BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bab Topik
1 Pengantar
2 Keuangan Negara dan Pencatatannya
3 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah
4 Laporan Keuangan Pemerintah
5 Akuntansi Persediaan
6 Akuntansi Investasi
7 Akuntansi Aset Tetap
8 Akuntansi Kewajiban dan Ekuitas Dana
9 Akuntansi Pendapatan dan Belanja
10 Penganggaran Pemerintah Pusat dan Daerah
11 Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Dokumen Pelaksanaannya
12 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Dokumen Pelaksanaannya
BAB 2
KEUANGAN NEGARA dan PENCATATANNYA
A. Pendahuluan
Di Indonesia, akuntansi pemerintahan secara historis belum banyak
berkembang sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945. Menurut catatan sejarah,
produk akuntansi pemerintahan Indonesia pertama adalah neraca kekayaan
negara yang dikeluarkan pada tahun 1948. Bentuk akuntabilitas keuangan ini
masih dalam bahasa dan mata uang Belanda. Mulai akhir tahun 2003, barulah
akuntansi pemerintahan mendapatkan perhatian dan dasar hukum yang
menggantikan produk Belanda tersebut yaitu UU No 17 tahun 2003. UU
No.17 th 2003 tentang keuangan negara menjadi pijakan penting
perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia. UU keuangan negara
tersebut diikuti pula dengan UU No.1 th 2004 tentang Perbendaharan Negara
dan UU No.15 th 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara. Dengan ketiga undang-undang tersebut, tuntutan akan
akuntansi pemerintahan semakin nyata.
Sebelum UU No. 17 th 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan
dengan pencatatan tunggal (single entry), dengan menggunakan Cash basis.
Akuntansi pemerintahan pada saat itu, sangat sederhana (simple), buku-buku
yang digunakan antara lain buku kas umum (BKU), buku kas tunai, buku
Bank, buku pengawasan dana UYHD (Uang Yang Harus
Dipertanggungjawabkan), buku pengawasan kredit anggaran per mata
anggaran (MAK), buku panjar (porsekot dan buku pungutan dan penyetoran
pajak. Laporan yang dibuat sangat sederhana, seperti misalnya Laporan
Surplus/Defisit, Laporan keadaan Kas (LKK) dan Laporan Keadaan Kredit
Anggaran (LKKA).
Adapun dasar hukum akuntansi pemerintah yaitu UU Nomor 1 Tahun
2004 pasal 51 yaitu :
1. Menteri keuangan menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,
aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan
perhitungannya
2. Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD selaku pengguna anggaran
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan
ekuitas dana, temasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada
dalam tanggung jawabnya.
3. Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan
untuk menyusun laporan keuangan pemerintah pusat/ daerah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
B. Keuangan Negara
Berikut pengertian keuangan negara yang dikutip dari buku akuntansi
pemerintah teory dan praktek karya bambang kesit :
1. Pengertian
Menurut Suparmoko (2000; hal : 15), keuangan negara adalah "bagian
dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan-kegiatan
pemerintah dalam bidang ekonomi, terutama mengenai penerimaan dan
pengeluarannya beserta pengaruh- pengaruhnya di dalam perekonomian
tersebut". Yang dimaksud "pengaruh- pengaruh" tersebut misalnya adalah
pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, distribusi penghasilan yang lebih
merata, penciptaan kesempatan kerja, dan lain-lain.
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara adalah
dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan.
a. Dari sisi obyek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
b. Dari sisi subyek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi
seluruh obyek sebagaimana yang disebutkan pada huruf "a" di atas
yang dimiliki oleh negara, dan/atau dikuasai oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang
mempunyai kaitan dengan keuangan negara.
c. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek keuangan negara
mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai
dengan pertanggungjawaban.
d. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan,
dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau
penguasaan obyek keuangan negara dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara
Tabel 2
Perbandingan PP No 24 Tahun 2005 dengan PP No 71 Tahun 2010
PP No 24 Tahun 2005 PP No 71 Tahun
(Basis Kas Menuju 2010 (Basis
Akrual) Akrual)
• Laporan Realisasi Anggaran • Laporan Realisasi
(LRA) Anggaran (LRA)
• Neraca • Laporan Perubahan
• Laporan Arus Kas Saldo Anggaran Lebih
• Catatan atas Laporan keuangan (LSAL)
• Neraca
• Laporan Arus kas
• Laporan Operasional (LO)
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Catatan Atas Laporan
Keuangan
D. Kerangka Konseptual
6. Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah
adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu
dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri atas :
a) Asumsi kemandirian entitas
b) Asumsi Kesinambungan Entitas
c) Asumsi Keterukuran Dalam Satuan Uang (Monetary Measurement)
8. Prinsip Akuntansi
Delapan prinsip yang di gunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah :
1) Basis kas dan akrual
2) Nilai Historis (Historical Cost)
3) Realisasi (Realization)
4) Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
5) Prinsip Periodisitas (Periodicity)
6) Prinsip Konsistensi (Consistency)
7) Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)
8) Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation)
RINGKASAN
Praktik akuntansi harus dilaksanakan mengacu pada PABU. Standar
akuntansi merupakan kesepakatan nasional yang harus diikuti karena memuat
prinsip-prinsip yang berlaku umum. SAP merupakan acuan praktik akuntansi
bagi pemerintah di Indonesia, baik pemerintah pusat maupun pemda. SAP
yang ditetapkan dalam peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2005,
mempunyai kerangka konseptual dan beberapa pernyataan yang seluruhnya
harus dipahami secara komprehensif. Mampu melakukan perbandingan atas
kerangka konseptual yang terdapat di SAK dan yang terdapat di SAP.
Keranga Konseptual yang dikembangkan oleh KSAP memiliki beberapa
perbedaan rumusan dengan kerangka konseptual yang terdapat di SAK.
Perbedaan rumusan tersebut harus dipahami untuk mendapatkan pengertian
yang lebih memadai tentang kerangka konseptual.
BAB 4
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
A. Pendahuluan
Dalam kurun waktu 12 tahun di era reformasi, indonesia sedang
melakukan pembenahan di segala bidang. Termasuk pembenahan dalam
pengelolaan keuangan negara. Saat ini pemerintah dituntut untuk lebih
transparan memberikan informasi terkait pengelolaan keuangan negara
kepada masyarakat. Terlebih adanya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, di mana pada undang- undang ini badan
publik memliki kewajiban untuk menyediakan, memberikan dan/atau
menerbitkan informasi publik yang berada dibawah kewenangannya.
Dalam melakukan pengelolaan keuangan negara tentunya perlu
diketahui ruang lingkup dari keuangan negara tersebut. Menurut Halim,
ruang lingkup keuangan negara dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Dikelola langsung oleh pemerintah di mana komponen keuangan
negara mencakup seluruh penerimaan dan pengeluarannya.
2. Keuangan negara yang dipisahkan kepengurusannya yaitu kompenen
keuangan negara yang pengurusannya dipisahkan dan cara
pengelolaannya berdasarkan hukum publik dan hukum perdata.
Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing
baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam rangka pelaksanaan tugas
pelayanan tersebut, instansi pemerintah membutuhkan dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pendapatan dalam APBN bersumber dari penerimaan pajak (pajak dalam
negeri maupun pajak perdagangan internasional), penerimaan bukan pajak
(dari SDA, bagian pemerintah atas laba BUMN, maupun lainnya), dan
penerimaan hibah.
Sumber penerimaan tersebut berasal dari masyarakat sehingga sudah
seharusnya pemerintah mempertanggung jawabkannya kepada
masyarakat. Pertanggungjawaban merupakan salah satu upaya
mewujudkan prinsip-prinsip Good Governance di sektor pemerintahan.
Karakteristik utama dalam Good Governance ada delapan yaitu partisipasi
masyarakat, berorientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi,
responsif/cepat tanggap, efektif dan efisien, adil dan inklusif,
penegakan/supremasi hukum (OECD,2001).