Anda di halaman 1dari 41

Kesehatan Reproduksi Remaja

 Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”.


 Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10
sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15
sampai 24 tahun.
 Sementara itu, menurut The Health Resources and Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia
remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17
tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini
kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young
people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu:
Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia
antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.
Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada
penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang
terkait dengan kelenjar seksual;
Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana
individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek
kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa anak-
anak menuju masa dewasa.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja.
Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja secara eksplisit
dinyatakan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi,
guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan
mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya
peningkatan kualitas generasi mendatang.
Landasan hukum yang dipergunakan sebagai dasar dalam pembinaan
KRR antara lain UU no. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan
UU no. 10 tahun 1992 tentang Pengembangan Kependudukan dan
Keluarga Sejahtera. Sasaran utama program KKR adalah kelompok
remaja usia 10-19 tahun baik di lingkungan sekolah atau di luar
sekolah.
Ruang Lingkup Program KRR Meliputi:

Secara garis besar ruang lingkup program KRR meliputi:


a) Perkembangan seksualitas dan resiko (termasuk
pubertas, anatomi dan fisiologi organ reproduksi dan
kehamilan tidak diinginkan) dan penundaan usia kawin,
b) Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan
AIDS
c) Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika,
Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya),
d) Masalah-masalah remaja yang terkait dengan dampak
dari resiko TRIAD KRR seperti: kenakalan remaja,
perkelahian antar remaja dan lain-lain.
Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja
Perkembangan Non Fisik
 Masa remaja awal (10-12 tahun)
dengan ciri khas: ingin bebas, lebih dekat dengan teman
sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya.

 Masa remaja tengah (13-15 tahun).


dengan ciri khas: mencari identitas diri, timbul
keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas
seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
dengan ciri khas: mampu berfikir abstrak, lebih
selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai
citra jasmani diri, dapat mewujutkan rasa cinta,
pengungkapan kebabasan diri
Perubahan Fisik Pada Remaja

Muculnya tanda-tanda seks primer: Terjadinya haid pertama


pada remaja perempuan dan mimpi basah pada laki-laki.
Munculnya tanda-tanda seks skunder:
a.Pada remaja laki-laki, tumbuhnya jakun, penis, dan buah
zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara
tambah besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh
kumis di atas bibir, jambang dan rambut disekitar kemaluan
dan ketiak.
b.Pada remaja perempuan, pinggul melebar, pertumbuhan
rahim dan vagina, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan
ketiak, payudara membesar.
Perubahan Kejiwaan

Perubahan emosi: sensitif (mudah menangis, cemas,


tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap
rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah
berkelahi.
Perkembangan inteligensi: mampu berfikir abstrak
dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-
hal yang baru sehingga muncul prilaku ingin
mencoba hal yang baru.
MASA PUBERTAS
Masa ketika seorang anak mengalami perubahan
fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual/
Masa tubuh berubah dari anak-anak ke
dewasa
Kapan pubertas?
Awal
13/14 th
Akhir 17/18 th

11/12 th

Kenapa bisa?
Perubahan kerja hormon. Laki-laki Perempuan

Testosteron Esterogen
Progesteron
KARAKTER SEKSUAL SEKUNDER
 Pada remaja pria :
 Pada remaja putri :
* Pada remaja laki-laki,
tumbuhnya jakun, penis, *Pada remaja perempuan,
dan buah zakar bertambah pinggul melebar, pertumbuhan
besar, terjadinya ereksi rahim dan vagina, tumbuh
dan ejakulasi, suara rambut disekitar kemaluan dan
tambah besar, dada lebih ketiak, payudara membesar.
lebar, badan berotot,
tumbuh kumis di atas
bibir, jambang dan rambut
disekitar kemaluan dan
ketiak.
KARAKTER SEKSUAL PRIMER

 PRIA Proses: Testis


 Mimpi basah. memproduksi
 Menegangnya alat kelamin sperma tiap hari
pada saat-saat tertentu

Pengertian: Sperma
Keluarnya cairan sperma ketika tidur. ditampung

Saat penuh
terjadi ejakulasi

Tidak sadar Sengaja


(mimpi basah) (masturbasi)
 WANITA
 Menstruasi

Pengertian:
proses pelepasan darah dan cairan encer
dari uterus melalui vagina.
 Proses:

1. Penebalan dinding rahim 2. Pelepasan Sel Telur 3. Bila tidak dibuahi,


yang telah matang, dinding rahim dan sel
menunggu untuk telur akan luruh
dibuahi
Siklus Menstruasi

Diagram siklus
menstruasi ini hanya
berlaku untuk wanita
yang memiliki siklus
normal 28 hari
Cara Membersihkan Alat Kelamin Yang
Benar

Perempuan Laki-Laki
•Tidak Memerlukan banyak
Sabun
•Bersihkan dari bagian DEPAN
•Bersihkan alat kelamin
ke BELAKANG
setelah Buang Air
•Bersihkan lipatan2 kulit setelah
•Pakai celana dalam dan
BAK
Luar yg TIDAK KETAT
•Keringkan setelah Buang Air
•Cuci Tangan Sebelum
•JANGAN Menyemprotkan
dan Sesudah Buang Air
Parfum ke Alat Kelamin
Kecil
•Ganti celana dalam min. 2x
sehari atau bila basah
Masa Transisi Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa
transisi tersebut menurut gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000)
adalah sebagai berikut.

 Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh


Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini
menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap
masyarakat yang kurang konsisten.

 Transisi dalam kehidupan emosi


Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan
ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat
tersinggung, melamun, dan sedih, tetapi dilain sisi akan gembira,
tertawa, ataupun marah-marah.
 Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting.
Pergeseran ikatan pada teman sebaya merupakan uapaya remaja untuk
mandiri (melepaskan ikatan dengan keluarga).

 Transisi dalam nilai-nilai moral


Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju
nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan
nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai
sendiri.

 Transisi dalam pemahaman


Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
Faktor-faktor yang berpengaruh buruk terhadap
kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi
1. Masalah Gizi
a. Anemia dan kurang energi kronik (KEK)
b. Pertumbuhan yang terlambat pada remaja perempuan yang
dapat mengakibatkan panggul sempit dan resiko untuk
melahirkan bayi berat lahir rendah di kemudian hari.

2. Masalah Pendidikan
a. Buta huruf, remaja tidak mempunyai akses terhadap
informasi yang dibutuhkan dan kemugkinan kurang mampu
mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
b. Pendidikan rendah, remaja kurang mampu memahami
kebutuhan fisik dasar setelah berkeluarga, akibatnya
berpengaruh buruk pada kesehatan dirinya sendiri dan
keluarganya.
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan
a. Lingkungan dan suasana kerja yang buruk, dapat menganggu
kesehatan remaja.
b. Lingkungan sosial yang kurang/tidak sehat dapat menghambat,
bahkan menganggu kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.

4. Masalah perkawinan dan kehamilan dini


a. Ketidakmatangan secara fisik maupun mental.
b. Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar.
c. Resiko untuk melakukan aborsi tidak aman.
d. Kemugkinan kehilangan kesempatan kerja untuk pengembangan
diri remaja.
5. Masalah seks dan seksualitas
a. Kehamilan remaja
b. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang
masalah seksualitas.
c. Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal
yang berkaitan dengan seksualitas.
d. Penyalahgunaan seksual.
e. Kehamilan diluar nikah.
f. Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang dapat
menyebabkan penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik
dan melalui hubungan seks bebas.
Konsep Kedewasaan

 Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi


dewasa. Secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada
penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait
dengan kelenjar seksual. Sementara itu, secara psikologis remaja
merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-
perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral antara
masa anak-anak menuju dewasa.
 Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda di berbagai
konteks dan remaja memandang diri berbeda jika berada teman
sebaya dibandingkan saat dengan orang tua dan guru.
 Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai
nilai-nilai kedewasaan. Adapun ciri-ciri kedewasaan antara lain :
 Emosi relatif lebih stabil (mampu mengendalikan emosi);
Mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi);
Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan
lingkungan untuk memecahkan masalah.
Adanya interdependensi (saling ketergantungan) dalam hubungan sosial.
Memiliki tanggung jawab.
Memiliki control diri yang adekuat (mampu menunda kepuasan,
melawan godaan, serta mengembangkan prestasi sendiri).
Memiliki tujuan hidup yang realistis.
Memiliki dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang dianut.
Peka terhadap kepentingan orang lain.
Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (bersikap luwes),
bertindak secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst (1998), ada tugas-tugas yang harus


diselesaikan dengan baik pada setiap periode
perkembangan.
Tugas perkembangan adalah hal-hal yang harus dipenuhi
atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh harapan
sosial.
Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai
berikut.
 Menerima keadaan dan penampilan diri, serta
menggunakan tubuhnya secara efektif.
 Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-
laki atau perempuan).
Mencapai kemandirian secara emosional terhadap
orang tua dan orang dewasa lainnya.
Mempersiapkan karir dan kemandirian secara
ekonomi.
Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi
perkawinan dan kehidupan keluarga.
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan
intelektual untuk hidup bermasyarakat dan untuk masa
depan (dalam bidang pendidikan atau pekerjaan).
Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
Mencapai relasi yang baru dan lebih matang
dengan teman sebaya, baik sejenis maupun lawan
jenis.
Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
bertanggung jawab.
Isu-Isu Strategis Dalam Pelaksanaan Program
Kesehatan Reproduksi di Indonesia

1. Remaja merasakan bahwa membahas soal seks,


kesehatan reproduksi remaja, prilaku seksual, lebih
terbuka dan lebih senang bila dilakukan dengan teman
sebaya sendiri (peer group) dari pada dengan orang tua.
Selain itu masih banyak orang tua yang tidak tahu dan
tidak paham mengenai kesehatan reproduksi remaja.

2. Banyak sekali informasi melalui media masa cetak,


elektronik yang di tayangkan secara vulgar dan bersifat
tidak mendidik tetapi lebih cendrung mempengaruhi dan
mendorong prilaku seksual yang tidak bertangung jawab.
3.Masih adanya peraturan perundang-undangan yang
kurang sensitif terhadap pelaksanaan program
kesehatan reproduksi remaja, terutama yang
berperspektifgander.
4.Kurang tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan
remaja, yang ramah remaja (adolescences friendly).
5.Materi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) belum
terintegrasi dengan baik dalam mata pelajaran intra-
kurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah.
6.Tenaga kesehatan, tenaga pendidik, tokoh masyarakat, tokoh
agama, orangtua, serta insan pers masih kurang (memiliki
kemampuan dan sensitifitas untuk memberikan materi
kesehatan reproduksi kepada para remaja dengan pendekatan
yang ramah remaja dan memiliki perspektif gander.
7.Belum ada upaya-upaya perlindungan terhadap pelanggaran
hak-hak reproduksi.
8.Masih ada budaya tabu untuk membahas masalah seksualitas
antara orang tua dan para remaja.
9.Informasi/data dan isu lain tentang kesehatan reproduksi
remaja masih perlu mendapat perhatian serius dari berbagai
pihak.
Informasi-informasi yang perlu mendapat
perhatian serius dari berbagai pihak

Sikap dan perbuatan remaja berisiko tinggi.


Perubahan emosi, hormonal, pubertas, fisik remaja
membawa konsekuensi terhadap KRR.
Prilaku seksual remaja yang mencemaskan.
Kehamilan pada remaja berisiko tinggi.
Tinggi angka aborsi dikalangan remaja.
Pelayanan KB untuk remaja masih merupakan kendala.
Penyakit infeksi saluran reproduksi dan HIV/AIDS.
Penggunaan napza.
Kekerasan seksual di antara remaja.
Membina Kesehatan Reproduksi Remaja

Bagi Orangtua
Memberi penyuluhan kepada orang tua( mengenai
sikap orang tua terhadap remaja).
Membangun hubungan harmonis dengan remaja.
Memperhatikan kunci pokok berkomunikasi dengan
remaja.
Beberapa ciri remaja yang perlu diketahui orangtua.
Mengenal perubahan fisik anak laki-laki dan anak
perempuan.
Pendidikan seks.
Penyalahgunaan napza.
Bagi Remaja
1. Penyuluhan kepada remaja meliputi:
 Perkembangan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual.
 Proses reproduksi yang bertangung jawab.

 Pergaulan yang sehat antara laki-laki dan perempuan.


 Persiapan pranikah.
 Kehamilan, persalinan, dan cara pencegahannya.

 Infeksi saluran reproduksi (ISR).

2. Akibat jangka panjang ISR pada perempuan.


3. Cara mencegah penularan ISR, PMS dan HIV/AIDS.
4. Keluarga berencana pada remaja.
Pendidikan Seks Usia Dini
Pendidikan seks usia dini lebih ditekankan bagaimana memberikan
pemahaman pada anak akan kondisi tubuhnya, pemahaman akan
lawan jenisnya, dan pemahaman untuk menghindarkan dari kekerasan
seksual. Pendidikan seks yang dimaksud di sini adalah anak mulai
mengenal akan identitas diri dan keluarga, mengenal anggota tubuh
mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh. Cara yang dapat
digunakan mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh antara lain melalui
media gambar atau poster, lagu, dan permainan. Pemahaman
pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak agar anak dapat
memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini dikarenakan
adanya media lain yang dapat mengajari anak mengenai pendidikan
seks,yaitu media informasi.Anak dapat memperoleh informasi yang
tidak tepat dari media massa, terutama tayangan televisi yang kurang
mendidik. Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak,
diharapkan dapat menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku
seksual maupun perilaku menyimpang
“Tips” Cara Memberi Pendidikan
Seks pada Anak Sesuai Usia
1. Usia 0-2 Tahun 
Memberi tahu nama dari setiap bagian kelaminnya. Gunakan nama yang
sesuai, misal vagina, penis, anus, lubang kencing. Hindari menggunakan
istilah seperti “burung”, “titit”, dan sebagainya. 
Ajarkan anak mengenai perbedaan jenis kelamin, yakni laki-laki dan
perempuan. Bentuk aktivitas sederhananya adalah mengatakan bahwa ayah
adalah laki-laki dan ibu adalah perempuan.
2. Usia 2-5 Tahun 
Ajarkan bagian tubuh yang tak boleh disentuh oleh sembarang orang, seperti
dada, perut, penis atau vagina, dan bokongnya. 
Ajarkan anak bila ada yang menyentuh bagian tersebut, ia harus memberitahu
orang tuanya.
Contohnya, saat anak selesai mandi harus mengenakan baju di dalam kamar
mandi atau di kamarnya. Orangtua harus menanamkan bahwa tidak
diperkenankan berlarian usai mandi tanpa busana. Anak harus tahu bahwa ada
hal-hal pribadi dari tubuhnya yang tidak sèmua orang boleh lihat apalagi
menyentuhnya. Ajari anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh pria
dan wanita
3. Usia 5-8 Tahun 
Tetap menginformasikan masalah seks kepada anak, meski tidak ditanya.
Jelaskan bahwa setiap keluarga mempunyai nilai-nilai sendiri yang patut
dihargai. Seperti nilai untuk menjaga diri sebagai perempuan atau laki-laki serta
menghargai lawan jenisnya. Berikan informasi mendasar tentang permasalahan
seksual. Beritahukan kepada anak perubahan yang akan terjadi saat mereka
menginjak masa pubertas.
4. Usia 9-12 Tahun
Bantu anak memahami masa pubertas. Berikan penjelasan soal menstruasi bagi
anak perempuan serta mimpi basah bagi anak laki-laki sebelum mereka
mengalaminya. Dengan begitu anak sudah diberi persiapan tentang perubahan
yang bakal terjadi pada dirinya. Hargai privasi anak. Dukung anak untuk
melakukan komunikasi terbuka. Tekankan kepada anak bahwa proses
kematangan seksual setiap individu itu berbeda-beda. Bantu anak untuk
memahami bahwa meskipun secara fisik ia sudah dewasa, aspek kognitif dan
emosionalnya belum dewasa untuk berhubungan intim. Beri pemahaman kepada
anak bahwa banyak cara untuk mengekspresikan cinta dan kasih sayang tanpa
perlu berhubungan intim. Diskusi terbuka dengan anak tentang alat kontrasepsi.
Katakan bahwa alat kontrasepsi
berguna bagi pasangan suami istri untuk mengatur atau menjarangkan kelahiran.
Diskusikan tentang perasaan emosional dan seksual
5. Usia 13-18 Tahun 
Terlibat aktif dalam kegiatan harian anak. Ikutilah hobinya atau kegiatan yang
digemarinya. Dengan demikian, ia akan lebih nyaman bercerita tentang hal-hal
lain, bahkan topik seks. 
Dukung anak untuk mengambil keputusan sambill memberi informasi
berdasarkan apa seharusnya ia mengambil keputusan itu. Diskusikan dengan
anak tentang perilaku seks yang tidak sehat dan ilegal.
Ajarkan tentang nilai keluarga dan agama. Ungkapkan kepada anak kalau ada
beragam cara untuk mengekspresikan cinta. Diskusikan dengan anak tentang
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan hubungan seks.
Jadilah sahabat dan pendengar yang baik bagi anak karena dalam fase ini anak
umumnya cenderung tertutup. 

Pendidikan seks pada anak sangat penting untuk


dilakukan, bahkan sejak usia dini dan orang tua
berperan penting dalam proses edukasi seks
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai