Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN INTERNAL

PROGRAM KELAURGA BERENCANA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS KROMENGAN


Jl. Nailun Utara No. 104 Desa Karangrejo Kecamatan Kromengan
Kabupaten Malang
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................... i
BAB I LATAR BELAKANG........................................................................ 1
BAB II KONSEP K...................................................................................... 2
A. Pengertian .................................................................................. 2
B. Tujuan ........................................................................................ 2
C. Sasaran....................................................................................... 3
D. Wadah Kegiatan ........................................................................ 3
E. Pelaku Kegiatan.......................................................................... 3
F. Bentuk Kegiatan.......................................................................... 3
G. Pengelompokan Tipe Posbindu................................................. 5
H. Kemitraan.................................................................................... 6
I. Kegiatan Kader Pelaksana Posbindu PTM.................................. 6
BAB III PELAKSANAAN POSBINDU PTM................................................. 7
A. Waktu Penyelenggaraan............................................................ 7
B. Tempat........................................................................................ 7
C. Pelaksanaan Kegiatan................................................................ 7
D. Pembiayaan................................................................................ 8
BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN................................................... 9
A. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM....................... 9
B. Tindak Lanjut Hasil Posbindu PTM............................................ 9
C. Rujukan Posbindu PTM.............................................................. 10
BAB V KESELAMATAN KERJA................................................................. 11
BAB VI PENGENDALIAN MUTU................................................................. 12
BAB VII PENUTUP....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

i
BAB I
LATAR BELAKANG
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
memperoleh pelayanan kesehatan merupakan amanah yang tertuang
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1). Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan ini dalam Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang kesehatan termasuk didalamnya adalah
pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang juga memperhatikan fungsi
sosial, nilai, norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang
paling dasar dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan
mutu pelayanan kesehatan. Melalui program pelayanan puskesmas,
diharapkan akan tercapai masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai
dengan visi Departemen Kesehatan. Program puskesmas terdiri dari
program kesehatan dasar yaitu Program Promosi Kesehatan, Program
Kesehatan Ibu dan Anak, Program keluarga Berencana, Program
Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program
Kesehatan Lingkungan, Program Pengobatan, dan program kesehatan
pengembangan yaitu Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat,
program Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan
Program Kesehatan Gigi (Mubarak, 2009).
Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas
adalah pelayanan keluarga berencana ( KB ). Pelayanan KB yaitu
program pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditujukan untuk
memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk
1
berpartisipasi sebagai peserta KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan
nifas serta pelayanan bayi dan balita. (Konas, 2003; WHO, 2002)
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu
didalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan
Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya
paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi
serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus
menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/
masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof.
dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Guna menunjang sistem pelayanan KB yang berkualitas perlu
dibangun sistem pelayanan yang prima. Dalam hal ini sistem pelayanan
KB setidaknya harus memenuhi standar minimal pelayanan yang harus
ada. Untuk itu perlu adanya pedoman pelayanan yang harus mendasari
pelayanan keluarga berencana. Sebagai dasar dan pedoman pelayanan
KB untuk bisa mewujudkan sistem pelayanan KB prima dan berkualitas

2
BAB II
KONSEP PROGRAM KB

A. Pengertian
1. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat baik secara fi
sik, mental dan sosial serta bukan semata-mata terbebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem fungsi dan proses reproduksi.
2. Kontrasepsi dasar adalah jenis, metode alat dan obat kontrasepsi
yang diberikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan atau
jejaringnya yang meliputi Pil, Suntik, Kondom, Intra Uterine Device
(IUD), dan Implan.
3. Alat dan Obat Kontrasepsi adalah alat dan obat kontrasepsi yang
disediakan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai
dengan formularium nasional.
4. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode
kontrasepsi yang masa efektifnya relatif lama dan terdiri dari
Tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW) dan Vasektomi/Metode
Operasi Pria (MOP); IUD/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
dengan masa berlaku 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) tahun dan
Implan/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dengan masa berlaku 3
(tiga) tahun.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan akses, kualitas, dan keamanan pelayanan keluarga
berencana di puskesmas
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan
keluarga berencana di Puskesmas Ngrambe
b. Tersedianya sistem pelayanan KB dan komunikasi informasi
edukasi ( KIE ) di fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP ).
c. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
pelayanan KB
3
d. Tersedianya panduan dalam peydiaan fasilitas, sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan KB.
e. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga
pelayanan KB.
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB.

C. Sasaran
Sasaran program pelayanan KB di puskesmas adalah :
1. Pasangan usia subur
2. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
3. Pasangan yang infertil
4. Masyarakat

D. Ruang Lingkup Kegiatan


1. Semua jenis pelayanan kontrasepsi berikut penangan efek samping,
komplikasiDan kegagalan pelayanan kontrasepsi,aborsi aman sesuai
indikasi medis sertaPenanganan infertilitas sesuai dengan
ketersediaan sumber daya puskesmas seperti SDM, Fasilitas,
Sarana Prasarana, dsb.
2. Pengorganisasian;
3. Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KB dan
kesehatan reproduksi;
4. Tertib mekanisme pembiayaan pelayanan KB;
5. Penggerakan kesertaan ber-KB;
6. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi;
7. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB;
8. Monitoring dan evaluasi pelayanan KB

E. Pelaku Kegiatan

Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang


telah ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/ organisasi/
lembaga/ tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM,

4
yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau
organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan
minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan
Posbindu PTM.

F. Bentuk Kegiatan

Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:


1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas
fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera
dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang
dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan
terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan
berkala sebulan sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat
dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan
darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun
sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan
penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan
Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia
13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor
risiko PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun
sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu
sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor

5
risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak
dalam darah minimal 3 bulan sekali.
6. Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat
tersebut. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah
hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi
setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5
tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan
krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang
telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di
Puskesmas.
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin
bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena
pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu
cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak
hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu
dilakukan rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya
dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon
cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan.

6
BAB III
PELAKSANAAN KB

A. Waktu Penyelenggaraan
Jadwal kegiatan
Pelayanan KB di puskesmas dilaksanakan sesuia jadwal yang sudah ditetapkan.
Berikut jadwal pelayanan KB di puskesmas Kromengan :
No Hari Jenis Pelayanan
1. Senin dan rabu KB IUD
2. Selasa dan Kamis KB Implan
3. Senin - Sabtu KB Suntik, Pil, Kondom

B. Standar Ketenagaan
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
a. Dokter umum terlatih
Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan IUD, Implant,
Suntikan, pil dan kondom, sementara untuk pelayanan MOW dengan
minilap dan MOP memerlukan sertifikat tersendiri
b. Bidan
Adalah bidan terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter
dalam memberikan pelayanan KB.
c. Perawat terlatih
Adalah perawat terlatih yang diberi wewenang untuk membantu
dokter dalam memberikan pelayanan KB
2. Distribusi ketenagaan dan tupoksi
Ketenagaan di puskesmas didistribusikan sesuai tupoksi, dimana hal itu
tercantum dalam struktur di puskesmas yang salah satunya termasuk
pelayanan KB puskesmas.Berikut struktur distribusi SDM :

7
Kapus

Kesekretariatan

UKM UKP

PJ. Rawat
KIA Promkes farmasi RI
jalan
PONED Poli KB
Jejaring pel.
kes

PKD Pel. Kes.


swasta

Keterangan :
Garis instruksi :
Garis koordinasi :
1. Tugas pokok dan fungsi
a. Kapus
1) Merupakan penanggungjawab utama dalam pelayanan KB
puskesmas
2) Berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten dan
BKKBN setempat yang berkaitan dengan layanan KB
puskesmas
b. Kesekretariatan
1) Bertanggungjawab atas pencatatan dan pelaporan
pelayanan KB di puskesmas
2) Mengevaluasi capaian kinerja layanan KB puskesmas
c. Penanggung jawab UKM
1) Bertanggung jawab atas program layanan KB di masyarakat
wilayah kerja puskesmas
8
2) Berkoordinasi dengan program pelaksana lapangan
d. UKP
1) Bertanggung jawab atas program layanan KB di dalam
gedung puskesmas
2) Berkoordinasi dengan pelaksana pelayanan puskesmas.
e. Farmasi
1) Bertanggung jawab dalam penyediaan obat dan
distribusinya.
2) Bertanggung jawab penyediaan alokon dan menjamin mutu,
keamanan alokon
f. PJ. Rawat jalan
1) Bertanggung jawab dalam pelayanan rawat jalan di
puskesmas
g. Poli KB
1) Bertanggung jawab dalam pemberi pelayanan KB di
puskesmas
2) Dibantu oleh tenaga pelayanan kontrasepsi yang terdiri dari
dokter umum terlatih, dan perawat terlatih.
3) Tenaga pelayanan kontrasepsi tersebut wajib memberikan
pelayanan KB sesuai dengan standar pelayanan yang
berlaku ( SPO ) serta memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi.
4) Berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan lain, yang terkait
dengan pelayanan KB.
h. PONED
1) Bertanggung jawab dalam pelayanan persalinan
2) Berkoordinasi dengan pelayanan KB untuk pelayanan KB
pasca persalinan
i. PKD
1) Pelaksana pelayanan KB di lingkup desa
2) Pendataan peserta KB dalam desa binaan
j. Pustu
1) Membantu pelayanan puskesmas induk

9
2) Pelaksana pelayanan di lingkup wilayah kerja puskesmas
induk
3) Berkoordinasi dengan puskesmas induk dalam memberikan
pelayanan
4) Menjamin mutu pelayanan yang diberikan
k. Program KIA
1) Bertanggung jawab dalam pendataan peserta KB di desa
wilayah kerja puskesmas
2) Berkoordinasi dengan lintas sektor dalam pelaksanaan
pelayanan KB di masyarakat.
l. Promkes
1) Sebagai penanggung jawab promosi kesehatan di
puskesmas
2) Dalam pelaksanaan kegiatan, berkoordinasi dengan unit –
unit lain sesuai kebutuhan

C. Standar Fasilitas
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas, standar minimal fasilitas
sarana dan prasarana yang harus ada diantaranya :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Konseling kit
4. Timbangan berat badan
5. Obgyn bed
6. IUD kit
7. Implant removal kit
8. VTP kit
9. BP3K
10. Tempat cuci tangan
11. Sterilisator

10
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan KB di Puskesmas Ngrambe meliputi berbagai kegiatan,
diantaranya :
1. Identifikasi Klien
2. KIE
3. Pelayanan kontrasepsi
B. Metode pelayanan
1. Identifikasi klien
Kegiatan identifikasi klien dilakukan anamnesis pada klien terkait
riwayat kesehatan klien
2. KIE
Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan pada klien
terkait informasi mengenai alat kontrasepsi yang tersedia di
Puskesmas Ngrambe.
3. Pelayanan kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan standar
prosedur operasional (SPO) alat kontrasepsi yang dipilih oleh
klien.
C. Langkah
1. Identifikasi Klien
Klien/ calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di
puskesmas Ngrambe pada tahap awal akan melalui prosedur
sebagai berikut :
a. Pasien baru :
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam
puskesmas serta datang sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam
KB oleh petugas
3) Pada status/rekam medis akan diberikan cap/stempel KB
4) Apabila mendapat KIE akan dilakukan KIE terlebih
dahulu
11
b. Pasien lama
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam
puskesmas serta datang sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam
KB oleh petugas
3) Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke
puskesmas, maka konseling yang diberikan berupa
pemantapan pilihan.
4) Pada rekam medis diberi cap KB
c. Pasien dengan kasus khusus ( misalnya : efek samping,
komplikasi, pasca persalinan/keguguran) sebelum dilakukan
KIE dan konseling maka permasalahannya harus ditangani
dengan baik terlebih dahulu.
d. Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif,
pelayanan KB pasca persalinan di Puskesmas harus
menjadi prioritas utama. Hal ini berarti sebelum pasien
pulang sudah diberi konseling KB.
2. Komunikasi informasi edukasi
a. Setelah dilakukan identifikasi pasien maka dilakukan
kegiatan KIE.
b. Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai
berbagai metode kontrasepsi yang tersedia di puskesmas.
c. KIE dapat diberikan oleh bagian promkes atau tenaga
kesehatan yang sudah terlatih dalam memberikan KIE.
3. Pelayanan kontrasepsi
Dalam pelayanan kontrasepsi ini, prosedur yang dilakukan
sesuai dengan SPO pemasangan atau pencabutan alat
kontrasepsi yang dipilih klien.

12
BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian


aliran yang efisien dan efektif dari barang atau jasa dan informasi terkait mulai
dari titik asal sampai titik penggunaan untuk memenuhi keperluan pelanggan.
Melihat hal tersebut, untuk menunjang sistem pelayanan KB yang prima, perlu
manajemen logistik yang memadai. Di puskesmas Ngrambe, manajemen
logistik atau pengadaan kebutuhan pelayanan KB melalui beberapa tahap
diantaranya:
1. Perencanaan
Tujuan perencanaan tersebut adalah:
a. Menghindari kekosongan obat maupun alkon
b. Menghindari pengumpulan obat dan alkon
c. Menentukan anggaran
d. Tersedia jumlah dan jenis obat yang sesuai kebutuhan
e. Penggunaan obat dan alkon secara rasional
f. Pelayanan yang tepat mutu dan tepat waktu kepada pasien.
Kegiatan-kegiatan perencanaan tersebut meliputi:
a. Pemilihan jenis obat dan alkon.
b. Perhitungan, ialah perkiraan kebutuhan dan rencana pengadaan.
Kegiatan perhitungan dapat dilakukan dengan mengetahui data
tentang:
1) stok awal dan sisa stok
2) penerimaan, pengelompokkan
3) pemakai, rata-rata per bulan
4) stok kosong
5) stok pengaman
6) Lead Time
c. Pengadaan atau Permintaan
Tujuan pengadaan logistik di pelayanan KB agar obat dan alkon yang
dibutuhkan untuk pelayanan KB dapat terjamin. Kegiatan pengadaan
meliputi:
1) Pengadaan Rutin, dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
13
2) Pengadaan khusus, dilakukan di luar jadwal rutin yang disebabkan
karena kebutuhan yang meningkat dan atau kekosongan.
2. Penerimaan
Tujuan penerimaan ialah agar obat dan alkon yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh bagian pelayanan
KB. Petugas penerima melakukan fungsi pengecekkan yaitu memeriksa
apakah jumlah, bentuk, jumlah kemasan dan jenis obat/alkon sesuai
dengan Laporan Pemakaian dan Lembar Penerimaan.
3. Penyimpanan
Tujuan penyimapanan ialah agar obat dan alkon yang diterima aman (tidak
hilang), terhindar dari keerusakan, mutu terjamin dan mempermudah
pengaturan atau administrasi.
4. Distribusi
5. Pencatatan dan Pelaporan

14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Patient safety (keselamatan pasien) adalah pasien bebas dari


harm (cedera) yang termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik,
psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian, dan lain-lain yang
seharusnya tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial, terkait
dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2007). Untuk meningkatakan
keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran –
sasaran keselamatan pasien. Diamana hal tersebut sudah menjadi
ketetapan kepala puskesmas.
Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut
ini:

N
INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET
O

1. Ketepatan Identifikasi Pasien 100%

2. Ketepatan Pemberian Obat Kepada Paien 100%

3. Ketepatan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan ≥80%

4. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas ≥90%

5. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh 100%

Tabel 1. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien yang tepat dan mendetail meliputi: nama, umur,
alamat, nomor rekam medis pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien
yang teridentifikasi tepat dibagi jumlah seluruh pasien yang dilayani.

Jumlah pasien yang teridentifikasi tepat


Jumlah seluruh pasien yang dilayani X 100%

15
2. Ketepatan Pemberian Obat Kepada Pasien
Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak
terjadi kesalahan identifikasi pada saat memberikan obat kepada
pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung pemberian
obat yang tepat sesuai identifikasi pasien dibagi jumlah seluruh pasien
yang mendapat pelayanan obat.

Jumlah pasien yang tepat teridentifikasi dalam pemberian obat


Jumlah pasien yang mendapat pelayanan obat X 100%

3. Ketepatan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan


Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus
selalu melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Identifikasi pasien yang akan mendapatkan tindakan medis dan
keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian prosedur. Pengukuran indikator dilakukan dengan cara
menghitung pelaksanaan tindakan medis dan keperawatan yang tepat
sesuai prosedur dibagi dengan seluruh tindakan medis yang dilakukan.

Jml tindakan medis dan keperawatan yg dilaksanakan sesuai prosedur


Jml seluruh tindakan medis dan keperawatan yg dilaksanakan X 100%

4. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas


Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas
Ngrambe wajib menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci
tangan 7 langkah dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh
langkah Cuci tangan pakai sabun (CTPS) harus dilaksanakan pada lima
keadaan, yaitu:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Setelah kontak dengan pasien
3. Sebelum tindakan aseptik
16
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Pengukuran terjadinya risiko infeksi di Puskesmas dilakukan dengan
cara menghitung jumlah petugas yang melakukan cuci tangan pakai
sabun (CTPS) 7 langkah pada 5 keadaan tersebut di atas dibagi dengan
jumlah semua petugas pelayanan klinis.

Jml petugas yg melakukan CTPS 7 langkah pada 5 keadaan


X 100%
Jumlah semua petugas pelayanan klinis

5. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh


Setiap pasien yang dirawat di Puskesmas Ngrambe dilakukan
pengkajian terhadap kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan
risiko jatuh. Pencegahan terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada
setiap pasien yang beresiko jatuh dengan memakaikan gelang
berwarna kuning.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta
memberikan lingkungan yang aman.
Pengukuran terhadap tidak terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan
cara menhitung jumlah pasien yang jatuh dibagi dengan jumlah semua
Pasien yang dirawat

Jumlah pasien yang jatuh


X 100%
Jumlah semua pasien yang dirawat

17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja merupakan bagian penting dalam pemberian pelayanan.


Keselamatan kerja meliputi keamanan petugas dalam melakukan tindakan
maupun keamanan dalam menerima pengaduan dari klien. Hal – hal yang
perlu dilakukan petugas dalam memberikan pelayanan KB diantaranya :
1. Petugas hari melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.
2. Petugas memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang
secara aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
3. Petugas harus sudah divaksinasi hepatitis B.
4. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
5. Petugas selalu melakukan desinfeksi
6. Petugas selalu melakukan sterilisasi
7. Petugas melakukan penandatanganan inform consent disetiap akan
melakukan tindakan pada pasien.

Penanggung jawab K3 wajib melaporkan kepada dokter tentang kemungkinan


terjadinya pajanan, apabila petugas sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan
yang jelas tentang penyebabnya

18
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN

Merupakan upaya untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan


pelayanan KB di puskesmas Ngrambe. Kegiatan ini meliputi :
1. Evaluasi / penilaian diri provider pelayanan ( internal )
Merupakan suatu proses untuk mengukur diri sendiri sejauh mana
pelayanan yang telah diberikan oleh provider yang bersangkutan sesuai
dengan standar/pedoman yang tersedia. Untuk melakukan penilaian
tersebut, digunakan check list yang memuat prosedur operasional
pelayanan yang sudah diberikannya. Dengan penilaian diri tersebut,
secara bertahap provider akan terus dapa meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikannya.
2. Pemantauan oleh tim mutu klinis ( eksternal )
Merupakan kegiatan untuk memantau kualitas mutu pelayanan yang
diberikan di puskesmas Ngrambe, Terutama di pelayanan KB.
Pemantuan yang dimaksud antara lain mencakup mutu interaksi
petugas dengan klien melalui pengumpulan data, menilai hasil
pemantauan dengan membandingkan dengan pedoman pelayanan
yang sudah ditetapkan, evaluasi capaian indikator mutu pelayanan,
identifikasi berbagai permasalahan yang muncul berdasarkan hasil
penilaian, urutan prioritas penyelesaian masalah dan mencari jalan
keluar tersebut serta menilai keberhasilannya.

19
BAB IX
PENUTUP

Secara garis besar pedoman ini memuat pokok-pokok


mekanisme pelaksanaan pelayanan KB di dalam gedung puskesmas
maupun di luar gedung puskesmas ( PKD dan Pustu ). Dengan
tersusunnya pedoman ini diharapkan dapat terjadi keseragaman
pemahaman tentang
pelaksanaan pelayanan KB di Puskesmas Ngrambe.
Pedoman ini berlaku dan ditetapkan sejak diterbitkan dan
bilamana terdapat hal-hal yang belum diatur dan belum tercantum dalam
pedoman ini, dapat diatur kemudian dengan melakukan revisi atas buku
pedoman ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai