Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
“MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DEFISIT PERAWATAN DIRI”
Dosen : Deni Fransisca S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
Firman Taufiq Firdaus (AK118063)
Irva Nurfadila (AK118083)
Mega Alisya P W (AK118101)
Ni Putu Wulan M (AK118122)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas ridho dan
karunia-Nya kami dapat memenuhi tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi,
namun dengan penuh kesabaran dan kerja keras kami bisa menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu. Dan kami menyadari tugas ini tidak dapat terselesaikan dengan
baik tanpa bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak yang terkait sehingga
segala kendala dapat teratasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saya akan sangat mengharapkan serta menghargai segala
saran dan kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan penulis berikutnya.
Sekian laporan ini kami buat, semoga makalah ini dapat diterima dan dipahami oleh
siapapun yang membacanya dan bisa menambah wawasan untuk para pembaca,
selain itu makalah ini dapat berguna bagi diri kami dan orang lain.

Bandung, 13 Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................2
Daftat Isi...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi................................................................................................................5
2.2 Klasifikasi............................................................................................................5
2.3 Etiologi................................................................................................................5
2.4 Tanda dan Gejala.................................................................................................7
2.5 Asuhan Keperawatan Teori.................................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................23
3.2 Saran..................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa yang dirawat dalam keluarga sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri yang menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga
maupun masyarakat.
Materi ini akan membahas cara-cara merawat pasien dengan kurang perawatan
diri (tidak peduli terhadap perawatan diri) agar pasien dan keluarga mempunyai
kemampuan merawat pasien di rumah.
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi defisit perawatan diri?
2. Bagaimana klasifikasi defisit perawatan diri?
3. Bagaimana etiologi defisit perawatan diri?
4. Bagaimana tanda dan gejala defisit perawatan diri?
5. Bagaimana asuhan keperawatan defisit perawatan diri?
1.3. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi defisit perawatan diri.
2. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi defisit perawatan diri.
3. Agar mahasiswa mengetahui etiologi defisit perawatan diri.
4. Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala defisit perawatan diri.
5. Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan defisit perawatan diri.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
2.2. KLASIFIKASI
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihanKurang perawatan diri (mandi) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri
(mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan. Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan
kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting. Kurang perawatan diri (toileting) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting
sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

2.3. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut:
a) Kelelahan fisik
b) Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun

5
Klien dengan gangguan jiwa maka kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:

1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6.  Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:

1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial

6
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.4. TANDA DAN GEJALA

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:

1) Fisik
- Badan bau, pakaian kotor.
- Rambut dan kulit kotor.
- Kuku panjang dan kotor.
- Gigi kotor disertai mulut bau.
- Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif.
- Menarik diri, isolasi diri.
- Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
- Interaksi kurang.
- Kegiatan kurang.
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
- Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

2.5. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor
rekam medik, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang,
atau dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami
pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara
dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan,
tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang
lain.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan

7
adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya
penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan situasi
lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan
diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu
pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien yang
kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien
dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan ,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan
posisinnya.
c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/
pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan
yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan

8
atau sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar,
serta harapan pasien terhadap penyakitnya
e) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang
lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien
berubungan dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai
harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.
f) Hubungn sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat
terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga
orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan
dalam behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi
dengan orang lain.
g) spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.

2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguan jiwa.
h) Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak
tahu cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak
sesuai.
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi

9
pasien berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih
dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak
kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang serta
curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak
percaya kepada pewawancara atau orang lain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan
terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi
pendengaran, penglihatan serta halusinasi perabaan
yang membuat pasien tidak mau membersihkan diri
dan pasien mengalami depersonalisasi.
8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya
dan kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak
bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa
berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak
menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan
bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
10
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum
obat tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua
aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien
selalu merasa malas.
j) Mekanisme koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang
lain, tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien
tidak mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali,
selalu menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial
seperti berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan
sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu
mengambil keputusan.
k) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan
koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi
stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut
dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah.
Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif.

2. Pohon Masalah

Effect
Core
Defisit ProblemDiri
Perawatan
11
I lasi Sosial
s
o

12
Causa
Harga Diri Rendah Kronis

Gambar 2.3 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri (Fitria, 2012)

3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan defisit perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai
berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial

4. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan Nursing Intervention Classification & Nursing Outcome
Clsasification (2016) :
Tabel 2.1

MASALAH
NOC NIC
KEPERWATAN
Defist perawatan diri Perawatan diri : mandi Bantuan perawatan
: mandi Kriteria hasil : diri :
- Masuk dan keluar mandi/berpakaian
dari kamar mandi Definisi : membantu
- Mengambil pasien melakukan
alat/bahan mandi kebersihan diri.
- Mendapat air Aktivitaas-aktivitas :
mandi 1. Pertimbangkan
- Menyalakan keran budaya pasien saat
- Mengatur air mempromosikan
- Mengatur aliran aktivitas perawatan
air diri
- Mandi di bak cuci 2. Pertimbangkan usia
- Mandi di bak pasien saat
mandi mempromosikan
- Mandi dengan aktivitas perawatan
13
bersiram diri
- Mencuci wajah Tentukan jumlah dan
Mencuci badan tipe terkait bantuan
bagian atas yang diperlukan
- Mandi badan 4. Letakkan handuk,
bagian bawah sabun, deodoran, alat
- Membersihkan bercukur, dan
area perineum asesoris lain yang
- Mengeringkan badan diperlukan di tepi
tempat tidur atau
kamar mandi
5. Sediakan lingkungan
yang terapeutik
dengan memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi dan
pengalaman pribadi
6. Fasilitsi pasien untuk
menggosok gigi
dengan tepat
7. Fasilitasi pasien
untuk mandi sendiri
dengan tepat
8. Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kemampuan merawat
diri pasien
9. Monitor integritas
kulit pasien
10.Jaga ritual kebersihan
11.Fasilitasi untuk
mempertahankan
rutunitas waktu tidur
pasien yang biasanya,
tanda sebelun tidur,
dan obyek yang
familiar untuk pasien
12.Dukung orangtua
atau keluarga
berpartisipasi dalam
ritual menjelang tidur
yang biasa dilakukan,
dengan tepat
13.Berikan bantuan
14
sampai pasien benar-
benar mampu
merawat diri secara
mandiri
pasien dengan
menggunakan kursi
untuk mandi, bak
tempat mandi, mandi
dengan mandiri,
dengan menggunakan
cara yang tepat atau
sesuai keinginan
pasien
- Cuci rambut sesuai
dengan kebutuhan
atau keinginan
- Mandi dengan air
yang mempunyai
suhu yang nyaman
- Bantu dalam hal
perawatan perineal
jika memang
diperlukan
- Bantu dalam hal
kebersihan
- Cukur pasien sesuai
dengan indikasi
- Tawarkan mencuci
tangan setelah
eliminasi dan sebelum
makan
- Monitor kondisi kulit
saat mandi
- Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi
Defist perawatan diri Perawatan diri : Berpakaian
: berpakaian berpakaian/berdandan Definisi : memilih,
Kriteria hasil : memakaikan, dan
- Memilih pakaian melepaskan pakaian
- Mengambil pakaian seseorang yang tidak
dari lemari bisa melakukan sendiri
- Mengambil pakaian Aktivitas-aktivitas :
dari lemari dinding 1. Identifikasi area
15
- Mengambil pakaian dimana pasien
- Memakai pakaian membutuhkan
bagian atas bantuan dalam
- Memakai pakaian berpakaian
bagian bawah Monitor kemampuan
- Mengancingkan baju pasien untuk
Menggunakan ikat berpakaian sendiri
- Mengancingkan baju pasien untuk
Menggunakan ikat berpakaian sendiri
pinggang 3. Pakaikan pasien
- Menutup resleting setelah
- Memakai kaos kaki membersihkan diri
- Memakai sepatu diselesaikan
- Memasang tali sepatu 4. Dukung pasien untuk
- Membuka baju bagian berpartisipasi dalam
atas pemilihan pakaian
- Membuka baju bagian 5. Dukung penggunaan
bawah perangkat perawatan
diri dengan tepat
6. Pakaikan pakaian
yang tidak ketat,
dengan tepat
7. Ganti pakaian pasien
pada saat waktu tidur
8. Tawari untuk
mencuci pakaian, bila
perlu
9. Berikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya mampu
memikul tanggung jawab
untuk berpakaian sendiri
Defist perawatan diri Perawatan diri : makan Bantuan perawatan diri:
: makan/minum Kriteria hasil : pemberian makan
- Menyiapkan makanan Definisi : membantu
yang akan disantap seseorang untuk makan
- Membuka tutup Aktivitas-aktivitas :
makanan 1. Monitor kemampuan
- Menggunakan alat pasien untuk menelan
makan 2. Identifikasi diet yang
- Menaruh makanan disarankan
pada alat makan 3. Atur meja dan
- Mengambil cangkir nampan makanan
atau gelas agar terlihat menarik
16
- Memasukkan makanan 4. Ciptakan lingkungan
ke mulut dengan jari yang menyenangkan
- Memasukkan makanan selama waktu makan
ke mulut dengan 5. Pastikan posisi pasien
sendok yang tepat untuk
- Memasukkan makanan memfasilitasi
ke mulut dengan mengunyah dan
peralatan (makan) menelan
- Minum dengan gelas 6. Berikan bantuan fisik,
atau cangkir sesuai kebutuhan
- Menaruh makanan di
mulut
Defist perawatan diri Perawatan diri : Bantuan perawatan
: elminasi eliminasi diri: eliminasi
Kriteria hasil : Definisi :
- Merespon saat kandung membantu dalam
kemih penuh dengan eliminasi
tepat waktu
Aktivitas-aktivitas :
- Menanggapi dorongan
1. Pertimbangkan
untuk buang air besar
budaya pasien saat
secara tepat waktu
mempromosikan
- Masuk dan keluar dari
aktivitas perawatan
kamar mandi
diri
- Membuka pakaian
2. Pertimbangkan usia
- Memposisikan diri di
pasien saat
toilet atau alat bantu
mempromosikan
eliminasi
aktivitas perawatan
- Sampai ke toilet antara
diri
dorongan atau hampir
3. Lepaskan baju yang
keluarnya urin
diperlukan sehingga
- Sampai ke toilet antara
bisa melakukan
dorongan sampai
eliminasi
keluarnya feses
4. Bantu pasien ke toilet
- Mengosongkan
atau tempat lain
kandung kemih
untuk eliminasi pada
- Mengosongkan usus
interval waktu
- Mengelap sendiri
tertentu
setelah buang urin
Pertimbangkan respon
- Mengelap sendiri
pasien
setelah buang air besar
terhadap kurangnya
Berdiri setelah
privasi
6. Beri privasi selama
eliminasi

17
7. Fasilitasi kebersihan
toilet setelah
menyelesaikan
eliminasi
8. Ganti pakaian pasien
setelah eliminasi
9. Siram
toilet/berdihkan alat-
alat untuk eliminasi
(kursi
toilet/commode,
pispot)
10. Buatlah jadwal
aktivitas terkait
eliminasi, dengan
tepat

A. Tindakan keperawatan pada pasien


Menurut dermawan (2013), penatalaksanaan defisit perawatan
diri dapat dilakukan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP).
Strategi pelaksanaan tersebut adalah :

SP 1 pasien :
1) Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3) Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
4) Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat
gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong kuku
(satu kali per minggu).

SP 2 pasien :

18
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk
perempuan; sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
SP 3 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3) Latih cara dan alat makan dan minum.
4) Latih cara makan dan minum yang baik.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum yang baik.

SP 4 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum.
Beri pujian.
2) Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
3) Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum serta buang air besar dan buang air
kecil.
B. Tindakan keperawatan pada keluarga
SP 1 keluarga :
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya defisit
perawatan diri (gunakan booklet).
3) Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri.
4) Latih cara merawat : kebersihan diri.
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

SP 2 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.

19
SP 3 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga membantu makan dan minum pasien.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.

SP 4 keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan buang air kecil
pasien.
3) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.

5. Implementasi
Implementasi tindakan keoerawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan
masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang
telah dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan (Prabowo,
2014).

6. Evaluasi
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat
dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta
umum yang telah ditentukan.

20
21
BAB III
PENUTUPAN

3.1. KESIMPULAN
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Dan dengan dibuat nya makalah ini
mahasiswa/i dapat memahami perawatan diri pada lansia,serta dapat digunakan
sebagai bahan bacaan.
3.2 SARAN
Dengan dibuat nya makalah ini diharapkan mahasiswa/i dapat
mengaplikasikan ilmu perawatan diri pada lansia yang kurang memahami dalam
mengatasi kerbesihan diri.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Faisal, Deny. 2014 “Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Gangguan Defisit Perawatan
Diri : Kebersihan Diri dan Pakaian”. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Ellya. 2014. Keperawatan Jiwa: Landasan Teori Defisit Perawatan Diri

23

Anda mungkin juga menyukai