Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Herpes zoster dan herpes genital dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi
oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-
laki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Herpes zoster terjadi
pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang
ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan
tubuh menurun.
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti DNA,
virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat
biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten
diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa
mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler.
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk
laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan
kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang
relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk
replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase
yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan
keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks
dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut
dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai
keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut
menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin,
ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya.

B.Rumusan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka dalam rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai kepada pasien
denganherpes.
2. Mahasiswa mampu memahami tentang gambaran penyakit herpes.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap pasien herpes secara
komperhensif.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem
Integumen dan untuk mengkaji lebih lanjut tentang virus herpes.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat memberi informasi mengenai virus terutama virus
herpes baik dari defenisi, ciri-ciri, pengklasifikasiannya serta penyebab-penyebab penyakitnya.

Makalah Herpes | 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Herpes
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi manusia.
Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus
herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat
menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin (herpes genitalia).

Pembagian kelompok virus herpesviridae adalah sebagai berikut:


Alfa herpesvirus. Kelompok virus ini memiliki siklus hidup untuk menggandakan diri yang pendek,
serta berpotensi menjadi tersembunyi dan infeksi muncul kembali (infeksi laten) di sel saraf. Contoh
alfa herpesvirus adalah HSV tipe 1 dan 2, serta virus varicella-zoster.
Beta herpesvirus. Kelompok virus ini memiliki siklus hidup untuk menggandakan diri yang panjang
dan infeksi virus ini berjalan lambat dalam tubuh manusia. Contoh beta herpesvirus adalah
cytomegalovirus, serta herpesvirus 6 dan 7.
Gamma herpesvirus. Contohnya adalah Epstein-Barr virus dan human herpesvirus 8.
Tahapan Infeksi Herpes
Infeksi herpes yang muncul biasanya terjadi dalam beberapa tahapan. Rincian tahapan infeksi
herpes adalah sebagai berikut:
Stadium primer. Stadium primer terjadi pada hari kedua hingga kedelapan setelah terjadinya infeksi
herpes. Gejala yang muncul adalah blister (kulit yang melepuh) berukuran kecil, namun
menyakitkan. Blister biasanya berisi cairan berwarna bening atau keruh, dan dapat pecah serta
menimbulkan luka terbuka. Daerah di sekitar blister akan berwarna kemerahan.
Stadium laten. Pada stadium ini, gejala herpes seperti blister dan koreng akan mereda. Tetapi pada
stadium ini, sebetulnya virus sedang menyebar ke saraf dekat saraf tulang belakang melalui kulit.
Stadium peluruhan. Pada stadium ini, virus mulai berkembang biak pada ujung-ujung saraf organ
tubuh. Jika ujung saraf yang terinfeksi terletak pada organ tubuh yang menghasilkan cairan, seperti
testis atau vagina, virus herpes dapat terkandung dalam cairan tubuh seperti semen dan lendir
Biasanya tidak terjadi gejala yang terlihat, namun sebenarnya sedang terjadi perkembangbiakan
virus di dalam tubuh.
Stadium rekurensi (muncul kembali). Pada stadium ini, blister pada kulit yang terjadi di stadium
pertama dapat muncul kembali. Biasanya tidak separah lepuhan dan koreng yang sebelumnya.
Gejala yang umumnya muncul pada stadium rekurensi ini adalah gatal, kesemutan, dan nyeri di
daerah yang terkena infeksi pada stadium pertama.

B.Herpes Zoster
1. Defenisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat disebabkan oleh virus, terutama terjadi pada
orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf
sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi
endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi oleh virus.
2. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid tersusun dari 162
subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya
berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela
dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan
ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang immunocompromise, beberapa
tahun kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi

Makalah Herpes | 2
virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada
satu dermatom.
3.Manifestasi klinik
a.Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal local (nyeri otot
tulang, gatal, pegal).
b. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok, vesikel
ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan
krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).
c.Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper selalu
unilateral.
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a) Herpes zoster of taimika : menyerang dahi dan sekitar mata
b) Herpes zoster servikali : menyerang pundak dan lengan
c) Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut
d) Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paha.
e) Herpes zoster sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia
f) Herpes zoster atikum : menyerang telinga.

4.Klasifikasi Herpes Zoster


a. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari
sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar
dibuka.
b. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri
yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
c. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
d.Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

5.Faktor Resiko Herpes Zoster


a.Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
b.Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia.
Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.
c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

6. Potofisiologi
Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Selama terjadinya infeksi varisela, VZV
meninggalkan lesi dikulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara
sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam ganglion ini, virus memasuki masa
laten dan disini tidak infeksios dan tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia
kehilangan daya infeksinya.

Makalah Herpes | 3
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami
multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta menjadi
inflamasi yang berat dan biasanya disertai nevralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik/sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir
pada ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk erupsi horpes
zoster.
a. Neurologi pasca herfetike
Rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-
bulan sampai beberapa tahun.
b. Infeksi sekunder
Oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas sebagai
sikatritis.
c. Pada sebagian kecil penderita dapat terjadi paralysis motorik, terutama bila virus juga menyerang
ganglion anterior bagian motorik kranialis. Terjadi biasanya 2 minggu setelah timbul erupsi.

Makalah Herpes | 4
7. Komplikasi herves zoster
a. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan
tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena
setelah erupsi.
b. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah
timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 1–6 bulan

Makalah Herpes | 5
c.Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan
penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
d.Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis,
korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
e.Herpes zoster diseminata / generalisata
f.Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive
multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir
ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).

8.Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster


Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a.Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan
herpes simplex.
b.Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
c.Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d.Pemeriksaan histopatologik
e.Pemerikasaan mikroskop electron
f.Kultur virus
g.Identifikasi anti gen / asam nukleat VV
h.Deteksi antibody terhadap infeksi virus

9. Penatalaksanaan Herpes zoster


a. Pengobatan
a) Pengobatan topical
i. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel
pecah
ii.Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres
dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
iii. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin )
untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
b) Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan
penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif
pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil
terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus
intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan
efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan
menekan respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan
untuk menyembuhkan priritus.
b.Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang
nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati
dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
c. Neuralgia Pasca Herpes zoster
a) Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan
anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)
b)Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting
perawatan
c)Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.

Makalah Herpes | 6
B. Herpes Genitalis
1. Defenisi
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan
keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks
dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut
dan tipe 2 mengenai daerah genital.
2. Penyebab herpes genitalis
Penyebab dari penyakit herpes genitalis adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut.
Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau
tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan
mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Kejadian penyakit ini sangat cepat akhir-akhir ini. Penyakit ini tak dapat diberantas secara tuntas dan
sering kumat-kumatan, dan dapat menimbulkan komplikasi pada saat hamil dan persalinan. Herpes
genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2.
a.Tipe 1 : keganasan rendah, menyerang terutama sekitar mulut
b. Tipe 2 : ganas, menyerang alat kelamin
c. Penyebab : virus Herpes Simpleks
d.Perantara : manusia, bahan yang tercemar virus
e.Tempat virus keluar : penis, vagina, anus, mulut
f. Cara penularan : kontak langsung
g.Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut

3. Gejala penyakit herpes genitalis


Pada wanita penyakit ini biasanya tanpa gejala, tapi dapat menularkan penyakit. Penularan
hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual. masa inkubasi 3-5 hari, kemudian pada daerah
kemaluan timbul gerombolan vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah
meninggalkan bekas. Sering disertai pembesaran kelenjar yang nyeri. Penyakit sembuh dalam 2-3
minggu. Penyakit sering kumat, timbul pada tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala
infeksi pertama. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah kelelahan fisik dan stress
mental, atau infeksi sistemik lainnya. Hubungan seksual yang berlebihan dengan banyak pasangan
meningkatkan kemungkinan berhubungan dengan orang yang sudah kena.
Komplikasi pada wanita hamil dapat ditularkan melalui ari-ari atau pada saat melahirkan,
dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau cacad permanen. Di samping itu, dapat pula
menyebabkan kanker serviks.
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang
kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan
bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar getah
bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan
lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak
badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis
yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika

Makalah Herpes | 7
penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di
sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes
bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih
dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus
menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2
mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di
dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa
menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan
memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu
berat
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus.
Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul
sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan
dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut :
a. Nyeri dan disuria
b. Uretral dan vaginal discharge
c.Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
d. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
e. Nyeri pada rektum, tenesmus

Tanda :
a. Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi.
b. Limfadenopati inguinal
c. Faringitis
d. Cervisitis

4. Macam-macam Herpes genital


a. Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral
atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus
tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan
salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang
menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada
glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.
b.Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor
pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren,
pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala
tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam,
gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar
diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan
outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus
terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat
timbul luka di tempat terjadinya outbreaks.

5.Komplikasi herpes genitalis


HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai
keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut
menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin,

Makalah Herpes | 8
ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan
mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus
mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus
dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral
rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40%
dari penderita Amerika yang telah terinfeksi.
Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas
yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan
klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa
terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti malaise,
demam, dan nyeri otot.
Komplikasinya juga dapat dilihat seperti berikut:
a.Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang
dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks
herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun
yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler
biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV
b.Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan. Wanita hamil yang
menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau
mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini
perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta
dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka
mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.

6. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan
giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan
ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.
a.Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi pada
dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang
terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk vesikel.
b.Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
a) ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
b)Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
c.Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan
prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan
diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada
bila diambil dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi
negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus,
perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel.
Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam.

7. Diagnosis
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan
dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat
ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh
dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-
2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu,

Makalah Herpes | 9
dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab
untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak
khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan
kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan.
Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine,
meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat
menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin
terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis,
makrosefali dan keratokonjungtivitis.
Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan
sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum
pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode
pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital.

8. Pengobatan
a.Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa
memperpendek lamanya serangan.
b.Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis
rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya
gejala.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk
dioleskan langsung ke luka herpes.
c.Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan.
Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan
pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
d.Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun
pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
a) Menjaga kebersihan local
b) menghindari trauma atau faktor pencetus.
e.Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40%
dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek
samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
f.Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan
obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan
mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes
genital adalah :
a) Asiklovir (Zovirus)
b) Famsiklovir
c) Valasiklovir (Valtres)
g. Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari),
asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen
glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.
h. Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah
menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh
karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan
asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10
hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

Makalah Herpes | 10
i. Famsiklovir adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi
HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk
fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh
intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian
dosis satu kali sehari.
Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme
dengan baik.
j.Herpes genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat penderitanya tertekan. Pada
penelitian in vitro serta penelitian in vivo, povidone iodine terbukti merupakan agen efektif
melawan virus tersebut, mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone iodine dalam
larutan aqua untuk mengobati herpes genital.
k.CDC (Center For Disease Control and Prevention),merekomendasikan penanganan supresif bagi
herpes genital untuk orang yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun.
l.Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada saat
melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban
pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak
dianjurkan.
m.Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan menggaris bawahi
apakah penggunaan antiviral rutin efektif menurunkan herpes genital yang subklinis.

9. Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat
menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak
tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9
menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan
kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Upaya pencegahannya adalah sebagai berikut :
a.Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
b.Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya
untuk mengurangi transmisi penularan.
c. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
d.Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
e.Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan.

Makalah Herpes | 11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
HERPES SIMPLEX DAN HERPES ZOSTER

I.       PENGKAJIAN
            A. BIODATA
      IDENTITAS KLIEN
Nama                                      :
Tempat, tanggal lahir          :
Umur                                      :
Jenis Kelamain                      :
Alamat                                   :
Agama                                    :
Suku Bangsa                          :
Pendidikan                             :
No. CM                                   :
                  IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama                                      :
Tempat tanggal Lahir           :
Umur                                       :
Jenis Kelamin                         :
Alamat                                    :
Agama                                     :
Suku Bangsa                           :
Pendidikan                             :
Hubungan Dengan Pasien   :

B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Penderita herpes mengeluh adanya rasa nyeri pada otot dan sendi
 b. Riwayat kesehatan sekarang               
- demam
- nyeri otot
- gatal
- tidak enak badan
- lemas

c. Riwayat kesehatan dahulu


Penderita herpes
d. Riwayat kesehatan keluarga

e. Genogram

f. Riwayat kesehatan lingkungan


Keadaan tempat tinggal klien bersih, dan tidak menimbulkan tumbuhnya mikroorganisme
atau penyakit

C. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)


a. Persepsi terhadap kesehatan

Makalah Herpes | 12
Penderita herpes tidak begitu memperhatikan kesehatan tetapi klien juga tidak melakukan
kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatanya. Jika klien sakit biasanya pasien minum obat dan
apabila penyakitnya tidak sembuh pasien baru pergi ke dokter terdekat.
b. Pola aktifitas latihan (Mandi,berpakaian/berdandan, eliminasi, mobilisasi ditempat tidur,
ambulansi, makan).Tergantung berat dan ringannya penyakit.

AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian   
Eleminasi   
Mobilisasi   
Ambulansi   
Makan   

Keterangan: :
0 : Mandiri
1 : dengan menggunakan alat bantu
2 : Perlu bantuan  orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas

c. Pola istirahat tidur


Pada pola istirahat penderita herpes terjadi gangguan susah tidur dikarenakan rasa nyeri dan rasa
gatal yang dideritanya
d. Pola nutrisi metabolic
Pada penderita herpes nafsu makannya terganggu karena jika makan penderita herpes merasa mual.
e. Pola eliminasi
Pada penderita herpes kebiasan yang terjadi :
 BAB   : encer
 BAK   : nyeri saat BAK

f. Pola kognitif perceptual


-Status mental sadar
- Bicara normal dengan menggunakan bahasa indonesia
- kemampuan membaca lancar
- Kemampuan interaksi,penderita herpes terganggu karena penyakitnya yang menular           
- Pendengaran penderita herpes baik
- Penglihatan penderita herpes agak berkurang karena penyakit herpes simplex yang menyerang
mata
- Manajemen nyeri : Penderita herpes mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsi obat anti nyeri

g. Pola konsep diri


Harga diri                    : Tidak terganggu
Ideal diri                     : Tidak terganggu
Identitas diri               : Tidak terganggu
Gambaran diri            : Tidak terganggu
Peran diri                     : Tidak terganggu

h. Pola koping dan toleransi stress


-
i. Pola seksual reproduksi

Makalah Herpes | 13
Penderita herpes merasa terganggu dengan pola seksual reproduksinya. Karena penderita
herpes mengalami penyakit genital herpes
j. Pola peran hubungan
Hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu karena penyakitnya yang
menular
k. Pola nilai dan kepercayaan

D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital:
- Suhu              : > 37  C (Hipertermi) 
-Nadi               : > 100x/menit (Takikardi)
-TD                 : systole >139 mmHg, diastole >89 mmHg
-Pernafasan   : 16 – 24x/menit
b. Keadaan umum
-Kesadaran      : kompos metis
-Kulit               : terganggu dengan adanya bintil-bintil dan rasa gatal    pada kulitnya
-Warna kulit   : Sawo matang

c.  Pemeriksaan Persistem

a). Sistem Kardiovaskuler
Wajah tampak pucat, TD:120/80, Nadi:120x/menit, conjungtiva merah muda, bibir lembab, JVP
normal ≤ 2 cm, bunyi jantung S1;S2, perkusi jantung pekak, tidak adanya pembengkakan jantung,
CRT normal ≤ 3 detik.
b).Sistem Penginderaan
1.  Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, adanya nyeri tekan,ada penurunan penglihatan
2. Sistem pendengaran
Klien dapat mendengar dengan baik, tidak terdapat lesi,tidak terdapat edema, tidak ada nyeri tekan
pada otitis media dan mastoidius
3.  Pengecapan dan penciuman
Klien dapat membedakan bau, fungsi penciuman klien masih baik, septum nasi tepat ditengah, tidak
terdapat secret dan tidak ada lesi
4.  Perabaan
Adanya bintil – bintil dan rasa gatal
c.)  Sistem Pernafasan
1)   Inspeksi :
 Hidung simetris dan tampak kokoh, berwarna coklat muda
 Terdapat pernapasan cuping hidung
 Tidak terdapat pengeluaran sekret pada hidung dan tidak terdapat nodul
 Sinus frontalis dan maksilaris tidak terdapat kemerahan
 Trakhea simetris posisi ditengah
 Dada simetris dan terdapat retraksi dinding dada
2)   Palpasi :
 Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung, sinus frontalis maupun maksilaris
 Terdapat nyeri tekan pada dinding dada
 Ekspansi paru asimetris
 Vokal premitus : vibrasi meningkat pada jalur napas utama dan menurun pada jalur napas
terakhir
3)   Perkusi : Terdapat bunyi resonan pada permukaan paru
4)   Aukskultasi :Bunyi napas vesikuler

Makalah Herpes | 14
d.)    Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada masa dan tidak ada
keluhan.

e.)     Sistem Pencernaan
1)   Mulut dan Kerongkongan
Bentuk : Bibir simetris, Warna merah kehitaman, agak kering, Mukosa mulut lembab berwarna pink,
Stomatitis  Urula warna pink simetris, lidah tampak putih dapat digerakan ke segala arah, gusi tidak
bengkak,
2)   Abdomen
Bentuk: Datar dan lembut, tidak beraba benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, limfe, hepar tidak
teraba, terdapat bising usus di keempat kuadran.

f.)    Sistem Muskuloskeletal
1)   Ekstermitas Atas
Rom mampu flexi, extensi, abduksi, addusi,akral dingin
2)   Ekstremitas Bawah
ROM = mampu flexi, extensi, abduksi, adduksi, rotasi, akral dingin, crt normal.
3)   Kekuatan otot
     t5          t5
                   
         t5          t5

g.)    Sistem Perkemihan
Ginjal tidak teraba membesar,tidak ada nyeri tekan dan tidak ada nyeri saat perkusi. Bladder teraba
kosong dan tidak terdapat nyeri tekan. Terdapat bunyidalness pada kandung kemih
h.)      Sistem Integumen
Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema di sekitar lesi,dan dapat pula
timbul ulkus pada infeksi sekunder,akral hangat, turgor kulit normal/ kembali <1 detik, terdapat lesi
pada permukaan kulit wajah.

i.) Sistem Reproduksi


Terdapat benjolan atau nyeri di daerah genetalia klien.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium
b.Obat yang diberikan :
-Obat analgetik
-Obat anti virus
- Obat anti Herpes
c. Laser Eximer
Jika terdapat parut kornea yang parah dan menyebabkan kemunduran penglihatan
d. CT Scan
Untuk mengetahui adanya gangguan pada otak

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. DATA FOKUS
- demam
- nyeri otot-sendi
- letih

Makalah Herpes | 15
- tidak enak badan
- nyeri saat buang air kecil
- luka pada kulit
- adanya perasaan seperti tertekan di daerah perut
-nyeri ringan di mulut atau tenggorokkan
-gatal di kulit yang terkena
- mati rasa
-kesemutan
-  nyeri yang parah pada daerah bentuk tali lebar di dada, punggung, hidung dan mata
-  menggigil
-  mual
- diare
- lemas
- kulit kebas
-  malnutris
-  keluarnya cairan dari vagina

B.    ANALISA DATA
No Sympton Problem Etiology
1. DS : - Kerusakan integritas Perubahan turgor
DO : kulit
-          Luka pada kulit
-          Gatal di kulit yang terkena
-          Kulit kebas
-          Mati rasa
-          Kesemutan

2. DS : - Ketidakseimbangan Tidak mampu dalam


DO : nutrisi kurang dari memasukkan,
-Adanya perasaan seperti tertekan di kebutuhan mencerna,
perut mengabsorbsi
-          Mual makanan karena
-          Diare factor biologi
-          Lemas
-          Pusing

3. DS : - Nyeri akut Agen cidera biologi


DO :
- Nyeri otot-sendi
-  Nyeri saat buang air kecil
-  Adanya perasaan seperti tertekan
di perut
- Nyeri ringan di mulut atau
tenggorokan
-  Nyeri yang parah pada daerah
bentuk tali lebar di dada, punggung,
hidung dan mata
Hipertermi Penyakit /trauma

Makalah Herpes | 16
4. DS : -
DO :
-          Demam
-          Panas
-          Kulit terasa hangat
-          Menggigil
-          Pusing

5. DO : - Resiko Infeksi Ketidakcukupan


DS : pengetahuan untuk
-          Luka pada kulit menghindari paparan
-          Keluarnya cairan dari vagina patogen
-          malnutrisi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit
2.)Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak mampu
memasukkan, mencerna dan mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
3.) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
4.) Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma
5.) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan
patogen

Makalah Herpes | 17
D. INTERVENSI
No Tujuan ( NOC) Intervensi ( NIC )
1. Setelah dilakukan tindakan keperawaan ( 3590 ) Skin Surveilance
selama ... x 24 jam, integritas kulit klien dapat - Monitor warna kulit
membaik dengan kriteria hasil ( hlm 397-441) : - Monitor adanya infeksi
 Tissue Integrity : Mucous Membranes -  Monitor temperatur kulit
( 110101 ) Temperatur jaringan baik -  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
( 110102 ) Sensasi baik dan kering
( 110104 ) Hidrasi baik - Anjurkan klien untuk menggunakan
( 110110 ) Tidak ada lesi atau luka pakaian longgar
( 110111 ) Perfusi jaringan baik -Monitor status nutrisi klien
Kriteria NOC : -Oleskan lotion pada daerah yang tertekan
1.      Extremelly compromised
2.      Subsantially compromised
3.      Moderately compromised
4.      Midly compromised
5.      Not compromised

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ( 1100 ) Manajemen nutrisi


... x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien -Catat adanya mual dan muntah
tercukupi dengan kriteria hasil (hlm 282-287) : -Kaji adanya alergi makanan
Status Nutrisi - Monitor adanya penurunan berat badan
( 100801 ) Peningkatan berat badan sesuai -Berikan makanan yang terpilih
( 100802 ) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi -Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan
Kriteria NOC : nutrisi yang dibutuhkan
1.      Tidak pernah menunjukkan -Berikan informasi tentang kebutuhan
2.      Jarang menunjukkan nutrisi
3.      Kaadang menunjukkan -Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
4.      Sering menunjukkan memberikan nutrisi yang terbaik
5.      Selalu menunjukkan

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ( 2590 ) Manajemen nyeri


...x 24 jam, nyeri dapat berkurang dengan skala -Kaji secara komprehensif tentang nyeri
( 0 ) dengan kriteria hasil (hlm 296-299) : meliputi, lokasi, karakteristik dan onset
Kontrol nyeri durasi, frekuensi, kualitas intensif /
( 160502 ) Mengenal faktor penyebab nyeri beratnya nyeri dan faktor-faktor presipitasi
( 160502 ) Mengenali lamanya obat ( onset ) -Tingkatkan tidur / istirahat
sakit -Monitor kenyamana klien terhadap
( 160509 ) Mengenali gejala nyeri manajemen nyeri
( 160511 ) Melaporkan nyeri sudah terkontrol -Berikan informasi tentang nyeri seperti
Kriteria NOC : penyebab berapa lama terjadi dan
1.      Tidak dilakukan sama sekali tindakan pencegahan
2.      Jarang dilakukan - Berikan Analgesik untuk mengurangi nyeri
3.      Kadang dilakukan -Kolaborasi dengan dokter jiwa ada
4.      Sering dilakukan keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
5.      Selalu dilakukan

Makalah Herpes | 18
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ( 3900 ) Penurunan demam
... x 24 jam diharapkan suhu tubuh lebih baik -Monitor suhu sesering mungkin
dari sebelumnya dengan kriteria hasil ( hlm 47- -Monitor warna dan suhu kulit
48) : -Monitor nadi dan respirasi
 Pengaturan suhu -Kolaborasi pemberian antipireptik
( 08001 ) Suhu tubuh dalam rentang normal -Kompres klien
( 08002 ) Suhu kulit dalam rentang normal -Berikan pengobatan untuk mencegah
( 08007 ) tidak ada perubahan warna terjadinya menggigil
Kriteria NOC : - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
1.      Tidak pernah dilakukan
2.      Jarang dilakukan
3.      Kadang dilakuan
4.      Sering dilakukan
5.      Selalu dilakukan

5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ( 6540 ) Kontrol infeksi


... x 24 jam diharapkan klien tidak terjadi infeksi -Observasi dan laporkan tanda dan gejala
dengan kriteria hasil ( hlm 234-237) : infeksi
Kontrol infeksi -Kaji warna kulit, kelembaban tekstur dan
( 100201 ) Mengetahui resiko turgor
( 100202 ) Monitor perubahan status kesehatan -Pertahankan lingkungan aseptik selama
lainnya pemasangan alat
( 100203 ) Klien bebas dari infeksi - Cuci kulit dengan hati-hati, gunakan
( 190214 ) Menggunakan dukungan personal hidrasi pelembab seluruh permukaan
untuk mengurangi resiko -Berikan antibiotik sesuai instruksi
Kriteria NOC : -Pertahankan tekhnik isolasi
1.      Tidak dilakukan sama sekali -Tingkatkan intake nutrisi
2.      Jarang dilakukan
3.      Kadang dilakukan
4.      Sering dilakukan
5.      Selalu dilakukan

E. IMPLEMENTASI
1.) Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit
 Memonitor warna kulit
 Memonitor adanya infeksi
 Memonitor temperatur kulit
 Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
 Menganjurkan klien untuk menggunakan pakaian longgar
 Memonitor status nutrisi klien

Makalah Herpes | 19
 Mengoleskan lotion pada daerah yang tertekan
2.) Dx 2 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak mampu
memasukkan, mencerna dan mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
 Mencatat adanya mual dan muntah
 Mengkaji adanya alergi makanan
 Memonitor adanya penurunan berat badan
 Memberikan makanan yang terpilih
 Mengkaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
 Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk memberikan nutrisi yang terbaik

3.) Dx 3 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi


 Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi, lokasi, karakteristik dan onset durasi,
frekuensi, kualitas intensif / beratnya nyeri dan faktor-faktor presipitasi
 Meningkatkan tidur / istirahat
 Memonitor kenyamana klien terhadap manajemen nyeri
 Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan
 Memberikan Analgesik untuk mengurangi nyeri
 Mengkolaborasikan dengan dokter jiwa ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

4.) Dx 4 Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma


 Memonitor suhu sesering mungkin
 Memonitor warna dan suhu kulit
 Memonitor nadi dan respirasi
 Mengkolaborasikan pemberian antipireptik
 Mengompres klien
 Memberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
 Meningkatkan intake cairan dan nutrisi

5.) Dx 5 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari


paparan patogen
 Meniing
 Mengobservasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi
katkan
 Mengkaji warna kulit, kelembaban tekstur dan turgor
intake
 Mempertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
nutrisi
 Mencuci kulit dengan hati-hati, gunakan hidrasi pelembab seluruh
permukaan
F. EVALUASI
 Memberikan antibiotik sesuai instruksi
1.) Klien
 Mempertahankan tekhnik isolasi
menunjukkan
keelastisitasan kulit dan penyembuhan luka
2.) Klien dapat mempertahankan berat badannya atau bahkan bertambah
3.)Klien dapat memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
4.) Suhu tubuh klien berada pada rentang normal
5.) Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi

Makalah Herpes | 20
BAB III
PENUTUP
 
A. KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan,
sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling
rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal
dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut
pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella
zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
 
B. Saran
    Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan
cara pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada
penyakit herpes.
 

Makalah Herpes | 21
DAFTAR PUSTAKA
 
http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-herpes.html
http://www.scribd.com/doc/39580178/ASKEP-HERPES-DAN-TINEA
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11323-herpes-genitalis/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.healthscout.com/ency/68/162/main.html
http://medicastore.com/penyakit/230/Herpes_Genitalis.html

Makalah Herpes | 22

Anda mungkin juga menyukai