Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG CORONA VIRUS (COVID-19)

Untuk memenuhi tugas praktek belajar klinik mata kuliah Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh:

PUTRI INDAH PRAMESTI

(18042)

Tingkat 3A

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AHMAD DAHLAN CIREBON
TAHUN 2019/2020
A. PENGERTIAN

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)

adalah virus yang menyerang system pernafasan. Penyakit kerena infeksi virus ini disebut

COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada system pernafasan,

infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama

kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan

sangat cepat dan telah menyebar ke hamper semua Negara, termasuk Indonesia, hanya

dalam waktu beberapa bulan.

Corona Virus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi system pernafasan.

Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernafasan ringan, seperti flu.

Namun virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernafasan berat, seperti infeksi paru-paru

(pneumonia).

Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernafasan,

misalnya ketika berada diruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara yang kurang

baik atau kontak langsung dengan droplet.

Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Cororna, virus yang juga termasuk dalam

kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan

virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus

dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan

dengan SARS dan MERS antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keprahan

gejala.
B. ETIOLOGI

Virologi

SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-stranded RNA

yang positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein

yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM

dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein

nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E)

selubung, dan protein aksesoris lainnya.

Famili coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus, yaitu alpha

coronavirus (alphaCoV), beta coronavirus (betaCoV), delta coronavirus (deltaCoV), dan

gamma coronavirus (gammaCoV). AlphaCoV dan betaCoV umumnya memiliki

karakteristik genomik yang dapat ditemukan pada kelelawar dan hewan pengerat,

sedangkan deltaCoV dan gammaCoV umumnya ditemukan pada spesies avian.

SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2% sekuens genom

SARS-CoV-2 identik dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar dicurigai

merupakan inang asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60–

140 nm dan dapat secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%),

ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksi asetat, dan kloroform. SARS-

CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam. Pada permukaan solid,

SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless

selama 72 jam, pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam.
Transmisi

Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar basah di Kota Wuhan yang

menjual binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu, transmisi binatang ke manusia merupakan

mekanisme yang paling memungkinkan. Berdasarkan hasil genom SARS-CoV-2,

kelelawar dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi, inang perantara karier dari virus ini

masih belum diketahui secara pasti.

Transmisi antarmanusia dapat terjadi melalui droplet yang dikeluarkan saat

individu yang terinfeksi batuk atau bersin pada jarak ± 2 meter. Droplet yang hinggap pada

mulut atau hidung dapat terinhalasi ke paru-paru dan menyebabkan infeksi. Kontak pada

barang yang sudah terkontaminasi oleh droplet pasien COVID-19, yang diikuti dengan

sentuhan pada mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu juga dapat

menjadi salah satu transmisi penyebaran virus, walaupun rute ini bukan transmisi utama

penyebaran virus. Transmisi vertikal dari ibu ke janin secara intrauterine atau saat lahir

pervaginam sampai sekarang belum diketahui secara pasti.

C. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko COVID-19 sampai sekarang belum diketahui secara menyeluruh. Faktor

risiko utama dari penyakit COVID-19 adalah:

- Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19

- Kontak langsung terhadap pasien yang sudah dikonfirmasi COVID-19


Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat meningkatkan risiko mortalitas pada pasien

COVID-19, antara lain:

- Usia >50 tahun

- Pasien imunokompromais, seperti HIV

- Hipertensi

- Diabetes mellitus

- Penyakit keganasan, seperti kanker paru

- Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung

- Penyakit paru obstruktif kronis

- Disfungsi koagulasi dan organ

- Wanita hamil

- Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) yang tinggi

- Neutrofilia

- D-dimer >1 µg/L

D. TANDA DAN GEJALA

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu,

yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan dan sakit kepala. Setelah itu, gejala

dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa

mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak nafas dan nyeri dada.

Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus

Corona, yaitu :
- Demam (suhu tubuh diatas 38°C)

- Batuk kering

- Sesak nafas

Ada beberapa gejala lain yang bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih

jarang, yaitu :

- Diare

- Sakit kepala

- Konjungtivis (mata merah)

- Hilangnya kemampuan mengecap rasa

- Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)

- Ruam di kulit

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu

setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi virus Corona bisa

mengalami penuruna oksigen tanpa adanya gejala apapu. Kondisi ini disebut happy

hypoxia.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dalam rangka diagnosis Covid-19, terdapat dua jenis pemeriksaan yang bisa

dilakukan. Yang pertama adalah swab test atau RT-PCR. Yang kedua adalah rapid test

atau tes serologis. Keduanya memiliki prosedur dan mekanisme yang berbeda dalam

menentukan hasil tes untuk diagnosis.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), swab test menggunakan metode

polymerase chain reaction atau PCR lebih direkomendasikan untuk diagnosis Covid-19.
Namun rapid test juga memiliki peran penting dalam deteksi dini penularan virus corona di

masyarakat. Dari deteksi dini, tim yang bertugas menangani Covid-19 bisa menentukan

langkah selanjutnya guna mencegah penularan lebih luas.

- Pemeriksaan RT-PCR (Swab Test)

Pemeriksaan RT PCR merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

mendeteksi materi genetik virus. Pemeriksaan PCR dapat menggunakkan sampel swab

nasofaring (melalui hidung) dan swab orofaring (melalui tenggorokan). Alat yang

digunakan menggunakan swab khusus yang digunakan untuk pemeriksaan PCR

kemudian dimasukkan kedalam tabung penampung( viral transport media/ VTM).

Metode PCR terdiri dari beberapa tahap yaitu proses pelepasan dan penggandaan

materi genetik virus sehingga dapat dideteksi dengan alat.

Pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan laboratorium dan peralatan PCR yang

sesuai dengan standar Biosafety Level 2. Faktor yang berpengaruh pada pemeriksaan

PCR antara lain faktor pengambilan sampel, transportasi sampel, hingga proses

pengerjaan sampelnya.

Untuk proses pengerjaan sampel hingga dikeluarkan hasil dapat memakan waktu

yang cukup lama dibandingkan pemeriksaan laboratorium lainnya. Untuk memastikan

adanya seseorang terinfeksi virus SARS COV-2 ini dianjurkan menggunakan PCR

SARS COV-2.
- Pemeriksaan Serologis (Rapid Test)

Rapid test lebih berperan sebagai cara penyaringan awal terhadap kasus positif

Covid-19. Hasil rapid test tak bisa dijadikan penopang diagnosis pasien Covid-19.

Sebab, pemeriksaan serologis ini hanya bertujuan melihat ada atau tidaknya sistem

kekebalan tubuh yang muncul sebagai respons terhadap masuknya virus.

Virus ini tidak selalu SARS-CoV-2 atau penyebab Covid-19. Waktu

pemeriksaan juga mempengaruhi hasil rapid test. Bisa jadi belum ada respons dari

sistem imun karena virus corona baru saja masuk.

Rapid test lebih berperan sebagai cara penyaringan awal terhadap kasus positif

Covid-19. Hasil rapid test tak bisa dijadikan penopang diagnosis pasien Covid-19.

Sebab, pemeriksaan serologis ini hanya bertujuan melihat ada atau tidaknya sistem

kekebalan tubuh yang muncul sebagai respons terhadap masuknya virus.

Virus ini tidak selalu SARS-CoV-2 atau penyebab Covid-19. Waktu

pemeriksaan juga mempengaruhi hasil rapid test. Bisa jadi belum ada respons dari

sistem imun karena virus corona baru saja masuk.

- Perbedaan RT-PCR dan Rapid Test

Dari penjelasan di atas bisa ditarik poin perbedaan RT-PCR dan rapid test menyangkut

metode, sampel yang diambil, lama pemeriksaan hingga hasil keluar, biaya, hingga

diagnosis Covid-19.

- Metode

➢ Swab test: pemeriksaan di laboratorium khusus dengan metode PCR

➢ Rapid test: menggunakan alat rapid test


- Sampel

➢ Swab test: lendir dari pangkal hidung atau tenggorokan

➢ Rapid test: darah dari ujung jari

- Lama pemeriksaan

➢ Swab test: berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung antrean sampel yang

diperiksa

➢ Rapid test: dalam hitungan menit hingga jam

- Diagnosis

➢ Swab test: sebagai penegak kasus positif atau negative

➢ Rapid test: sebagai penyaring atau deteksi dini kasus Covid

Saat ini swab test dan rapid test bisa dilakukan secara mandiri di rumah

sakit yang memiliki fasilitas. Sejumlah rumah sakit juga bisa memeriksa secara

drive thru atau tanpa turun dari kendaraan untuk rapid test. Ada pula tes dengan

kunjungan ke rumah sesuai dengan kebutuhan.


F. PENCEGAHAN

Kemenkes telah mengeluarkan panduan untuk pencegahan penularan virus corona bagi

masyarakat di Indonesia, yang dibuat bersama dengan organisasi GERMAS (Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat). Berikut adalah panduan pencegahan virus corona dari

Kemenkes di Indonesia:

- Sering mencuci tangan pakai sabun

- Menggunakan masker jika sedang batuk atau pilek

- Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, perbanyak makan sayur-sayuran dan

buah-buahan

- Sebisa mungkin hindari kontak dengan binatang

- Rajin olahraga dan istirahat yang cukup

- Jangan mengonsumsi daging yang tidak dimasak

- Segera ke fasilitas kesehatan jika mengalami batuk, pilek, dan sesak napas

1. Bagi yang Melakukan Perjalanan ke China:

- Menggunakan masker jika berada di kerumunan orang

- Segera hubungi petugas kesehatan bila mengalami penyakit pernapasan selama

di China atau setelah kembali ke Indonesia, beritahukan riwayat perjalanan

Anda

- Disarankan tidak mengunjungi pasar hewan selama berada di China


2. Segera ke Dokter Jika Mengalami Gejala Klinis Ini:

- Demam

- Batuk dan pilek

- Sakit tenggorokan

- Sangat lelah dan lemas

- Gangguan pernapasan

G. DIAGNOSIS

Infeksi coronavirus umumnya diketahui melalui gejala dan pemeriksaan fisik yang

dikeluhkan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang

untuk membantu menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain adalah pemeriksaan darah lengkap,

pemeriksaan pembekuan darah, fungsi ginjal dan hati serta pemeriksaan virologi. Selain

itu, spesimen dari hidung dan faring (tenggorokan) pasien pun akan diambil dengan teknik

swab. Demikian pula, sediaan dahak dan, bila diperlukan, cairan bronkus (saluran

pernapasan yang lebih kecil).

Melalui pemeriksaan tersebut dapat diketahui apakah penyakit pasien disebabkan

oleh virus atau sebab yang lain. Sementara itu, plasma darah pasien pun akan diperiksa

untuk menemukan RNA virus corona.

Untuk pemeriksaan radiologi, dapat dilakukan pemeriksaan rontgen (x-ray) dada

dan CT-scan dada. Sebagian besar pasien akan menunjukkan gambaran kekeruhan di

kedua paru.
H. DAFTAR PUSTAKA

Wu C, Chen X, Cai Y, Xia J, Zhou X, Xu S, et al. Risk Factors Associated With Acute
Respiratory Distress Syndrome and Death in Patients With Virus corona Disease 2019
Pneumonia in Wuhan, China. JAMA Intern Med. 2020;1–10.

Fang L Karakiulakis G, Roth M. Are patients with hypertension and diabetes mellitus at
increased risk for COVID-19 infection? Lancet Respir. 2020;2600(20):30116.

Fang L, Karakiulakis G, Roth M. Are patients with hypertension and diabetes mellitus at
increased risk for COVID-19 infection? Lancet Respir. 2020;2600(20):30116.

Guo Y-R, Cao Q-D, Hong Z-S, Tan Y-Y, Chen S-D, Jin H-J, et al. The origin,
transmission and clinical therapies on virus corona disease 2019 (COVID-19) outbreak -
an update on the status. Mil Med Res. 2020;7(1):11.

Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, Dulebohn SC, Di Napoli R. Features, Evaluation and


Treatment Virus corona (COVID-19). StatPearls. 2020.

https://kawalcovid19.id/content/1183/rapid-test-atau-swab-test-apa-bedanya-mana-yang-
lebih-baik

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Virus Corona dari Cina Diduga Menular
Antar Manusia. Published: 2020-01-21. URL:
https://www.kemkes.go.id/article/view/20012200002/virus-corona-dari-cina-diduga-
menular-antar-manusia.html

Anda mungkin juga menyukai