Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK PADA LANSIA Ny. S DENGAN KASUS


OSTEOARTRITIS
(Di Desa Majenan – Kota Kediri)

OLEH :

NINCY ELZYA FATMANINGTYAS


NIM. 201701082

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gerontik ini disusun untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik 2 Tahap 1 Semester VII (Tujuh) yang dilaksanakan pada tanggal 11 Januari –
16 Januari 2021 oleh Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.

Disusun Oleh :

Nincy Elzya Fatmaningtyas


NIM. 201701082

Mahasiswa Pasien/ Keluarga

Nincy Elzya Fatmaningtyas Pasien

NIM. 201701082

Mengetahui,

Pembimbing Akademik,

Laviana Nita Ludyanti, S.Kep.Ns.,M.Kep

NIDN: 07-0305-8402
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK LAB KLINIK

Nama Mahasiswa : Nincy Elzya Fatmaningtyas


NIM : 201701082
Praktik Klinik : Keperawatan Gerontik
Tanggal : 15 Januari 2021
Judul ASKEP : Osteoartritis

No ELEMEN NILAI TOTAL NILAI TT Proceptor


(0-100) 1+2+3 Pendidikan
3
1. Laporan Pendahuluan
2. Asuhan Keperawatan
3. Responsi (..............................)
Nama Terang
KONSEP LANJUT USIA
(GERONTIK)

A. PENGERTIAN
1. Definisi Lansia
Lansia atau lanjut usia merupakan tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi
banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling berhubungan
satu sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun
jiwa pada lansia (Cabrera, 2015).

Lanjut usia atau lansia merupakan proses alamiah yang terjadi secara
berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua akan mengalami beberapa
perubahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan dan fungsi dari tubuh
(Fatmah.2010).

Lansia adalah proses fisiologis tubuh pada setiap manusia yang ditandai dengan
proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normal ( Darmojo,2010).

2. Pengertian Proses Menua


Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada pada setiap makluk
hidup. Menurut Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan bahwa semua makhluk hidup
memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, tumbuh
menjadi dewasa, berkembangbiak, menjadi tua dan akhirnya tutup usia. Sedangkan
usia lanjut adalah masa yang tidak bisa dielakkan bagi orang yang dikarunia umur
panjang.

B. BATASAN USIA
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) (2013) lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle age), usia 45-54 tahun
b. Usia Lanjut (elderly), usia 55-65 tahun
c. Usia Muda (young old), usia 66-74 tahun
d. Usia Tua (Old), usia 75-90 tahun
e. Usia sangat tua (Very Old) usia lebih dari 90 tahun

Menurut Dep. Kes.RI Departemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia
menjadi sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan ini dikatakan sebagai masa
virilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa pensiunan.
c. Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.

C. TIPE LANSIA
Menurut Nugroho ( 2008 ) tipe dari lanjut usia antara lain :
1. Tipe optimis :yaitu, periang dengan penyesuaian yang baik.
2. Tipe kontruktif : yaitu, mempunyai integritas baik dapat menikmati hidup dan
toleransi yang baik.
3. Tipe ketergantungan : yaitu, cenderung pasif dan kurang inisiatif.
4. Tipe defensef : yaitu, bersifat menolak bantuan dan emosi kurang terkontrol.
5. Tipe militan : yaitu, tidak mudah menyerah , serius, senang berjuang.
6. Tipe pemarah : yaitu, sering marah dan tidak sabar, mudah tersinggung.
7. Tipe bermusuhan : yaitu, memandang orang lain salah, sering mengeluh dan
mudah curiga.
8. Tipe putus asa :yaitu, bersifat menyalahkan diri sendiri dan tidak memiliki
ambisi.

D. KLASIFIKASI LANSIA
Menurut (Nurrahmani, 2012) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :

1. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau

seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan

2. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun

3. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih

4. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari nafkah

sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain

5. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau melakukan

kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa

E. PERUBAHAN AKIBAT LANSIA


Menurut Nugroho ( 2008 ) meliputi :
1. Sel
a. Jumlah sel menurun.
b. Ukuran sel lebih besar.
c. Jumlah cairan tubuh dan intra seluler berkurang.
d. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menurun.
e. Otak menjadi atrofi ( berkurang 5-10 % )
2. Sistem Persyarafan
a. Respon menurun / lambat.
b. Syaraf panca indra mengecil
c. Kurang sensitive dengan rangsangan.
d. Deficit memori.
3. System Pendengaran
a. Membrane timpani, atrofi
b. Tinnitus
c. Vertigo
4. System Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul sclerosis.
b. Karena lebih berbentuk feris ( bola )
c. Lensa lebih buram.
5. System kardiovaskuler.
a. Katup jantung menebal dan kaku.
b. Elastisitas dinding aorta menurun.
c. Curah jantung menurun.
d. Tekanan darah meningkat.

F. KEBUTUHAN LANSIA
Kebutuhan dasar dibagi menjadi dua, kebutuhan utama dan kebutuhan uatama antara lain
yaitu :
1. Kebutuhan utama lansia, yaitu :

a) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual, pakaian,

perumahan/tempat berteduh

b) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai

c) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang lain,

hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan organisasi sosial


d) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari orang lain,

ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas

2. Kebutuhan sekunder, yaitu :

a) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami makna akan

keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/

diluar kehidupan termasuk kematian.

b) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan

c) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,

partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan Negara atau

pemerintah

d) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas

e) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi

G. MASALAH PADA LANSIA


Menurut Nugroho tahun (2008) meliputi :
1. Depresi
2. Gangguan Pendengaran.
3. Bronkitis Kronis.
4. Gangguan pada Tungkai.
5. Gangguan pada koksa
6. Aretmia.
7. Demensia.
8. Gangguan penglihatan.
9. Ansietas.
10. DM, Mailase, Hipotiroidisme
11. Gangguan Defekasi.
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

“OSTEOARTRITIS”

A. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau Osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerap kali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer
dalam Renny, 2014)

Osteoarthritis merupakan suatu kelainan degerasi sendi yang terjadi


pada cartilage (tulang rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat
terjadi penekanan pada sendi yang terkena. Faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis
kelamin perempuan, dan obesitas (Zhang et al, 2016).

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang


menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit
ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia
di atas 60 tahun. (Renny, 2014).

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
faktor resiko timbulnya osteoarthritis antara lain adalah :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoarthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.Perubahan
fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.

b. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi,dan laki-laki lebih
sering terkena osteoarthritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada
laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak
pada wanita dari pada laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
pathogenesis osteoarthritis.

c. Genetik
Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis misal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi interfalang distal terdapat 2
kali lebih sering osteoarthritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis nampaknya terdapat
perbedaan diantaranya masing-masing suku bangsa, misalnya osteoarthritis lebih
jarang pada orangorang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis
lebih sering dijumpai pada orang-orang amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan
Berat badan berlebih nyatanya berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada pria, kegemukkan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula

f. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma yang
menmbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

g. Akibat Radang Sendi Lain


Infeksi menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks
rawan sendi oleh membrane sinovial dan selsel radang.

h. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.

i. Penyakit Endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang


berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

j. Deposit pada rawan sendi


Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi

C. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe Primer (idiopatik)
Tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
osteoartritis
2. Tipe Sekunder
Akibat seperti trauma, infeksi, dan pernah fraktur. Osteoartritis yang
didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
herediter, jejas makro dan mikro serta imobilisasi yang terlalu
lama (Soeroso S et al., 2016).
D. Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis. Disebabkan oleh adanya inflamasi
sinovial, peregangan kapsula dan ligamen, iritasi/tekanan pada ujung-ujung saraf
dan spasme otot. Nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan suatu kegiatan
fisik, bergerak atau menanggung beban dan akan hilang apabila penderita
beristirahat.

2. Kekakuan sendi terutama di pagi hari dan sesudah melakukan latihan


3. Keterbatasan gerak akibat rasa nyeri dan kekakuan sendi
4. Pembengkakan sendi
5. Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Bisa juga terjadi
karena adanya tekanan pada tulang dan gangguan pertumbuhan tulang.
6. Krepitasi atau bunyi berderik pada sendi selama melakukan gerakan. Bunyi ini
timbul akibat kerusakan kartilago.
7. Nodus Herbeden (pembesaran tulang pada ujung distal sendi interfalangeal).

E. Patofisiologi
Osteoarthritis berkembang dengan pengaruh dari interaksi beberapa factor dan hal
lain. Hal ini merupakan interkasi antara sistemik dan factor local. Penyakit ini hasil
dari beberapa kombinasi factor resiko seperti usia, obesitias, trauma, genetic. Bukti
bahwa obesitas itu sindrom yang komplek yaitu adanya ketidakmampuan aktivitas
jalur endokrin dan pro inflamasi yang mengakibatkan perubahan control makanan,
ekspansi lemal dan perubahan metabolik (Heidar,2011).

Osteoathritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal


ini disebakan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan kartilago sendi
adalah target utama perubahan degenaratif OA, jartilago sendi ini secara umum
berfungsi untuk membuuat gerakan senti bebas gerakan karena terendam dalam cairan
sirovial dan sebagai “shock absorber’ (Maya Yanuarti, 2014).
F. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Penegakkan diagnosa OA, didasarkan pada keluhan klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Keluhan klinis primer yang biasa dikeluhkan adalah adanya
nyeri sendi, kekakuan dan keterbatasan gerak.
a. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Terdapat asimetrisitas, pembesaran sendi yang mengalami peradangan, dilihat
ada tidaknya kemerahan di area sendi tersebut. Adanya nodus Herbeden.
- Palpasi
Didapatkan nyeri tekan dan dirasakan panas. Ditemukan juga adanya krepitasi,
dimana terdengar suara gemeretak “kretek-kretek” seperti suara krupuk yang
diremukkan.
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto Rontgen/X-Ray menunjukkan:
- Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi
- Endapan tulang mirip kista dala rongga serta tepi sendi
- Sklerosis rongga subkondrium
- Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi
- Pertumbuhan tulang di daerah yang menyangga beban tubuh
- Fusi atau penyatuan sendi

2) Pemeriksaan Laboratorium
- Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal, kecuali jika ada peradangan
- Asam urat guna mengetahui apakah penyebab osteoartritis pada klien
disebabkan karena jumlah asam urat yang berlebih
- Protein c reaktif : positif pada masa inkubasi
- Pemeriksaan darah: adanya peningkatan LED akibat sinovitis yang luas
(Paramitha, 2011; Kowalak, Welsh&Mayer, 2012).

3) Pada pasien OA yang disertai peradangan dapat ditemukan penurunan


viskositas, pleositosis (peningkatan jumlah sel) yang ringan – sedang.

G. Penatalaksanaan dan Terapi


1) Pencegahan
- Menjaga berat badan
- Pencegahan cedera
- Olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian
- Aktifitas olahraga sesuai kebutuhan
- Jaga keseimbangan antara olahraga, bekerja dan istirahat

2) Terapi Farmokologi
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.

a.) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena relatif
aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.

b.) NSAIDs (NonSteroid Anti Inflammatory Drugs)

Dapat mengatasi rasa nyeri dan peradangan pada sendi. Efek samping yaitu
menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.

c.) Topical Pain


Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang
terasa sakit.

d.) Tramadol
Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen dan
NSAIDs.

e.) Mild Narcotic Painkillers


Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone yang efektif
mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.

f.) Corticosteroids

Efektif mengurangi rasa sakit.

g.) Hyaluronic Acid


Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic
acid dan n-acetyanglusamine. Disebut juga viscosupplementation.

Dari hasil penelitian yang dilakukan 80% pengobatan dengan menggunakan


hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan pengobatan
dengan menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic acid yang
diberikan, makin besar efek positif yang dirasakan karena hyaluronic acid
efektif mengurangi rasa sakit.

h.) Glukosamine dan Chondroitin Sulfate


Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.
3) Terapi Non Farmakologi
- Klien dianjurkan untuk menjaga BB yang ideal untuk mengurangi tekanan atau
beban pada sendi dengan olahraga yang teratur.
- Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis yang gemuk menjadi
program utama pengobatan osteoarthritis. Penurunan berat badan seringkali
dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan. Pemberian Vitamin
C,D,E dan beta karoten, vitamin-vitamin tersebut bermanfaat untuk mengurangi
laju perkembangan osteoarthritis.
- Klien perlu menjaga keseimbangan antara istirahat, bekerja dan berolahraga
- Klien dapat menggunakan alat bantu berupa kruk, korset, tongkat penipang,
walker ataupun traksi untuk menstabilkan sendi dan mengurangi tekanan pada
sendi.
- Fisioterapi

4) Terapi Konservatif
Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat orthotic untuk
menyangga sendi yang mengalami inflamasi. Massage sebaiknya dilakukan oleh
orang yang ahli dibidangnya. Tujuan message tersebut adalah untuk membuat
rileks otot-otot yang spasme dan membantu melancarkan sirkulasi darah.

H. Komplikasi
Komplikasi yang bisa saja terjadi pada osteoartritis yaitu nyeri dan kekakuan sendi
yang berkepanjangan dan dapat menjadi sangat berat sehingga menyebabkan
penderita tidak bisa beraktivitas dengan normal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS
OSTEOARTRITIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada lanjut usia dapat dilakukan di lingkungan rumah, panti
werdha, maupun Rumah Sakit. Berikut adalah konsep Asuhan Keperawatan pada
lansia secara garis besar. Pengkajian keperawatan pada lanjut usia merupakan proses
komplek dan menantang yang harus mempertimbangkan kebutuhan lajut usia melalui
pengkajian-pengkajian untuk menjamin pendekatan lanjut usia yang lebih spesifik.

1. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskuluskeletal adalah usia,
karena beberapa penyakit muskuluskeletal banyak terjadi pada klien berusia 60 tahun
keatas.

2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien osteoartritis adalah klien mengeluh
nyeri pada persendian yang terkena, adanya keterbatan gerak yang menyebabkan
keterbatasan mobilitas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien dengan osteoartritis biasanya mengeluhkan tidak bisa bergerak secara bebas,
nyeri yang dirasakan umumnya pegal seperti, tertusuk-tusuk, nyeri yang dirasakan
biasanya muncul dalam waktu yang lama.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu


Riwayat kesehata yang lalu seperti riwayat penyakit muskuluskeletal sebelumnya,
riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit
muskuluskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan
merokok.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Yang perlu dikaji apakah klien sebelumnya mempunyai anggota keluarga dengan
penyakit yang sama karena faktor genetik/keturunan.

6. Riwayat Pekerjaan
Pada riwayat pekerjaan meliputi jenis pekerjaan, jarak waktu tempuh pekerjaan,
alamat kerja, transportasi, pendapatan/ kecukupan terhadap kebutuhan. Pada lansia
dengan Osteoartritis yang berpendapatan kurang/rendah lebih enggan untuk berobat.
Menurut Pikir, 2015 pencegahan di negara penghasilan tinggi lebih murah
dibandingkan yang pengobatan mahal.

7. Riwayat Lingkungan Hidup


Pada riwayat lingkungan hidup meliputi kondisi tempat tinggal (jumlah kamar,
jumlah tongkat, kondisi, jumlah orang tinggal, dll). Pada lansia kondisi tempat tinggal
diusahakan jauh dengan kebisingan dan suhu ruangan yang hangat serta keluarga
yang tinggal harus sabar merawat, privasi yang mutlak, dan hindarai cahaya secara
langsung.
8. Riwayat Rekreasi
Pada riwayat rekreasi meliputi hobby/miat, keanggotaan organisasi, dan liburan
perjalanan. Pada lansia liburan perjalanan bukan hanya untuk liburan diluar rumah
tetapi menonton tv bersama keluarga juga merupakan bagian dari liburan perjalanan.
9. Sistem Pendukung
Sistem pendukung meliputi tenaga medis, jarak rumah sakit dari rumah, makanan
yang dihantarkan, perawatan sehari-hari yang dilakukan dirumah.

10. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Keadaan umum pada klien lanjut usia dengan Osteoartritis biasanya lemah

b. Kesadaran
Kesadaran pada klien umumnya Composmentis dan apatis.

c. Tanda - tanda Vital


Suhu : Normal / meningkat
Nadi : Normal / meningkat
TD : Meningkat / dalam batas normal
RR : Biasanya normal atau mengalami peningkatan

11. Pemeriksaan B1- B6


a. Pernafasan / Breathing
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau bisa jadi normal

b. Blood
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi, perifer warna dan kehangatan,
biasanya normal bisa jadi tidak.

c. Brain
Kaji gerakan (biasanya ada keterbatasan gerak), spasme otot, kelemahan fungsi.
Pergerakan mata, dilatasi pupil

d. Bladder
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, disuria, distensi kandung
kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.

e. Bowel
Perubahan / penurunan fungsi pencernaan seperti konstipasi, berubahnya
konsistensi feses, auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri
tekan abdomen.

f. Bone
Biasanya pada klien mengeluhkan nyeri sendi yang berat secara tiba - tiba /
mungkin terlokalisasi pada area jaringan dan berlangsung lama, dapat berkurang
pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan
warna.

12. Test Khusus


a. Test fluktasi
Caranya : Ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan disebelah kiri dan
kanan patella. Bila kemudian supralateralis itu dikosongkan menggunakan tangan
lainnya, maka ibu jari dari telunjuk tadi seolah olah terdorong dan terpindah
cairan dalam sendi lutut.

b. Tes Lekuk
Caranya : Dengan memakai punggung tangan, kita mengusapi “lekuk kecil”
disebelah medial patella kearah proximal, sehingga ikosongkan dari cairannya.
Kemudian kita melaksanakan gerakkan mengusap yang sama pada patella bagian
lateral, maka lekuk kecil yang medial itu akan kelihatan terisi cairan

13. Status Kognitif/Afektif/Sosial


Mengkaji fungsi intelektual lansia, mengkaji aspek kognitif dan fungsi mental, tingkat
depresi pada lansia menggunakan kuesioner SPMSQ, MMSE, Inventaris Depresi
Back.

14. Pola Seksual dan Reproduksi


Menggambarkan kepuasan / masalah terhadap seksualitas

15. Pola mekanisme penanggulangan stress dan koping


Menggambarkan kemampuan untuk bagaimana cara menangani stress

16. Pola tata nilai dan kepercayaan


Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai kepercayaan termasuk spiritual

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah, atau
mengubahnya (Carpenito, 2000 dalam Basri, dkk, 2020).
1. Gangguan rasa aman dan nyaman : Nyeri kronis
2. Gangguan rasa aman dan nyaman : Gangguan mobilitas fisik
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit osteoartritis
4. Kurang pengetahuan : Cemas
5. Gangguan citra tubuh
6. Resiko Jatuh
7. Defisit perawatan Diri

C. Rencana Tindakan
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Nyeri Kronis Setelah Manajemen Nyeri
dilakukan intervensi (I.08238)
keperawatan selama Observasi
3x24 jam maka 1.Identifikasi lokasi,
karakteristik,frekuensi,
tingkat nyeri intensitas nyeri
menurun dengan 2.Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : Terapeutik
1.keluhan 1.Berikan terapi
nyeri menurun nonfarmakologis
2.meringis 2.Fasilitas istirahat dan
menurun tidur

3.pola tidur 3.Konrol lingkungan


membaik
Edukasi
4.frekuensi
1.Jelaskan penyebab
nadi membaik
nyeri
5.perilaku
2.Jelaskan stategi
membaik
meredakan nyeri
6. perasaan
3.Anjurkan memonitor
takut mengalami
nyeri secara mandiri
cedera berulang
menurun Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
analgesik
Perawatan
Kenyamanan (i.08245)
Observasi
1.identifikasi gejala
yang tuidak
menyenangkan (mis.
Nyeri, gatal, mual)
2.identifikasi
pemahaman tentang
kondisi, situasi dan
perasaannya.

Terapeutik
1.berikan posisi yang
nyaman
2.berikan kompres
(dingin/hangat)
3.Berikan terapi
akupresur

Edukasi
1.jelaskan mengenai
kondisinya
2.ajarkan terapi
relaksasi
3.Ajarkan teknik
distraksi

Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
analgesik
Gangguan Setelah Dukungan Ambulasi
Mobilisasi
Fisik dilakukan intervensi (I.06171)
keperawatan selama Observasi
3x24 jam maka status - Identifikasi adanya
nyeri
mobilitas fisik
- Monitor frekuensi
meningkat dengan jantung dan
tekanan darah
kriteria hasil :
sebelum memulai
1. Kekuatan otot ambulasi
meningkat - Monitor kondisi
2. Pergerakan umum selama
ekstremitas melakukan
meningkat ambulasi
3. ROM
meningkat
Terapeutik
4. Nyeri
menurun - Fasilitasi aktivitas
5. Kaku sendi ambulasi dengan
menurun alat bantu (mis.
6. Kelemahan Tongkat, kruk)
fisik menurun - Libatkan keluarga
untuk membantu
klien dalam
meningkatkan
ambulasi

Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi)

Dukungan mobilisasi
(I.05173)
Observasi
- Identifikasi adanya
nyeri
- Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi

Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
Pagar tempat
tidur)
- Libatkan keluarga
untuk membantu
klien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan
melakukan mobilisi
dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Pindah dari
tempat tidur ke
kursi)

Resiko Jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh (I.14540)


intervensi Observasi
- Identifikasi faktor
keperawatan selama risiko jatuh (mis.
3x24 jam maka Usia >65
tingkat jatuh tahun,gangguan
menurun dengan keseimbangan)
kriteria hasil : - Identifikasi faktor
lingkungan yang
1. Jatuh saat meningkatkan risiko
berdiri jatuh (mis. Lantai
menurun licin)
2. Jatuh saat di - Monitor kemampuan
kamar mandi berpindah dari
tempat tidur ke kursi
menurun - Hitung resiko jatuh
3. Jatuh saat dengan
berjalan menggunakan skala
menurun (mis. Fall morse
scale)

Terapeutik
- Gunakan alat bantu
berjalan (mis.
Walker, kursi roda)
- Orientasikan ruangan
- Pasang pengaman,
jika perlu
- Atur posisi secara
ergonomis
-
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan alas
kaki
- Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan
- Anjurkan
melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan

Ansietas Setelah Reduksi Ansietas


dilakukan intervensi (I.09314)
keperawatan selama Observasi
2x24 jam maka tingkat - Monitor tanda-
tanda ansietas
ansietas menurun
- Identifikasi saat
dengan kriteria hasil : tingkat ansietas
berubah
1. Verbalisasi
- Identifikasi
khawatir
kemampuan
akibat kondisi
mengambil
yang dihadapi
keputusan
menurun
2. Verbalisasi
kebingungan Terapeutik
menurun
- Pahami situasi
3. Konsentrasi
yang membuat
membaik
ansietas
4. Pola tidur
- Ciptakan suasana
membaik
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
- Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
Edukasi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih teknik
relaksasi

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas

Terapi Relaksasi (I.09326)


Observasi
- Identifikasi teknik
relaksasi yang efektif
digunakan
- Monitor respon
terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik
- Ciptakan lingkungan
tenang tanpa
gangguan
- Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi

Edukasi
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Jelaskan manfaat
tujuan, jenis
relaksasi

Promosi Citra Tubuh (I.


09305)
Gangguan citra Observasi
tubuh Setelah dilakukan - Identifikasi
intervensi harapan citra tubuh
- Monitor frekuensi
keperawatan selama pernyataan kritik
3x24 jam maka citra terhadap diri
sendiri
tubuh meningkat - Monitor apakah
pasien bisa melihat
dengan kriteria hasil : bagian tubuh yang
1. Melihat bagian berubah
tubuh Terapeutik
meningkat
2. Respon non - Diskusikan
verbal perubahan tubuh dan
perubuhan fungsi
tubuh membaik - Diskusikan cara
3. Verbalisasi mengembangkan
perasaan negatif harapan citra tubuh
perubahan secara realistis
tubuh menurun - Diskusikan dengan
keluarga
- Kondisi stres yang
mempengaruhi
penyakit
Edukasi
- Jelaskan pada
keluarga
- Anjurkan mengikuti
kelompok
pendukung
- Latihfungsi tubuh
yang dimiliki
- Latih pengungkapan
kemampuan diri

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas
(SIKI.PPNI, 2018)

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik, yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter dan Perry, 2011).
Secara Operasional hal – hal yang perlu diperhatikan perawat dalam melakukan
implementasi keperawatan adalah :
1. Tahap Persiapan
Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional dalam diri
sendiri. Memahami rencana tindakan keperawatan secara baik, menguasai
keterampilan teknik keperwatan. Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang
akan dilakukan, Mengetahui sumber daya yang dilakukan, memahami kode etik

F. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang mana
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi yang
sudah berhasil dicapai (Merisa,2013)
DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Edisi 1.Yogyakarta: Graha Ilmu

Depkes RI.(2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia . Jakarta

Heidari.2011.Kree Osteoartritis Prevalence, risk factor. Caspian J Intern iMed. 2 (2).205-212

Suddarth, Brunner. (2017). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1. Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tidakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Yuliana, Elin.2011. Buku Ajar Gerontik.1SFI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai