2019
DAFTAR ISI
i
BAB I
LATAR BELAKANG
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh
pelayanan kesehatan merupakan amanah yang tertuang dalam Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1). Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan diselenggarakan
dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan ini dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan termasuk didalamnya
adalah pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang juga memperhatikan fungsi
sosial, nilai, norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling
dasar dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Melalui program pelayanan puskesmas, diharapkan
akan tercapai masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai dengan visi
Departemen Kesehatan. Program puskesmas terdiri dari program kesehatan
dasar yaitu Program Promosi Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak,
Program keluarga Berencana, Program Pemberantasan Penyakit Menular,
Program Peningkatan Gizi, Program Kesehatan Lingkungan, Program
Pengobatan, dan program kesehatan pengembangan yaitu Program
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, program Laboratorium, Program
Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan Masyarakat, Program
Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi (Mubarak, 2009).
Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas adalah
pelayanan keluarga berencana ( KB ). Pelayanan KB yaitu program pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada
PUS (Pasangan Usia Subur) untuk berpartisipasi sebagai peserta KB,
pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
(Konas, 2003; WHO, 2002)
1
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam
paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian
yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan
reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus
menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat
dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari
Saifuddin, 2003).
Guna menunjang sistem pelayanan KB yang berkualitas perlu dibangun
sistem pelayanan yang prima. Dalam hal ini sistem pelayanan KB setidaknya
harus memenuhi standar minimal pelayanan yang harus ada. Untuk itu perlu
adanya pedoman pelayanan yang harus mendasari pelayanan keluarga
berencana. Sebagai dasar dan pedoman pelayanan KB untuk bisa
mewujudkan sistem pelayanan KB prima dan berkualitas
2
BAB II
KONSEP PROGRAM KB
A. Pengertian
1. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat baik secara fi
sik, mental dan sosial serta bukan semata-mata terbebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem fungsi dan proses reproduksi.
2. Kontrasepsi dasar adalah jenis, metode alat dan obat kontrasepsi
yang diberikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan atau
jejaringnya yang meliputi Pil, Suntik, Kondom, Intra Uterine Device
(IUD), dan Implan.
3. Alat dan Obat Kontrasepsi adalah alat dan obat kontrasepsi yang
disediakan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai
dengan formularium nasional.
4. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode
kontrasepsi yang masa efektifnya relatif lama dan terdiri dari
Tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW) dan Vasektomi/Metode
Operasi Pria (MOP); IUD/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
dengan masa berlaku 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) tahun dan
Implan/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dengan masa berlaku 3
(tiga) tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan akses, kualitas, dan keamanan pelayanan keluarga
berencana di puskesmas
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan
keluarga berencana di Puskesmas Ngrambe
b. Tersedianya sistem pelayanan KB dan komunikasi informasi
edukasi ( KIE ) di fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP ).
c. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
pelayanan KB
3
d. Tersedianya panduan dalam peydiaan fasilitas, sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan KB.
e. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga
pelayanan KB.
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB.
C. Sasaran
Sasaran program pelayanan KB di puskesmas adalah :
1. Pasangan usia subur
2. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
3. Pasangan yang infertil
4. Masyarakat
E. Pelaku Kegiatan
4
yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau
organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan
minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan
Posbindu PTM.
F. Bentuk Kegiatan
5
risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak
dalam darah minimal 3 bulan sekali.
6. Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat
tersebut. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah
hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi
setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5
tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan
krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang
telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di
Puskesmas.
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin
bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena
pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu
cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak
hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu
dilakukan rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya
dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon
cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan.
6
BAB III
PELAKSANAAN KB
A. Waktu Penyelenggaraan
Jadwal kegiatan
Pelayanan KB di puskesmas dilaksanakan sesuia jadwal yang sudah ditetapkan.
Berikut jadwal pelayanan KB di puskesmas Ngrambe :
No Hari Jenis Pelayanan
1. Rabu dan Jum’at KB implant, KB IUD, KB Pil, KB
kondom, KB suntik
B. Standar Ketenagaan
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
a. Dokter umum terlatih
Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan IUD, Implant,
Suntikan, pil dan kondom, sementara untuk pelayanan MOW dengan
minilap dan MOP memerlukan sertifikat tersendiri
b. Bidan
Adalah bidan terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter
dalam memberikan pelayanan KB.
c. Perawat terlatih
Adalah perawat terlatih yang diberi wewenang untuk membantu
dokter dalam memberikan pelayanan KB
2. Distribusi ketenagaan dan tupoksi
Ketenagaan di puskesmas didistribusikan sesuai tupoksi, dimana hal itu
tercantum dalam struktur di puskesmas yang salah satunya termasuk
pelayanan KB puskesmas.Berikut struktur distribusi SDM :
7
Kapus
Kesekretariatan
UKM UKP
Keterangan :
Garis instruksi :
Garis koordinasi :
1. Tugas pokok dan fungsi
a. Kapus
1) Merupakan penanggungjawab utama dalam pelayanan KB
puskesmas
2) Berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten dan
BKKBN setempat yang berkaitan dengan layanan KB
puskesmas
b. Kesekretariatan
1) Bertanggungjawab atas pencatatan dan pelaporan
pelayanan KB di puskesmas
2) Mengevaluasi capaian kinerja layanan KB puskesmas
c. Penanggung jawab UKM
1) Bertanggung jawab atas program layanan KB di masyarakat
wilayah kerja puskesmas
2) Berkoordinasi dengan program pelaksana lapangan
d. UKP
8
1) Bertanggung jawab atas program layanan KB di dalam
gedung puskesmas
2) Berkoordinasi dengan pelaksana pelayanan puskesmas.
e. Farmasi
1) Bertanggung jawab dalam penyediaan obat dan
distribusinya.
2) Bertanggung jawab penyediaan alokon dan menjamin mutu,
keamanan alokon
f. PJ. Rawat jalan
1) Bertanggung jawab dalam pelayanan rawat jalan di
puskesmas
g. Poli KB
1) Bertanggung jawab dalam pemberi pelayanan KB di
puskesmas
2) Dibantu oleh tenaga pelayanan kontrasepsi yang terdiri dari
dokter umum terlatih, dan perawat terlatih.
3) Tenaga pelayanan kontrasepsi tersebut wajib memberikan
pelayanan KB sesuai dengan standar pelayanan yang
berlaku ( SPO ) serta memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi.
4) Berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan lain, yang terkait
dengan pelayanan KB.
h. PONED
1) Bertanggung jawab dalam pelayanan persalinan
2) Berkoordinasi dengan pelayanan KB untuk pelayanan KB
pasca persalinan
i. PKD
1) Pelaksana pelayanan KB di lingkup desa
2) Pendataan peserta KB dalam desa binaan
j. Pustu
1) Membantu pelayanan puskesmas induk
2) Pelaksana pelayanan di lingkup wilayah kerja puskesmas
induk
9
3) Berkoordinasi dengan puskesmas induk dalam memberikan
pelayanan
4) Menjamin mutu pelayanan yang diberikan
k. Program KIA
1) Bertanggung jawab dalam pendataan peserta KB di desa
wilayah kerja puskesmas
2) Berkoordinasi dengan lintas sektor dalam pelaksanaan
pelayanan KB di masyarakat.
l. Promkes
1) Sebagai penanggung jawab promosi kesehatan di
puskesmas
2) Dalam pelaksanaan kegiatan, berkoordinasi dengan unit –
unit lain sesuai kebutuhan
C. Standar Fasilitas
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas, standar minimal fasilitas
sarana dan prasarana yang harus ada diantaranya :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Konseling kit
4. Timbangan berat badan
5. Obgyn bed
6. IUD kit
7. Implant removal kit
8. VTP kit
9. BP3K
10. Tempat cuci tangan
11. Sterilisator
10
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan KB di Puskesmas Ngrambe meliputi berbagai kegiatan,
diantaranya :
1. Identifikasi Klien
2. KIE
3. Pelayanan kontrasepsi
B. Metode pelayanan
1. Identifikasi klien
Kegiatan identifikasi klien dilakukan anamnesis pada klien terkait
riwayat kesehatan klien
2. KIE
Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan pada klien
terkait informasi mengenai alat kontrasepsi yang tersedia di
Puskesmas Ngrambe.
3. Pelayanan kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan standar
prosedur operasional (SPO) alat kontrasepsi yang dipilih oleh
klien.
C. Langkah
1. Identifikasi Klien
Klien/ calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di
puskesmas Ngrambe pada tahap awal akan melalui prosedur
sebagai berikut :
a. Pasien baru :
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam
puskesmas serta datang sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam
KB oleh petugas
3) Pada status/rekam medis akan diberikan cap/stempel KB
4) Apabila mendapat KIE akan dilakukan KIE terlebih
dahulu
11
b. Pasien lama
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam
puskesmas serta datang sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam
KB oleh petugas
3) Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke
puskesmas, maka konseling yang diberikan berupa
pemantapan pilihan.
4) Pada rekam medis diberi cap KB
c. Pasien dengan kasus khusus ( misalnya : efek samping,
komplikasi, pasca persalinan/keguguran) sebelum dilakukan
KIE dan konseling maka permasalahannya harus ditangani
dengan baik terlebih dahulu.
d. Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif,
pelayanan KB pasca persalinan di Puskesmas harus
menjadi prioritas utama. Hal ini berarti sebelum pasien
pulang sudah diberi konseling KB.
2. Komunikasi informasi edukasi
a. Setelah dilakukan identifikasi pasien maka dilakukan
kegiatan KIE.
b. Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai
berbagai metode kontrasepsi yang tersedia di puskesmas.
c. KIE dapat diberikan oleh bagian promkes atau tenaga
kesehatan yang sudah terlatih dalam memberikan KIE.
3. Pelayanan kontrasepsi
Dalam pelayanan kontrasepsi ini, prosedur yang dilakukan
sesuai dengan SPO pemasangan atau pencabutan alat
kontrasepsi yang dipilih klien.
12
BAB V
LOGISTIK
1. Perencanaan
Tujuan perencanaan tersebut adalah:
a. Menghindari kekosongan obat maupun alkon
b. Menghindari pengumpulan obat dan alkon
c. Menentukan anggaran
d. Tersedia jumlah dan jenis obat yang sesuai kebutuhan
e. Penggunaan obat dan alkon secara rasional
f. Pelayanan yang tepat mutu dan tepat waktu kepada pasien.
Kegiatan-kegiatan perencanaan tersebut meliputi:
a. Pemilihan jenis obat dan alkon.
b. Perhitungan, ialah perkiraan kebutuhan dan rencana pengadaan.
Kegiatan perhitungan dapat dilakukan dengan mengetahui data
tentang:
1) stok awal dan sisa stok
2) penerimaan, pengelompokkan
3) pemakai, rata-rata per bulan
4) stok kosong
5) stok pengaman
6) Lead Time
c. Pengadaan atau Permintaan
Tujuan pengadaan logistik di pelayanan KB agar obat dan alkon yang
dibutuhkan untuk pelayanan KB dapat terjamin. Kegiatan pengadaan
meliputi:
13
1) Pengadaan Rutin, dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
2) Pengadaan khusus, dilakukan di luar jadwal rutin yang disebabkan
karena kebutuhan yang meningkat dan atau kekosongan.
2. Penerimaan
Tujuan penerimaan ialah agar obat dan alkon yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh bagian pelayanan
KB. Petugas penerima melakukan fungsi pengecekkan yaitu memeriksa
apakah jumlah, bentuk, jumlah kemasan dan jenis obat/alkon sesuai
dengan Laporan Pemakaian dan Lembar Penerimaan.
3. Penyimpanan
Tujuan penyimapanan ialah agar obat dan alkon yang diterima aman (tidak
hilang), terhindar dari keerusakan, mutu terjamin dan mempermudah
pengaturan atau administrasi.
4. Distribusi
5. Pencatatan dan Pelaporan
14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
15
2. Ketepatan Pemberian Obat Kepada Pasien
Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak
terjadi kesalahan identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung pemberian
obat yang tepat sesuai identifikasi pasien dibagi jumlah seluruh pasien
yang mendapat pelayanan obat.
17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
2. Petugas memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang
secara aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
18
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN
19
BAB IX
PENUTUP
20
DAFTAR PUSTAKA
21