Berbagai organisasi niaga dan organisasi nirlaba terus menerus dihadapkan kepada berbagai
masalah seperti:
Karena semua itu, konsultan PO melakukan berbagai bentuk intervensi demi peningkatan
produktivitas kerja individu, kelompok kerja dan organisasi secara keseluruhan.
Empat bentuk intervensi yang disoroti dan dibahas dalam bagian ini ialah rancang bangun
pekerjaan (termasuk rancang bangun ulang pekerjaan), tim kerja yang “mandiri”, gugus kendali
mutu dan peningkatan mutu kehidupan kekaryaan.
Karena itulah dalam melakukan rancang bangun pekerjaan dewasa ini diarahkan pada
peningkatan kepuasan dan produktivitas kerja para karyawan dengan memperhitungkan
berbagai variabel, seperti: pekerja itu sendiri dengan karakteristik individualnya (termasuk usia,
jenis kelamin, masa kerja, status sipil, jumlah tanggungan, latar belakang sosial, pendidikan,
pelatihan, pengalaman, bakat, minat, kepribadian, budaya dan sistem nilai yang dianut, sikap
serta kemampuan), sifat pekerjaan yang harus dilakukan, iklim dalam organisasi dan gaya
kepemimpinan yang digunakan, iklim dalam organisasi dan gaya kepemimpinan yang digunakan
oleh para pejabat pimpinan dalam organisasi.
Dua teori yang menonjol dalam kaitan ini ialah Teori Perkayaan Pekerjaan dan Teori
Karakteristik Pekerjaan
Teori Perkayaan Pekerjaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar, (antara lain
Frederick Herzberg) menunjukkan bahwa para karyawan pada semua tingkat dalam organisasi
sangat menaruh perhatian pada dua segi kekaryaan, yaitu mutu pekerjaan dan manfaat atau
imbalan yang diperoleh , baik dalam arti: imbalan materi, rasa aman, pemuasan kebutuhan
sosial, status, kesempatan mengembangkan potensi dsb. Berbagai temuan menunjukkan pula
bahwa mutu pekerjaan mendatangkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja terwujud apabila para
karyawan merasa bahwa rasa keberhasilan meningkat, perolehan pengakuan, pekerjaan yang
menantang, diberi kepercayaan memikul tanggung jawab yang lebih besar dan kemajuan dalam
karir. Untuk itu semua diperlukan rancang bangun ulang pekerjaan. Dalam rancang bangun
ulang sesuatu pekerjaan, harus terwujud apa yang disebut sebagai “Perkayaan Pekerjaan”
Teori Karakteritik Pekerjaan. Teknik lain yang sudah sering digunakan sebagai instrument
meningkatkan kepuasan dan produktivitas para karyawan adalah yang dikembangkan dalam
teori Karakteristik Pekerjaan. Teori tersebut tergambar dalam suatu model yang mengandung
lima dimensi pokok yang apabila diperhitungkan dengan tepat, akan berakibat pada
peningkatan motivasi dan kepuasan kerja para karyawan.
1. Keanekaragaman keterampilan
2. Identitas pekerjaan
3. Pentingnya pekerjaan
4. Otonomi
5. Umpan balik
2. Identitas pekerjaan. Seorang karyawan akan memperoleh kepuasan kerja, yang pada
gilirannya akan meningkatkan produktivitas kerja, apabila ia diberi tugas yang diharapkan
diselesaikannya dari awal hingga akhir dengan hasil yang dapat diidentifikasikan, dalam arti
dapat dibedakan dengan pekerjaan orang lain. Artinya : seorang karyawan akan puas bila ia bisa
mengatakan: “ ini adalah hasil upaya saya.”
3. Pentingnya pekerjaan. Seorang karyawan akan merasa bangga dan puas apabila ia
merasa bahwa apa yang dikerjakannya itu penting dan mempunyai dampak terhadap
kehidupan orang lain, di dalam dan di luar lingkungan kerjanya. Situasi de,ikian harus
ditumbuhkan dan dipelihara karena setiap orang akan senang bila ia mengerjakan sesuatu
bukan hanya demi pemuasan “ego” nya, akan tetapi dipandang bermanfaat oleh orang lain.
5. Umpan balik. Para pekerja yang sudah matang dan dewasa akan senang apabila mereka
memperoleh umpan balik tentang efektif tidaknya mereka berkarya dan bagaimana tingkat
kinerja mereka menurut pandangan orang lain, seperti berbagai pihak yang menggunakan hasil
pekerjaan mereka, termasuk manajemen. Dimensi ini sangat penting karena tanpa umpan balik
yang factual, obyektif dan tepat waktu, para karyawan tidak akan mengetahui dimana letak
kekuatan dan kelemahan mereka. Mengetahui kekuatan sendiri penting untuk dijadikan modal
meningkatkan kinerja di masa depan dan pengenalan kelemahan penting untuk dapat
menentukan perbaikan apa yang perlu dan harus dilakukan.
1. Struktur organisasi sendiri didasarkan pada konsep tim yang berarti bahwa hierarki
manajemen tidak terlalu “berlapis-lapis”dan uraian pekerjaan hanya ringkas.
2. Budaya organisasi didominasi oleh pandangan egalitarian ( kecenderungan diperlakukan
yang sama) dan para pejabat pimpinan pun tidak menonjolkan simbol-simbol statusnya.
Misalnya: tidak berlaku berbagai kebiasaan pada organisasi tradisional, seperti: ruang
makan khusus bagi kelompok eksekutif, parkir buat mobil-mobil tertentu, perabot yang
tipe dan harganya berbeda-beda tergantung pada kedudukan dan jabatan seseorang
dalam organisasi. Bahkan dalam berbagai organisasi para manajer sekalipun tidak
mempunyai kamar kerja sendiri dan seandainya ada pun, ruang kerja tersebut berfungsi
pula sebagai ruang pertemuan. Dengan iklim egalitarian tersebut, keharusan berbusana
yang berbeda tidak berlaku dan apabila ada kebijaksanaan untuk memakai seragam,
semua orang dalam organisasi menggunakan seragam yang telah ditentukan.
3. Tim kerja melaksanakan tugasnya pada satu lokasi dengan batas-batas fisik yang jelas.
4. Meskipun jumlah anggota tim mungkin saja berbeda-beda tergantung antara lain sifat
tugas, batas waktu, kelengkapan sarana dan prasarana. Tetapi tetap diupayakan agar
keanggotaan dalam tim sekecil mungkin.
5. Para anggota tim memiliki visi yang sama tentang apa yang ingin dicapai, bagaimana
mencapainya, pembagian tugas apa yang diperlukan dan mekanisme penilaian kinerja
apa yang akan diterapkan.
6. Terdapat rasa kemitraan yang tinggi antara para karyawan dan manajemen.
7. Perbedaan latar belakang, pengalaman, variasi kultur yang dianut, pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki dimanfaatkan sebagai salah satu sumber kekuatan tim.
8. Setiap dan semua anggota tim mempunyai akses yang sma pada informasi yang dimiliki
tim
9. Setiap anggota tim adalah ahli di bidangnya, yang berarti menguasai seluk beluk bidang
pekerjaannya.