Sifat kurang jujur dan suka berbohong masih menjadi budaya di masyarakat, oleh karenanya dalam melakukan suatu usaha sesekrang diharapkan berhati-hati ketika melakukan usahanya. Kejujuran akan berakhir dengan kebaikan begitu pula sebaliknya. Berkurangnya kepercayaan di kalangan pembisnis disebabkan karena merosotnya sikap solidaritas, tanggung jawab, dan kejujuran sehingga meruntuhkan teori soliditas, likuiditas, dan bonafiditas. Penipuan dan pelanggaran seperti: permainan cek kosong, giro bilyet yangditolak, kekurangan dana, utang, barang tidak sesuai contoh dan rusak hingga janji tidak ditepati kerab terjadi antar sesama pelaku bisnis maupun sesama konsumen,pelaku bisnis dengan konsumen, konsumen dengan pelaku bisnis. Prinsip melakukan bisnis dengan menerapkan moral dan tingkat kejujuranyang tinggi. Apabila dalam melakukan bisnis dilandasi dengan kejujuran maka bisnis berjalan dengan lancar dan terhindar dari penipuan serta menumbuhkan hubungan baik antar sesama pelaku bisnis, tetapi jika bisnis dilakukan dengan kecurangan akanmerugikan berbagai pihak dan bisnisnya pun tidak akan bertahan lama dan berjalan. 2. Pengertian Etika Menurut pengertiannya, etika terbagi menjadi dua yaitu : Etika sebagai praktis nilai-nilai dan norma-norma moral (Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral). Etika sebagai refleksi pemikiran moral. Berpikir tentang apa yang dilakukan khususnya tentang apa yang harus dilakukan dan yang seharusnya tidak dilakukan. 3. Faktor yang Mempengaruhi Etika Tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap perilaku etika yaitu (Bovee et al, 2004): a. Cultural Difference (perbedaan kebiasaan) Kebiasaan yang terdapat pada daerah tertentu. Setiap daerah memiliki budaya atau kebiasaan yang berbeda. b. Knowledge Pengetahuan menjadi dasar orang untuk beretika. Biasanya orang dengan pengetahuan yang baik dan ketika hendak mengambil keputusan berusaha tidak terlibat dalam masalah-masalah yang menyangkut masalah etika. c. Organizational behavior Pondasi kokoh dari etika bisnis adalah iklim yang berlaku di sebuah organisasi. Ada organisasi yang selalu menjaga etika dan memberi pelatihan pada karyawannya agar sellau menjaga etika. Jika seorang manajer mempunyai rasa etik yang lebih luhur akan tetapi karyawannya tidak memahami tujuan perilaku etik, maka ini tidak ada artinya dan karyawan akan bekerja semaunya. Oleh sebab itu, harus dibangun komunikasi yang baik dan terus menerus dengan karyawan agar mereka memahami lebih baik mengenai pentingnya etika perusahaan. 4. Keuntungan Menjaga Etika Menurut Zimmerer, terdapat tiga tingkatan standar etika: a. The law (peraturan dan undang-undang) Di dalam peraturan dan undang-undang akan mengatur masyarakat apakah yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, memiliki sanksi yang jelas, dan ada hukumannya juga. b. The policies and procedures of an organization aturan yang berlaku di dalam sebuah lembaga, menyangkut aturan kerja, kompensasi, cara berpakaian dsb. c. The moral stance of the individual merupakan sikap/perilaku individu bila berhadapan dengan sesuatu dalam pergaulan yang tidak ada aturan formalnya. Apabila dilihat perilaku fundamental yang berhubungan dengan etika di masyarakat, dan berlaku sepanjang masa di semua etnis adalah (Zimmerer, 1996: 28) : sopan santun, integrity, menjaga janji, fidelity, fairness, caring for others, respect for others, responsible citizenship, pursuit of excellence, accountability. Untuk menjaga terlaksanya etika ini, maka didalam perusahaan dapat dilakukan menyusun “credo” perusahaan. 5. Konsumerisme Konsumerisme adalah gerakan protes dari para konsumen atau masyarakat, karena perlakuan para pengusaha/wirausaha yang kurang baik dalam melayani konsumen. Misalnya para pengusaha menjual makanan dan minuman yang sudah kadaluarsa atau mungkin ppara penjual memberi garansi tapi tidak ditepati. Perbuatan para pengusaha tersebut dapat menuai protes dari masyarakat konsumen, melalui lembaga konsumen atau melalui pemerintah. Melalui konsumerisme ini, masyarakat mengharapkan para pengusaha untuk berperilaku baik, etis dalam berbisnis, tidak berusaha menipu, tidak menjual barang dengan iklan berlebihan, dsb. Konsumerisme menyangkut dua hal: a. Proses terhadap ketidakpuasan, ketidakadilan yang diterima konsumen b. Mengusahakan untuk memperbaiki keadaan menjadi lebih baik 6. Budaya Perusahaan Budaya perusahaan adalah karakteristik suatu organisasi perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma-norma bersama yang dianut oleh seluruh jajaran perusahaan. Budaya perusahaan ini dapat membuat karyawan bergairah, termotivasi, disiplin, duka memiliki moral tinggi atau justru sebaliknya tidak bergairah, tidak disiplin, santai, malas, selalu mengharap imbalan, dsb. Perbedaan latar belakang budaya dari setiap orang dari berbagai etnis, akan membuat perbedaan pula dalam cara mereka bertindak. Adakalanya budaya perusahaan merupakan suatu kekuatan yang tidak tampak, tapi sangat berpengaruh terhadap pikiran, perasaan dan tindakan seseorang dalam bekerja. Oleh sebab itu pengembangan budaya perusahaan harus dilakukan, karena sangat bermanfaat untuk : meningkatkan sense of identity, sense of belonging, komitmen bersama, stabilitas internal perusahaan, pengendalian sifat-sifat yang kurang baik, dan akhirnya akan menjadi ciri suatu perusahaan dan akhirnya akan membuat citra tersendiri bagi kemajuan perusahaan.