Anda di halaman 1dari 19

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

KALIMANTAN SELATAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan unsur


utama penyelenggaraan pemerintahan,
keberhasilan tugas pemerintahan tergantung pada
kualitas ASN itu sendiri. Setiap ASN diharapkan
memiliki kompetensi sesuai dengan jabatan yang
diduduki sehingga dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
merupakan instansi pemerintah yang mengemban
tugas dan fungsi di bidang hukum dan hak asasi
manusia mempunyai peran yang sangat strategis
dalam mewujudkan Indonesia yang sejahtera,
demokratis, dan berkeadilan. Oleh karena itu,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
senantiasa harus selalu meningkatkan kualitas baik
output maupun outcome dari pelaksanaan tugas dan
fungsinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia perlu didukung
dengan ASN yang profesional, kompeten, memiliki
kinerja dan integritas tinggi, serta bebas dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, dalam Pasal 70 ayat (1)
mengamanatkan bahwa setiap ASN memiliki hak
dan kesempatan untuk mengembangkan
Kompetensi. Lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil dinyatakan
pengembangan kompetensi bagi setiap PNS
dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran
dalam 1 (satu) tahun.
Untuk memenuhi ketentuan mengenai
pengembangan kompetensi ASN, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia menetapkan strategi
Pengembangan Kompetensi ASN di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
disebut dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Corporate University yang merupakan
bagian dari pencapaian kinerja Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
Melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Corporate University, Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia mengembangkan bentuk dan jenis
pengembangan kompetensi dengan metode yang
lebih variatif, efisien, dan inovatif yang salah satu
bentuknya adalah sosialisasi.
Sosialisasi merupakan Kegiatan ilmiah untuk
memasyarakatkan sesuatu pengetahuan dan/atau
kebijakan agar menjadi lebih dikenal, dipahami,
dihayati oleh PNS. Selama ini Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia sudah melakukan
pengembangan kompetensi ASN melalui sosialisasi,
namun belum ada pedoman dan standar yang jelas
mengenai sosialisasi, sehingga pengembangan
kompetensi melalui sosialisasi belum dilaksanakan
secara terencana berdasarkan peta kebutuhan
pengembangan kompetensi dan belum
terdokumentasi serta terintegrasi dalam data
pengembangan kompetensi ASN yang telah
dilaksanakan setiap tahunnya.
Oleh karena itu, untuk dapat menyelenggarakan
sosialisasi efektif, berhasil guna dan berdaya guna,
terencana, serta terintegrasi dengan strategi
pengembangan kompetensi ASN dalam kerangka
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Corporate University perlu disusun Pedoman
Penyelenggaraan Sosialisasi.

B. TUJUAN
Tujuan dilakukannya sosialisasi adalah untuk
meningkatan pengetahuan pada suatu pengetahuan
dan/atau kebijakan sesuai tuntutan bidang kerja.

C. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


Kompetensi yang akan dicapai dengan sosialisasi
adalah bertambahnya pengetahuan dan/atau
kebijakan sehingga dapat digunakan dalam
pelaksanaan tugas.
BAB II
TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI

A. AGENDA PEMBELAJARAN
Agenda pembelajaran sosialisasi meliputi:

1. Agenda Wawasan
Agenda wawasan bertujuan untuk meningkatkan
atau memberikan pengetahuan dan/atau kebijakan
kepada para peserta.

2. Agenda Teknis
Agenda teknis bertujuan untuk meningkatkan atau
memberikan pengetahuan dan/atau kebijakan
kepada peserta agar peserta mempunyai gambaran
terkait kompetensi teknis bidang pekerjaannya.

B. TAHAPAN PELAKSANAAN SOSIALISASI


Pada saat pelaksanaan, penyelenggara akan
mempersiapkan susunan acara sebagai berikut:
1. Pembukaan
2. Penyampaian materi pokok
3. Demonstrasi/simulasi
4. Evaluasi
5. Penutup
BAB III
PESERTA

Mekanisme penentuan peserta sosialisasi dapat


dijelaskan sebagai berikut:

A. PERSYARATAN
Peserta adalah ASN di lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan
pertimbangan:
- Kebutuhan organisasi;
- Untuk pengembangan karir.

B. PENCALONAN DAN PENETAPAN


Pencalonan dan Penetapan dilakukan oleh atasan
langsung.

C. PENUGASAN
Penugasan untuk mengikuti sosialisasi dapat
dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja masing-masing.

D. JUMLAH
Untuk efektifitas penyelenggaraan sosialiasasi,
dalam satu kegiatan disarankan tidak lebih dari 30
(tiga puluh) orang peserta.
BAB IV
NARASUMBER SOSIALISASI

A. NARASUMBER
Narasumber untuk kegiatan sosialisasi adalah
setiap pegawai ASN atau tenaga profesional/pakar
yang dapat menyampaikan materi, pengetahuan
atau kebijakan terkait dengan substansi
pekerjaannya.

B. PERSYARATAN NARASUMBER
Untuk dapat menjadi Narasumber dalam sebuah
kegiatan sosialisasi, pemateri wajib menguasai
pengetahuan dan/atau kebijakan yang akan
disosialisasikan.
BAB V
FASILITAS SOSIALISASI

Dalam kegiatan pengembangan kompetensi


dibutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang
baik dan memadai untuk tercapainya hasil
pembelajaran yang maksimal. Untuk itu dalam
kegiatan Sosialisasi sarana dan prasarana yang
harus disediakan meliputi:

A. PRASARANA
1. Ruangan Sosialisasi
2. Jaringan internet

B. SARANA
1. Laptop
2. In focus
3. Microphone
BAB VI
PERENCANAAN, PEMBINAAN DAN
PEMBIAYAAN

Keberhasilan suatu model pengembangan


kompetensi berdasarkan kesiapan penyelenggara
dalam mengelola kegiatan dari awal hingga akhir
pelaksanaan, diantara lain adalah dalam proses
perencanaan, pembinaan, dan pembiayaan yang
dibutuhkan. Dalam pelaksanaan sosialisasi, ketiga
hal tersebut ditentukan sebagai berikut:

A. PERENCANAAN
Tahap awal dari perencanaan sosialisasi adalah
penugasan dari Kepala Satuan Kerja kepada
pegawai yang membutuhkan pengembangan
kompetensi berupa sosialisasi. Setelah mendapat
penugasan, tahapan selanjutnya adalah
perencanaan penyelenggaraan sosialisasi yaitu
meliputi penentuan Narasumber, penentuan jadwal
kegiatan, tempat pelaksanaan, dan hal teknis
lainnya.
B. PEMBINAAN
Setelah pelaksanaan sosialisasi diharapkan peserta
dapat memperoleh pengetahuan baru yang dapat
diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja. Atasan
langsung membina peserta sosialisasi tersebut agar
memahami hasil sosialisasi.

C. PEMBIAYAAN
Pembiayaan kegiatan sosialisasi dibebankan
kepada Satuan Kerja yang menyelenggarakan
sosialisasi.

BAB VII
PENYELENGGARAAN SOSIALISASI
Dalam hal penyelenggaraan sosialisasi diatur
beberapa hal sebagai berikut:

A. PELAKSANA
Instansi atau Lembaga yang dapat
menyelenggarakan Sosialisasi adalah:
1. BPSDM Hukum dan HAM
2. Satuan Kerja Kementerian Hukum dan HAM
3. Instansi/Lembaga lainnya

B. WAKTU
Waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan
kebutuhan pengembangan kompetensi.

C. PELAKSANAAN
Bentuk pelaksanaan sosialisasi dapat dilakukan
secara tatap muka ataupun secara online
(teleconference, web binar).

BAB VIII
EVALUASI
Dalam rangka memastikan apakah suatu
pengembangan kompetensi berjalan dengan baik
dari segi peserta, Narasumber, dan
penyelenggaraan diperlukan proses evaluasi.
Dalam bab ini akan dibahas evaluasi yang dilakukan
untuk model pengembangan sosialisasi sebagai
berikut:

1. EVALUASI PESERTA
Evaluasi peserta dilakukan dengan dengan
instrument evaluasi berupa kuisioner dalam jaringan
(online) yang disesuaikan dengan substansi/materi
yang disampaikan pada saat sosialisasi.

2. EVALUASI NARASUMBER
Evaluasi Narasumber dilakukan oleh peserta
dengan instrument evaluasi berupa kuisioner dalam
jaringan (online) yang telah disediakan oleh masing-
masing pelaksana kegiatan sosialisasi.

3. EVALUASI PENYELENGGARAAN
Evaluasi penyelenggaraan dilakukan oleh peserta
dan narasumber dengan instrument evaluasi berupa
kuisioner dalam jaringan (online) yang telah
disediakan oleh penyelenggara kegiatan sosialisasi.

BAB IX
KREDENSIAL
Setelah selesai mengikuti proses pengembangan
kompetensi, berupa sosialisasi, berikut diatur
beberapa ketentuan terkait tanda keikutsertaan
peserta dalam pengembangan kompetensi serta
berapa jam yang telah didapat yaitu:

1. Peserta wajib melaporkan bahwa dirinya


telah selesai mengikuti Sosialisasi melalui CBHRIS;
2. Dalam sistem CBHRIS peserta akan
mendapatkan nomor sertifikat yang dikeluarkan oleh
BPSDM Hukum dan HAM;
3. Peserta kemudian mencetak sertifikat secara
mandiri;

4. Konversi jam pelajaran untuk sosialisasi yang


termuat di Sertifikat adalah sebagai berikut:
a) Tingkat Nasional
1 (satu) hari setara dengan 4 (empat) jam pelajaran.
b) Tingkat Internasional
1 (satu) hari setara dengan 6 (enam) jam pelajaran.
BAB X
PENUTUP

Pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui


bentuk klasikal dan non klasikal, di mana dengan
model pembelajaran klasikal dapat dilakukan
dengan sosialisasi. Diharapkan dengan model
pengembangan ini, seluruh pegawai Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia memperoleh
tambahan wawasan dan kepastian untuk mengikuti
pengembangan kompetensi yang dapat
meningkatkan kinerja organisasi.

Anda mungkin juga menyukai