Havriza Vitresia
Divisi Infeksi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Mata, RS Dr M Djamil / FK UNAND, Padang
Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Sumatera Barat
Penelitian Loon dkk, 2004, melakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)
pada 36 kasus SARS di Singapura dan mendapatkan tiga sampel positif dengan SARS pada air
mata pasien pada periode awal infeksi. Penelitian tersebut menyatakan bahwa kemampuan
deteksi dini dan isolasi virus pada fase awal infeksi dapat dipertimbangkan sebagai salah satu
diagnostik yang penting, karena sampel air mata lebih mudah didapat dan pemeriksaan dapat
diulang. Dokter mata dan petugas kesehatan yang bekerja dalam jarak dekat dengan mata pasien
dapat saja menjadi sumber penularan. Untuk itu perlindungan yang ketat, isolasi yang tepat,
penting dalam tatalaksana pasien SARS.5
Berbeda dengan penelitian tersebut, Chan, 2004, melakukan pemeriksaan kultur virus dan
RT-PCR dari sampel swab nasofaring, swab konjungtiva dan air mata. Dari 17 pasien positif
SARS-CoV ditemukan hanya 5 (29,4%) sampel swab nasofaring yang positif, sementara dari
swab konjungtiva dan air mata, virus SARS-CoV tidak terdeteksi. Tidak ditemukannya material
genetik dari virus SARS-CoV atau virus viable dalam air mata ataupun sekret konjungtiva
mempunyai beberapa interpretasi. Pertama, RT-PCR atau kultur virus diketahui merupakan
pemeriksaan yang spesifik tapi kurang sensitif. Peiris dkk juga hanya mendapatkan 50% sampel
swab nasofaring yang terdeteksi RT-PCR pada pasien SARS. Sehingga dikatakan hasil negatif
dapat berupa negatif palsu dan belum menyingkirkan kemungkinan tidak terdapatnya virus.
Sensitivitas dapat ditingkatkan dengan memeriksa beberapa spesimen. Kedua adalah waktu
pengambilan sampel yang tidak tepat dan kemungkinan berikutnya adalah virus memang tidak
terdapat pada sampel itu sama sekali. Peneliti juga menyampaikan keterbatasan penelitiannya
yaitu sampel yang sedikit dan pengambilan hanya satu spesimen, sehingga disimpulkan bahwa
mereka tidak sepenuhnya dapat mengabaikan adanya virus SARS-CoV didalam air mata maupun
swab konjungtiva, namun spesimen ini tidak dapat digunakan untuk konfirmasi atau
menyingkirkan diagnosis.6
Penelitian oleh Xia J, 2020, pada 30 pasien pneumonia Coronavirus dilakukan
pengambilan sampel air mata dan swab konjungtiva pada hari ke 2 dan 3 untuk pemeriksaan RT-
PCR untuk SARS-CoV-2. Didapatkan hanya satu pasien pneumonia Coronavirus yang menderita
konjungtivitis dan pemeriksaan RT-PCR sampel air mata dan sekret konjungtiva pasien tersebut
positif ditemukan RNA virus. Gambaran klinis yang ditemukan, khas konjungtivitis virus dengan
kemosis konjungtiva dan peningkatan sekresi air mata. Pada pasien yang tidak menderita
konjungtivitis, tidak terdeteksi adanya RNA virus dalam air mata maupun sakus konjungtiva.
Hal ini mengindikasikan bahwa air mata dan sekret konjungtiva pada pasien tanpa konjungtivitis
bukanlah merupakan rute transmisi SARS-CoV-2. Peneliti juga menyampaikan beberapa
keterbatasan dalam penelitian tersebut, yaitu kemungkinan konsentrasi sampel yang tidak
mencukupi untuk deteksi RT-PCR untuk virus, dan pengaruh obat anti virus yang diberikan.
Selain itu juga tidak dapat dipastikan apakah semua pasien pneumonia coronavirus dengan
konjungtivitis, mempunyai virus tersebut didalam sakus konjungtivanya dan apakah virus
tersebut menyebabkan konjungtivitis.7
Penelitian yang dipublikasi American Academy of Ophthalmology pada Maret 2020,
menyatakan transmisi okuler tidak dapat dipastikan. Dari 64 sampel air mata yang dikumpulkan
pada pasien COVID-19 selama hari ke 3 - hari 20, tidak satupun ditemukan kultur virus atau
deteksi melalui RT-PCR. Ditambah dengan rendahnya insiden konjungtivitis (sekitar 1-3%)
pada pasien terinfeksi coronavirus, hal ini menunjukkan rendahnya resiko trasnmisi okuler. 8,9
b. Triase Pasien
Pada ruang triase, semua individu di rumah sakit diminta menggunakan masker. Brosur
brosur atau petunjuk petunjuk tentang etika batuk dan pentingnya hand hygiene dipampang.
Karena 98% kasus infeksi COVID-19 bermanifestasi demam maka dianjurkan pemeriksaan suhu
tubuh dengan termometer infra red.
Pasien yang berkunjung ditanyakan mengenai riwayat kontak dengan kasus positif atau
diduga COVID-19 atau riwayat perjalanan dari daerah pandemik dan riwayat pekerjaan. Keluhan
infeksi saluran nafas seperti batuk atau pasien dengan konjungtivitis akut juga diskrining. Jika
terdapat kriteria tersebut, dan pasien memerlukan tindakan emergensi, sebaiknya dilakukan
diruang khusus dan dokter maupun petugas kesehatan menggunaan alat perlindungan diri.
4. Pemeriksaan mata emergensi pada Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada ruang IGD atau RS
pasien dengan resiko tinggi COVID- dengan fasilitas lengkap untuk evaluasi dan manajemen COVID-
19 19
Jika kondisi mata emergensi, evaluasi dan manajemen dilakukan
di RS.
Jika infeksi SARS-CoV-2 sudah dikonfirmasi, panduan CDC
atau pedoman RS harus dipatuhi
Tindakan pencegahan untuk dokter mata dengan memakaian
APD : memakai masker bedah, baju proteksi, sarung tangan dan
kacamata pelindung
5. Pemeriksaan mata emergensi pada Pasien tetap dalam pengawasan RS jika memungkinkan
pasien dengan COVID-19 atau PPD Jika kondisi mata emergensi, evaluasi dan manajemen
dilakukan di RS.
Pemeriksaan dilakukan di ruang IGD atau RS dengan fasilitas
lengkapuntuk penanganan COVID-19 dan perawatan mata
Panduan CDC atau RS harus diikuti dalam perawatan pasien
COVID-19
Pemakaian APD untuk dokter mata yang merawat ; memakai
masker N-95, baju proteksi, sarung tangan dan kacamata
proteksi
References
5. Loon SC, Teoh SCB et al. The Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus in
Tears. Br.J Ophtalmol 2004;88:861-863
6. Chan WM, Yuen KSC et al. Tears and conjunctival scrapings for coronavirus in patients
with SARS, Br J Ophthalmol 2004 ; 88:968-977
8. Yu Jun IS, Anderson D. Assesing Viral Shedding and Infectivity of tears in Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) Patients. American Academy of Ophthalmology. Published
by Elsevier Inc. 2020
10. Lai TH, Tang E. Stepping up infection control measure in ophthalmology during the
novel coronavirus outbreak : an experience from Hongkong. Graefe’s Archive for
Clinical and Experimental Ophtalmology. March 2020