Oleh:
dr. Muthiah Miftahul Husnayain
Pembimbing:
dr. Meliana
PROGRAM INTERNSIP
RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA
BEKASI
PERIODE NOVEMBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aterosklerosis
4
Kondisi inflamasi kronis akibat iritasi kimiawi ataupun stress
hemodinamik dapat menyebabkan gangguan fungsi endotel pembuluh darah.
Hiperlipidemia kronis, terutama hiperkolesterolemia (termasuk di dalamnya
peningkatan LDL) meningkatkan pembentukan radikal bebas oksigen yang
menonaktifkan nitrat oksida. Nitrat oksida merupakan faktor pelemas
endotel utama sehingga LDL secara langsung dapat merusak fungsi sel
endotel. Selain itu, radikal bebas oksigen yang dibentuk oleh endotel dinding
arteri seperti proses di atas maupun akibat peran makrofag akan merubah
sifat kimiawi LDL menjadi LDL teroksidasi (termodifikasi). Selanjutnya,
LDL teroksidasi akan menyebabkan proses lanjutan antara lain makrofag
akan menelan LDL teroksidasi melalui scavenger reseptor (reseptor
penyapu) sehingga terbentuk sel busa, meningkatkan akumulasi monosit di
sel lesi, merangsang pengeluaran faktor pertumbuhan dan sitokin, bersifat
sitotoksik bagi sel endotel dan sel otot polos, menyebabkan disfungsi sel
endotel.
5
Proses di atas menyebabkan inflamasi dan proliferasi lebih lanjut dari
jaringan fibroblas dan otot polos pada permukaan dalam dinding arteri
(gambar 2.3). Proliferasi sel tersebut ditambah penimbunan lemak akan
membuat plak besar yang menonjol ke dalam lumen yang menyebabkan
aliran darah berkurang bahkan menyumbat seluruh aliran darah. Selain itu,
permukaan plak yang kasar dapat menyebabkan pembentukan trombus atau
embolus sehingga secara tiba-tiba aliran darah akan tersumbat. Aliran darah
yang tersumbat ini sering dikaitkan dengan penyebab utama terjadinya
penyakit jantung koroner.
6
Gambar 2.4 Faktor risiko atherosklerosis.
th
Sumber: Patophysiology of Heart Disease, 5 edition, Colaborative
project, editor Leonard S. Lilly.
2.2 Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit jantung
iskemik merupakan kondisi ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen di miokardium yang biasanya diakibatkan oleh
aterosklerosis sehingga terjadi hipoksia miokardium dan akumulasi sisa
metabolit akhir. Angka mortalitas PJK termasuk tinggi. Di dunia, 45%
dari total kematian akibat penyakit jantung disebabkan oleh penyakit
jantung koroner (PJK). Sedangan, di Indonesia, PJK merupakan salah
satu penyebab kematian utama dan angka kematiannya mencapai
25,26
26%. Hal tersebut merupakan alasan mengapa penyakit jantung
koroner adalah manifestasi penting dari aterosklerosis.
PJK atau Acute Coronary Syndrome (ACS) dapat
bermanifestasi sebagai Unstable Angina Pectoris (UAP), Non ST
Elevasi Miokard Infark (NSTEMI), dan ST Elevasi Miokard Infark
(STEMI). Berikut disajikan tabel perbedaan jenis ACS beserta alur
diagnosis:
7
Gambar 2.5. Algoritma evaluasi dan tatalaksana ACS.
Sumber: Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut, PERKI.
8
perekaman dan interpretasi EKG 12 sadapan, selambat-lambatnya 10 menit
dari saat pasien tiba untuk mendukung penatalaksanaan yang berhasil.
Gambaran EKG yang atipikal pada pasien dengan tanda dan gejala iskemia
miokard yang sedang berlangsung menunjukkan perlunya tindakan segera.
9
Gambar 2.7. Algoritma penatalaksanaan ACS.
Sumber: Acute coronary syndrome algorithm, AHA 2015.
10
Pada angina yang tak stabil, komplikasi termasuk kematian
sebesar 5% - 10% atau progresi untuk menjadi infark setelah beberapa hari
atau minggu sebesar 10%-20%. Ketika sudah terjadi infark terutama STEMI,
komplikasi dapat terjadi akibat proses inflamasi, gangguan mekanikal, dan
gangguan elektrikal yang diakibatkan area nekrosis dari miokardium.
11
2.3 Skoring dalam ST Elevasi Miokard Infark
2.3.1 Skor TIMI
12
Gambar 18. Skor GRACE lanjutan.
Sumber: Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut, PERKI.
Klasifikasi ini ditujukan untuk memprediksi mortalitas saat
perawatan di rumah sakit dan dalm 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit.
Untuk prediksi kematian di rumah sakit, pasien dengan skor risiko GRACE
≤108 dianggap mempunyai risiko rendah (risiko kematian < 1%). Sementara
itu, pasien dengan skor risiko GRACE 109-140 dan > 140 berturutan
mempunyai risiko kematian menengah (1-3%) dan tinggi (>3%). Untuk
prediksi kematian dalam 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit, pasien
dengan skor risiko GRACE ≤ 88 dianggap mempunyai risiko rendah (risiko
kematian <3%). Sementara itu, pasien dengan skor risiko GRACE 89-118
dan > 118 berturutan mempunyai risiko kematian menengah (3-8%) dan
tinggi (>8%).3
13
Killip I
tidak terdapat gagal jantung (tidak terdapat ronkhi maupun S3). Risiko
kematian dalam 30 hari adalah 6%.
Killip II
terdapat gagal jantung ditandai dengan S3 dan ronkhi basah di setengah
lapangan paru. ). Risiko kematian dalam 30 hari adalah 17%.
Killip III
terdapat edema paru ditandai oleh ronkhi basah di seluruh lapangan paru.
Risiko kematian dalam 30 hari adalah 38%.
Killip IV
terdapat syok kardiogenik ditandai oleh tekanan sistolik <90 mmHg dan
tanda Hipoperfusi Jaringan. Risiko kematian dalam 30 hari adalah 81%.
14
BAB III
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
Keluhan utama
Nyeri dada kiri sejak 3 jam SMRS
Keluhan Tambahan
Sesak napas, berkeringat dingin dan lemas.
Sejak 3 jam SMRS, os mengeluh terdapat nyeri dada kiri tiba-tiba. Nyeri timbul setelah
os sholat magrib. Nyeri terasa di dada kiri seperti ditimpa batu yang berat dan dipukul,
nyeri menjalar sampai ke punggung belakang. dirasa tidak enak dan membuat os sulit
bernapas. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak membaik dengan istirahat. Keluhan
disertai dengan berkeringat dingin dan lemas.
15
Os tidak ada keluhan mual ataupun muntah. Tidak ada keluhan batuk. BAB dan
BAK normal lancar. Os tidur dengan satu bantal. Os segera dibawa ke RS
Karya Medika 1.
Riwayat Keluarga
Os mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memilliki keluhan yang sama
dengan os dan tidak ada riwayat sakit angin duduk atau sakit jantung di
keluarga. Riwayat darah tinggi pada ayah Os.
Riwayat Sosial
Os memiliki riwayat merokok sejak SMA dan sudah berhenti merokok sejak
2005, kurang lebih 20 tahun. Dulu os terbiasa merokok 4 bungkus perhari.
Os rutin melakukan jalan pagi sekali seminggu, namun sehari-hari os terbiasa
duduk di rumah, jika tidak ada kegiatan. Os sering mengkonsumsi makanan
berkolesterol tinggi, seperti rendang dan ayam goreng cepat saji. Os jarang
mengkonsumsi sayur-sayuran.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
16
Tekanan Darah : 140 /90 mmHg
Nadi : 96x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Status gizi :
BB : 60 kg
TB : 165 cm
IMT : 22.0 kg/m2 (normoweight WHO-asiapasifik)
Status Generalis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGPT 13 U/I 0-40 Normal
Fungsi Ginjal
Elektrolit Darah
Natrium 138 mmol/l 135-147 Normal
Kalium 4.29 mmol/l 3.10-5.10 Normal
Klorida 101 mmol/l 95-108 Normal
BIOMARKER Jantung I
(Tidak diperiksa)
CK U/I <=140
CK-MB U/I 7-25
Troponin I ng/ml <0,02
(03/02/2019)
Foto thorax PA view, posisi erect, asimetris, inspirasi cukup, hasil:
Trachea di tengah
Kesan :
Kardiomegali ringan
Pulmo tak tampak kelainan
Elongasi aorta (hipertensi?)
Pemeriksaan elektrokardiografi Tanggal 03/02/2019
Pemeriksaan
Kalibrasi Normal
Irama Sinus rhythm
Laju QRS 94x/menit
Regularitas Regular
Aksis Normal
Interval PR 0,12 s
Gelombang P 0,04 s
Interval QRS
Kompleks QRS 0,08 s, Gel. Q
patologis V1-V3
ST elevasi -
ST depresi V4-V6, aVL
T inverted V4-V6
PVC -
DIAGNOSIS
a. Diagnosis Kerja
b. Diagnosis Banding
- ACS STEMI
- Mialgia Thorax
Tata Laksana
Di IGD (03/02/19) :
Medikamentosa
Oksigen 4 lpm
RL 500cc/ 24 jam
ISDN 5 mg SL lanjut Isorbid drip 1 mg/jam
Ranitidin inj 2x50 mg
CPG tab 150mg 1x75mg
Aspilet tab 160mg 1x80mg
Analsik tab 3x1
Sukralfat syr 4xC1
rixtra 1x2.5 mg subkutan
Prognosis
04/02/19 05/02/19
S : nyeri dada berkurang, napas pendek S : nyeri dada (-), sesak (-)
O: TSS, CM skala nyeri : 4 O: TSS, CM
TD : 117/90 HR: 75 RR: 22 T: 36 TD : 111/68 HR: 70 RR: 21 T: 36.6
SaO2: 98% SaO2: 98%
Cor: S1S2 reg murmur (-), gallop (-) Cor: S1S2 reg murmur (-), gallop (-)
A: NSTEMI A: NSTEMI
Oksigen 4 lpm Oksigen 4 lpm
RL 500cc/ 24 jam RL 500cc/ 24 jam
Isorbid drip 1 mg/jam ISDN 3x5mg
(habis, stop) Ranitidin inj 2x50
Ranitidin inj 2x50 mg mg
CPG tab 1x75mg CPG tab 1x75mg
Aspilet tab1x80mg Aspilet tab1x80mg
Analsik tab 3x1 Analsik tab 3x1
Sukralfat syr 4xC1 Sukralfat syr 4xC1
rixtra 1x2.5 mg subkutan rixtra 1x2.5 mg
subkutan
Ruangan Asoka
Cor: S1S2 reg murmur (-), gallop (-) Cor: S1S2 reg murmur (-), gallop (-)
A: NSTEMI A: NSTEMI
SDN extra 5 mg Oksigen 4 lpm
Oksigen 4 lpm RL 500cc/ 24 jam
RL 500cc/ 24 jam ISDN 3x5mg
ISDN 3x5mg Ranitidin inj 2x50 mg
Ranitidin inj 2x50 mg CPG tab 1x75mg
CPG tab 1x75mg Aspilet tab1x80mg
Aspilet tab1x80mg Analsik tab 3x1
Analsik tab 3x1 Sukralfat syr 4xC1
Sukralfat syr 4xC1 rixtra 1x2.5 mg subkutan
rixtra 1x2.5 mg subkutan
07/02/19 08/02/19
S : nyeri dada (-), sesak (-) S : nyeri dada (-), sesak (-)
O: TSS, CM O: TSS, CM
TD : 111/68 HR: 70 RR: 21 T: 36.6 TD : 111/68 HR: 70 RR: 21 T: 36.6
SaO2: 98% SaO2: 98%
Cor: S1S2 reg murmur (-), gallop (-) Cor: S1S2 reg murmur (-), gallop (-)
A: NSTEMI A: NSTEMI
Oksigen 4 lpm BLPL, obat pulang :
RL 500cc/ 24 jam ISDN 3x5mg
ISDN 3x5mg Ranitidin tab 2x1
Ranitidin inj 2x50 mg CPG tab 1x75mg
CPG tab 1x75mg Aspilet tab1x80mg
Aspilet tab1x80mg Analsik tab 3x1
Analsik tab 3x1 Sukralfat syr 4xC1
Sukralfat syr 4xC1 Rencana PCI dari poli
BAB III
ANALISA KASUS
Teori Kasus
Keluhan pasien dengan iskemia miokard Os mengalami nyeri dada tipikal. Nyeri dada
dapat berupa nyeri dada yang tipikal kiri tiba-tiba seperti ditimpa batu yang berat
(angina tipikal) atau atipikal (angina dan dipukul, menjalar sampai ke punggung
ekuivalen). belakang, terus menerus 3 jam, disertai
dengan sesak napas, berkeringat dingin dan
Keluhan angina tipikal berupa rasa lemas
tertekan/berat daerah retrosternal,
menjalar ke lengan kiri, leher, rahang,
area interskapular, bahu, atau epigastrium.
Keluhan ini dapat berlangsung
intermiten/beberapa menit atau persisten
(>20 menit).
Definitif SKA adalah dengan gejala dan Berdasarkan anamnesis dan EKG
tanda: kemungkinan SKA
1. Angina tipikal.
2. EKG dengan gambaran elevasi yang Pada pasien tidak diperiksa biomarker
diagnostik untuk STEMI, depresi ST jantung
atau inversi T yang diagnostik sebagai
keadaan iskemia miokard, atau LBBB
baru/persangkaan baru.
3. Peningkatan marka jantung
35