PENDAHULUAN
1
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apa yang dimaksud dengan motivasi
dan kepuasan kerja ?”
Batasan masalah pada penelitian ini yaitu membahas tentang motivasi dan
kepuasan kerja.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya motivasi
dan kepuasan kerja di ruang lingkup perusahaan atau organisasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Hasibuan (2000:10) Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dari definisi di atas bahwa
penekanan dalam pemahaman MSDM yaitu sebagai sebuah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan manajemen sumber
daya tidak hanya bagaimana seseorang pimpinan mengetahui potensi pegawainya,
namun lebih pada bagaimana seorang pemimpin mendesain sebuah formulasi tertentu
dalam mengaplikasikan para sumber daya pegawai yang ada sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Desain yang telah dibuat tersebut diharapkan mampu mengkoordinir
keinginan-keinginan para pegawai serta mengkoordinasi antara pegawai dan pimpian
ataupun antar pegawai. Melalui skema desain yang tepat diharapkan mampu
meningkatkan kinerja para pegawai secara efektif dan efisien sehingga mampu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3
Menurut Tulus (1992) dalam Suharyanto dan Hadna (2005:13) Manajemen
sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan atas pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pemutusan hubungan tenaga kerja dimaksud membantu tujuan
organisasi, individu dan masyarakat. Definisi ini dirasa telah sedikit lebih kompleks jika
dibandingkan dengan pemahaman yang sebelumnya dengan melihat beberapa fungsi
yang telah mulai dijabarkan sebagai bagian penting dari kegiatan manajemen sumber
daya manusia. Dalam menjabarkan pemahaman MSDM yang ditekankan pada empat
fungsi yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Selain itu,
dalam definisi di atas dapat dilihat untuk memperjelas ataupun memberikan poin-poin
penting dalam pemahamannya tentang MSDM, yaitu meliputi pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan
hubungan kerja. Dalam poin-poin penting yang telah dijabarkan tersebut dinilai mampu
melengkapi pemahaman yang digunakan Tulus (1992) dalam mendefinisikan MSDM.
Melalui berbagai kegiatan-kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan para
pegawai diharapkan mampu bekerja secara efektif serta efisien tersebut guna
mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik itu individu, masyarakat,
maupun organisasi.
4
mencapai titik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Pengertian manajemen
sumber daya manusia menurut Hasibuan (2006:10) yakni ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
5
sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi
dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial.
6
(2009:7) mempunyai definisi sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan secara terpadu.
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan pada dasarnya adalah :
1. Peningkatan efisiensi
2. Peningkatan efektifitas
3. Peningkatan produktivitas
4. Rendahnya tingkat absensi pegawai
5. Rendahnya tingkat perpindahan pegawai
6. Tingginya kualitas pelayanan
7. Rendahnya komplain dari pelanggan
8. Meningkatnya bisnis perusahaan.
Sedangkan tujuan umum manajemen sumber daya manusia menurut Malayu S.P
Hasibuan (2003:250) adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kualitas pegawai yang akan mengisi semua jabatan dalam
perusahaan.
2. Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini ataupun masa depan
3. Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini ataupun masa depan.
4. Untuk mempermudah koordinasi sehingga produktivitas kerja meningkat.
5. Untuk menghindari kekurangan atau kelebihan pegawai.
7
2.4 Fungsi Sumber Daya Manusia
Fungsi manajemen Sumber Daya Manusia adalah tugas-tugas yang dilakukan oleh
manajemen Sumber Daya Manusia dalam rangka menunjang tugas manajemen
perusahaan menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Adapun Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Rivai (2004:13)
1. Fungsi Manajerial
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Pengarahan (Directing)
d. Pengendalian (Controlling)
2. Fungsi Operasional
a. Pengadaan tenaga kerja (Procurement)
b. Pengembangan (Development)
c. Kompensasi (Compensation)
d. Pengintegrasian (Integration)
e. Pemeliharaan (Maintenance)
f. Pemberhentian (Separation)
Manajemen Sumber Daya manusia adalah ilmu dan seni dalam mengatur tenaga
kerja dengan memakai fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi manajerial dan fungsi
operasional.
Dalam sejarah teori motivasi berkembang di era tahun 1950-an, dimana proes
dan formulasi telah terbentuk ketika itu. Kata motivasi (motivation) kata dasarnya yaitu
motiv (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang orang melakukan
sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi
sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/keinginan, yang berlangsung secara sadar.
8
Untuk mempermudah pemehaman motivasi kerja, di bawah ini dikemukakan
pengertian motiv, motivasi, dan motivasi kerja, menurut para tokoh-tokoh yang di kutip
dari mangku Negara adalah sebagai berikut:
Rumusan lain tentang motivasi diberikan oleh Stephan P. Robbins dan Mary
Coulter dalam karya mereka yang berjudul management, kata mereka apakah yang
kiranya dimaksud dengan motivasi karyawan?
Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal
bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entuisme dan persistensi
dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Gari Dessler, dkk:50)
9
perilaku. Pada saatnya kita akan memperbincangkan berbagai macam teori motivasi yng
berlandaskan kebutuhan.
Salah seorang ilmuan yang dipandang sebagai pelopor teori motivasi adalah
Abraham H. Malow. Hasil-hasil pemekirannya tertuang dalam bukunya berjudul
“Motivation end personality.” Teori motivasi yang di kembangkannya pada tahun 40-an
itu pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau
hierarki kebutuhan, yaitu:
B. Teori herzberg
Teori yang di kembangkan oeh Herzberg yang dikenal dengan “model dua
faktor” dari moivasi yaitu, faktor motivasional dan faktor higine atau “pemiliharaan’’
10
Menurut teori ini yang di maksud dengan teori motivasional adalah hal-hal
pendorong berperestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri
seseorang sedangkan yang dimaksud dengan faktor higiene atau pemiliharaan adalah
faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar dari sesorang,
misalnya dari organisasi, tetapi turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan
kekaryawannya.
Menurut herzbreg, yang tergolong sebagai faktor motifasional antara lain ialah
pekerjaan sesorang, keberhasilan yang di raih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam
berkarir dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemiliharaan
mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seseorang karyawan
dengan atasannya, hubungan sseorang dengan rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan
yang diterapkan oleh oleh para penyelia, kebijaksanaan organisasi, system administrasi
dalam organisasi, kendisi kerja dan sisitem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memehami dan menerapkan teori ini ialah
memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam
kehidupan kekaryaan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat
eksrintsik.
C. Teori keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menhilangkan kesenjangan antara usaha yang di buat bagi kepentingan organisasi dan
imbalan yang diterima. Artinya apabila seseorang karyawan mempunyai persepsi bahwa
imbalan yang diterianya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu:
11
1. Harapannya tentang jumlah imbalan yang di anggapnya layak di terima
berdasarkan kualifikasi diri pribadi seperti pendidikan, keterampilan, sifat
pekerjaan dan pengelamannya.
2. Imbalan yang di terima oleh orang lain dalam organisasi yang berkualisifaksi
dan sifat pekerjaannya relative sama dengan yang bersangkutan sendiri.
3. Imbalan yang di terima karyawan lain di organisasi lain di kawasan yang sama
serta melakukan kegiatan sejenis.
4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan
yang merupakan hak para karyawan. (Prof. Dr. J.Winardi SE Motivasi
Pemotivasian)
D. Teori Harapan
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa
jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup
besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang
diinginkannya itu tipis, motivasinya pun untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuan dan praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan
ini mempunyai daya tarik tersendiri karna penekanan tentang pentingnya bagian
kepegawaian membantu para karyawan dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya
serta menunjukan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannya itu.
Penekanan ini dianggap penting karena pengelaman menunjukan bahwa para karyawan
12
tidak selalu mengetahu secara pasti apa yang diinginkannya, apa lagi cara untuk
memperolehkannya.
a. Prinsip partisipasi
b. Prinsip komunikasi
13
1. Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai
Teknik komunikasi persuasif merupakan salah satu tehnik memotivasi kerja pegawai
yang dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis. teknik ini
dirumuskan “AIDDAS”
A = Attention (perhatian)
I = Intereset (minat)
D = Desire (hasrat)
D = Decision (keputusan)
A = Action (aksi/tindakan)
S = Satisfaction (keputusan)
14
Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu
karyawan berbeda kepuasannya. Kepuasan kerja hanya diukur dengan kedisiplinan,
moral kerja dan turnover kecil maka secara relatif kepuasan kerja karyawan baik.
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Tiffin (1958) dalam Moch. As’ad (1995 :
104)kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan karyawan.
Sedangkan menurut Blum (1956) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) mengemukakan
bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa
sikap khusus terhadap faktor – faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial
individu diluar kerja.
15
suatu kondisi emosional yang positif dan menyenangkan sebagai hasil dari penilaian
pekerjan atau pengalaman pekerjaan seseorang.
Jika dilihat dari pengertian kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja
dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun
balas jasa itu penting. Oleh karena itu hubungan kepuasan kerja dengan manajemen
SDM yaitu dengan adanya sikap kepuasan kerja/ tidak puas dengan pekerjaannya maka
manajemen SDM bisa mengatur karyawan yang memang tidak puas dengan
pekerjaannya, apa yang melatar belakangi karyawan tersebut tidak puas dengan
pekerjaannya. Hal tersebut bisa disebabkan karena jenis pekerjaannya tidak disukai atau
lainnya. Sehingga dengan adanya kepuasan kerja ini manajemen SDM bisa mengatur
karyawan sebaik mungkin yang bertujuan untuk produktivitas yang baik dalam
pekerjaannya.
16
2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Robbins dan Judge (2009) ada 21 faktor yang berhubungan dengan
kepuasan kerja yaitu otonomi dan kebebasan, karir benefit, kesempatan untuk maju,
kesempatan pengembangan karir, kompensasi/gaji, komunikasi antara karyawan dan
manajemen, kontribusi pekerjaan terhadap sasaran organisasi, perasaan aman di
lingkungan kerja, kefleksibelan untuk menyeimbangkan kehidupan dan persoalan
kerja, keamanan pekerjaan, training spesifik pekerjaan, pengakuan manajemen terhadap
kinerja karyawan, keberartian pekerjaan, jejaring, kesempatan untuk menggunakan
17
kemampuan atau keahlian, komitmen organisasi untuk pengembangan, budaya
perusahaan secara keseluruhan, hubungan sesama karyawan, hubungan dengan atasan
langsung, pekerjaan itu sendiri, keberagaman pekerjaan.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2005) (12) terdapat lima faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya kepuasan yaitu:
18
1) Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan). Model ini mengajukan bahwa
kepuasan ditentukan tingkatan karakteristik pekerjaan yang memungkinkan
kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
2. Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja,
baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat
mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
19
3. Gaji, Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang
mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
4. Perusahaan dan manajemen, Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang
mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang
menentukan kepuasan kerja karyawan.
5. Supervisi, bagi karyawan supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus
atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over
(menyerah).
6. Faktor intrinsik dari pekerjaan, Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan
ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
7. Kondisi kerja, Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran,
kantin dan tempat parkir.
8. Aspek sosial dalam pekerjaan, Merupakan salah satu sikap yang sulit
digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak
puas dalam kerja.
9. Komunikasi, Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen
banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya
kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui
pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan
rasa puas terhadap kerja.
10. Fasilitas, fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan
standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Berdasarkan indikator yang menimbulkan kepuasan kerja tersebut di atas akan dapat
dipahami sikap individu terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Ini disebabkan adanya perbedaan persepsi pada masing-masing
individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya. Oleh
karenanya sumber kepuasan seorang karyawan secara subyektif menentukan bagaimana
20