Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DASAR KESEHATAN REPRODUKSI

“Penyakit Menular Seksual Sifilis”


Dosen Pengampu : Muryani, SST, MKM

Disusun Oleh : IKM 6 Semester 3


Abdan Habib Fawwazir (0801193263)
Bintang Rizki Angeli (0801192090)
Dwi Amanda Pratiwi (0801192002)
Nuriyah (0801192085)
Raudhatun Nissa (0801193359)
Salsabila Nailul Muna (0801193401)
Vivi Alysa Ananda (0801192101)
Widya Rindi Yani (0801191154)
Yunia Humairah Ayub (0801192054)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur yang selalu panjatkan atas kehadirat Allah SWT.
yang senantiasa telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah kepada kami, sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini pada mata kuliah Dasar Kesehatan Reproduksi
dengan judul “Penyakit Menular Seksual Sifilis”.

Saya selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Muryani selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Kesehatan Reproduksi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan
makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami tidak menutup diri dari pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah saya dimasa yang akan
datang.

Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi
para pembaca dan kami sebagai penulis makalah.

Medan, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah .......................................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3
2.1 PENGERTIAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SIFILIS .............................................. 3
2.2 PENYEBAB PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SIFILIS ................................................... 3
2.3 PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SIFILIS ............................................ 4
2.4 KAITAN BUDAYA DAN GENDER DENGAN PMS SIFILIS .............................................. 5
BAB III ......................................................................................................................................................... 7
PENUTUP .................................................................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 7
3.2 Saran............................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang banyak
terjadi pada laki-laki yang sering berganti - ganti pasangan. Sifilis atau yang disebut dengan
‘raja singa’ disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama Treponema pallidum. Bakteri
yang berasal dari famili spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat
hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari
satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genitogenital (kelamin-kelamin) maupun
oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya
selama masa kehamilan namun tidak dapat ditularkan melalui handuk, pegangan pintu atau
tempat duduk WC.

Peningkatan insidens sifilis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan


demografik, fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai, pendidikan kesehatan dan
pendidikan seksual kurang tersebar luas, kontrol sifilis belum dapat berjalan baik serta
adanya perubahan sikap dan perilaku (Daili, 2003). Di Indonesia kasus sifilis pada
kelompok resiko tinggi cenderung mengalami peningkatan 10% sedangkan kelompok
resiko rendah meningkat 2% sifilis juga merupakan faktor terjadinya infeksi HIV, sehingga
2 peningkatan kasus sifilis dapat memungkinkan terjadinya peningkatan kasus infeksi
HIV/AIDS (Farida, 2002).

Menurut Soekidjo (2003) model Perilaku Kesehatan berdasarkan Lawrence Green


(1980), menyatakan bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor
perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor,
yaitu: 1) faktor presdisposisi (predisposing factors), 2) faktor pendukung (enabling factors),
3) faktor pendorong (reinforcing factors).

1
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa itu PMS Spyphilis?
b) Apa penyebab dari PMS Spyphilis?
c) Bagaimana pencegahan dari PMS Spyphilis?
d) Bagaimana kaitan budaya dan gender dalam PMS Spyphilis?

1.3 Tujuan Masalah


a) Untuk mengetahui definisi dari PMS Spyphilis
b) Untuk mengetahui penyebab dari PMS Spyphilis
c) Untuk mengetahui pencegahan dari PMS Spyphilis
d) Untuk mengetahui kaitan budaya dan gender dalam PMS Spyphilis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SIFILIS


Sifilis atau lues merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh
bakteri Treponema pallidum yang menyebabkan kelainan pada kulit dan dapat
bermanifestasi sistemik. Infeksi ini ditularkan melalui kontak seksual atau dari ibu kepada
bayi melalui plasenta, dapat juga ditularkan melalui transfusi darah

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi primer
kemudian diikuti dengan erupsi sekunder pada area kulit, selaput lendir dan juga organ
tubuh. penyakit sifilis disebabkan oleh T.pallidum. T.pallidum merupakan salah satu
bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral (Andriana et al, 2012).

2.2 PENYEBAB PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SIFILIS


Di Indonesia kasus sifilis pada kelompok resiko tinggi cenderung mengalami
peningkatan 10% sedangkan kelompok resiko rendah meningkat 2% sifilis juga merupakan
faktor terjadinya infeksi HIV, sehingga peningkatan kasus sifilis dapat memungkinkan
terjadinya peningkatan kasus infeksi HIV/AIDS (Farida, 2002). Peningkatan insidens sifilis
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan demografik, fasilitas kesehatan yang
tersedia kurang memadai, pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang tersebar
luas, kontrol sifilis belum dapat berjalan baik serta adanya perubahan sikap dan perilaku
(Daili, 2003).

Sifilis dan HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme.
Namun ternyata dalam penyebarannya sangat dipengaruhi oleh pola perilaku. Jadi bisa
dikatakan bahwa sifilis dan HIV/AIDS juga merupakan penyakit perilaku (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2002). Penyakit Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema
Pallidum (CDC, 2010). T.pallidum berbentuk spiral, dengan panjang 6 sampai 20 µm dan
dengan diameter 0,10 sampai 0,18 µm (Holmes, 1999). T. Pallidum ini ditemukan oleh
Schaudinn dan Hoffman pada tahun 1905 (Djuanda, 2010). Sifilis di dapat saat Treponema

3
Pallidum masuk melalui intact mucous membrane atau kulit yang mengelupas selama
melakukan kontak seksual. (Copstead, 1995).

Penularan penyakit sifilis dapat terjadi melalui kontak langsung ataupun tidak
langsung. Penularan sifilis secara langsung melalui perpindahan bakteri Treponema
Pallidum yang terdapat pada lesi di area genital dan kulit luar area genital. Sejumlah
penelitian menyebutkan bahwa Treponema pallidum di kulit manusia dan membran mukosa
memiliki kecenderungan untuk masuk menembus kulit normal dan membran mukosa.
Penularan sifilis secara tidak langsung dapat terjadi seperti melalui penggunaan barang
yang bersifat pribadi seperti handuk, pisau cukur, alas tidur dan tinggal dalam kamar yang
sama ataupun menggunakan fasilitas toilet secara bersama (WHO, 2011).

2.3 PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SIFILIS


Tidak ada vaksin yang efektif untuk pencegahan. Berpantang dari kontak fisik intim
dengan orang yang terinfeksi secara efektif mengurangi penularan sifilis, seperti
penggunaan yang tepat dari kondom lateks. Namun, penggunaan kondom, tidak
sepenuhnya menghilangkan risiko. Oleh karena itu, Centers for Disease Control and
Prevention merekomendasikan hubungan jangka panjang dengan satu pasangan yang tidak
terinfeksi dan menghindari zat seperti alkohol dan zat terlarang lainnya yang dapat
meningkatkan risiko perilaku seksual.

Sifilis bawaan pada bayi dapat dicegah dengan penapisan ibu selama awal
kehamilan dan mengobati mereka yang terinfeksi. United States Preventive Services Task
Force (USPSTF) sangat merekomendasikan penapisan universal pada semua wanita hamil,
sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan agar semua wanita dites pada
kunjungan pertama antenatal dan sekali lagi pada trimester ketiga. Jika mereka positif,
mereka menganjurkan agar pasangan mereka juga dirawat. Meskipun demikian, sifilis
bawaan masih banyak terjadi di negara berkembang, karena banyak wanita yang sama
sekali belum menerima perawatan antenatal, dan bahkan perawatan lain sebelum
melahirkan yang diterima tidak termasuk penapisan, dan ini terkadang masih terjadi di
negara maju, karena mereka yang kemungkinan besar tertular sifilis (melalui penggunaan

4
obat-obatan terlarang, dll.) adalah yang paling sedikit menerima perawatan selama
kehamilan. Beberapa langkah untuk meningkatkan akses ke tes tampaknya efektif untuk
mengurangi tingkat sifilis bawaan di negara berpendapatan rendah sampai menengah.

Sifilis adalah penyakit yang harus dilaporkan di beberapa negara, termasuk di


Kanada Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Ini berarti penyedia layanan kesehatan diwajibkan
untuk memberitahukan kepada otoritas Kesehatan Masyarakat, yang idealnya nanti akan
memberikan pemberitahuan pasangan kepada pasangan pasien. Dokter juga dapat
mendorong pasien untuk mengirim pasangan pasien untuk mencari perawatan kesehatan.
CDC merekomendasikan laki-laki yang aktif secara seksual yang melakukan hubungan
seks dengan laki-laki dites sekurang-kurangnya sekali dalam setahun (Anonim, 2014).

2.4 KAITAN BUDAYA DAN GENDER DENGAN PMS SIFILIS


Terinfeksinya seseorang pada penyakit menular seksual, termasuk PMS sifilis
sesungguhnya bukan hanya karena kurangnya pemahaman seseorang tentang penyakit
tersebut. Ataupun karena organ reproduksi baik laki-laki maupun perempuan lebih rentan
untuk terinfeksi penyakit menular. Tetapi juga karena perempuan di banyak budaya tidak
memiliki kekuatan sosial dan ekonomi serta posisi yang memadai. untuk melindungi diri3.
Data menunjukkan betapa ibu rumah tangga yang setia pada suaminya tidak otomatis steril
dari infeksi saluran reproduksi maupun infeksi menular seksual, termasuk PMS Sifilis.

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender pada Infeksi Menular Seksual (IMS) pada


PMS Sifilis, karena perilaku:

1) Prostitusi yang dilakukan oleh suaminya


2) Remaja baik laki-laki maupun perempuan yang tidak kuasa menolak ajakan
pacarnya berhubungan seks dengan dalih cinta
3) Perempuan pekerja seks yang tidak kuasa menolak tamunya yang tidak bersedia
memakai kondom
4) Ibu rumah tangga baik-baik tertular PMS Sifilis dari suami pecandu narkoba suntik
(penasun)
5) Tidak melakukan hubungan seksual (abstain)

5
6) Tidak hanya berhubungan seksual dengan satu orang)
7) Bila menggunakan sex toys, bertukar sex toys dengan orang lain

Dibangun dari sebuah anggapan adanya peran feminitas dan maskulinitas antara
perempuan dan laki-laki. Dengan anggapan ini, terbentuklah relasi antara perempuan dan
laki-laki yang tidak sama (inequal). Ketidakseimbangan kekuatan antara perempuan dan
laki-laki ini berdampak pada akses sumber daya, informasi, dan interaksi seksual.
Akibatnya, perempuan dituntut bersikap pasif, penurut, setia, dan tidak memahami
persoalan seks. Sementara laki-laki adalah pihak yang dominan, agresif, faham dan
berpengalaman. Akibat dari konstruksi sosial budaya seperti itu, kerap terjadi perempuan
tidak dapat menolak berhubungan seks dengan pasangannya ataupun menuntut seks aman
(menegosiasikan penggunaan kondom, misalnya), meskipun ia tahu bahwa suaminya itu
berisiko menularkan penyakit seksual. Kasus di Papua, contohnya, banyak laki-laki
berstatus suami pergi ke tempat prostitusi untuk melakukan hubungan seks, istrinya tak
berdaya ketika ia dan anaknya tertular penyakit seksual.

Konstruksi sosial budaya seperti itu berdampak pula pada timbulnya nilai sosial
yang menabukan pembicaraan tentang seks pada suami. Akibatnya ketika perempuan
menderita penyakit seksual, perempuan sulit melakukan tindakan cepat untuk mengakses
pengobatan. Kekuasaan laki-laki dalam hubungan seksual semakin kuat manakala
perempuan tergantung secara ekonomi pada suaminya.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema
Pallidium, merupakan penyakit kronis dan laten. Penyakit ini dapat menyerang dan
merusak seluruh tubuh jika tidak ditangani secepatnya. Penyakit sifilis dapat ditularkan
melalui banyak cara yaitu dengan jalan kontak langsung seperti berhubungan seks,
menerima donor darah dari orang yang telah infeksi penyakit ini, dapat juga ditularkan dari
ibu kepada bayinya selama didalam kandungan.

Tidak ada vaksin khusus untuk mencegah penularan penyakit raja singa ini, hanya
saja dapat dilakukan pencegahan dari penularan penyakit ini yaitu dengan setia terhadap
satu pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan.

3.2 Saran
Penyakit sifilis dimasa kini sudah dapat ditangani penyakit ini tetap ada meskipun
penyebarannya sudah dapat ditekan. Setia pada satu pasangan dan tidak bergonta-ganti
pasangan adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyakit ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sardjito, R., 1994, “Human Immunodeficiency Virus”, Buku Ajar:


Mikrobiologi Kedokteran, Ed. Rev, Binarupa Aksara, Jakarta.

Daili, S. F., 2007. Tinjauan penyakit menular seksual (P.M.S.). Dalam:


Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. (eds). 2007. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 363-
365.

Saputri, Bernadya Yogatri Anjuwita, & Dwi Murtiastutik. "Studi Retrospektif:


Sifilis Laten." Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 31.1 (2019): 46-54.

Budiono, I. (2011). Konsistensi Penggunaan Kondom oleh Wanita Pekerja


Seks/Pelanggannya. Jurnal Kemas 7(2): 97-101

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual


2011. Jakarta: Kemenkes RI

Sedyaningsih, ER., Firdous, U., Yatim, F., Marjorie, D. dan HollyBul, M. (2000).
Prevalensi Infeksi Menular Seksual, Faktor Risiko dan Perilaku di Kalangan Anak Jalanan
yang Dibina Lembaga Swadaya Masyarakat di Jakarta, Tahun 2000. Penel. Kesehatan,
2000; 33 (3): 99-1 10

Anda mungkin juga menyukai