Disusun Oleh :
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 9
1
2
BAB IV ................................................................................................................. 34
3
4
bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari
ditemukan di Pasar, Sekolah, Terminal bus seperti kejadian ngetem sembarangan,
kebakaran di pemukiman, lampu merah, persimpangan jalan raya maupun rel kereta
api di Kota – Kota besar di Indonesia khususnya di Kota Bandung.
Langkah Pemerintah Kota Bandung untuk memperbaiki sistem transportasi
massal adalah dibuatnya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 16 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Perhubungan dan Retribusi di Bidang Perhubungan,
paragraf 9 Pasal 119 Ayat (1) dan Ayat (2) mengenai angkutan massal menyebutkan
bahwa:
1. Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk
memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum di
kawasan perkotaan.
2. Angkutan massal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) harus didukung
dengan:
a. mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. lajur khusus atau lajur bus (busline);
c. trayek angkutan umum lain yang tidak berimpitan dengan
d. trayek angkutan massal; dan
e. angkutan pengumpan.
Dengan melihat ketentuan di atas menyatakan bahwa Pemerintah Kota
Bandung membuat kebijakan mengenai angkutan massal sebagai langkah konkret
Pemerintah Kota Bandung atas program angkutan massal yang dapat menjawab
permasalahan lalu lintas di Kota Bandung.
Langkah Pemerintah Kota Bandung untuk memperbaiki sistem transportasi,
maka diterbitkannya a) Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor 551.2/Kep.766-
Huk/2006 yang menetapkan bahwa akan dioperasikan suatu transportasi baru di
Kota Bandung , yaitu Bus Trans Metro Bandung pada koridor pertama, Cibereum
– Cibiru. b) Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor 551.2/Kep.764-
DisHub/2012 tentang Pengoperasian Trans Metro Bandung Pada Koridor 2
Cicaheum – Cibereum di Kota Bandung pada tanggal 6 November 2012. c) Surat
6
memperhatikan standar pelayanan minimal pada bus Trans Metro Bandung yang
diberikan oleh aparatur, namun kenyataan yang terjadi di lapangan, terlihat pada
koridor 2 Cicaheum - Cibeureum masih terlambat dalam waktu perjalanan, jadwal
kedatangan bus pun dan keberangkatan tidak sesuai apa yang dijanjikan oleh
kondektur bus Trans Metro Bandung, bahkan jarak interval halte yang jauh. Kondisi
ini dilihat dari arus transportasi di koridor 2 sangat padat, masyarakat rela
menunggu lama, bahkan naik dan turunnya penumpang dapat di sembarang tempat
dan tidak pada haltenya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian secara
menyeluruh tentang kualitas pelayanan bus Trans Metro Bandung. dalam hal inilah
peneliti tertarik dan memilih judul yaitu “Pengaruh Kualitas Pelayanan Publik
Dinas Perhubungan Kota Bandung Terhadap Kepuasan Masyarakat (Studi Pada
Pelayanan Bus Trans Metro Bandung).
9
10
tersebut adalah kultur birokrasi yang tidak kondusif yang telah lama mewarnai pola
pikir birokrat sejak era kolonial dahulu.
Tingkat kepuasan adalah fungsi dari pembedaan antara kinerja (hasil) yang
dirasakan dengan harapan. Dengan demikian, pengguna layanan dapat merasakan
hal-hal sebagai berikut ini:
1. Kalau kinerja (hasil) dibawah, pengguna layanan akan merasa kecewa
2. Kalau kinerja (hasil sesuai harapan, pengguna layanan akan merasa puas
3. Kalau kinerja (hasil) melalui harapan, pengguna layanan akan sangat
puas, senang dan gembira.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Lovelock (1994:111) mengemukakan
lebih lanjut bahwa kepuasan pengguna layanan merupakan fungsi harapan dan
kinerja (hasil) yaitu evaluasi pengguna layanan terhadap kinerja produk layanan
yang sesuai atau melampaui harapan pengguna layanan. Kepuasan pengguna
layanan secara keseluruhan mempunyai 3(tiga) antecedent atau harapan yaitu:
1. Kualitas yang dirasakan
2. Nilai yang dirasakan
3. Harapan pengguna layanan
Harapan pengguna layanan merupakan perkiraan akan keyakinan pengguna
layanan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau menerima suatu
jasa. Hal tersebut senanda dengan pendapat Parasuraman yang dikutip oleh Kotler,
2007:56 mengemukakan bahwa pelayanan dapat berkualitas apabila masyarakat
merasa puas, baik saat terjadi suatu proses pelayanan maupun pasca melakukan
pelayanan harus terjadi kepuasan masyarakat.
pintu bus terbuka kendati tengah berjalan, kemudian kondisi halte yang tidak enak
dipandang seperti pintu halte rusak dan kacanya yang pecah.
Reliability, dalam penelitian ini adalah pelayanan bus Trans Metro
Bandung, mengingat jarak interval waktu menunggu kedatangan dan
keberangkatan bus TMB yang tidak sesuai Standar Pelayanan Minimal, kemudian
jarak interval halte yang jauh, mengakibatkan penumpang dapat berhenti dimana
saja tidak sesuai halte yang sudah ditentukan. Hal ini berdampak terhadap kepuasan
masyarakat dalam pelayanan bus Trans Metro Bandung.
Responsivenes, dalam penelitian mengenai kualitas pelayanan bus Trans
Metro Bandung dapat dilihat dari aspek kurangnya sikap positif dari aparatur
terhadap masyarakat yang mampu mempertimbangkan keluhan-keluhan dari
masyarakat sebagai pengguna bus Trans Metro Bandung, seperti mensosialisasikan
tata cara naik bus TMB, akan tetapi pada kenyataan dilapangan, terkait hal ini
bahwa masyarakat masih kebingungan dengan tata cara naik bus TMB, belum lagi
pemerintah Kota Bandung yang baru-baru ini mengeluarkan sistem pembayaran
secara elektronik yaitu e-Ticketing. Dengan adanya terobosan-terobosan baru ini
dengan tujuan yaitu agar masyarakat secara perlahan dapat melakukan aktivitas
secara praktis serta memberantas pungutan liar (pungli) di Kota Bandung, akan
tetapi kondisi ini tidak sepenuhnya yang diharapkan oleh pemerintah Kota
Bandung, karena kurangnya sosialisasi dari aparatur terkait tata cara naik bus TMB.
Assurance, mengenai pelayanan bus Trans Metro Bandung sangatlah
dibutuhkan dalam aspek jaminan untuk keamanan, keselamatan, kenyamanan,
keterjangkauan dan keteraturan. Dilihat dari jam operasional bus Trans Metro
Bandung di koridor 1, 2 dan 3 yang sangat kurang. Terlihat bahwa jam operasional
pada koridor 1,2 dan 3 dimulai pada pukul 05.00 dan berakhir pengoperasian pada
jam 18.00 WIB. Melihat keluhan-keluhan yang dirasakan masyarakat sebagai
pengguna bus TMB, menyatakan bahwa di atas jam 19.00 masih banyak
penumpang yang ingin memakai jasa bus TMB, akan tetapi kondisi dilapangan bus
TMB ini sudah tidak beroperasi dan angkutan-angkutan umum selain bus Trans
Metro Bandung semakin merajalela yang tarifnya sangat mahal.
20
dilapangan mengenai pelayanan produk bus Trans Metro Bandung masih belum
berjalan secara optimal.
Kualitas pelayanan, dapat mewujudkan kebutuhan masyarakat dalam jasa
tranportasi umum, khususnya pelayanan Trans Metro Bandung dalam
meningkatkan kinerja pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Kualitas
pelayanan bus Trans Metro Bandung masih terdapat beberapa masalah, contohnya
terdapat masyarakat mengeluhkan pelayanan bus TMB baik dari segi waktu jadwal
kedatangan bus dan keberangkatan bus yang sangat lama.
Emosional, sangat berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat mengenai
jasa layanan bus Trans Metro Bandung yang berkualitas. seperti kemudahan untuk
masyarakat dalam memperoleh informasi dalam pelayanan bus Trans Metro
Bandung. Kemudahan untuk memperoleh informasi yang diberikan oleh petugas
Trans Metro Bandung kepada masyarakat belum menunjukkan tanggung jawab
sesuai dengan tujuannya. Tujuan yang direncanakan Dinas Perhubungan Kota
Bandung yaitu terwujudnya pelayanan Trans Metro Bandung sebagai pilihan utama
jasa transportasi dengan kenyamanan, keamanan, dengan biaya yang murah.
Masyarakat yang memilih untuk melakukan pembayaran tiket secara lansung masih
mengalami kesulitan dalam pembelian tiket Trans Metro Bandung, bahkan
masyarakat harus mengantri untuk dapat membeli tiket.
Harga, dalam layanan bus Trans Metro Bandung sangat berpengaruh
terhadap kepuasan masyarakat, bagi sebagian orang harga merupakan faktor utama
dalam pemilihan moda untuk melakukan perjalanan. harga tersebut harus sebanding
dengan pelayanan yang diberikan oleh suatu moda angkutan umum massal,
pelayanan yang mampu memberikan keamanan, keselamatan serta kesetaraan.
Masyarakat dapat menilai bahwa kesetaraan antara harga yang ditawarkan oleh
Trans Metro Bandung tersebut tak sebanding dengan pelayanan yang diberikan,
bahkan masyarakat menginginkan peningkatan kinerja Trans Metro Bandung.
Biaya, dalam pelayanan transportasi khususnya pelayanan bus Trans Metro
Bandung tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak didukung dengan dana atau
modal yang tersedia. Pembelian sarana dan prasarana seperti armada bus, bahan
bakar minyak ataupun biaya perawatan aramada bus, membutuhkan modal atau
22
anggaran yang cukup serta kualitas pelayanan berjalan sesuai dengan tujuan yang
telah digariskan. Biaya pemasukan dan pengeluaran dalam pelayanan bus Trans
Metro Bandung belum menciptakan keterbukaan dalam segi laporan harian dari
jumlah pemasukan dari penjualan tiket TMB.
Teori pengukuran kepuasan masyarakat dari Lupiyoadi ini merupakan
perspektif kualitas pelayanan. Hal ini senada dengan kajian permasalahan peneliti
terkait dengan kepuasan masyarakat dari kebijakan diadakannya bus Trans Metro
Bandung, sehingga peneliti tertarik untuk menggunakan teori pengukuran kepuasan
masyarakat dari Lupiyoadi. Kemudahan lain dari teori ini adalah penjabaran
dimensi yang tidak terlalu rumit dan mudah dipahami serta mempermudah peneliti
dalam penyusunan angket.
Selanjutnya untuk mempermudah peneliti dalam memahami pokok-pokok
pikiran dari setiap teori yang digunakan maka dibuatlah kerangka pemikiran yang
didasarkan atas pola pikir peneliti dalam menyikapi pengaruh kualitas pelayanan
Dinas Perhubungan Kota Bandung terhadap kepuasan masyarakat pada bus Trans
Metro Bandung.
Berdasarkan dari model kerangka pemikiran dibawah, tanda panah yang
mengarah pada kotak bagian kanan, berarti menunjukan bahwa kualitas pelayanan
berpengaruh tehadap kepuasan masyarakat. Pada tabel variabel (X) atau variabel
kualitas pelayanan terdiri dari sub variabel yaitu tangible, reliability,
responsiveness, assurance, dan emphaty. Variabel (X) merupakan variabel bebas
dan berpengaruh pada variabel terikat yaitu variabel (Y) yang terdiri dari sub
variabel kualitas produk, kualitas layanan, emosional, harga serta biaya.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
24
25
Keterangan :
n= Jumlah Sampel
N= Populasi
e= Toleransi Kesalahan yang akan diambil oleh peneliti 10%
(Suharsaputra, 2012:119)
Ukuran pada penelitian ini peneliti menggunakan batas kesalahan yang
ditolerir sebesar 10%, sehingga dapat dihitung ukuran sampel sebagai berikut:
26
variabel di atas tergolong kuat. Selanjutnya dilakukan uji validitas, uji realibilitas
dan uji hipotesis yang berguna untuk mengukur, memperoleh indeks serta
menganalisa sejauhmana data yang di ukur dapat valid dan sah dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan hasil data yang telah terkumpul dan
penyajian dalam bentuk angka-angka tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum, hasilnya diuraikan secara deskriptif dengan memberikan pandangan
berkenaan terkait dengan pengaruh kualitas pelayanan Dinas Perhubungan Kota
Bandung terhadap kepuasan masyarakat pada pelayanan bus Trans Metro Bandung.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai pengaruh
kualitas pelayanan Dinas Perhubungan Kota Bandung terhadap kepuasan
masyarakat (suti pada pelayanan bus Trans Metro Bandung), maka peneliti menarik
kesimpulan yaitu:
1. Kualitas pelayanan Dinas Perhubungan Kota Bandung pada Pelayanan
bus Trans Metro Bandung berdasarkan indikator kualitas pelayanan
yaitu, tangible, realiability, responsiveness, assurance, dan emphaty,
dapat dikatakan kuat, terlihat dari interval kualitas pelayanan yang berada
pada kategori kuat sebesar 6150 dengan persentase 68,3%, dari jumlah
skor tanggapan 100 responden atas 18 butir pertanyaan. Hal tersebut
menunjukan bahwa dari hasil jawaban responden dari ketiga koridor,
memiliki kualitas pelayanan yang berbeda-beda, dan dapat disimpulkan
variabel kualitas pelayanan (X) mempunyai kontribusi yang signifikan
terhadap keberhasilan suatu Pelayanan.
2. Kepuasan masyarakat pada pelayanan bus Trans Metro Bandung berada
dalam kategori kuat yaitu dengan skor 3294 dengan persentase 65,8%.
Dapat disimpulkan bahwa indeks kepuasan masyarakat sudah tercapai
denga baik, namun dari hasil akumulasi responden secara keseluruhan
menjawab ragu-ragu/netral, hal tersebut sesuai dengan keadaan di
lapangan bahwa pelayanan bus Trans Metro Bandung masih belum
berjalan secara optimal. Dilihat dari tanggapan responden mengenai
kesesuaian tarif bus Trans Metro Bandung yang tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
3. Kualitas pelayanan (X) terhadap kepuasan masyarakat (Y) pada
pelayanan bus Trans Metro Bandung memiliki nilai korelasi sebesar
0,694% hal tersebut menunjukan bahwa hubungan antara kualitas
pelayanan terhadap kepuasan masyarakat dapat dikategorikan kuat,
34
35
Litelatur Buku:
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi VI.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bateson, Jhon. E.G. 1992. Managing Service Marketing : Second Edition.
Orlando : The Dryden Press.
Dwiyanto, Agus dkk. 2005. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta:
PSKK UGM.
Gaspersz, Vincent. 2012. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa. Jakarta. PT.
Gramadia Pustaka Utama.
Huriyati, Ratih. 2005 .Service Marketing. Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ibnu, Samugyo dkk. 2016. Edisi Revisi Pedoman Penulisan Skripsi &
Pelaksanaan Sidang. Bandung: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Komputer Indonesia.
Irawan, Hendy. 2005. Kepuasan Pelayanan Jasa. Erlangga. Jakarta.
Jhon. E.G. 1992. Managing Service Marketing: Second Edition. Orlando: The
Dryden Press.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Edisi Bahasa
Indonesia. Alih Bahasa. Ors. Benjamin Molan. Revisi ke edisi sepuluh. Jakarta:
PT. Prenhallindo
Lovelock, Chistopher. 1994. Product Plus:How Product + Service Competitive
Advatatage. New York: Me Graw-Hill.
Rujukan Elektronik
https://id.wikipedia.org/wiki/Trans_Metro_Bandung [ 20/10/2016]
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2012/03/15/180856/trans-metro-
bandung-projek-gagal [ 21/10/2016]
https://www.lapor.go.id/id/1111845/perbaiki-sistem-pengelolaan-bus-trans-metro
bandung-dan-damri.html [ 21/10/2016]
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung#Kependudukan [22/10/2016]
37
38
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung#Angkutan_Kota_dan_Bus_Kota
[23/10/2016]
http://dishub.bandung.go.id/produk-hukum/ [27/10/2016]
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=221483 [27/10/2016]
http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl
dennymalza-29296&q=tRANS%20METRO%20BANDUNG [02/02/2017]
http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl
yanniferhe34133&q=pengaruh%20kualitas%20pelayanan%20terhadap%20kepuas
an%20masyarakat [04/02/2017]
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung#Kependudukan [04/02/2017]