Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA NY “SUKATMI” DENGAN GASTRITIS

Oleh
Arum Dwi Puspita
NIM. 201701023

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi


tugas praktik keperawatan oleh mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Arum Dwi Puspita


NIM : 201701023
Judul : LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN
GERONTIK DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NY “SUKATMI” DENGAN GASTRITIS

Mengetahui,

Mahasiswa Pembimbing

(Arum Dwi Puspita) (Farida Hayati, S.Kep., M.Kep)


NIM. 201701023 NIDN. 0709037101
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA NY “SUKATMI” DENGAN GASTRITIS
A. Definisi
Gastritis atau yang biasanya dikenal dengan Maag adalah kondisi
ketika lapisan gaster/lambung mengalami iritasi, pengikisan atau
peradangan. Pada gaster/lambung terdapat lapisan yang dilindungi oleh
lendir, saat lender itu hilang iritasi bisa terjadi pada lambung (dr. I Made,
dkk. 2018).
B. Anatomi dan fisiologi jantung

 Mukosa (Tempat sel-sel mensekresi jenis-jenis cairan seperti enzim


 Sub mukosa (Tempat arteri dan vena ditemukan)
 Lapisan otot (terdiri dari 3 yaitu otot melingkar, memanjang dan
diagonal)
 Fundus (Sisi bagian paling atas puncak dari lambung)
 Cardia (Sisi kanan yang tepat bersebelahan dengan pintu sphincter
LES lambug)
 Korpus / body (Bagian tengah badan lambung, bagian paling besar
dari lambung, tempat penyimpanan sementara makanan)
 Pylorus (Sisi bawah kanan lambung yang bersebelahan dengan
pintu sphincter pyloric bentuknya berangsur-angsur mengecil yang
berlanjut menuju usus kecil duodenum)
(Kuntoadi, 2019)
C. Klasifikasi dan Etiologi
Klasifikasi gastritis ada 2, yaitu :
a) Gastrtitis akut
Peradangan mukosa lambung yang akut yang diakibatkan
oleh kesalahan diit misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat
atau makanan yang terifeksi. Penyebab lainya adalah karena
alcohol, aspirin dan lain sebagainya.
b) Gastritis Kronis
Peradangan mukosa lambung yang menahun dan
disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri
helicobacter pylori. Bakteri berkoloni pada tempat dengan asam
lambung yang pekat.
(Diktat Gastroenterohepatologi, 2020)
D. Manifestasi Klinis
1. Gastritis Akut
Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,
mual, anoreksia, Disertai muntah dan cegukan. Dapat terjadi ulserasi
diagnostic dan dapat menimbulkan hemoragik.
2. Gastritis Kronis
Pada gastritis kronis terjadi anoreksia , nyeri ulu hati setelah makan,
kembung, rasa asam di mulut, atau mual muntah.
(Lewis, Heitkemper, Bucher, 2016)
E. Patofisiologi
Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan
perlindungan ini ketika mukosa barier rusak maka timbul peradangan pada
mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan
mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf
cholinergic. Kemudian HCl dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan
menyebabkan lika pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan
terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.Alkohol, aspirin
refluks isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk
kengesti vaskuler, edema, peradangan sel supervisial.Manifestasi patologi
awal dari gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada membran mukosa
dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan perkembangan penyakit dinding
dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik progresif karena
perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama pariental
memburuk.
Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor
intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan
penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis secara merata yang
mengakibatkan anemia yang berat.Degenerasi mungkin ditemukn pada sel
utama dan pariental sekresi asam lambung menurun secara berangsur, baik
jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko
terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat setalah
10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode
gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan olah gastritis kronis
(dermawan & Rahayuningsih, 2010).
F. WOC
Helycobacter Pylori Zat-zat korosif Stress

Infeksi mukosa lambung Gangguan difus Stimulus nervus


barrier mukosa vagus

Reflek enteric
Peningkatan asam lambung dinding lambung

Iritasi mukosa lambung Hormon gastrin

Peradangan Mukosa lambung Stimulus sel


(Gastritis) parietal

Hiperemis Ansietas Nyeri Hipotalamus


epigastrium
Atrofi gaster Kurang informasi
mukosa menipis Aktivitas
lambung
Defisit Nyeri Akut meningkat
Kehilangan fungsi Pengetahuan
kelenjar fundus
Kontraksi otot
lambung
Penurunan
absorbs vit B12
Masukan nutrient Anoreksia, mual,
inadekuat muntah
Anemia
Permisiosa
Defisit Nutrisi Masukan cairan
inadekuat/kehila
Penurunan vol ngan cairan
Darah merah

Hipovolemia
Penurunan
suplay O2 ke
jaringan

Intoleransi
Kelemahan Fisik Aktivitas
A. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya Anemia.
b. Pemeriksaan serum vit B12, bertujuan untuk mengetahui adanya
defisiensi Vitamin B12.
c. Analisis feses, untuk mengetahui adanya darah dalam feses
d. Analisis gaster untuk mengetahui kandungan HCl lambung.
e. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan jika ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
(Suratun, 2010)
B. Penatalaksanaan
 Menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makan
jangan terlalu cepat sampai gejala berkurang.
 Berikan antikoagulasi bila terdapat pendarahan pada lambung
 Berikan Antasida pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit
diberikan intravena. Jika tidak parah berikan antasida dan
dilanjutkan istirahat
 Histonin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
 Sulcralfate diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan
cara menyelaputinya, untuk mencegah disfusi kembali asam dan
pepsin yang menyebabkan iritasi.
(Ikatan Apoteker Indonesia, 2010)
C. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang ditimbulkan adalah perdarahan saluran
pencernaan bagian atas berupa haematomesis dan melena, dapat
berakhir dengan syok hemoragik.
b. Gastritis Kronis
Perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas, ulkus, ferporasi
dan anemia karena gangguan absorbs vitamin b12.
(Hardi & Huda Amin, 2015)
D. Konsep Lansia
1. Definisi lansia
Menurut WHO (World Healt Organization) lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari kehidupanya.
2. Teori Proses Menua
Menurut Depkes RI 2016 tentang proses menua, yaitu :
Teori Biologi :
a. Teori genetic dan mutasi
Menurut teori ini menua itu telah terprogram secara genetic
untuk spesies-spesis tertentu. Menua terjadi akibat sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogramkan oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi seingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (rusak).
c. Reaksi dan kekebalan sendiri
Di proses metabolisme tubuh akan diproduksi zat tertentu,
ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori immunology slow virus
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
e. Teori Stress
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
f. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
3. Batasan Lanjut Usia
Menurut World Health Organization (WHO), ada 4 tahapan lanjut
usia:
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun.
4. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun,
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptive (Maryam, 2008).
5. Ciri-ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
c. Menua membutuhkan perubahan peran
d. Penyesuaian yang buruk terhadap lansia
E. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, no register.
 Riwayat kesehatan
Adalah riwayat penyakit yang pernah dialami dulu,
misalnya hipertensi, maag, dll.
 Pola makan
Lansia biasanya mengalami penurunan pola makan, terlebih
lagi saat sakit, yang mulanya 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari
karena mulut akan terasa pahit.
 Pola aktivitas
Pola aktivitas lansia tentu saja tidak sebanyak anak-anak dan
orang dewasa. Karena organ tubuh lansia biasanya mengalami
penurunan kemampuan. Dan saat sakit lansia cenderung sering
tiduran dan jarang beraktivitas.
 Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
Pasien biasanya merasa lemah, lesu, terlihat menahan sakit,
terjadi perubahan berat badan.
- TTV (tanda-tanda vital)
Pasien maag biasanya akan mengalami peningkatan suhu,
walau tidak terlalu tinggi.
- Pemeriksaan fisik
 Sistem pernafasan, takhipnea.
 Sistem kardiovaskuler, takikardi, hipotensi, nadi perifer
lemah, kulit pucat.
 Sistem persarafan, sakit kepala, nyeri epigastrium,
disorientasi .
 Sistem perkemihan
Gangguan keseimbangan cairan.
 Sistem pencernaan
Didapatkan makan tidak habis, perubahan nafsu makan,
anoreksia, nausea, nyeri ulu hati.
 Sistem musculoskeletal
Kelelahan, kelemahan..
2. Diagnosa keperawatan
 Nyeri Akut b.d inflamasi mukosa lambung.
 Hipovolemia b.d intake yang tidak adekuat.
 Deficit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan.
 Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan.

3. Rencana keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
inflamasi mukosa Kriteria hasil : Tindakan
lambung  Keluhan nyeri Observasi :
menurun  Identifikasi lokasi,
 Gelisah menurun karakteristik, durasi,
 Tekanan darah frekuensi, kualitas,
membaik intensitas dan skala
 Meringis nyeri
menurun  Identifikasi factor
 Skala nyeri yang memperberat
menurun dan memperingan
nyeri

Terapeurik:
 Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
 Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri

Edukasi :
 Jelaskan penyebab
dan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri

Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian analgetik
2. hipovolemi b.d Status Cairan Manajemen
intake yang tidak Kriteria hasil : hipovolemia
adekuat  Turgor kulit Tindakan
meningkat Observasi :
 Intake cairan  Periksa tanda dan
membaik gejala hipovolemia
 Suhu tubuh turun  Monitor intake dan
 Keluhan haus output
menurun
 Output urine Terapeutik :
meningkat  Hitung kebutuhan
cairan
 Berikan asupan
cairan oral

 Edukasi :
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan

Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian IV NaCl,
RL, dll
4. Deficit Nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen nutrisi
ketidakmampuan Kriteria hasil : Tindakan
mencerna makanan  Porsi makan Observasi :
yang dihabiskan  Identifikasi status
meningkat nutrisi
 Perasaan cepat  Identifikasi
kenyang makanan yang
menurun disukai
 BB membaik  Monitor asupan
 IMT membaik makanan
 Nafsu makan  Monitor berat badan
membaik  Monitor hasil
 Frakuensi makan pemeriksaan
membaik laboratorium

Terapeurik:
 Lakukan oral
hygiene sebelum
makan jika perlu
 Sajikan makanan
yang menarik dan
suhu yang sesuai

Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk jika perlu
 Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan.
5. Intoleran aktivitas Toleransi Manajemen Energi
b.d kelemahan Aktivitas Tindakan
Kriteria Hasil : Observasi :
 Saturasi oksigen  Identifikasi
meningkat gangguan fungsi
 Kemudahan tubuh yang
melakukan mengakibatkan
aktivitas sehari kelelahan
hari meningkat  Monitor kelelahan
 Kecepatan fisik dan emosional
berjalan
meningkat Terapeurik:
 Kekuatan tubuh  Lakukan latihan
meningkat gerak pasif dan aktif
 Keluhan lelah  Berikan aktivitas
menurun distraksi yang
 Perasaan lemah menenangkan
menurun  Fasilitas duduk
disisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan

Edukasi
 Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala tidak
berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan gizi
DAFTAR PUSTAKA

Dwipayana, I Made Pande., Wirawan. I Made Suma. 2018. Tanya Jawab Seputar
Kencing Manis (Diabetes Melitus) dan Sakit Maag (Gastritis). Ponorogo :
Uwais Inspirasi Indonesia.
(Kuntoadi, Gama Bagus. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
APIKES semester 1. Bandung : Panca Terra Firma.
Diktat Gastroenterohepatologi. 2020. Edisi 1.
Lewis, Heitkemper, Bucher. 2016. Medical Surgical Nursing Edisi 10. Colombia :
Mosby.
Hardi, K & Huda Amin, N. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC edisi 2. Jakarta : Mediaction.
Suratun Lusianah. 2010. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
gastrointestinal. Jakarta : Trans Info Media.
Dermawan & Rahayuningsih. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publising.
Tim Pokja. SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
definisi dan indikator diagnosis Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI.
Tim Pokja. SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
definisi dan tindakan keperawatan Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta; DPP PPNI.
Tim Pokja. SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
definisi dan kriteria hasil keperawatan Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta; DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai