Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN TEORI TOTAL QUALITY CONTROL

DARI FEIGENBAUM

Putri Fajar Wulandari


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro
E-mail: puputfw@gmail.com
ABSTRAKS
Dalam era globalisasi ini, kompetisi antar perusahaan semakin ketat. Perusahaan memerlukan
strategi untuk mengalahkan kompetitor dalam persaingan, salah satunya dengan pengendalian
kualitas. Total Quality Control merupakan salah satu metode untuk mengendalikan kualitas
oleh seorang guru kualitas bernama Armand V. Feigenbaum. TQC berarti pengendalian
kualitas secara keseluruhan, dilakukan semua unit perusahaan pada semua proses. Pada jurnal
ini membahas mengenai TQC, mulai dari sejarah, perkembangan, dan prinsip-prinsipnya.
Metode yang digunakan dalam penyusunan jurnal ini adalah kajian literatur.
Kata Kunci : Total Quality Control, perusahaan
ABSTRACT
In this globalization era, the competition between companies is getting tougher. Companies
need a strategy to beat the competitors in the competition, one of the strategy with quality
control. Total Quality Control is one of the methods to control the quality by a quality guru
named Armand V. Feigenbaum. TQC means the overall quality control, done all units of the
company on all the process. On this journal discusses the TQC, starting from the history,
development, and principles of Total Quality Control. The method used in this paper is the
study of literature.
Keyword : company, Total Quality Control

1. Pendahuluan
Dalam era globalisasi ini, kompetisi antar perusahaan semakin ketat. Perusahaan
berlomba-lomba untuk menarik minat konsumen dan mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya. Berbagai cara ditempuh oleh perusahaan, seperti promosi besar-besaran,
penggunaan material berkualitas, dan harga yang bersaing. Selain itu, perusahaan juga sudah

menggunakan prinsip pengendalian kualitas untuk menjadi mutu produk atau jasanya
sehingga dapat bersaing dengan kompetitor. Ada banyak teori mengenai bagaimana cara
untuk mengendalikan kualitas. Ada beberapa guru kualitas seperti Shewhart dengan control
chart, Deming dengan statistical process control, Ishikawa dengan diagram fishbone, dan
Crosby dengan zero defect. Salah satu teori yang cukup terkenal dari guru kualitas adalah
Armand V. Feigenbaum dengan bukunya yang berjudul Total Quality Control. Teori ini
menjelaskan bahwa pengendalian kualitas haruslah meliputi semua aspek dalam perusahaan,
mulai dari pemasaran, engineering, purchasing, proses manufaktur, hingga pelayaanan purnajual kepada konsumen.
Pengendalian kualitas terpadu memiliki banyak keuntungan untuk perusahaan, seperti
mereduksi biaya, meningkatnya daya saing, hingga meningkatkan kepuasan pelanggan.
Melihat banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, maka aspek pengendalian
kualitas haruslah menjadi aspek penting bagi perusahaan untuk diterapkan.

2. Kajian Literatur
Armand V. Feigenbaum pertama kali memperkenalkan konsep pengendalian kualitas
dalam bukunya yang berjudul Total Quality Control yang pertama diterbitkan tahun 1951.
Buku ini ditulis ketika Feigenbaum adalah seorang mahasiswa doctor di Massachusetts
Institute of Technology. Armand V. Feigenbaum adalah orang pertama yang mendefinisikan
pendekatan

system

engineering

terhadap

kualitas. Total

Quality Control

(TQC)

mengkombinasikan metode manajemen dan teori ekonomi dengan prinsip organisasi


sehingga menghasilkan dalam kepemimpinan. Kinerja peningkatan kualitas tersebar luas
dalam bisnis berhubungan dengan efek ekonomi jangka panjang. Selama bertahun-tahun,
Feigenbaum memilah teori bisnisnya untuk mendemontrasikan hubungan ekonomi dimana
kualitas mempengaruhi performa komersial.
Buku Total Quality Control milik Feigenbaum ini kemudian menjadi populer. Meskipun
perkembangannya agak lambat. Studi Feigenbaum mengenai efek makroekonomi dari
peningkatan kualitas telah menunjukkan adanya ketertinggalan antara awal program
peningkatan kualitas total dalam perusahaan dan efek ekonomi melalui bisnis umum.
Contohnya, kualitas mulai diperkenalkan di Jepang tahun 1950an, namun ekonomi tidak
berkembang sampai 1970an. Serupa dengan itu, Amerika Serikat mulai menggunakan
kualitas pada awal 1980an namun tidak terdapat kesuksesan ekonomi hingga 1990an.

Hal yang mendasari terjadinya kegagalan penerapan Total Quality Control adalah adanya
kesalahpahaman. Istilah tersebut seakan-akan menunjukkan bahwa pengendalian kualitas
hanyalah diterapkan oleh satu departemen tertentu. Sehingga manajemen tidak menyadari
bahwa komponen dasar TQC haruslah diterapkan oleh semua aspek dalam perusahaan.
Konsep Total Quality Control sekarang berkembang menjadi Total Quality Management
(TQM) atau yang biasa disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) yang merupakan
perpaduan konsep dasar dari Feigenbaum, Juran, dan Deming.
Namun pada akhirnya, buku Total Quality Control banyak mempengaruhi filosofi awal
dari manajemen kualitas di Jepang pada awal tahun 1950an. Faktanya, banyak perusahaan
Jepang menggunakan istilah Total Quality Control untuk mendeskripsikan usaha mereka.
Bagaimanapun juga, aspek organisasi Feigenbaum sangatlah penting, karena peningkatan
kualitas biasanya tidak dianggap sebagai aktivitas utama. Peningkatan kualitas memerlukan
banyak komitmen manajemen untuk membuatnya bekerja.

3. Metodologi
Dalam penulisan jurnal ini, penulis menggunakan metode literatur. Literatur yang
digunakan berasal dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang relevan. Buku yang digunakan
adalah buku-buku mengenai pengendalian kualitas. Jurnal yang digunakan adalah jurnal
mengenai Feigenbaum, Total Quality Control, dan Total Quality Management.
4. Hasil dan Pembahasan
Feigenbaum menggunakan tiga langkah pendekatan untuk meningkatkan kualitas, yaitu
kepemimpinan kualitas, teknologi kualitas, dan komitmen organisasi. Untuk teknologi
kualitas, Feigenbaum menggunakan metode statistik dan metode rekayasa/engineering.
Feigenbaum memperhatikan struktur organisasi dan pendekatan sistem untuk meningkatkan
kualitas. Dia menggunakan 19 langkah proses peningkatan kualitas, dimana langkah ke-17
menggunakan metode statistika. Dia awalnya menyarankan kemampuan teknik tersebut
dikonsentrasikan pada departemen tertentu. Hal ini berlawanan dengan pandangan modern
saat ini dimana alat statistika perlu untuk disebarluaskan.
Total Quality Control lebih dari sekedar metode kualitas biasa. TQC mengkombinasikan
metode manajemen dan teori ekonomi dengan prinsip organisasi. Sudah 50 tahun sejak

Feigenbaum mempublikasikan buku TQC, namun 10 atribut utama dalam buku tersebut
masih banyak diaplikasikan dalam perusahaan saat ini, yaitu :

Kualitas adalah proses di seluruh organisasi (Quality control must be a company-wide


process)
Kualitas merupakan

konsep

horizontal

lintas

divisi

fungsional

organisasi.

Pengendalian kualitas haruslah dilakukan oleh semua divisi dalam organisasi,


meliputi marketing, engineering, purchasing, manufacturing engineering, shipping,

dan installation and service.


Kualitas adalah apa yang dikatakan oleh konsumen (Quality is defined by the
customer)
Konsumen adalah pihak yang dapat menentukan apakah suatu produk itu berkualitas

atau tidak. Konsumen berhak menilai kualitas suatu produk.


Kualitas dan biaya adalah jumlah, bukan selisih (Quality and cost is a sum, not a

difference)
Kualitas membutuhkan kerja individu dan tim (Quality requires both individual and
team enthusiasm)
Kualitas haruslah dilakukan oleh semua anggota dalam organisasi atau perusahaan.
Menjaga kualitas membutuhkan kerja karyawan secara individu ataupun secara

berkelompok dengan karyawan lain.


Kualitas adalah cara mengatur (Quality is a way of managing)
Pengendalian kualitas meliputi semua aspek perusahaan, termasuk bagaimana cara
mengatur atau manajemen.
Kualitas dan inovasi berpengaruh satu sama lain (Quality and innovation are
interdependent)
Kualitas yang baik haruslah diterapkan pada suatu inovasi yang baik. Inovasi yang
baik memerlukan pengendalian kualitas yang baik agar sukses. Kualitas dan inovasi

saling mempengaruhi.
Kualitas adalah sebuah etika (Quality is an ethic)
Kualitas adalah sebuah etika sehingga setiap perusahaan seharusnya menerapkan
pengendalian kualitas.
Kualitas membutuhkan perbaikan berkelanjutan (Enhanced quality demands
continuous improvement)
Peningkatan kualitas menuntut perbaikan berkesinambungan, haruslah dikerjakan
terus-menerus. Mulai dari merencanakan, pelaksanakan, mengevaluasi hasil,
kemudian mengimplementasikan kembali.

Kualitas merupakan biaya yang paling sedikit, modal paling kecil, untuk
meningkatkan produktivitas (Quality is the most cost-effective and least capitalintensive route to productivity)
Pengendalian kualitas merupakan salah satu cara paling efisien untuk meningkatkan
produktivitas. Karena dengan pengendalian kualitas, banyaknya produk cacat bisa

ditekan sehingga biaya produksi bisa direduksi.


Kualitas diimplementasikan sebagai sistem yang menghubungkan dengan konsumen
dan supplier (Quality is implemented with a total system connected with customers
and suppliers)
Kualitas meliputi semua aspek perusahaan, termasuk supplier yaitu mutu barang dari
supplier serta konsumen yaitu mutu barang yang akan dikirim ke konsumen.

Menurut Feigenbaum, banyak organisasi melakukan kesalahan dengan melihat bahwa


hanya dengan menggunakan alat statistika berarti termasuk pengendalian kualitas. Sehingga
dia menekankan bahwa alat statistika memiliki presentase yang sangat kecil dalam
pengaruhnya terhadap program pengendalian kualitas. Singkatnya, alat dan teknik statistika
adalah bagian dari sistem pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas lebih luas dari sekedar
alat dan teknik statistika.
Buku Feigenbaum terinspirasi dari ide bahwa pengendalian kualitas adalah tanggung
jawab manajemen. Dia menekankan bahwa manajemen seharusnya memahami bahwa ada
aspek penting yang mempengaruhi kualitas, yaitu manusia. Pengendalian kualitas bukan
hanya mengenai penggunaan ilmu statistika. Maka dari itu, pihak manajemen perlu bekerja
keras untuk meningkatkan konsistensi dan kualitas pekerja.
Feigenbaum mendefinisikan pengendalian kualitas sebagai sebuah sistem efektif untuk
mengkoordinasi usaha perawatan kualitas dan perbaikan kualitas dari berbagai grup dalam
organisasi sehingga meningkatkan produktivitas dengan tingkat ekonomi terendah sehingga
meningkatkan kepuasan pelanggan.
Menurut Feigenbaum, kualitas tidak berarti hanya memberi produk terbaik kepada
konsumen. Lebih penting lagi adalah pengendaliannya, yang berfokus pada standar kualitas
yang bisa dicapai, kondisi kerja yang nyaman, dan membuat standar kualitas baru dengan
tujuan peningkatan jangka panjang.
Kualitas harus mencakup semua tahap dalam pembuatan produk. Hal ini termasuk desain,
proses manufaktur, pengecekan kualitas, penjualan, layanan purna-jual, dan kepuasan

pelanggan ketika produk dikirim kepada pelanggan. Mengingat bahwa faktor-faktor tersebut
mengontrol persepsi kualitas, ia mengusulkan suatu kontrol untuk mengendalikan fase yang
disebutkan sebelumnya.

New-design control
Incoming material control
Product control
Special process studies.

Karena kontrol tersebut mempengaruhi kualitas produk, maka pasti juga mempengaruhi
kualitas produk akhir.
Ide Feigenbaum terhadap pengendalian kualitas modern lebih pada dasar manajemen. Dia
merekomendasikan

Meningkatkan efisiensi operator dengan mengedukasi mereka terhadap kualitas


Bertujuan meningkatkan kesadaran kualitas melalui organisasi
Melibatkan seluruh anggota organisasi untuk setiap proses kualitas

Berkembang dengan konstan, bukan tiba-tiba


Pengendalian kualitas modern telah membuat peningkatan berkesinambungan (continuous
improvement). Dia percaya bahwa kesuksesan program pengendalian kualitas tergantung
pada kemampuannya melliputi semakin banyak pekerja.
Pada tahun 1983. Feigenbaum menulis buku keduanya mengenai Total Quality Control.
Pada buku ini, Feigenbaum focus pada kualitas perspektif pembeli. Feigenbaum juga
menjelaskan mengapa beberapa perusahaan dapat menerapkan pengendalian kualitas dengan
sukses sedangkan yang lain gagal. Buku tersebut focus pada bagaimana mencapai Total
Quality Control. Buku tersebut meyakini bahwa organisasi harus melihat kualitas sebagai
gerbang kesuksesan. Buku meyakini bahwa kualitas merupakan cara dasar untuk mengatur
organisasi. Seperti keuangan dan pemasaran, kualitas sekarang menjadi elemen dasar pada
manajemen modern. Konsep Total Quality Control sekarang berkembang menjadi Total
Quality Management (TQM) atau yang biasa disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) yang
merupakan perpaduan konsep dasar dari Feigenbaum, Juran, dan Deming.

5. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas


merupakan aspek penting dalam perusahaan. Salah satu guru kualitas adalah Feigenbaum
dengan Total Quality Control (TQC). TQC berarti pengendalian kualitas secara keseluruhan,
meliputi semua aspek dalam perusahaan. Dengan diterapkannya TQC dengan benar,
diharapkan perusahaan dapat bersaing dengan kompetitor dengan mengandalkan kualitas
yang baik.

Referensi
Casas, Alejandro Muoz. 2011. Total Quality Management : Quality Culture, Leadership and
Motivation. Milan : Politecnico Di Milano.
Montgomery, D.C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control 6rd ed., New. York: John
Wiley & Sons.
Watson, Gregory. 2005. Gurus Of Quality : Feigenbaums Enduring Influence. Oklahoma :
Quality Progress

Putri Fajar Wulandari


21070112120006
Kelas A
Siklus PDCA
Siklus PDCA adalah suatu siklus pemecahan masalah yang terencana dengan baik dari
awal perencanaan suatu pemecahan masalah hingga tahap implementasi. Siklus PDCA (Plan
Do Check Action) dikenal juga dengan dua nama lain yang ada kaitannya dengan para
penggagasnya yaitu siklus Shewhart dan siklus Demings.
Walter A. Shewhart pertama kali berbicara tentang konsep PDCA dalam bukunya yang
berjudul Statistical Method From the Viewpoint of Qualitiy Control pada tahun 1939. W.
Edward Demings adalah orang pertama yang menggunakan istilah Shewhart Cycle atau
siklus Shewhart untuk PDCA. Demings mempromosikan PDCA sebagai sebuah cara yang
utama dalam mencapai Continuous Process Improvement (peningkatan proses berkelanjutan).
Ia juga menyebutkan siklus PDCA sebagai siklus PDSA, yaitu Plan-Study-Check-Action.
Demings pula yang dianggap mendorong orang Jepang di tahun 1950-an agar mereka
menerima dan menggunakan konsep PDCA. Itulah sebabnya mereka orang-orang Jepang
tersebut menyebut siklus PDCA dengan siklus Demings
Siklus PDCA terdiri atas 4 langkah, yaitu :
1. Merencanakan (Plan)
Merupakan tahap perencanaan penanggulangan masalah. Pada tahap ini, kita menyadari
adanya peluang dan merencanakan perubahan untuk mewujudkan agar peluang itu
menjadi kenyataan.
2. Melakukan (Do)
Merupakan tahap pelaksanaan penanggulangan masalah. Pada tahap ini, kita melakukan
tes atau pengujian terhadap perubahan yang diinginkan.
3. Mengecek (Check)
Merupakan tahap evaluasi atau pemeriksaan hasil. Pada tahapan ini, kita mereview tes
yang telah dilakukan, menganalisa hasilnya dan mengindentifikasi berbagai kemungkinan
yang dapat dipetik untuk dijadikan pelajaran. Jika hasilnya tidak, yaitubelum dapat
menanggulangi permasalahan maka kembali ke tahap perencanaan awal lagi (Plan). Akan
tetapi, jika hasilnya ya, berarti hasilnya sudah dapat menanggulangi permasalahannya
maka lanjut ke tahapan selanjutnya yaitu Act.

4. Bertindak (Act)
Merupakan tahap implementasi dan tindak lanjut seperti standarisasi dan sosialisasi dari
hasil penanggulangan masalah. Lakukan tindakan-tindakan berdasarkan apa yang telah
dipelajari pada langkah pengecekan. Apabila perubahan memang berhasil, maka susunlah
pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik dan berasal dari tes tersebut, lalu masukkanlah ke
dalam perubahan yang lebih luas. Jika tidak demikian halnya, maka anda perlu
melakukan lagi langkah-langkah lebih lanjut sesuai siklus PDCA dengan rencana yang
berbeda
Tahapan PDCA ini berlangsung secara terus menerus sebagai siklus yang berputar terus
secara berkesinambungan untuk selalu mengantisipasi permasalahan yang akan timbul.
Sehingga tujuan PDCA adalah untuk mencapai perbaikan berkesinambungan (continuous
improvement).

Untuk memecahkan masalah yang timbul mengenai permasalahan kualitas, diperlukan


suatu alat bantu yang dapat dipergunakan secara tepat. Oleh karena itu, diciptakan alat-alat bantu
yang dapat dipergunakan secara mudah namun tepat untuk membantu pelaksanaan dalam
melakukan langkah pemecahan masalah.
Alat bantu yang dikembangkan ialah 7 alat pengendalian kualitas (The 7 QC Tools), yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lembar Periksa (Check Sheet)


Histogram
Diagram Pareto (Pareto Chart)
Stratifikasi (Stratification)
Diagram Tebar (Scatter Diagram)
Peta Kendali (Control Chart)
Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram).
1. Lembar Periksa (Check Sheet)

Lembar periksa adalah suatu formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah
dicetak dalam formulir tersebut, dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah
dan ringkas.
Check Sheet mempunyai banyak tujuan, tetapi yang terutama adalah mempermudah
proses pengumpulan data dan dalam bentuk yang dapat dengan mudah digunakan dan
dianalisis secara otomatis.
Lembar periksa dapat digunakan untuk berbagai jenis data yaitu data variabel maupun
data atribut. Contoh dari lembar periksa untuk data atribut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Contoh Lembar Periksa untuk Data Atribut

Jenis Kerusakan
Permukaan Tergores
Retak
Tidak Lengkap
Bentuk Tidak Serasi
Lain- lain
Total

Hasil Pemeriksaan
|||||||||||||||||
|||||||||||
||||||||||||||||||||||||
|||||
|||

Frekuensi
17
11
26
5
3
62

2. Histogram
Histogram merupakan diagram yang berfungsi untuk menggambarkan bentuk distribusi
sekumpulan data yang biasanya berupa karakteristik mutu. Histogram merupakan salah satu alat
yang membantu kita untuk menemukan variasi. Histogram merupakan suatu potret dari proses
yang menunjukkan : (1) diagram berupa grafik balok yang dibentuk dari distribusi dari
pengukuran, dan (2) frekuensi dari setiap pengukuran itu. Histogram ini dapat dibuat dengan
cara membentuk terlebih dahulu Tabel Frekuensinya, kemudian diikuti dengan perhitungan
Statistis, baru kemudian mem-plot data ke dalam Histogram. Hasil plot data akan memudahkan
dalam menganalisis kecenderungan sekelompok data.
Berikut ini contoh diagram histogram:

Gambar 1. Contoh Histogram


3. Diagram Pareto

Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan
banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang
pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai
masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah
serta ditempatkan pada sisi paling kanan.
Sebuah diagram pareto menunjukkan masalah apa yang pertama harus kita pecahkan
untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki operasi. Item cacat yang paling sering
muncul ditangani terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan item cacat tertinggi kedua
dan seterusnya. Walaupun diagram ini sangat sederhana, grafik balok ini sangat berguna
dalam pengendalian mutu pabrik, kita dapat lebih mudah melihat kerusakan mana yang
paling penting dengan grafik balok dari pada dengan menggunakan sebuah tabel bilangan
saja.

Gambar 2. Contoh Diagram Pareto


4.

Stratifikasi Masalah
Merupakan suatu usaha untuk mengelompokkan usaha (data kerusakan, fenomena, sebab

akibat) kedalam kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Dasar pengelompokkan
stratifikasi sangat bergantung pada tujuan pengelompokkan sehingga dasar pengelompokkan
dapat berbeda-beda tergantung pada permasalahan sumber daya atau hasil.
5. Diagram Tebar
Suatu diagram yang menggambarkan hubungan antara dua faktor dengan memplot data
dari kedua faktor tersebut dari suatu grafik. Dengan diagram ini kita dapat menentukan korelasi
antara suatu sebab dengan akibatnya. Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan regresi atau dengan menggunakan metode nilai tengah.
Ada beberapa jenis korelasi yang dapat terlihat dari diagram tebar ini, yaitu :

1.

Korelasi positif y akan naik bila x naik. Bila x


dikendalikan maka y juga akan terkendali.

2. Ada kecenderungan korelasi positif. Bila x naik, y cenderung naik, tapi mungkin ada
faktor lain yang berpengaruh.
3. Tidak nampak adanya suatu korelasi.
4. Ada kecenderungan korelasi negatif. Bila x naik, y cenderung turun.
5. Korelasi negatif, y akan turun bila x naik.
Diagram Tebar
15
10
Jumlah Mahasisw a

5
0
0

10

12

Tinggi Badan

Berikut

ini

diberikan

contoh diagram tebar :

Gambar 3. Contoh Bentuk Diagram Tebar

6.

Peta Kendali
Peta kendali adalah merupakan grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan batas

minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Peta kendali dimaksudkan untuk
menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab
khusus dari variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus dari variasi yang disebabkan oleh
penyebab umum.
Peta ini menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu tetapi tidak menunjukkan
penyebab penyimpangan, meskipun adanya penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali
tersebut.
Peta kendali dapat digunakan untuk :

a. Membedakan variasi yang bersifat acak (random) terhapat variasi yang timbul akibat
sebab-sebab tertentu.
b. Memonitor terjadinya perubahan proses.
c. Membantu menentukan sebab-sebab terjadinya suatu variasi.
Berdasarkan jenis datanya, peta kendali dibedakan menjadi dua, yaitu peta kendali atribut
dan peta kendali variabel. Peta kendali untuk data atribut yang umum digunakan adalah peta p,
np, c, dan u. Peta kendali untuk data variabel yang umum dikenal adalah peta kendali x
-R, x -S, dan X-MR..
Peta Kendali
12
10
8
Waktu

6
4
2
0
1

10

11

12

13

14

Dimensi

Contoh peta kendali :

BKA

Gambar 4. Contoh Bentuk Peta Kendali


7. Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)
Diagram ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari unsur penyebab
yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut. Diagram ini sering disebut dengan diagram
tulang ikan karena menyerupai bentuk susunan tulang ikan diagram Ishikawa (Ishikawas
diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo
pada tahun 1953. Bagian kanan dari diagram biasanya menggambarkan akibat atau
permasalahan sedangkan cabang-cabang tulang ikannya menggambarkan penyebabnya. Pada
umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan dengan masalah kualitas. Sedangkan unsur-

unsur penyebab biasanya terdiri dari faktor-faktor manusia, material, mesin, metode, dan
lingkungan.

Gambar 5. Contoh Bentuk Diagram Tulang Ikan (Fishbone)


Dalam diagram sebab akibat, faktor merupakan penyebab terjadinya cacat, sementara
karakteristik mutu merupakan akibat. Pada umumnya, faktor harus ditulis lebih rinci untuk
membuat diagram menjadi bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai