Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

Analisis

Dosen Pengajar :

Disusun oleh:

Nama NIM

BIDANG STUDI …….

FAKULTAS ……….

UNIVERSITAS ………

…….

2020
Hasil Analisis :

Saya akan menganalisis mengenai sikap dan tindakan Pangdam Jaya


terhadap Front Pembela Islam (FPI) yang memerintahkan penurunan baliho dan
mengancam pembubaran FPI. Akan tetapi, sebelumnya perlu saya terangkan
sedikit apa itu FPI.

Front Pembela Islam( FPI) merupakan suatu organisasi massa Indonesia.


Mengusung pemikiran Islamisme konservatif, FPI mempunyai basis massa yang
signifikan serta jadi motor di balik sebagian aksi pergerakan Islam di Indonesia,
semacam Aksi 2 Desember pada 2016. FPI jadi sangat populer sebab aksi-
aksinya yang kontroversial semenjak tahun 1998, paling utama yang dicoba oleh
laskar paramiliternya ialah Laskar Pembela Islam. Rangkaian aksi penutupan klab
malam, tempat prostitusi serta tempat- tempat yang diklaim bagaikan tempat
maksiat, ancaman terhadap masyarakat negeri tertentu, penangkapan (sweeping)
terhadap masyarakat negeri tertentu, konflik dengan organisasi berbasis agama
lain merupakan wajah FPI yang sangat kerap diperlihatkan dalam media massa.
Di samping aksi kontroversial yang dicoba, FPI pula mengaitkan diri dalam aksi-
aksi kemanusiaan antara lain pengiriman sukarelawan ke wilayah musibah
tsunami di Aceh, dorongan sukarelawan serta logistik dikala musibah gempa di
Padang serta sebagian kegiatan kemanusiaan yang lain. Aksi FPI kerap dikritik
bermacam pihak sebab aksi main hakim sendiri yang berujung pada
peluluhlantahkan hak kepunyaan orang lain. Statment kalau sepatutnya Polri
merupakan salah satunya intitusi yang berhak melaksanakan perihal tersebut
dijawab dengan statment kalau Polri tidak mempunyai insiatif buat
melaksanakannya. Rizieq, selaku pimpinan FPI, melaporkan kalau FPI ialah
gerakan lugas serta tanpa kompromi sebagai kaca dari ketegaran prinsip serta
perilaku. Bagi Rizieq kekerasan yang dicoba FPI disebabkan kemandulan dalam
sistem penegakan hukum serta mengatakan kalau FPI hendak mundur apabila
hukum telah ditegakkan. Dia menolak asumsi kalau sebagian pihak melaporkan
FPI anarkis serta kekerasan yang dikerjakannya ialah kaca kebengisan hati serta
kekasaran perilaku.
Belum lama ini, muncul pemberitaan bahwa TNI ikut turun tangan
mencopot spanduk FPI yang terpasang secara ilegal di berbagai sudut ibu kota.
Video orang berseragam awalnya beredar di media sosial. Pangdam Jaya Mayjen
TNI Dudung Abdurachman mengatakan pencobotan baliho oleh orang berbaju
loreng adalah perintahnya karena baliho tersebut dipasang tanpa izin. Dudung
juga menjelaskan bahwa awalnya satpol PP sudah menurunkan baliho FPI, namun
baliho tersebut dipasang lagi. Tindakan Pangdam Jaya diklaim mengurusi hal
yang bukan ranahnya, namun sebenarnya keterlibatan jajaran Kodam Jaya dalam
membantu satpol PP sudah diatur dalam peraturan gubernur.

Bersumber pada Peraturan Gubernur No 221 Tahun 2009 tentang Petunjuk


Penerapan Perda No 8 Tahun 2007, Satpol PP memanglah ialah penanggung
jawab utama pembinaan, pengendalian, serta pengawasan penyelenggaraan
kedisiplinan universal, tercantum pencopotan spanduk serta baliho yang
menyalahi ketentuan. Tetapi dalam melaksanakan tugasnya, Satpol PP dapat
berkoordinasi ataupun bekerja sama dengan lembaga pemerintah. Pasal 5 Ayat 2
Pergub tersebut melaporkan, lembaga pemerintah yang bisa menolong tugas
Satpol PP dalam pengawasan kedisiplinan universal, di antara lain jajaran Polda
Metro Jaya, Kodam Jaya, Komando Garnisun Bunda Kota, Kejaksaan, serta
Majelis hukum.

Sedangkan itu, Kepala Satpol PP DKI Jakarta Arifin melaporkan, sebagian besar
spanduk serta baliho Rizieq tersebut dipasang tidak normal sehingga berpotensi
jatuh mengenai serta membahayakan orang lain. Oleh sebab itu, Arifin memohon
supaya simpatisan Rizieq Shihab lekas melepas spanduk serta baliho yang mereka
pasang, saat sebelum dicopot paksa oleh anggota Satpol PP bersama Tentara
Nasional Indonesia(TNI) serta Polri.

Berdasarkan klarifikasi Dudung, saya dapat menganalisa bahwa tindakan


Pangdam patut untuk dibenarkan karena Indonesia ini adalah negara hukum,
seluruh warga negara harus taat kepada hukum, jika ingin memasang baliho maka
harus mengikuti peraturan yang berlaku dengan membayar pajaknya dan
mematuhi untuk memasang baliho ditempat yang sudah ditentukan. Maka dari itu,
seharusnya FPI tidak memasang baliho secara ilegal atau tanpa seizin pemerintah.
Selain masalah penurunan baliho, Dudung juga melontarkan pernyataan
keras kepada Rizieq dan FPI bahwa ia mengusulkan agar organisasi FPI
dibubarkan. Dudung menyesalkan ceramah Rizieq yang dianggapnya telah
menghujat Polri dalam acara maulid nabi yang digelar FPI beberapa waktu lalu.

Berdasarkan penyataan Dudung tersebut, saya dapat menganalisa bahwa


sikap dan tindakan Dudung tersebut melanggar indikator demokrasi maksimalis
sesuai materi yang telah dipelajari yaitu kebabasan individu, semangat kerjasama
dan hak untuk protes. Karena setiap warga negara Indonesia bebas berkumpul dan
mengemukakan pendapat. Apabila FPI dibubarkan maka hak mereka untuk
berkumpul dan mengemukan pendapat sama saja artinya dihilangkan oleh
pemerintah.

Berdasarkan kasus ini dapat saya simpulkan bahwa seharusnya masalah ini
dapat diselesaikan dengan kepala dingin. Misalnya dengan memanggil Pemimpin
FPI (Rizieq) dan ditanya baik-baik mengapa FPI memasang baliho secara ilegal,
kemudian mengapa Rizieq menghujat Polri di acaranya. Kemudian dicari titik
temu untuk mendapatkan solusi terbaik sehingga keduanya dapat berjalan lancar
tanpa melanggar aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan begitu
ketentraman dan ketertiban pun dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Front_Pembela_Islam

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/21/06383571/ketika-pangdam-
jaya-perintahkan-turunkan-spanduk-respons-fpi-dan?page=all

Anda mungkin juga menyukai