1
Gambar 1 Anatomi Pembuluh Darah dan Nervus Kranial pada Otak1
2
STROKE
I. DEFINISI
Pada tahun 2013, AHA/ASA expert consensus membuat definisi baru tentang
stroke sebagai berikut :
3
sekumpulan darah fokal pada parenkim otak atau sistem ventrikel yang tidak disebabkan oleh
trauma.
Definisi perdarahan serebral tersembunyi (silent) :
Sekumpulan fokal produk darah yang kronik pada parenkim otak, rongga subarachnoid, atau
system ventrikel pada neuroimejing atau pemeriksaan neuropatologi yang tidak diakibatkan
oleh trauma dan tanpa riwayat disfungsi neurologis akut yang berhubungan dengan lesi.
Definisi perdarahan subarakhnoid :
Perdarahan pada rongga subarakhnoid (rongga antara membran arakhnoid dan pia mater pada
otak dan korda spinalis)
Definisi stroke akibat perdarahan subarakhnoid :
Adanya tanda disfungsi neurologis dan atau nyeri kepala yang berkembang cepat akibat
perdarahan pada rongga subarakhnoid (rongga antara membran arakhnoid dan pia mater pada
otak dan medual spinalis), yang tidak diakibatkan oleh trauma.
Definisi stroke disebabkan oleh thrombosis vena serebral :
Adanya infark atau perdarahan pada otak, korda spinalis, atau retina disebabkan oleh
thrombosis pada struktur vena serebral. Gejala dan tanda yang diakibatkan oleh edema yang
reversible tanpa infark dan perdarahan tidak dikualifikasikan sebagai stroke.
Definisi stroke yang tidak khas (not otherwise specified) :
Suatu episode disfungsi neurologis akut yang diduga berasal dari iskemia atau perdarahan,
menetap ≥24 jam atau meninggal, tetapi tanpa bukti yang cukup untuk diklasifikasikan
sebagai salah satu diatas.
II. EPIDEMIOLOGI
4
1980, kejadian PIS hipertensif telah menurun, yang mencerminkan peningkatan
kontrol tekanan darah pada populasi.4
III. KLASIFIKASI
1. Stroke infark yang merupakan kematian (nekrosis) pada sebagian jaringan otak
disebabkan berkurangnya perfusi vaskuler (cerebral blood flow) akibat stenosis
atau oklusi pembuluh darah. Berdasarkan patofisiologinya dibagi dalam infark
aterotrombotik (suatu proses tombosis superimposed pada aterosklerosis
serebral), kardioemboli (sumbatan emboli berasal dari jantung), dan infark
lakuner (yaitu terjadinya infark-infark kecil)
5
STROKE
PERDARAHAN
ATHERO INTRASEREBRA
THROMBOTI L
K
(80%)
KARDIOEMBOL PERDARAHAN
LAKUNER I SUBARAKNOID
6
kelemahan fokal pada dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan
terbentuknya balon aneurisma pada bifurkasi arteri.4
Faktor risiko stroke hemoragik yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya usia
lanjut, bangsa Negro, amyloidosis serebral, koagulopati, vaskulitis, malformasi
arteriovenosa (arteriovenous malformation, AVM), dan neoplasma intrakranial.4
V. PATOGENESIS
PIS terdiri dari tiga tahap berbeda yaitu: (1) perdarahan awal, (2) ekspansi
hematoma, dan (3) edema peri-hematoma. Perdarahan awal disebabkan oleh ruptur
arteri serebral yang dipengaruhi oleh faktor risiko yang telah dijelaskan di atas.
Luaran penyakit tergantung terutama pada dua fase perkembangan terakhir. Ekspansi
hematoma, terjadi beberapa jam setelah awitan gejala awal, melibatkan peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) yang mengganggu integritas jaringan lokal dan sawar
darah otak. Selain itu, aliran keluar vena terhambat menginduksi pelepasan
tromboplastin jaringan, menghasilkan koagulopati lokal. Pada sepertiga pasien,
peningkatan hematoma dikaitkan dengan hiperglikemia, hipertensi, dan antikoagulan.
Ukuran perdarahan awal dan tingkat ekspansi hematoma adalah variabel prognostik
yang penting dalam memprediksi kerusakan neurologis. Hematoma ukuran > 30 ml
dikaitkan dengan kematian yang sangat meningkat. Setelah ekspansi hematoma,
7
terbentuk edema serebral di sekitar hematoma, akibat inflamasi dan gangguan sawar
darah-otak. Edema peri-hematoma ini adalah etiologi utama kerusakan neurologis dan
berkembang selama beberapa hari setelah perdarahan awal Pergeseran substansial
parenkim otak dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dengan
potensi luaran sindrom herniasi yang fatal.4
8
perkembangan defisit fokal yang lebih mendadak. Gejala nyeri kepala dan muntah
juga jarang terjadi pada stroke iskemik dibandingkan dengan PIS. Gejala PIS
umumnya disebabkan oleh peningkatan TIK. Hal ini sering dibuktikan dengan adanya
trias Cushing – hipertensi, bradikardia dan respirasi irreguler – yang dipicu oleh
refleks Cushing. Disautonomia juga sering ditemukan pada PIS, yang menyebabkan
hiperventilasi, takipnea, bradikardia, demam, hipertensi dan hiperglikemia.4
Stroke sering sulit dibedakan dengan kondisi neurologis lain yang mirip stroke
dalam presentasi klinisnya. Gejala paling umum yang mirip dengan stroke diantaranya
adalah kejang, sinkop dan sepsis. Gejala sensorik seperti vertigo, pusing dan nyeri
kepala tidak diskriminatif antara stroke dan non-stroke. Selain itu, PIS sangat sulit
untuk didiagnosis karena gejala seperti sinkop, koma, kaku kuduk, kejang, tekanan
darah diastolik > 110 mmHg, mual, muntah, dan nyeri kepala umumnya terjadi pada
stroke iskemik namun biasanya tidak ada pada PIS. Akhirnya, pencitraan neuro secara
dini menjadi penting dalam diagnosis PIS.4
VII. DIAGNOSIS
9
Algoritma Stroke Gadjah Mada
VIII. TATALAKSANA
IX. KOMPLIKASI
X. PROGNOSIS
10
Pemeriksaan Penunjang
d. Potongan harus dibuat pada bidang oblik untuk mencegah radiasi ke mata
Kriteria diagnostik pada pencitraan CT kepala pada stroke infark yaitu adanya
area hipodens fokal, pada kortkal, subkortikaii atau sustantia alba atau grisea yang
dalam, diikuti aoble: teritoral vaskular, atau distribusi water-shed, adanya kontras
antara substansia alba dan grisea dan hilangnya sulkus atau pita insular. Gambaran CT
scan pada stroke hemoragik memiliki kriteria adanya gambaran hiperdens pada
11
sustansia alba atau grisea dengan atau tanpa terkenanya permukaan kortikal (40-90
Hounsfield Units.).8
12
XI. TATALAKSANA
-Tekanan darah
-Pemeriksaan jantung
- Monitor tekanan intra kranial harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9
dan penderita dengan penurunan kesadaran karena TTIK
- Sasaran terapi adalah TIK < 20 mmHg dan tekanan perfusi otak > 70
mmHg
Hindari hipertermia
13
Jaga normovolemia
7. Pengendalian kejang
9. Pemeriksaan penunjang
1. Cairan
- Balans cairan: produksi urin sehari + 500 ml (insensible water loss) + 300
ml/oC pd pasien demam
2. Nutrisi:
- Nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik à
gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan, nutrisi diberikan
melalui pipa nasogastrik.
14
Pentalaksanaan Khusus Stroke Akut
a. Skor keparahan awal harus dilakukan sebagai bagian dari evaluasi awal
pasien dengan PIS
Untuk pasien PIS yang datang dengan tekanan darah sistolik (TDS) antara 150
dan 220 mmHg dan tanpa kontraindikasi terhadap pengobatan BP akut,
penurunan TDS secara akut sampai 140 mmHg aman dan dapat efektif untuk
memperbaiki luaran fungsional.
Pemantauan dan pengelolaan awal pasien ICH harus dilakukan di unit perawatan
intensif atau unit stroke khusus dengan dokter dan perawat yang ahli pada
perawatan saraf.
b. Kejang dan Obat Antikejang: pasien dengan perubahan status mental yang
ditemukan memiliki kejang elektrografi pada EEG harus diobati dengan
obat antikejang.
15
pasien sebelum dimulainya asupan oral untuk mengurangi risiko
pneumonia
- Skrining sistematis untuk iskemia atau infark miokard dengan EKG dan
uji enzim jantung
5. Prosedur/Operasi
Pasien dengan skor GCS ≤8, dengan bukti klinis herniasi transtentorial,
atau pasien dengan perdarahan intraventrikuler yang luas atau hidrosefalus
dapat dipertimbangkan untuk pemantauan dan penanganan TIK. Tekanan
perfusi otak 50-70 mmHg dapat dipertahankan tergantung pada status
autoregulasi serebral.
b. Perdarahan Intraventrikuler
16
TIK akut dan ancaman herniasi otak.7
- Pemberian neuroprotektor
Pada kasus ini, pasien diberikan terapi IVFD Asering 20 tetes per menit,
injeksi piracetam 12gr/24jam, nimotop 6 x 30 mg, dan donepezil 2 x 5 mg. Piracetam
merupakan golongan neuroprotektan yang memiliki mekanisme kerja pada level
neuronal yaitu dengan berkaitan dengan kepala polar phospholipid sehingga dapat
memperbaiki fluiditas membran sel, memperbaiki neurotransmisi, menstimulasi
adenylate kinase yang mengkatalisa konversi ADP menjadi ATP. Pada level vaskular,
17
piracetam dapat meningkatkan deformabilitas eritrosit sehingga aliran darah otak
meningkat, mengurangi hiperagregasi platelet, dan memperbaiki mikrosirkulasi.
XII. PROGNOSIS
Sekitar setengah dari seluruh mortalitas akibat PIS terjadi dalam 24 jam
pertama setelah perdarahan awal. Mortalitas mendekati 50% pada 30 hari. Faktor-
faktor yang terkait dengan hasil buruk meliputi volume hematoma besar (> 30 mL),
lokasi hematoma di fossa posterior, usia yang lebih tua, tekanan darah arteri rata-rata
(mean arterial pressure, MAP) > 130 mmHg saat pasien datang, dan GCS < 4. Faktor
yang sama juga merupakan prediktor mortalitas paling kuat pada mortalitas 30 hari.
Ekspansi hematoma juga telah terbukti menjadi prediktor independen dari penurunan
fungsi fungsional, defisit neurologis dan mortalitas.4
Skor PIS dan skor FUNC adalah dua skala derajat klinis yang digunakan
sebagai alat bantu prognostik pasien dengan stroke hemoragik. Skor PIS memprediksi
angka mortalitas 30 hari dengan menggunakan faktor-faktor yaitu usia, volume PIS,
skor GCS dan adanya perdarahan intraventrikuler (Tabel 4) . Keterbatasan skoring
PIS adalah bahwa sistem tersebut hanya digunakan untuk memprediksi kelangsungan
hidup pada 30 hari tanpa memperhitungkan luaran fungsional. Skor PIS harus
digunakan bersamaan dengan skor FUNC untuk menilai luaran fungsional.4
18
Tabel 4. Skor PIS4 Tabel 5. Skor FUNC4
19
REFERENSI
1. Moore KL, II AFD, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy, 7th Edition.
Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
2. Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Culebras A, Elkind MS, dkk.
An updated definition of stroke for the 21st century. Stroke. 2013;44(7):2064-
89.
3. Easton JD, Saver JL, Albers GW, Alberts MJ, Chaturvedi S, Feldmann E, dkk.
Definition and evaluation of transient ischemic attack. Stroke. 2009;40(6):2276-
93.
4. Magistris F, Bazak S, Martin J. Intracerebral hemorrhage: pathophysiology,
diagnosis and management. MUMJ. 2013;10(1):15-22.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013.
6. Nyodu T, Singh KB, Singh J, Kenny S, Singh CD, Singh MK. A comparison of
clinical diagnosis with Computed Tomography findings in stroke patients.
Journal of Medical Society. 2013;27(3):216.
7. Standar Pelayanan Medik (SPM) Neurologi. PERDOSSI. 2013.
8. PERDOSSI. Guideline Stroke Tahun 2011. Jakarta: PERDOSSI; 2011.
9. Hemphill JC, Greenberg SM, Anderson CS, Becker K, Bendok BR, Cushman
M, dkk. Guidelines for the management of spontaneous intracerebral
hemorrhage. Stroke. 2015;46(7):2032-60.
20