DARI FEIGENBAUM
1. Pendahuluan
Dalam era globalisasi ini, kompetisi antar perusahaan semakin ketat. Perusahaan
berlomba-lomba untuk menarik minat konsumen dan mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya. Berbagai cara ditempuh oleh perusahaan, seperti promosi besar-besaran,
penggunaan material berkualitas, dan harga yang bersaing. Selain itu, perusahaan juga sudah
menggunakan prinsip pengendalian kualitas untuk menjadi mutu produk atau jasanya
sehingga dapat bersaing dengan kompetitor. Ada banyak teori mengenai bagaimana cara
untuk mengendalikan kualitas. Ada beberapa guru kualitas seperti Shewhart dengan control
chart, Deming dengan statistical process control, Ishikawa dengan diagram fishbone, dan
Crosby dengan zero defect. Salah satu teori yang cukup terkenal dari guru kualitas adalah
Armand V. Feigenbaum dengan bukunya yang berjudul Total Quality Control. Teori ini
menjelaskan bahwa pengendalian kualitas haruslah meliputi semua aspek dalam perusahaan,
mulai dari pemasaran, engineering, purchasing, proses manufaktur, hingga pelayaanan purnajual kepada konsumen.
Pengendalian kualitas terpadu memiliki banyak keuntungan untuk perusahaan, seperti
mereduksi biaya, meningkatnya daya saing, hingga meningkatkan kepuasan pelanggan.
Melihat banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, maka aspek pengendalian
kualitas haruslah menjadi aspek penting bagi perusahaan untuk diterapkan.
2. Kajian Literatur
Armand V. Feigenbaum pertama kali memperkenalkan konsep pengendalian kualitas
dalam bukunya yang berjudul Total Quality Control yang pertama diterbitkan tahun 1951.
Buku ini ditulis ketika Feigenbaum adalah seorang mahasiswa doctor di Massachusetts
Institute of Technology. Armand V. Feigenbaum adalah orang pertama yang mendefinisikan
pendekatan
system
engineering
terhadap
kualitas. Total
Quality Control
(TQC)
Hal yang mendasari terjadinya kegagalan penerapan Total Quality Control adalah adanya
kesalahpahaman. Istilah tersebut seakan-akan menunjukkan bahwa pengendalian kualitas
hanyalah diterapkan oleh satu departemen tertentu. Sehingga manajemen tidak menyadari
bahwa komponen dasar TQC haruslah diterapkan oleh semua aspek dalam perusahaan.
Konsep Total Quality Control sekarang berkembang menjadi Total Quality Management
(TQM) atau yang biasa disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) yang merupakan
perpaduan konsep dasar dari Feigenbaum, Juran, dan Deming.
Namun pada akhirnya, buku Total Quality Control banyak mempengaruhi filosofi awal
dari manajemen kualitas di Jepang pada awal tahun 1950an. Faktanya, banyak perusahaan
Jepang menggunakan istilah Total Quality Control untuk mendeskripsikan usaha mereka.
Bagaimanapun juga, aspek organisasi Feigenbaum sangatlah penting, karena peningkatan
kualitas biasanya tidak dianggap sebagai aktivitas utama. Peningkatan kualitas memerlukan
banyak komitmen manajemen untuk membuatnya bekerja.
3. Metodologi
Dalam penulisan jurnal ini, penulis menggunakan metode literatur. Literatur yang
digunakan berasal dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang relevan. Buku yang digunakan
adalah buku-buku mengenai pengendalian kualitas. Jurnal yang digunakan adalah jurnal
mengenai Feigenbaum, Total Quality Control, dan Total Quality Management.
4. Hasil dan Pembahasan
Feigenbaum menggunakan tiga langkah pendekatan untuk meningkatkan kualitas, yaitu
kepemimpinan kualitas, teknologi kualitas, dan komitmen organisasi. Untuk teknologi
kualitas, Feigenbaum menggunakan metode statistik dan metode rekayasa/engineering.
Feigenbaum memperhatikan struktur organisasi dan pendekatan sistem untuk meningkatkan
kualitas. Dia menggunakan 19 langkah proses peningkatan kualitas, dimana langkah ke-17
menggunakan metode statistika. Dia awalnya menyarankan kemampuan teknik tersebut
dikonsentrasikan pada departemen tertentu. Hal ini berlawanan dengan pandangan modern
saat ini dimana alat statistika perlu untuk disebarluaskan.
Total Quality Control lebih dari sekedar metode kualitas biasa. TQC mengkombinasikan
metode manajemen dan teori ekonomi dengan prinsip organisasi. Sudah 50 tahun sejak
Feigenbaum mempublikasikan buku TQC, namun 10 atribut utama dalam buku tersebut
masih banyak diaplikasikan dalam perusahaan saat ini, yaitu :
konsep
horizontal
lintas
divisi
fungsional
organisasi.
difference)
Kualitas membutuhkan kerja individu dan tim (Quality requires both individual and
team enthusiasm)
Kualitas haruslah dilakukan oleh semua anggota dalam organisasi atau perusahaan.
Menjaga kualitas membutuhkan kerja karyawan secara individu ataupun secara
saling mempengaruhi.
Kualitas adalah sebuah etika (Quality is an ethic)
Kualitas adalah sebuah etika sehingga setiap perusahaan seharusnya menerapkan
pengendalian kualitas.
Kualitas membutuhkan perbaikan berkelanjutan (Enhanced quality demands
continuous improvement)
Peningkatan kualitas menuntut perbaikan berkesinambungan, haruslah dikerjakan
terus-menerus. Mulai dari merencanakan, pelaksanakan, mengevaluasi hasil,
kemudian mengimplementasikan kembali.
Kualitas merupakan biaya yang paling sedikit, modal paling kecil, untuk
meningkatkan produktivitas (Quality is the most cost-effective and least capitalintensive route to productivity)
Pengendalian kualitas merupakan salah satu cara paling efisien untuk meningkatkan
produktivitas. Karena dengan pengendalian kualitas, banyaknya produk cacat bisa
pelanggan ketika produk dikirim kepada pelanggan. Mengingat bahwa faktor-faktor tersebut
mengontrol persepsi kualitas, ia mengusulkan suatu kontrol untuk mengendalikan fase yang
disebutkan sebelumnya.
New-design control
Incoming material control
Product control
Special process studies.
Karena kontrol tersebut mempengaruhi kualitas produk, maka pasti juga mempengaruhi
kualitas produk akhir.
Ide Feigenbaum terhadap pengendalian kualitas modern lebih pada dasar manajemen. Dia
merekomendasikan
5. Kesimpulan
Referensi
Casas, Alejandro Muoz. 2011. Total Quality Management : Quality Culture, Leadership and
Motivation. Milan : Politecnico Di Milano.
Montgomery, D.C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control 6rd ed., New. York: John
Wiley & Sons.
Watson, Gregory. 2005. Gurus Of Quality : Feigenbaums Enduring Influence. Oklahoma :
Quality Progress
4. Bertindak (Act)
Merupakan tahap implementasi dan tindak lanjut seperti standarisasi dan sosialisasi dari
hasil penanggulangan masalah. Lakukan tindakan-tindakan berdasarkan apa yang telah
dipelajari pada langkah pengecekan. Apabila perubahan memang berhasil, maka susunlah
pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik dan berasal dari tes tersebut, lalu masukkanlah ke
dalam perubahan yang lebih luas. Jika tidak demikian halnya, maka anda perlu
melakukan lagi langkah-langkah lebih lanjut sesuai siklus PDCA dengan rencana yang
berbeda
Tahapan PDCA ini berlangsung secara terus menerus sebagai siklus yang berputar terus
secara berkesinambungan untuk selalu mengantisipasi permasalahan yang akan timbul.
Sehingga tujuan PDCA adalah untuk mencapai perbaikan berkesinambungan (continuous
improvement).
Lembar periksa adalah suatu formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah
dicetak dalam formulir tersebut, dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah
dan ringkas.
Check Sheet mempunyai banyak tujuan, tetapi yang terutama adalah mempermudah
proses pengumpulan data dan dalam bentuk yang dapat dengan mudah digunakan dan
dianalisis secara otomatis.
Lembar periksa dapat digunakan untuk berbagai jenis data yaitu data variabel maupun
data atribut. Contoh dari lembar periksa untuk data atribut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Contoh Lembar Periksa untuk Data Atribut
Jenis Kerusakan
Permukaan Tergores
Retak
Tidak Lengkap
Bentuk Tidak Serasi
Lain- lain
Total
Hasil Pemeriksaan
|||||||||||||||||
|||||||||||
||||||||||||||||||||||||
|||||
|||
Frekuensi
17
11
26
5
3
62
2. Histogram
Histogram merupakan diagram yang berfungsi untuk menggambarkan bentuk distribusi
sekumpulan data yang biasanya berupa karakteristik mutu. Histogram merupakan salah satu alat
yang membantu kita untuk menemukan variasi. Histogram merupakan suatu potret dari proses
yang menunjukkan : (1) diagram berupa grafik balok yang dibentuk dari distribusi dari
pengukuran, dan (2) frekuensi dari setiap pengukuran itu. Histogram ini dapat dibuat dengan
cara membentuk terlebih dahulu Tabel Frekuensinya, kemudian diikuti dengan perhitungan
Statistis, baru kemudian mem-plot data ke dalam Histogram. Hasil plot data akan memudahkan
dalam menganalisis kecenderungan sekelompok data.
Berikut ini contoh diagram histogram:
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan
banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang
pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai
masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah
serta ditempatkan pada sisi paling kanan.
Sebuah diagram pareto menunjukkan masalah apa yang pertama harus kita pecahkan
untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki operasi. Item cacat yang paling sering
muncul ditangani terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan item cacat tertinggi kedua
dan seterusnya. Walaupun diagram ini sangat sederhana, grafik balok ini sangat berguna
dalam pengendalian mutu pabrik, kita dapat lebih mudah melihat kerusakan mana yang
paling penting dengan grafik balok dari pada dengan menggunakan sebuah tabel bilangan
saja.
Stratifikasi Masalah
Merupakan suatu usaha untuk mengelompokkan usaha (data kerusakan, fenomena, sebab
akibat) kedalam kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Dasar pengelompokkan
stratifikasi sangat bergantung pada tujuan pengelompokkan sehingga dasar pengelompokkan
dapat berbeda-beda tergantung pada permasalahan sumber daya atau hasil.
5. Diagram Tebar
Suatu diagram yang menggambarkan hubungan antara dua faktor dengan memplot data
dari kedua faktor tersebut dari suatu grafik. Dengan diagram ini kita dapat menentukan korelasi
antara suatu sebab dengan akibatnya. Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan regresi atau dengan menggunakan metode nilai tengah.
Ada beberapa jenis korelasi yang dapat terlihat dari diagram tebar ini, yaitu :
1.
2. Ada kecenderungan korelasi positif. Bila x naik, y cenderung naik, tapi mungkin ada
faktor lain yang berpengaruh.
3. Tidak nampak adanya suatu korelasi.
4. Ada kecenderungan korelasi negatif. Bila x naik, y cenderung turun.
5. Korelasi negatif, y akan turun bila x naik.
Diagram Tebar
15
10
Jumlah Mahasisw a
5
0
0
10
12
Tinggi Badan
Berikut
ini
diberikan
6.
Peta Kendali
Peta kendali adalah merupakan grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan batas
minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Peta kendali dimaksudkan untuk
menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab
khusus dari variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus dari variasi yang disebabkan oleh
penyebab umum.
Peta ini menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu tetapi tidak menunjukkan
penyebab penyimpangan, meskipun adanya penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali
tersebut.
Peta kendali dapat digunakan untuk :
a. Membedakan variasi yang bersifat acak (random) terhapat variasi yang timbul akibat
sebab-sebab tertentu.
b. Memonitor terjadinya perubahan proses.
c. Membantu menentukan sebab-sebab terjadinya suatu variasi.
Berdasarkan jenis datanya, peta kendali dibedakan menjadi dua, yaitu peta kendali atribut
dan peta kendali variabel. Peta kendali untuk data atribut yang umum digunakan adalah peta p,
np, c, dan u. Peta kendali untuk data variabel yang umum dikenal adalah peta kendali x
-R, x -S, dan X-MR..
Peta Kendali
12
10
8
Waktu
6
4
2
0
1
10
11
12
13
14
Dimensi
BKA
unsur penyebab biasanya terdiri dari faktor-faktor manusia, material, mesin, metode, dan
lingkungan.