Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN PUSTAKA

DESINFEKTAN DAN ANTISEPTIK

Azura Toli Agasta 2016730020


Ratna Rahmayanti 2016730089

Pembimbing:
DR Abdul Baktiansyah, MKK, SpOk

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


2020

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, serta karunia dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “ Desinfektan
dan Antiseptik ( kandungan dan Efektifitas ) ”.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW, pemimpin yang mampu membawa perubahan dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang, dari zaman kebodohan ke
zaman yang penuh dengan teknologi.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. DR Abdul Baktiansyah, MKK, SpOk yang telah mebimbing dalam
penyusunan tinjaun pustaka ini
2. Orangtua yang telah memberikan support baik moral, spiritual maupun
materi
3. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tinjauan pustaka
ini
4. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Sekiranya tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama


bagi penyusun. Apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun menerima
apabila ada saran dan kritik yang membangun.

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1

B. TUJUAN PENYUSUNAN........................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2


A. DEFINISI DESINFEKSI................................................................................2

B. MEKANISME KERJA DESINFEKSI...........................................................2

C. Penggolongan DESINFEKTAN.....................................................................3

D. DEFINISI ANTISEPTIK..............................................................................10

E . MEKANISME ANTISEPTIK TERHADAP BAKTERI.............................11

F. PENGGOLONGAN ANTISEPTIK..............................................................13

BAB III Kesimpulan..............................................................................................16


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada tahun 2020 terjadi pandemi yang menyerang hampir seluruh Negara,
perkembangan virus Covid 19 begitu cepat, tidak bisa dipungkiri berapa ratus
jiwa telah tiada, hygiene pada kasus ini sangat berpengaruh untuk membunuh
virus tersebut . Salah satu cara untuk membunuh virus tersebut dengan cara
cuci tangan pakai sabun atau menggunakan antiseptik serta menggunakan
desinfektan untuk barang- barang dan sekitaran lingkunan tempat tinggal.

B. TUJUAN PENYUSUNAN

a. Tujuan umum :
Mengetahui dan memahami tentang perbedaan Desinfeksi dan antiseptik
b. Tujuan khusus:
a. Mengetahui definisi Desinfeksi
b. Mengetahui mekanisme kerja Desinfeksi
c. Penggolongan Desinfeksi
d. Mengetahui definisi Antiseptik
e. Mengetahui mekanisme kerja Antiseptik
f. Penggolongan antiseptik

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI DESINFEKSI
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada
benda mati. Proses desinfeksi dapat menghilangkan 60% - 90% jasad renik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang digunakan
untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad
renik, konsentrasi zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan
sekitar, Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat
untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas,
aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan
kelembaban, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif,
bersifat biodegradable.

B. MEKANISME KERJA DESINFEKSI


Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang digunakan
untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad
renik, konsentrasi zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan
sekitar sehingga merusak membran sel, mendenaturasi protein, dan
menghambat enzim. Pada kadar optimal, senyawa ammonium kuartener
menyebabkan sel mengalami lisis sedangkan pada kadar yang lebih tinggi,
terjadi denaturasi protein enzim bakteri.
1. Mengubah permeabilitas membran sel
Membran sel berguna sebagai penghalang selektif terhadap zat
terlarut dan menahan zat yang tidak larut. Beberapa zat diangkut secara
aktif melalui membran, sehingga konsentrasinya dalam sel tinggi. Zat-zat
yang terkonsentrasi pada permukaan sel akan mengubah sifat-sifat fisiknya
sehingga membunuh dan menghambat sel. Perubahan permeabilitas
membran sel bakteri merupakan mekanisme kerja fenol, dan senyawa
amonium kuartener. Terjadinya perubahan permeabilitas membran sel
menyebabkan kebocoran kostituen sel yang esensial sehingga bakteri

2
mengalami kematian Senyawa kation aktif seperti klorheksidin dapat
berinteraksi dengan gugus-gugus yang bermuatan negatif pada dinding sel
bakteri. Interaksi ini menyebabkan netralisasi muatan yang memfasilitasi
adsorpsi zat aktif sehingga terjadi kerusakan dinding sel bakteri. Selain itu,
klorheksidin juga menyebabkan presipitasi protein plasma sel bakteri.
2. Perubahan dalam asam deokribosa nukleat (AND)
Senyawa Turunan trifenilmetan seperti gentian violet dan akridin
seperti akriflavin bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat
asam nukleat. Ikatan ini akan menghambat sintesis ADN sehingga sintesis
protein tidak terjadi. Turunan trifenilmetan dan turunan akridin merupakan
kation aktif yang dapat membentuk ikatan hidrogen menghasilkan
kompleks dengan gugus bermuatan negatif dari konstituen sel. Hal ini
menyebabkan penghambatan proses biologi yang penting untuk kehidupan
bakteri sehingga bakteri mengalami kematian.
3. Pembentukan khelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin
dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel
bakteri, kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri.
Kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan
fungsi enzim-enzim sehingga jasad renik mengalami kematian.

C. Penggolongan DESINFEKTAN
 Turunan Aldehida
Senyawa turunan aldehid memiliki gugus aldehid (COH) pada struktur
kimianya, misalnya formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid.
Turunan aldehid umumnya digunakan dalam campuran air dengan
konsentrasi 0,5% - 5% dan bekerja dengan mendenaturasi protein sel
bakteri. Larutan formaldehid (formalin), mengandung formaldehid
(HCOH) 37% yang mempunyai aktivitas antibakteri dengan kerja yang
lambat. Larutan formaldehid digunakan untuk pengawetan mayat,
desinfektan ruangan, alat-alat, dan baju dengan kadar 1:5000. Larutan
formaldehid dalam air atau alkohol digunakan untuk mendesinfeksi tangan
dengan konsentrasi maksimum 0,5 mg/. Paraformaldehid diperoleh dengan

3
menguapkan larutan formaldehid. Senyawa ini serupa dengan formalin.
Paraformaldehid mempunyai bau kurang menyenangkan. Paraformaldehid
bekerja pada konsentrasi maksimum 0,1 mg/L Glutaraldehid digunakan
untuk mensterilkan bahan cair dan peralatan bedah yang tidak dapat
disterilkan dengan pemanasan. Senyawa ini mempunyai keuntungan
karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap kulit dan mata lebih rendah
dibanding formalin. Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai antibakteri
dan spora pada pH 7,5 – 8,5. Glutaraldehid mempunyai lebih efektif
daripada Formaldehid dan tidak berpotensi karsinogenik sehingga lebih
banyak dipilih dalam bidang virology Pada prinsipnya, turunan aldehida
ini dapat digunakan dengan spektrum luas. Misalnya, formaldehid
membunuh jasad renik dalam ruangan, peralatan, dan lantai. Sedangkan
glutaraldehid digunakan untuk membunuh virus. Keunggulan turunan
aldehid adalah sifatnya stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok
dengan beberapa material peralatan. Namun senyawa tersebut dapat
mengakibatkan resistensi jasad renik, berpotensisebagai karsinogen dan
mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa.
 Turunan Alkohol
Turunan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain turunan
aldehid, misalnya etanol (C2H5OH), isopropanol (C3H7OH). Alkohol
bekerja dengan mendenaturasi protein dari sel bakteri dan umumnya
dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70% - 90%. Etanol bersifat
bakterisid yang cepat, digunakan sebagai antiseptik kulit dan sebagai
pengawet. Aktivitas bakterisidnya optimal pada kadar 70%. Isopropanol
mempunyai aktivitas bakterisid lebih kuat dibandingkan etanol karena
lebih efektif dalam menurunkan tegangan permukaan sel bakteri dan
denaturasi bakteri
 Senyawa pengoksidasi
Senyawa pengoksidasi yang umum digunakan sebagai desinfektan adalah
hidrogen peroksida, benzoil peroksida, karbanid peroksida, kalium permanganat,
dan natrium perborat . Hidrogen peroksida adalah senyawa pengoksidasi yang
sering menghasilkan oksigen yang aktif sebagai antiseptik. Hidrogen peroksida
digunakan untuk mencuci luka dan penghilang bau badan dengan kadar 1-3%

4
Benzoil peroksida dalam air melepaskan hidrogen peroksida dan asam benzoat.
Benzoil peroksida pada konsentrasi 5-10% digunakan sebagai antiseptik dan
keratolitik untuk pengobatan jerawat, Karbanid peroksida disebut juga urea
peroksida, mengandung hidrogen peroksida (34%) dan oksigen (16%). Larutan
karbamid peroksida dalam air secara perlahan-lahan melepaskan hidrogen
peroksida, dan digunakan untuk antiseptik pada telinga dan pada luka(1) Kalium
permanganat dan natrium perborat digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik
karena bersifat oksidatif. Pada umumnya, kedua senyawa tersebut digunakan
untuk pemakaian lokal dalam bentuk larutan dalam air(1)
 Turunan Fenol
Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan desinfektan. Golongan
fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid
namun tidak bersifat sporisid. Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai
senyawa fenolik mengandung molekul fenol yang secara kimiawi dapat
diubah. Perubahan struktur kimia tersebut bertujuan untuk mengurangi
efek iritasi kulit dan meningkatkan aktivitas antibakteri. Senyawa fenolik
seringkali digunakan dalam campuran sabun dan Deterjen, Aktivitas
antimikroba senyawa fenolik disebabkan kemampuannya merusak lipid
pada membran plasma mikroorganisme sehingga menyebabkan isi sel
keluar. Peningkatan sifat lipofil turunan fenol akan meningkatkan aktivitas
desinfektannya. Salah satu senyawa fenolik yang paling sering digunakan
adalah kresol.
Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam pengujian desinfektan
karena memiliki mekanisme kerja yang luas. Fenol dapat merusak dinding
sel dan membran sel, mengkoagulasi protein, merusak ATPase, merusak
sulfohidril dari protein, dan merusak DNA sehingga efektif membunuh
bakteri Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin ke inti fenol
akan meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila
jumlah halogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenisasi fenol akan
membentuk senyawa yang mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil.
Ikatannya dengan reseptor inti fenol lemah, sehingga aktivitasnya rendah.
Pemasukan gugus nitro dapat meningkatkan aktivitas antimikroba.
Sedangkan pemasukan gugus asam karboksilat dan asam sulfonat

5
menurunkan aktivitas antimikroba karena menurunkan kelarutan dalam
lemak sehingga penembusan ke membran sel bakteri menurun Fenol,
fenol terhalogenisasi, dan alkilfenol meskipun efek antibakterinya besar
tetapi tidak dapat digunakan secara sistemik karena toksisitasnya tinggi.
Senyawa-senyawa tersebut hanya digunakan untuk antiseptik kulit, mulut,
dan desinfektan. Contoh: timol, kresol, klorokresol, klorosilenol, dan
betanaftol
 Turunanan ammonium kuartener
Turunan amonium kuartener seperti benzalkonium klorida, benzetonium
klorida, setrimid, dequalinium klorida, dan domifen bromida. Turunan ini
mempunyai efek bakterisid dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram
positif dan Gram negatif, jamur, dan protozoa. Tetapi, turunan ini tidak
aktif terhadap bakteri pembentuk spora, seperti Mycobacterim tuberculosis
dan virus(2). Keuntungan penggunaan turunan amonium kuartener sebagai
desinfektan antara lain adalah toksisitasnya rendah, kelarutan dalam air
besar, stabil dalam larutan air, tidak berwarna, dan tidak menimbulkan
korosi pada alat logam. Kerugiannya adalah senyawa ini tidak efektif
dengan adanya sabun dan surfaktan anionik dan non ionik, ion Ca dan
Mg, serum darah, makanan,
dan senyawa kompleks organic.
 Turunan halogen dan halogenofor
Turunan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti
larutan iodium, iodofor, dan povidon iodium. Kompleks klorin dengan
senyawa organik disebut klorofor, sedangkan kompleks iodin dengan
senyawa organik disebut iodofor. Halogen dan halogenofor digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan. Klorin dan klorofor terutama
digunakan untuk mendesinfeksi air, seperti air minum dan air kolam
renang. Contohnya, klorin dioksida, natrium hipoklorit, kalsium hipoklorit,
dan triklosan. Sedang iodin dan iodofor digunakan untuk antiseptik kulit
sebelum pembedahan dan antiseptik luka. Turunan ini umumnya
digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1 - 5% dan mampu

6
mengoksidasi dalam rentang waktu 10 - 30 menit. Contohnya, povidon
iodium.

Cara membersihkan dan mendisinfeksi:


Permukaan Keras (Tidak Berpori)
1. Kenakan sarung tangan sekali pakai saat membersihkan dan
mendisinfeksi permukaan. Sarung tangan harus dibuang setelah setiap
pembersihan. Jika sarung tangan yang dapat digunakan kembali
digunakan, sarung tangan tersebut harus didedikasikan untuk
membersihkan dan mendesinfeksi permukaan COVID-19 dan tidak boleh
digunakan untuk tujuan lain.
2. Konsultasikan instruksi pabrik untuk membersihkan dan mendesinfeksi
produk yang digunakan. Bersihkan tangan segera setelah sarung tangan
dilepas. Jika permukaannya kotor, mereka harus dibersihkan menggunakan
deterjen atau sabun dan air sebelum desinfeksi. Untuk disinfeksi,
disinfektan rumah tangga yang paling terdaftar dengan EPA harus efektif.
3. Daftar produk yang disetujui EPA untuk digunakan melawan virus yang
menyebabkan COVID-19 tersedia di herepdf ikon iconexternal. Ikuti
instruksi pabrik untuk semua produk pembersih dan desinfeksi
(konsentrasi, metode aplikasi, dan waktu kontak, dll.). Selain itu, larutan
pemutih rumah tangga yang diencerkan (setidaknya 1000 ppm natrium
hipoklorit) dapat digunakan jika sesuai untuk permukaan. Ikuti instruksi
pabrik untuk aplikasi, memastikan waktu kontak minimal 1 menit, dan
memungkinkan ventilasi yang baik selama dan setelah aplikasi. Periksa
untuk memastikan produk tidak melewati tanggal kedaluwarsa.
4. Jangan sekali-kali mencampur pemutih rumah tangga dengan amonia
atau pembersih lainnya. Pemutih rumah tangga yang tidak kadaluwarsa
tidak akan efektif melawan virus corona bila diencerkan dengan benar.
Siapkan larutan pemutih dengan mencampurkan: 5 sendok makan (1/3
gelas) pemutih per galon air atau 4 sendok teh pemutih per liter air

7
Untuk permukaan lunak (keropos)
1. seperti lantai berkarpet, permadani, dan gorden, singkirkan kontaminasi
yang terlihat jika ada dan bersihkan dengan pembersih yang sesuai yang
diindikasikan untuk digunakan pada permukaan ini. Setelah dibersihkan:
Mencuci barang sesuai dengan instruksi pabrikan. Jika memungkinkan,
cucilah benda-benda dengan menggunakan pengaturan air yang paling
hangat dan tepat untuk barang-barang tersebut dan keringkan sepenuhnya.
Jika tidak, gunakan produk yang disetujui EPA untuk digunakan melawan
virus yang menyebabkan ikon iconexternal COVID-19pdf dan yang cocok
untuk permukaan berpori.
2. Elektronik Untuk elektronik seperti ponsel, tablet, layar sentuh, remote
control, dan keyboard, hilangkan kontaminasi yang terlihat jika ada. Ikuti
instruksi pabrik untuk semua produk pembersih dan desinfeksi.
Pertimbangkan untuk menggunakan penutup yang dapat dilap untuk
elektronik. Jika tidak ada panduan pabrikan yang tersedia, pertimbangkan
penggunaan lap atau semprotan berbasis alkohol yang mengandung
setidaknya 70% alkohol untuk mendisinfeksi layar sentuh. Keringkan
permukaan secara menyeluruh untuk menghindari pengumpulan cairan.
Seprai, pakaian, dan barang-barang lainnya
Pakailah sarung tangan sekali pakai saat menangani cucian kotor dari
orang yang sakit dan kemudian buang setelah digunakan. Jika
menggunakan sarung tangan yang dapat digunakan kembali, sarung tangan
tersebut harus didedikasikan untuk membersihkan dan mendesinfeksi
permukaan COVID-19 dan tidak boleh digunakan untuk keperluan rumah
tangga lainnya. Bersihkan tangan segera setelah sarung tangan dilepas.
Jika tidak ada sarung tangan yang digunakan saat menangani cucian kotor,
pastikan untuk mencuci tangan sesudahnya. Jika memungkinkan, jangan
kocok cucian kotor. Ini akan meminimalkan kemungkinan penyebaran
virus melalui udara. Mencuci barang sesuai dengan instruksi pabrikan. Jika
memungkinkan, cucilah benda-benda dengan menggunakan pengaturan air
yang paling hangat dan tepat untuk barang-barang tersebut dan keringkan
sepenuhnya. Binatu kotor dari orang sakit dapat dicuci dengan barang

8
orang lain. Membersihkan dan mendisinfeksi pakaian menghambat sesuai
dengan panduan di atas untuk permukaan. Jika memungkinkan,
pertimbangkan untuk menempatkan liner tas yang dapat dibuang (dapat
dibuang) atau dicuci. Kebersihan tangan dan tindakan pencegahan lainnya
Anggota rumah tangga harus sering membersihkan tangan, termasuk
segera setelah melepas sarung tangan dan setelah kontak dengan orang
yang sakit, dengan mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik.
Jika sabun dan air tidak tersedia dan tangan tidak tampak kotor, pembersih
tangan berbasis alkohol yang mengandung setidaknya 60% alkohol dapat
digunakan. Namun, jika tangan tampak kotor, selalu cuci tangan dengan
sabun dan air. Anggota rumah tangga harus mengikuti tindakan
pencegahan normal saat bekerja dan di rumah termasuk kebersihan tangan
yang direkomendasikan dan menghindari sentuhan mata, hidung, atau
mulut dengan tangan yang tidak dicuci.
Waktu tambahan untuk membersihkan tangan meliputi: Setelah
menyentuh hidung, batuk, atau bersin Setelah menggunakan kamar kecil
Sebelum makan atau menyiapkan makanan Setelah kontak dengan hewan
atau hewan peliharaan Sebelum dan sesudah memberikan perawatan rutin
untuk orang lain yang membutuhkan bantuan (mis. Seorang anak)
Pertimbangan lainnya Orang yang sakit harus makan / diberi makan di
kamar mereka jika memungkinkan. Barang-barang layanan makanan non-
sekali pakai yang digunakan harus ditangani dengan sarung tangan dan
dicuci dengan air panas atau dalam mesin cuci piring. Bersihkan tangan
setelah memegang item layanan makanan bekas. Jika mungkin,
persembahkan tempat sampah berjajar untuk orang sakit. Gunakan sarung
tangan saat mengeluarkan kantong sampah, penanganan, dan pembuangan
sampah. Cuci tangan setelah memegang atau membuang sampah.
Pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan departemen kesehatan
setempat tentang pedoman pembuangan sampah jika tersedia(3)

9
Efek samping
gejala yang paling umum dilaporkan adalah bersin ,sakit kepala , mata
berair , ruam kulit dan batuk kronis.

D. DEFINISI ANTISEPTIK
Antiseptik merupakan zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat pertumbuhan kuman. Produk antiseptik sering digunakan
ketika terjadi luka, atau sebelum memulai prosedur medis tertentu dengan
tujuan untuk mencegah infeksi. Antiseptik sudah sejak lama digunakan untuk
mencegah atau menangani infeksi pada luka. Hal ini disebabkan antiseptik
lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup daripada disinfektan. Namun,
antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialih
fungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan
baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat
direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat
memperlambat penyebaran penyakit.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung
pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi
mempengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada
konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia
membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika
konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi
kedalam sel dan menganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk
menghambat biosintesis pembuatan makromolekul dan persipitasi protein
intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA). Lama paparan antiseptik
dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya
dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri,
mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan disekitar bakteri atau meracuni
bakteri.

Senyawa-senyawa yang tergolong sebagai sebagai antiseptik adalah


povidone iodine, klorheksidin, Hidrogen Peroksida , alkohol, asam asetat, dan

10
senyawa perak. Tidak seperti antibiotik yang khusus untuk melawan
organisme tertentu, antiseptik ditujukan untuk menghancurkan semua jenis
mikroorganisme yang mungkin ada pada luka. Produk ini berfungsi
menghancurkan bakteri, jamur, virus, dan protozoa.

Pemakaian antiseptik sendiri sangat luas dan bermacam-macam. Secara


sederhana, antiseptik digunakan dalam beberapa keperluan berikut ini.

 Keperluan mencuci tangan bagi para tenaga medis.


 Membersihkan ruang operasi sebelum dan sesudah tindakan
operasi dilakukan.
 Membersihkan kulit bagian tubuh yang akan dilakukan
pembedahan.
 Membersihkan bagian yang disiapkan untuk disuntik, baik sebelum
maupun sesudah ditusuk jarum.
 Membersihkan kulit secara keseluruhan.

E . MEKANISME ANTISEPTIK TERHADAP BAKTERI


Menurut sifat patologik dinding sel, mikroorganisme dapat dibagi
menjadi Gram negatif, Gram positif, Mycobacterium, dan Spirochaeta.
Permukaan bakteri dapat pula dilapisi kapsul yang protektif, protein, dan
polisakarida yang ada di dalam struktur tersebut dapat merangsang sistem
imun humoral tubuh untuk membentuk antibodi. Bakteri memiliki dinding sel
yang terdiri atas mukopeptida yang disebut peptidoglikan. Bagian ini
biasanya menjadi sasaran dari enzim lisozim. Bakteri Gram negatif
memiliki membran lapis kedua yang mengandung protein dan
lipopolisakarida sehingga lebih bisa bertahan. Struktur prominen tersebut
sering terlibat dalam stimulasi respon imun. Semua bakteri memiliki
membran sitoplasma di dalam dinding sel yang terdiri atas peptidoglikan di
sekitar membran sitoplasma.
Berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri, dan dapat lebih mudah
memahami bagaimana cara antiseptik membunuh bakteri yaitu:
1. Denaturasi protein sel bakteri

11
Turunan akohol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses absorbsi
yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah (alkohol 60%)
terbentuk kompleks protein dengan ikatan yang lemah dan segera
mengalami peruraian, diikuti penetrasi alkohol ke dalam sel
menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Protein yang
mengalami denaturasi akan kehilangan aktivitas fisiologis sehingga
tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan struktur protein pada
dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga
pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak.
2. Mengubah permeabilitas membran sel bakteri.
Perubahan permeabilitas membran sel bakteri merupakan mekanisme
kerja senyawa amonium kuartener. Terjadinya perubahan permeabilitas
membran sel menyebabkan kebocoran konstituan sel yang esensial
sehingga bakteri mengalami kematian.Senyawa kation aktif seperti
chlorhexidine dapat berinteraksi dengan gugus-gugus yang bermuatan
negatif pada dinding sel bakteri. Interaksi ini menyebabkan netralisasi
muatan yang memfasilitasi transportasi zat aktif sehingga terjadi
kerusakan dinding sel bakteri.
3. Interaksi dalam Deoksiribo Nukleat Acid (DNA)
Senyawa turunan trifenilmetan seperti gentian violet dan akridin seperti
akriflavin bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat
asam nukleat. Ikatan ini akan menghambat sintesis DNA sehingga
sintesis protein tidak terjadi. Turunan trifenilmetan dan turunan akridin
merupakan kation aktif yang dapat membentuk ikatan
hydrogen menghasilkan kompleks dengan gugus yang bermuatan
negatif pada bakteri. Hal ini menyebabkan penghambatan proses
biologi yang penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri
mengalami kematian.
4. Pembentukan khelat sehingga menghambat penbentukan enzim.
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin dapat
membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel bakteri,
kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar

12
yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan
fungsi enzim-enzim sehingga jasad renik mengalami kematian

F. PENGGOLONGAN ANTISEPTIK
1. Alcohol
Alkohol biasanya diukur dengan skala ukuran “%” terhadap volume air
yang terkandung, dan alkohol yang sering digunakan, yaitu etil-alkohol
(60-90%), isopropil alkohol (70-90%), dan n-propanolol (60-70%),
ketiga bahan ini sering digunakan sebagai bahan aktif pada produk-
produk pembersih tangan karena bahan-bahan ini menunjukkan
aktivitas antimikroba yang cepat dengan spektrum yang luas melawan
bakteri vegetatif, virus, dan jamur, namun tidak bersifat sporosidal.
Kemampuan antimikroba dari alkohol ini adalah dengan mendenaturasi
protein mikroba dan aktivitas antimikroba ini efektif bila diencerkan
dengan air sekitar 70-80%. Konsentrasi alkohol yang lebih tinggi dapat
mengurangi kemampuannya dalam mendenaturasi protein bakteri
karena proses denaturasi membutuhkan air.
2. Triclosan
Triclosan dengan konsentrasi 0,2% sampai 2% memiliki aktivitas
antimikroba. Triclosan biasanya dimasukkan dalam deterjen dengan
konsentrasi 0,4%-1%, dan di dalam alkohol 0,2%-0,5% ini disebabkan
oleh sifat triclosan yang kurang larut dalam alcohol Efek antimikroba
triclosan dengan cara mempengaruhi membran sitoplasma, sintesis
Ribonucleic Acid (RNA), asam lemak, dan protein sel bakteri.
Aktivitas triclosan terhadap Gram positif termasuk MRSA lebih besar
dibanding Gram negatif basil khususnya Pseudomonas aeroginosae,
Micobacterium, dan Candida SP.7 Triclosan (0,1%) mengurangi jumlah
bakteri di tangan sebesar 2,8 log10 setelah 1 menit dengan handwash

3. Chlorhexidine gluconate
Chlorhexidine gluconate adalah bisbiguanide kationik, yang hampir
tidak larut dalam air, namun dalam bentuk digluconate bisa larut dalam
air. Aktivitas antimikroba chlorhexidine adalah dengan mendenaturasi

13
membran sitoplasma dan menyebabkan selnya mengendap. Efek
antimikrobanya sangat baik pada bakteri Gram positif namun masih
kurang efektif pada bakteri Gram negatif, jamur, Mycobakterium, dan
spora. Konsentrasi chlorhexidine 0,5%, 0,75%, atau 1% kurang efektif
dibanding konsentrasi 4%.
4. Chloroxylenol
Chloroxylenol, dikenal juga sebagai PMCX adalah senyawa halogen
fenolik yang digunakan secara luas sebagai pengawet pada produk

kosmetik dan bahan aktif dalam sabun antiseptik. Aktivitas antimikroba


dari chloroxylenol adalah dengan menginaktivasi enzim bakteri.

Cara membuat antiseptik berdasarkan WHO

14
 Efek samping yang sering terjadi
Ruam Kulit
Sensasi Menyengat Pada Kulit
Suatu Jenis Reaksi Alergi Yang Disebut Angioedema
Eritema Atau Kulit Merah
Gatal
Peradangan Kulit Karena Obat Yang Dioleskan
 Efek samping yang jarang terjadi
Anafilaksis
Efek Beracun Pada Sistem Saraf Pusat, Yang Terdiri Dari Otak Dan
Tulang Belakang
Irama Jantung Abnormal
Akumulasi Cairan Di Jaringan Kelopak Mata Penurunan Fungsi Paru
Mengantuk
Sakit kepala
Tekanan darah rendah
Kegagalan Paru-Paru Menyebabkan kehilangan Nafas
Methemoglobinemia, Suatu Jenis Gangguan Darah
Tremor Otot
Kejang
Detak Jantung Lambat
Ketidaksadaran

15
BAB III
Kesimpulan

Desinfektan adalah zat yang digunakan untuk mengontrol, mencegah, atau


menghancurkan mikroorganisme berbahaya (bakteri, virus, atau jamur)
pada benda mati dan permukaan benda. Antiseptik adalah zat antimikroba
yang mengurangi atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
jaringan hidup. Contohnya alkohol, chlorhexidin glukonat, klorin, yudium,
Para Chloro Metaxilenol (PCMX), senyawa surfaktan, dan triclosan.
Desinfektan diterapkan secara langsung pada benda mati, sedangkan
antiseptik diterapkan pada permukaan jaringan hidup untuk mencegah atau
menghentikan pertumbuhan mikroorganisme dengan menghambat
organisme atau dengan menghancurkannya.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kesuma D, Siswandono S, Purwanto BT, Hardjono S. Uji in silico
Aktivitas Sitotoksik dan Toksisitas Senyawa Turunan N-(Benzoil)-N’-
feniltiourea Sebagai Calon Obat Antikanker. JPSCR J Pharm Sci Clin Res.
2018;

2. Schlosser Š. Membrane filtration. In: Engineering Aspects of Food


Biotechnology. 2013.

3. CDC. Interim Additional Guidance for Infection Prevention and Control


Recommendations for Patients with Suspected or Confirmed COVID-19 in
Outpatient Hemodialysis Facilities. Centers for Disease Control and
Prevention. 2020.

17

Anda mungkin juga menyukai