan konstan setiap waktu.
2. Tidak terjadi kekurangan.
3. Waktu tunggu yang tetap.
4. Dilakukan dalam sekali penerimaan.

Biaya total minimum dari model EOQ merupakan pertemuan atau


komprimasi dari biaya simpan dan biaya pengadaan dengan jumlah
pengadaan optimum sebesar:

2Co D
Qopt =
Cc
Di mana Co = biaya pengadaan
Cc = biaya simpan
D = permintaan
(Harap pelajari Contoh 10.2 halaman 466 buku Operation Management
Russell).

Apabila permintaan tidak dapat diterima dalam sekali penerimaan, tetapi


secara bertahap dengan asumsi produksi per hari lebih tinggi atau sama
dengan permintaan per hari maka Q optimum menjadi:

2C 0 D
Qopt = æ ö÷
Cc ççççèç1- d÷ ÷
÷
p ø÷

di mana d = rata-rata permintaan per hari


p = rata-rata produksi per hari
(Harap pelajari contoh 3-8 halaman 71-80 buku jilid 2 Operation
Management Jay Heizer dan Barry Render).

Dalam waktu tunggu kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak


diinginkan, seperti persediaan yang tidak mencukupi maka di dalam
manajemen persediaan perlu ditetapkan tingkat pengaman yang disebut
safety stock. Perhitungan safety stock ditentukan oleh tingkat service level
yang diinginkan.

C. JUST-IN-TIME

JIT pertama kali diperkenalkan oleh Taiichi Ohno dengan maksud


meningkatkan service level tanpa menambah biaya bahkan apabila
memungkinkan menurunkan biaya yang terjadi. Konsep dasar JIT adalah
menyediakan apa yang diperlukan oleh konsumen (internal ataupun
eksternal) dengan jumlah, waktu, dan spesifikasi yang tepat. Apabila
penyediaan barang dengan jumlah yang melebihi atau lebih cepat dari
permintaan bukan merupakan suatu yang baik mengingat hal tersebut akan
berdampak pada peningkatan biaya baik itu biaya penyimpanan maupun
biaya material.
Dalam implementasi JIT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
berikut ini.
1. Sumber daya yang fleksibel. Dapat didapatkan dengan pekerja
multifungsi dan peralatan umum yang dapat digunakan untuk bermacam-
macam keperluan.
2. Cellular Layout. Di dalam cell group diletakkan beberapa mesin yang
berbeda yang dapat memproses barang dalam bentuk yang sama atau
proses yang sama bagi keperluan kelompok produk. Peralatan disusun
dalam bentuk U atau L. Pekerja bergerak sesuai urutan operasi dan
susunan mesin.
3. Pull Production System. Permasalahan yang sering dialami dalam suatu
manufaktur adalah koordinasi antara produksi dan pengiriman baik
internal maupun eksternal. Hal ini terjadi akibat dari jumlah item yang
terlalu banyak. Dengan pull production system kebutuhan material untuk
masing-masing unit kerja dapat dikurangi sebagai akibat unit kerja
selanjutnya akan meminta (menarik/pull) material dari unit kerja
sebelumnya sehingga di dalam unit kerja baru mulai bekerja/berproduksi
setelah produk yang dihasilkan ditarik (pull)/diambil oleh unit lain untuk
dilakukan proses selanjutnya. Hal ini, berjalan sesuai proses produksi.
4. Kanban. Di dalam bahasa Jepang kanban berarti kartu. Pada kartu
tersebut tercantum nomor dan deskripsi barang yang akan diproduksi
serta jumlah dan unit yang membutuhkan. Kanban terdiri dari dua tipe,
yaitu satu kabin dan dua kabin. Pada model dua kabin salah satu kabin
merupakan indikator dari reorder point. Untuk selanjutnya sistem 2
kabin diganti dengan sistem 1 kabin, di mana proses baru dapat berjalan
setelah unit kerja mendapat perintah melalui kanban.
5. Produksi dalam jumlah kecil. Keuntungan dari memproduksi dalam
jumlah kecil adalah ruang dan biaya yang tidak terlalu besar. Dengan
produksi dalam unit kecil permasalahan terhadap kualitas dapat diatasi
dengan tidak mengorbankan biaya yang terlalu besar mengingat kontrol
yang dapat dilakukan oleh pekerja hampir pada seluruh output. Di
samping itu, dengan pola ini ketergantungan terhadap jumlah pada
bagian lain dapat dikurangi sehingga proses dapat berjalan secara terus-
menerus yang pada akhirnya menghasilkan produk dalam jumlah yang
besar (Russel halaman 521). Keterkaitan antara kapan, pull system, dan
produksi dalam jumlah kecil adalah pada waktu tunggu, di mana waktu
pada umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
a. Waktu proses yang dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah
produksi.
b. Transportasi (perpindahan) yang dapat dikurangi dengan
perpindahan secara bersamaan, apabila perlu meniadakan
perpindahan dengan penyusunan layout.
c. Waktu tunggu yang dapat dihindari dengan pengaturan bahan baku,
pekerja, dan kapasitas.
d. Waktu set up.
6. Waktu set up. Waktu set up berkaitan dengan jumlah barang yang akan
diproduksi. Pada umumnya jumlah produksi dan tingkat presisi yang
tinggi akan menyebabkan waktu set up yang lama. Untuk mengurangi
waktu set up ini dikenal istilah SMED (single minute exchange of dies)
yang dapat diterapkan pada berbagai peralatan dengan prinsip sebagai
berikut.
a. Pisahkan antara internal set up dan eksternal set up. Internal set up
dilakukan pada saat mesin tidak bekerja, sedangkan eksternal set up
dapat dilakukan bersamaan pada saat mesin sedang bekerja.
b. Apabila memungkinkan ubah dari internal set up menjadi eksternal
set up.
c. Tempatkan seluruh keperluan set up dalam satu tempat, lakukan
persiapan untuk pekerjaan yang dapat dilakukan sebelum set up
dimulai, seperti membuat catatan tentang kegiatan yang akan
dikerjakan ataupun mengubah pekerjaan yang memerlukan bantuan
peralatan menjadi tidak memerlukan.
d. Apabila memungkinkan minta bantuan teman untuk dapat
melakukan pekerjaan secara paralel.
Pengambilan gambar dan pencatatan akan sangat membantu untuk
memperbaiki proses set up selanjutnya.
7. Tingkat produksi yang seragam. Penyeragaman tingkat produksi dapat
dilakukan apabila tidak ada perubahan pada tingkat perakitan produk
akhir. Untuk itu, peramalan permintaan yang akurat akan membantu
dalam perencanaan dari jumlah dan variasi barang yang akan diproduksi.
Berdasarkan hal ini selanjutnya disusun rencana produksi bulanan dan
harian.
8. Kualitas. JIT akan berjalan dengan baik jika didukung dengan kualitas
yang baik mengingat kualitas sangat berkaitan dengan produk yang
reject ataupun diproses ulang yang selanjutnya akan mempengaruhi
waktu kerja dan tingkat persediaan yang bertentangan dengan maksud
penerapan dari JIT itu sendiri.
9. TPM (Total Productive Maintenance). Mesin tidak dapat bekerja secara
terus-menerus. Untuk menjaga agar mesin dapat terus berproduksi
terdapat 2 kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu preventive maintenance
dan breakdown maintenance. Breakdown maintenance baru dapat
dilaksanakan pada saat mesin sedang tidak berproduksi dan perlu
menjadi perhatian bahwa kevakuman dalam produksi dapat terjadi pada
saat yang tidak diinginkan serta biaya untuk breakdown maintenance
selalu jauh lebih tinggi daripada preventive maintenance, sedangkan
preventive maintenance dilaksanakan selama proses produksi
berlangsung dengan tujuan agar pemberhentian produksi karena
kerusakan tidak terjadi. TPM merupakan bentuk praktis dari preventive
maintenance dengan konsep total kualitas yang melibatkan seluruh
karyawan serta keputusan yang diambil berdasarkan data, zero defect,
dan strategi. Karyawan bertanggung jawab penuh terhadap peralatan
yang digunakan serta secara berkala dapat merawatnya. Di dalam TPM
pihak manajemen diharapkan dapat terlibat dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut.
a. Desain produk dapat mudah diproduksi dengan menggunakan mesin
yang ada.
b. Desain mesin dapat mudah dalam pengoperasian, penggantian dan
perawatan.
c. Pelatihan untuk pengoperasian dan perawatan mesin bagi karyawan.
d. Pengadaan mesin dapat memaksimalkan potensi yang ada.
e. Membuat perencanaan preventive maintenance sepanjang umur
produksi dari mesin.
Dengan melakukan hal tersebut diharapkan tujuan dari TPM, yaitu
berupa pemberhentian produksi akibat kerusakan mesin tidak pernah
terjadi.
10. Jaringan kerja. Merupakan yang terakhir dalam implementasi JIT adalah
menjaga suplai bahan baku agar dapat diterima pada saat dibutuhkan.
Oleh karena itu, kepastian dalam item yang diperlukan baik jumlah,
spesifikasi, maupun waktu penerimaan sangat diperlukan oleh penyedia
barang. Untuk menjamin hal tersebut kerja sama antara penyedia barang
dan pemakai sangat diperlukan dalam membangun segala fasilitas yang
berkaitan dalam pemenuhan permintaan tepat pada waktunya.
Di dalam perusahaan jasa implementasi dari JIT akan berdampak pada
kecepatan dalam penyediaan barang dan jasa dengan biaya yang lebih rendah
dan variasi yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena JIT tidak hanya
berkaitan dengan tingkat persediaan yang rendah, tetapi juga di dalam
peningkatan produktivitas melalui pengurangan waktu luang serta peniadaan
kegiatan yang tidak perlu dan lebih responsif terhadap pemenuhan
permintaan pelanggan.
D. PENJADWALAN

Penjadwalan merupakan tahapan terakhir sebelum proses produksi


dimulai dengan memadukan seluruh sumber daya yang berupa tenaga kerja,
peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan untuk memproduksi barang dan
jasa. Adapun maksud dari penjadwalan inilah adalah untuk hal-hal berikut
ini.
1. Memenuhi permintaan konsumen tepat pada waktunya.
2. Meminimalkan keterlambatan kerja.
3. Meminimalkan waktu dalam merespons konsumen.
4. Meminimalkan waktu penyelesaian.
5. Meminimalkan waktu lembur.
6. Meminimalkan waktu luang.
7. Meminimalkan produk dalam proses.
8. Memaksimumkan penggunaan mesin dan tenaga kerja.

Untuk dapat memberikan hasil seperti tersebut di atas maka bagian


produksi memiliki tanggung jawab sebagai berikut.

1. Pembebanan
Proses pembagian kerja pada sumber daya yang tersedia disebut
pembebanan. Pada dasarnya pekerjaan dapat dijalankan oleh setiap orang dan
berbagai macam mesin tetapi dengan konsekuensi tingkat efisiensi yang
berbeda. Apabila kapasitas yang tersedia mencukupi maka para pekerja
seharusnya ditempatkan pada sesuai keterampilan yang dimiliki dengan
menggunakan mesin yang dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut sangat
efisiensi. Untuk selanjutnya hal utama dalam proses pembagian kerja adalah
penentuan tugas mesin dengan pertimbangan tingkat efisiensi mesin dalam
menyelesaikan pekerjaan. Selanjutnya, apabila tidak terjadi kelebihan beban
kerja maka pekerjaan dapat dilanjutkan pada proses selanjutnya sesuai
dengan stasiun kerja, apabila terjadi beban kerja yang berlebihan perlu
diputuskan pekerjaan mana yang lebih diutamakan dan pekerjaan mana yang
akan ditunda pengerjaannya. Di dalam penyelesaian masalah pembebanan
dapat digunakan linear programming (pelajari contoh latihan suplemen b
Operation Management Jay Heizer dan Barry Render).

2. Antrian (Sequencing)
Antrian terjadi apabila ada dua pekerjaan yang dibebankan pada satu
mesin. Proses penyelesaian dari urutan pekerjaan inilah yang dimaksud.
dengan antrian. Apabila tidak ada suatu instruksi khusus maka proses akan
berjalan berdasarkan order yang pertama diterima untuk khusus ini disebut
First Come First Served (FCFS). Apabila terjadi penumpukan lebih mudah
bagi pekerja untuk memproses pekerjaan berdasarkan order yang paling akhir
diterima yang biasa disebut Last Come First Served (LCFS). Apabila
diperlukan dapat diberlakukan kebijakan berdasarkan prioritas dari
pekerjaan yang akan diselesaikan. Dengan cara ini, dikenal earliest due date
(DDATE) dan highest customer priority, di mana prioritas pekerjaan
disesuaikan dengan set up yang telah terpasang. Bentuk lain dari DDATE
adalah minimum slack dan smallest critical ratio (CR), di mana prioritas
pekerjaan berdasarkan pekerjaan dengan slack atau CR terkecil. Adapun
bentuk-bentuk dari antrian adalah sebagai berikut.
a. Antrian dengan satu proses. Merupakan bentuk paling sederhana dari
antrian, di mana tidak ada pekerjaan atau proses baru pada saat sedang
dilakukan analisis pekerjaan dengan waktu penyelesaian pekerjaan dan
due date time tetap serta waktu setup diabaikan. Performance dari
masing-masing metode antrian diukur berdasarkan prioritas dan jumlah
pekerjaan yang dapat diselesaikan selama due date time serta lamanya
waktu keterlambatan (harap pelajari latihan suplemen buku Operation
Manajemen Jay Heizer dan Barry Render).
b. Antrian dengan dua proses. Untuk mengevaluasi metode terbaik dalam
menyelesaikan pekerjaan dengan dua proses digunakan Johnson’s rule
dengan tahapan sebagai berikut.
1) Buat daftar mengenai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan bagi setiap proses. Buat dalam bentuk matriks yang
menggambarkan kebutuhan dari masing-masing pekerjaan.
2) Pilih waktu proses yang terkecil. Bila ada pada proses pertama,
tempatkan pada awal dari antrian.
3) Bila waktu proses terkecil ada pada proses kedua, letakkan pada
akhir antrian.
4) Hilangkan pekerjaan dalam daftar.
5) Ulangi langkah-langkah tersebut sehingga semua pekerjaan
diselesaikan.
(Harap pelajari suplemen D buku Operation Management Jay
Heizer dan Barry Render)
c. Antrian dengan banyak proses dan pekerjaan. Berdasarkan hasil
simulasi diperoleh informasi bahwa tidak ada solusi terbaik dalam
menyelesaikan proses antrian dengan banyak proyek dan pekerjaan.
Namun demikian, dari hasil simulasi didapatkan gambaran sebagai
berikut .
1) SPT (smallest processing time) sangat cocok pada saat beban kerja
yang besar. SPT bertujuan untuk mengurangi mean flow time dan
rata-rata jumlah pekerjaan dalam sistem serta persentase jumlah
keterlambatan.
2) SLACK pada saat kegiatan normal, di mana kapasitas tidak
menjadi pembatas maka penggunaan metode SLACK akan
memberikan hasil yang baik terhadap waktu proses dan due date.
3) DDATE apabila sistem diprioritaskan untuk mengurangi
keterlambatan dengan keterbatasan jumlah pekerjaan yang terlambat
lebih besar dari SPT.
4) LPT, apabila dimungkinkan dapat melaksanakan subkontrak, di
mana pekerjaan yang besar dikerjakan sendiri dan pekerjaan yang
kecil dilaksanakan oleh pihak lain.
5) FCFS coco pada saat operasi dalam kapasitas yang rendah.
6) Apabila di dalam memproduksi terdapat proses perakitan tidak
disarankan untuk menerapkan SPT, lebih baik menggunakan
DDATE.

Setelah seluruh proses produksi berjalan, langkah selanjutnya yang perlu


diperhatikan adalah bagaimana mengontrol proses yang sedang berjalan
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Untuk itu, ketersediaan
informasi yang melekat pada suatu produk mengenai rangkaian proses yang
harus dilewati akan sangat membantu memudahkan pekerja dalam
menyelesaikan tugasnya. Lembaran informasi ini disebut work package.
Dalam bentuk yang lain, monitoring dapat dilakukan dengan menggunakan
Gantt chart dan Input out put control.
Penjadwalan yang telah diterangkan sebelumnya merupakan
penjadwalan tidak terbatas dengan asumsi kapasitas mesin selalu tersedia
penjadwalan semacam ini disebut infinite scheduling. Namun, dalam
kenyataan kapasitas yang tersedia selalu dalam jumlah terbatas yang disebut
finite scheduling dengan asumsi kapasitas tetap dan tidak akan ada
pembebanan melebihi kapasitas. Keputusan dalam pembebanan dan
penjadwalan dilakukan pada saat yang sama sehingga pelaksanaan pekerjaan
dilakukan berdasarkan prioritas. Beberapa metode yang dipakai dalam finite
scheduling, antara lain advanced planning and scheduling. Advanced
Planning Programming bekerja berdasarkan constraint based programming
dengan tujuan meminimalkan waktu set up. Teori terbaru mengenai
penjadwalan yang sedang populer saat ini adalah theory of constraint dengan
penekanan penjadwalan terhadap bottleneck. Theory of Constraint pertama
kali diperkenalkan oleh Eliyahu Goldratt yang berkebangsaan Israel.
Kesimpulan yang didapat Eliyahu Goldrat terhadap aliran kerja perusahaan
general motor menunjukkan bahwa pengurangan produksi (output) sesuai
dengan waktu keterlambatan pada bottleneck.
Untuk penjadwalan tenaga kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
metode linier programming ataupun dengan heuristic. Metode heuristik
dapat dilakukan dengan cara berikut.
1. Tentukan N = tidak ada pekerja
Di = kebutuhan pekerja pada hari ke-1
X = waktu kerja
O = libur
2. Tentukan jumlah pekerja yang libur pada setia hari kerja.
3. Apabila hari kerja dengan jumlah kebutuhan penuh pekerja kurang dari
5, apabila dimungkinkan tentukan waktu libur secara berurutan.
4. Tugaskan pekerjaan yang tertinggal kepada pekerja paruh waktu, apabila
maksimum jam kerja menjadi penghambat.
5. Pertukaran hari kerja dengan jumlah pekerja yang sama dapat dilakukan
dengan tujuan tertentu.
B AB 9

Jaminan Kualitas dan Teori Antrian

B ab 9 merupakan bab terakhir dari buku panduan ini, mteri kajiannya


kali ini merupakan satu kesatuan menyangkut kualitas dari suatu
proses produksi serta bagaimana menjamin kualitas yang dihasilkan tetap
terjaga.
Untuk itu akan dipelajari mengenai Total Quality Management (TQM),
Statistical Quality Control (SQC), dan terakhir mengenai model antrian.
Diharapkan setelah mempelajari bab terakhir ini Anda dapat
menganalisis model antrian dan menjelaskan bagaimana suatu proses
produksi dapat menjamin kualitas yang dihasilkan.

A. JAMINAN KUALITAS

1. Definisi Kualitas
Menurut American National Standards Institute (ANSI) dan the
American Society for Quality Control (ASQC), definisi kualitas adalah
berikut ini.
The totally of features and characteristics of product or service
that bears on its ability to satisfy given needs. Artinya, kualitas
adalah karakteristik total produk atau jasa untuk memberi kepuasan
terhadap suatu kebutuhan.

2. Perspektif Pelanggan terhadap Kualitas


Menurut perspektif pelanggan, kualitas produk atau jasa ditentukan
berdasarkan kebutuhan pelanggan dan kemauan pelanggan untuk
membayarnya. Jadi, kualitas produk atau jasa harus sesuai dengan
kegunaannya (fitness for use). Artinya, produk atau jasa dapat memenuhi
kegunaan sesuai dengan harapan pelanggan. Perspektif pelanggan dan
produsen terhadap kualitas dapat dilihat lebih lanjut pada Russell hal. 618.
a. Total Quality Management (TQM)
TQM menekankan kepemimpinan manajemen puncak terhadap kualitas
secara total, di mana semua pekerja di berbagai lini harus bekerja secara
terarah. Semua pekerja bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas
secara berkelanjutan dan menjadikan kualitas sebagai bagian utama di dalam
semua fungsi organisasi. Organisasi harus dapat memutuskan tingkat kualitas
keinginan pelanggan dan menggunakan perencanaan strategik untuk
mengarahkan semua fungsi mencapai sasaran kualitas.

b. Prinsip-prinsip TQM
TQM menghadirkan seperangkat prinsip-prinsip manajemen yang
terfokus pada peningkatan kualitas sebagai pendorong semua fungsi di
berbagai lini. Prinsip-prinsip itu adalah berikut ini.
1) Berorientasi pelanggan (customer oriented).
2) Kepemimpinan (leadership).
3) Perencanaan strategik (strategic planning).
4) Tanggung jawab pekerja (employee responsibility).
5) Peningkatan kualitas berkelanjutan (continuous improve-ment).
6) Kerja sama (cooperation).
7) Metode-metode statistik (statistical methods).
8) Pendidikan dan pelatihan (training and education).

c. TQM dan Kepuasan Pelanggan


Salah satu komponen terpenting dari program TQM adalah kemampuan
perusahaan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Perusahaan perlu
mengetahui apakah program TQM telah berjalan secara efektif atau tidak?
Apakah perusahaan telah memenuhi harapan pelanggan? Apakah kebutuhan,
keinginan, dan keperluan pelanggan? Apakah ketertarikan pelanggan telah
berubah? Program TQM memerlukan suatu sistem pengukuran untuk
menjawab semua pertanyaan tadi dan menyediakan data tentang tingkat
kepuasan pelanggan.
Alat ukur yang paling sering digunakan adalah survei pelanggan. Survei
pelanggan secara tradisional merupakan alat analisis pasar. Dengan
mengetahui kepuasan pelanggan secara berkelanjutan melalui survei atau
cara apa pun, akan menjadi sumber informasi bagi perusahaan untuk
meningkatkan kualitas produk, jasa, dan proses produksi. Jadi, survei
pelanggan mempunyai peran vital di dalam program TQM perusahaan.

d. Implikasi Strategik TQM


Kualitas adalah komponen kunci dari perencanaan strategik. Strategi
ialah seperangkat keputusan-keputusan yang diambil perusahaan dalam
rangka mewujudkan perencanaan jangka panjang. Perusahaan yang sukses
mengimplementasikan strateginya dengan baik maka perusahaan tersebut
akan memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang.
Rencana-rencana strategik sebaiknya memasukkan standar kualitas yang
tinggi. Termasuk di dalam rencana-rencana tersebut adalah seperangkat
program atau rencana operasional dan kebijakan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Kepemimpinan yang kuat merupakan kunci kesuksesan perencanaan
strategik dan pencapaian kualitas yang tinggi.

3. Proses Pengendalian Statistik


Revolusi kualitas di Jepang dimulai pada saat diperkenalkannya statistik
pengendalian kualitas oleh WE, Deming. Sebagian besar topik atau materi
statistik pengendalian proses adalah Proses pengendalian statistik. Proses
Pengendalian Statistik adalah prosedur statistik berupa grafik yang
digunakan untuk melihat jika ada sebagian dari proses yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya yang dapat menyebabkan kualitas yang buruk.
Proses pengendalian didapatkan dengan cara melakukan pengambilan
sampel dari proses yang berjalan dan selanjutnya sampel ini diplotkan dalam
suatu grafik untuk melihat apakah proses masih dalam rentang batas
pengendalian statistik. Jika sampel yang diperoleh melampaui batas
pengendalian statistik, hal ini menunjukkan proses di luar kendali dan harus
dicari apa yang menyebabkan itu terjadi. Selanjutnya, hal tersebut harus
diperbaiki.
Walaupun kita ketahui bahwa tidak mungkin menghasilkan produk yang
secara identik sama. Namun demikian, perbedaan yang timbul dalam suatu
proses produksi pada dasarnya dapat dibagi 2, yaitu yang terjadi secara alami
sebagai akibat dari peralatan dan mesin, teknik dan sistem yang dipakai atau
perbedaan yang disebabkan oleh hal tertentu yang unik yang dapat dicari dan
diperbaiki permasalahannya. Perbedaan yang bersifat unik serta tidak
diharapkan ini akan menghasilkan produk dengan kualitas yang buruk. Hal
ini dapat disebabkan oleh bahan baku yang rusak, peralatan yang tidak sesuai
standar, metode kerja yang buruk atau kurangnya pelatihan dari tenaga kerja
yang digunakan.
Di dalam total quality management persoalan yang terjadi pada unit
kerja sebisa mungkin diselesaikan oleh unit kerja tersebut. Hal ini
dimungkinkan karena seluruh tenaga kerja yang digunakan telah
mendapatkan pelatihan yang cukup mengenai bagaimana metode kerja dan
peralatan yang digunakan serta pengukuran standar produksi dengan
menggunakan statistika.
Proses pengukuran statistika dilakukan pada atribut dari produk atau
variabel measure dari produk atau jasa yang akan diukur. Atribut adalah
karakteristik produk yang dapat berupa warna, tekstur permukaan, kebersihan
atau berupa bau dan rasa. Pengukuran atribut ada yang dapat segera
diketahui, seperti tanggapan baik atau buruk. Namun demikian, adapula
yang diperlukan suatu pengujian untuk mengetahui buruk tidaknya produk
tersebut. Variabel measure adalah karakteristik produk yang diukur dengan
menggunakan continuous scale yang berupa pajang, berat, suhu atau waktu.
Pada industri jasa SPC digunakan dengan bentuk pengukuran pada waktu
dan kepuasan pelanggan, seperti pada rumah sakit yang berupa tingkat
kecepatan dalam perawatan, keakuratan dalam tes laboratorium, dan
sebagainya.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa untuk mengetahui
terjadi tidaknya perbedaan produk yang bersifat unik atau tidak diharapkan
dilakukan dengan menggunakan grafik pengendali. Grafik pengendali yang
umumnya digunakan adalah -chart dan c-chart untuk atribut serta mean dan
range untuk variabel. Walaupun grafik pengendali ini berbeda di dalam
proses pengukurannya, namun semuanya memiliki kesamaan karakteristik di
dalam melihat terjadi tidaknya kesalahan yang ditunjukkan dari rata-rata
proses serta batas atas dan bawah yang masih dapat ditoleransi yang
dinyatakan dalam:
a. tidak ada sampel yang keluar batas;
b. sebagian besar titik berada pada nilai rata-rata proses;
c. jumlah sampel yang berada pada batas bawah dan atas dari nilai rata-rata
adalah tidak terlalu berbeda;
d. titik-titik sampel menyebar seperti random distribusi yang berada di
sekitar nilai rata-rata.

Apabila terjadi sesuatu di luar 4 kondisi di atas menunjukkan adanya


kejadian di luar kendali, untuk selanjutnya perlu dilakukan analisis penyebab
kejadian dan dilakukan perbaikan.

B. CONTROL CHART UNTUK ATRIBUT’

1. -Chart
Dengan -chart sampel diambil secara dan diukur berdasarkan proporsi
dari produk yang gagal terhadap jumlah sampel. Selanjutnya dibandingkan
dengan batas bawah dan atas dari nilai -chart. Walaupun penggunaan -
chart bersifat pengukuran attribute discrete (contoh jumlah barang yang
rusak), tetapi diasumsikan jumlah sampel yang besar maka tetap dapat
menggunakan pendekatan sebaran normal. Untuk itu, persamaan yang
digunakan adalah berikut ini.

Batas atas (Upper Control Limit) =  + z p


Batas bawah (Under Control Limit) =  - z p
di mana:
Z = nilai standar devisiasi dari nilai rata-rata
 = proporsi dari sampel
 = Standar deviasi

Perhitungan standar deviasi dilakukan dengan persamaan berikut.


 (1-  )
 =
n

2. c-Chart
Apabila tidak memungkinkan untuk menggunakan proporsi sebagai alat
ukur sehubungan jumlah dari kemungkinan dari sampel tidak diketahui.
Untuk itu, digunakan jumlah dari produk yang rusak untuk sebagai ukuran
dengan menggunakan c-chart. Pengukuran c-chart adalah menggunakan
distribusi normal dengan asumsi jumlah populasi sangat besar sehingga
kemungkinan terjadinya kerusakan sangat kecil. Perhitungan batas bawah
dan atas dari c-chart adalah sebagai berikut.

Batas atas (Upper Control Limit) = c + z c


Batas bawah (Under Control Limit) = c - z c

Di mana:
Z = nilai standar deviasi dari nilai rata-rata
c = rata-rata dari sampel
 = Standar deviasi
(Pelajari Latihan 15.2 halaman 682 buku Operation Management Russell)

3. Control Chart untuk Variabel


Variabel control chart digunakan untuk variabel yang bersifat
continuous, seperti berat dan volume. Ada dua tipe variabel control chart,
yaitu R-chart dan x-chart. R-chart menggambarkan jumlah distribusi dari
sampel, sedangkan x-chart menunjukkan kaitan antara sampel dengan nilai
rata-rata. Kedua bentuk ini biasa digunakan bersamaan dalam pengendalian
kualitas.

4. R-chart
Pada R-chart, range merupakan perbedaan antara nilai terkecil dan
terbesar dari sampel. Perbedaan ini menggambarkan keragaman yang
dihasilkan dari suatu proses. Perhitungan dari range adalah sebagai berikut.
Batas atas (Upper Control Limit) = D4 R
Batas bawah (Under Control Limit) = D3 R
Sedangkan nilai R dihitung dengan rumus sebagai berikut.
R
R=
k
Di mana R = range dari masing-masing sampel
k = jumlah sampel
(Harap pelajari Contoh pada Statistical Process Control Operation
Management Jay Heizer dan Barry Render).

5. X-chart
Untuk x-chart rata-rata dari sampel dihitung dan diplotkan pada chart.
Untuk sampel dilakukan 4 atau 5 kali pengulangan dengan nilai rata-rata
sebagai berikut.
x1 + x 2 + x 3 ...x k
x=
k

sedangkan batas bawah dan atas dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Batas atas (Upper Control Limit) = x + A2 R

Batas bawah (Under Control Limit) = x - A 2 R


(Harap pelajari Contoh pada Statistical Process Control Operation
Management Jay Heizer dan Barry Render)

Penggunaan R-chart dan X-chart secara bersamaan adalah sangat baik


sehubungan dengan adakalanya suatu proses dengan variasi yang kecil, tetapi
dengan rata-rata melampaui batas bawah atau atas dan sebaliknya. Di
samping chart yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk melihat
kerandoman suatu sampel dapat juga menggunakan control chart pattern, di
mana sampel dikatakan on control, apabila memiliki karakteristik yang sama
walaupun sampel masih dalam batas atas dan bawah masih memungkinkan
sampel tersebut tidak acak atau out of control. Hal yang dapat dilakukan
adalah dengan membagi chart menjadi tiga kategori (lihat Gambar 15.4 buku
Operation Management Russell halaman 690). Dengan menentukan apakah
data (sampel) yang dimiliki out of control dapat dilihat dengan
membandingkannya pada kondisi ini hal-hal berikut ini.
1. Delapan data yang berurutan berada pada satu sisi dari nilai rata-rata.
2. Delapan data yang berurutan naik atau turun.
3. 14 data yang berurutan bergantian naik dan turun.
4. Dua atau tiga data berurutan terdapat pada zona A pada satu sisi dari
nilai rata-rata.
5. Empat dari lima data yang berurutan terdapat pada zona A atau B pada
satu sisi dari nilai tengah.

C. TEORI ANTRIAN

Waktu tunggu menjadi lebih penting karena berdampak pada


peningkatan kualitas khususnya yang berhubungan dalam operasi perusahaan
jasa. Ketika seorang konsumen pergi ke suatu bank untuk mengambil uang
kas atau menabung atau seorang konsumen yang datang ke sebuah bengkel
ingin memperbaiki kendaraannya atau datang ke sebuah swalayan atau
department store, secara umum tentunya mereka ingin mendapatkan kualitas
pelayanan yang cepat sesuai harapan. Dalam kondisi demikian, perusahaan
jasa perlu fokus terhadap pengurangan waktu tunggu sebagai komponen
dalam memperbaiki kualitas. Hanya perusahaan yang mampu mengurangi
waktu tunggu dan menyediakan pelayanan lebih cepat untuk meningkatkan
kapasitas pelayananlah yang biasanya akan sukses, misalnya dengan
menambah jumlah teller, meningkatkan peralatan mekanik yang lebih
canggih dan lebih banyak, menambah jumlah pelayan. Waktu tunggu dapat
dianalisis secara matematika yang sering kita sebut dengan teori Antrian
(queuing theory).
1. Elemen-elemen Analisis Waktu Tunggu
Keputusan tentang waiting line manajemen waiting line didasarkan pada
rata-rata konsumen yang datang dan waktu pelayanan. Perusahaan jasa pada
umumnya menggunakan formula antrian untuk menghitung karakteristik
operasi, seperti rata-rata jumlah konsumen yang ada dalam antrian, rata-rata
konsumen harus menunggu dalam suatu antrian.
Elemen-elemen dasar dalam waiting line atau antrian, antara lain berikut
ini.
a. Kedatangan.
b. Pelayanan.
c. Antrian.

Hubungan antara elemen-elemen ini dapat digambarkan dalam ilustrasi


berikut. Dalam gambar berikut menunjukkan tipe sederhana dari waiting line
system, a single server with a single queue.

Source of
Costumers
Antrian Pelayanan
calling
population
Kedatangan
Pelayanan
konsumen

Gambar 1. Antrian dengan Satu Pelayanan

2. The Calling Population


Dalam pembahasan tentang antrian, konsumen adalah seseorang atau
sesuatu yang menginginkan pelayanan dari suatu operasi. The Calling
Population adalah sumber dari konsumen dalam sistem antrian.
a. Rata-rata kedatangan
Rata-rata kedatangan adalah frekuensi kedatangan pelanggan dalam
suatu antrian berdasarkan distribusi probabilitas.

b. Waktu Pelayanan
Waktu pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani seorang
pelanggan, biasanya digambarkan menggunakan distribusi eksponensial
negatif.

c. Rata-rata Kedatangan Kurang dari Rata-rata Pelayanan (Arrival Rate


Less Than Service Rate)
Pelanggan harus dilayani lebih cepat daripada waktu kedatangan atau
<µ.

d. Panjang dan Disiplin Antrian


Disiplin antrian adalah urutan pelayanan yang diberikan pada para
pelanggan. Biasanya, pelanggan yang pertama kali datang, pertama kali
dilayani (first come, first served).

e. Struktur Dasar Jalur Tunggu


Berdasarkan fasilitas pelayanannya, struktur dasar jalur tunggu dapat
dikategorikan menjadi 4 struktur sebagai berikut.
1) Single-channel, single-phase

Antrian Pelayanan

2) Single-channel, multiple-phase

3) Multiple-channel, single-phase
4) Multiple-channel, multiple-phase

Gambar 2. Model Antrian

Jumlah jalur (channel) dalam proses antrian adalah jumlah fasilitas


pelayanan (server) yang paralel untuk melayani pelanggan yang datang,
sedangkan jumlah tahap (phase) adalah jumlah fasilitas pelayanan yang
berurutan yang harus dilalui pelanggan untuk mendapatkan pelayanan yang
lengkap.

f. Karakteristik Operasi
Matematika yang digunakan dalam analisis antrian bukan suatu solusi
yang terbaik, namun secara umum dapat dipergunakan dalam mengukur
karakteristik operasi yang menggambarkan kinerja sistem antrian dan juga
dapat dipergunakan oleh manajemen dalam mengevaluasi sistem dan
pengambilan keputusan.
Karakteristik dasar operasi yang dipergunakan dalam analisis antrian,
meliputi hal-hal berikut ini.
Tabel 5. Karakteristik Analisis Antrian

Notasi Karakteristik Operasi


L Rata-rata jumlah konsumen dalam sistem

Rata-rata jumlah konsumen dalam antrian


Lq
Waktu rata-rata konsumen dalam sistem
W
Waktu rata-rata konsumen dalam antrian
Wq
Probabilitas tidak ada konsumen dalam sistem
P0
Probabilitas n konsumen dalam sistem
Pn

Biaya Total

Biaya Pelayanan
Biaya
Perkiraan

Biaya Antrian

Gambar 3. Hubungan Biaya dan Kualitas Pelayanan


g. Model pelayanan tunggal
Model pelayanan tunggal mempunyai beberapa asumsi, seperti berikut
ini.
1) Poisson arrival rate.
2) Exponential service time.
3) First-come, first-served queue discipline.
4) Infinite queue length.
5) Infinite calling population.

Karakteristik operasi model pelayanan tunggal dihitung menggunakan


formula berikut ini.
Di mana:
 adalah tingkat kedatangan
 adalah tingkat pelayanan
n adalah jumlah konsumen dalam sistem antrian

h. Model antrian tunggal


Rumus model antrian tunggal adalah berikut ini.
1) Probabilitas tidak ada unit yang antri

P0 = 1-

2) Probabilitas n konsumen dalam sistem antrian

P0 = 1-

3) Jumlah rata-rata konsumen dalam sistem

L=
- 
4) Jumlah rata-rata konsumen dalam antrian
2
Lq =
 ( -  )
5) Jumlah rata-rata dalam sistem

JS =
- 
6) Rata-rata waktu menunggu dalam antrian

Wq =
 (  - )
7) Rata-rata waktu menunggu dalam sistem
1
WS = =
- 
Di mana:  adalah tingkat kedatangan per jam
 adalah tingkat pelayanan per jam

i. Model antrian ganda


Rumus model antrian ganda adalah berikut ini.
1) Probabilitas tidak ada unit yang antri
1
P0 = n k
(
k- 1  
) (   ) ìïï k  üïï
ån= 0 n ! +
k!
í ý
ïîï k  -  ïþï
2) Tingkat kegunaan peralatan
Pa = 1-PO
3) Jumlah rata-rata antrian
k
(  )  
Ja = 2
P0
( k - 1) ! ( k  -  )
4) Jumlah rata-rata dalam sistem

Js = Ja +
0
5) Rata-rata waktu menunggu dalam antrian
J
Wa = a

6) Rata-rata waktu menunggu dalam sistem
1
Ws = Wa +

Di mana:
 = tingkat kedatangan permintaan pelayanan
 = tingkat pelayanan
k = jumlah titik pelayanan yang ada

Anda mungkin juga menyukai