OLEH :
Disusun Oleh :
NIM. 201701082
Mengetahui,
Pembimbing Akademik,
NIDN: 07-0305-8402
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK LAB KLINIK
A. PENGERTIAN
1. Definisi Lansia
Lansia atau lanjut usia merupakan tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi
banyak penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling berhubungan
satu sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun
jiwa pada lansia (Cabrera, 2015).
Lanjut usia atau lansia merupakan proses alamiah yang terjadi secara
berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua akan mengalami beberapa
perubahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan dan fungsi dari tubuh
(Fatmah.2010).
Lansia adalah proses fisiologis tubuh pada setiap manusia yang ditandai dengan
proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normal ( Darmojo,2010).
B. BATASAN USIA
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) (2013) lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle age), usia 45-54 tahun
b. Usia Lanjut (elderly), usia 55-65 tahun
c. Usia Muda (young old), usia 66-74 tahun
d. Usia Tua (Old), usia 75-90 tahun
e. Usia sangat tua (Very Old) usia lebih dari 90 tahun
Menurut Dep. Kes.RI Departemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia
menjadi sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan ini dikatakan sebagai masa
virilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa pensiunan.
c. Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.
C. TIPE LANSIA
Menurut Nugroho ( 2008 ) tipe dari lanjut usia antara lain :
1. Tipe optimis :yaitu, periang dengan penyesuaian yang baik.
2. Tipe kontruktif : yaitu, mempunyai integritas baik dapat menikmati hidup dan
toleransi yang baik.
3. Tipe ketergantungan : yaitu, cenderung pasif dan kurang inisiatif.
4. Tipe defensef : yaitu, bersifat menolak bantuan dan emosi kurang terkontrol.
5. Tipe militan : yaitu, tidak mudah menyerah , serius, senang berjuang.
6. Tipe pemarah : yaitu, sering marah dan tidak sabar, mudah tersinggung.
7. Tipe bermusuhan : yaitu, memandang orang lain salah, sering mengeluh dan
mudah curiga.
8. Tipe putus asa :yaitu, bersifat menyalahkan diri sendiri dan tidak memiliki
ambisi.
D. KLASIFIKASI LANSIA
Menurut (Nurrahmani, 2012) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
1. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan
2. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
4. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari nafkah
5. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau melakukan
F. KEBUTUHAN LANSIA
Kebutuhan dasar dibagi menjadi dua, kebutuhan utama dan kebutuhan uatama antara lain
yaitu :
1. Kebutuhan utama lansia, yaitu :
perumahan/tempat berteduh
ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas
keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/
pemerintah
“OSTEOARTRITIS”
A. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau Osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerap kali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer
dalam Renny, 2014)
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi,dan laki-laki lebih
sering terkena osteoarthritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada
laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak
pada wanita dari pada laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
pathogenesis osteoarthritis.
c. Genetik
Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis misal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi interfalang distal terdapat 2
kali lebih sering osteoarthritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis nampaknya terdapat
perbedaan diantaranya masing-masing suku bangsa, misalnya osteoarthritis lebih
jarang pada orangorang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis
lebih sering dijumpai pada orang-orang amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan berlebih nyatanya berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada pria, kegemukkan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula
f. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma yang
menmbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
h. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
i. Penyakit Endokrin
C. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe Primer (idiopatik)
Tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
osteoartritis
2. Tipe Sekunder
Akibat seperti trauma, infeksi, dan pernah fraktur. Osteoartritis yang
didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
herediter, jejas makro dan mikro serta imobilisasi yang terlalu
lama (Soeroso S et al., 2016).
D. Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis. Disebabkan oleh adanya inflamasi
sinovial, peregangan kapsula dan ligamen, iritasi/tekanan pada ujung-ujung saraf
dan spasme otot. Nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan suatu kegiatan
fisik, bergerak atau menanggung beban dan akan hilang apabila penderita
beristirahat.
E. Patofisiologi
Osteoarthritis berkembang dengan pengaruh dari interaksi beberapa factor dan hal
lain. Hal ini merupakan interkasi antara sistemik dan factor local. Penyakit ini hasil
dari beberapa kombinasi factor resiko seperti usia, obesitias, trauma, genetic. Bukti
bahwa obesitas itu sindrom yang komplek yaitu adanya ketidakmampuan aktivitas
jalur endokrin dan pro inflamasi yang mengakibatkan perubahan control makanan,
ekspansi lemal dan perubahan metabolik (Heidar,2011).
Penegakkan diagnosa OA, didasarkan pada keluhan klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Keluhan klinis primer yang biasa dikeluhkan adalah adanya
nyeri sendi, kekakuan dan keterbatasan gerak.
a. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Terdapat asimetrisitas, pembesaran sendi yang mengalami peradangan, dilihat
ada tidaknya kemerahan di area sendi tersebut. Adanya nodus Herbeden.
- Palpasi
Didapatkan nyeri tekan dan dirasakan panas. Ditemukan juga adanya krepitasi,
dimana terdengar suara gemeretak “kretek-kretek” seperti suara krupuk yang
diremukkan.
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto Rontgen/X-Ray menunjukkan:
- Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi
- Endapan tulang mirip kista dala rongga serta tepi sendi
- Sklerosis rongga subkondrium
- Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi
- Pertumbuhan tulang di daerah yang menyangga beban tubuh
- Fusi atau penyatuan sendi
2) Pemeriksaan Laboratorium
- Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal, kecuali jika ada peradangan
- Asam urat guna mengetahui apakah penyebab osteoartritis pada klien
disebabkan karena jumlah asam urat yang berlebih
- Protein c reaktif : positif pada masa inkubasi
- Pemeriksaan darah: adanya peningkatan LED akibat sinovitis yang luas
(Paramitha, 2011; Kowalak, Welsh&Mayer, 2012).
2) Terapi Farmokologi
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
a.) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena relatif
aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
Dapat mengatasi rasa nyeri dan peradangan pada sendi. Efek samping yaitu
menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.
d.) Tramadol
Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen dan
NSAIDs.
f.) Corticosteroids
4) Terapi Konservatif
Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat orthotic untuk
menyangga sendi yang mengalami inflamasi. Massage sebaiknya dilakukan oleh
orang yang ahli dibidangnya. Tujuan message tersebut adalah untuk membuat
rileks otot-otot yang spasme dan membantu melancarkan sirkulasi darah.
H. Komplikasi
Komplikasi yang bisa saja terjadi pada osteoartritis yaitu nyeri dan kekakuan sendi
yang berkepanjangan dan dapat menjadi sangat berat sehingga menyebabkan
penderita tidak bisa beraktivitas dengan normal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS
OSTEOARTRITIS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada lanjut usia dapat dilakukan di lingkungan rumah, panti
werdha, maupun Rumah Sakit. Berikut adalah konsep Asuhan Keperawatan pada
lansia secara garis besar. Pengkajian keperawatan pada lanjut usia merupakan proses
komplek dan menantang yang harus mempertimbangkan kebutuhan lajut usia melalui
pengkajian-pengkajian untuk menjamin pendekatan lanjut usia yang lebih spesifik.
1. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskuluskeletal adalah usia,
karena beberapa penyakit muskuluskeletal banyak terjadi pada klien berusia 60 tahun
keatas.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien osteoartritis adalah klien mengeluh
nyeri pada persendian yang terkena, adanya keterbatan gerak yang menyebabkan
keterbatasan mobilitas.
6. Riwayat Pekerjaan
Pada riwayat pekerjaan meliputi jenis pekerjaan, jarak waktu tempuh pekerjaan,
alamat kerja, transportasi, pendapatan/ kecukupan terhadap kebutuhan. Pada lansia
dengan Osteoartritis yang berpendapatan kurang/rendah lebih enggan untuk berobat.
Menurut Pikir, 2015 pencegahan di negara penghasilan tinggi lebih murah
dibandingkan yang pengobatan mahal.
b. Kesadaran
Kesadaran pada klien umumnya Composmentis dan apatis.
b. Blood
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi, perifer warna dan kehangatan,
biasanya normal bisa jadi tidak.
c. Brain
Kaji gerakan (biasanya ada keterbatasan gerak), spasme otot, kelemahan fungsi.
Pergerakan mata, dilatasi pupil
d. Bladder
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, disuria, distensi kandung
kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
e. Bowel
Perubahan / penurunan fungsi pencernaan seperti konstipasi, berubahnya
konsistensi feses, auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri
tekan abdomen.
f. Bone
Biasanya pada klien mengeluhkan nyeri sendi yang berat secara tiba - tiba /
mungkin terlokalisasi pada area jaringan dan berlangsung lama, dapat berkurang
pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan
warna.
b. Tes Lekuk
Caranya : Dengan memakai punggung tangan, kita mengusapi “lekuk kecil”
disebelah medial patella kearah proximal, sehingga ikosongkan dari cairannya.
Kemudian kita melaksanakan gerakkan mengusap yang sama pada patella bagian
lateral, maka lekuk kecil yang medial itu akan kelihatan terisi cairan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah, atau
mengubahnya (Carpenito, 2000 dalam Basri, dkk, 2020).
1. Gangguan rasa aman dan nyaman : Nyeri kronis
2. Gangguan rasa aman dan nyaman : Gangguan mobilitas fisik
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit osteoartritis
4. Kurang pengetahuan : Cemas
5. Gangguan citra tubuh
6. Resiko Jatuh
7. Defisit perawatan Diri
C. Rencana Tindakan
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Nyeri Kronis Setelah Manajemen Nyeri
dilakukan intervensi (I.08238)
keperawatan selama Observasi
3x24 jam maka 1.Identifikasi lokasi,
karakteristik,frekuensi,
tingkat nyeri intensitas nyeri
menurun dengan 2.Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : Terapeutik
1.keluhan 1.Berikan terapi
nyeri menurun nonfarmakologis
2.meringis 2.Fasilitas istirahat dan
menurun tidur
Terapeutik
1.berikan posisi yang
nyaman
2.berikan kompres
(dingin/hangat)
3.Berikan terapi
akupresur
Edukasi
1.jelaskan mengenai
kondisinya
2.ajarkan terapi
relaksasi
3.Ajarkan teknik
distraksi
Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
analgesik
Gangguan Setelah Dukungan Ambulasi
Mobilisasi
Fisik dilakukan intervensi (I.06171)
keperawatan selama Observasi
3x24 jam maka status - Identifikasi adanya
nyeri
mobilitas fisik
- Monitor frekuensi
meningkat dengan jantung dan
tekanan darah
kriteria hasil :
sebelum memulai
1. Kekuatan otot ambulasi
meningkat - Monitor kondisi
2. Pergerakan umum selama
ekstremitas melakukan
meningkat ambulasi
3. ROM
meningkat
Terapeutik
4. Nyeri
menurun - Fasilitasi aktivitas
5. Kaku sendi ambulasi dengan
menurun alat bantu (mis.
6. Kelemahan Tongkat, kruk)
fisik menurun - Libatkan keluarga
untuk membantu
klien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi)
Dukungan mobilisasi
(I.05173)
Observasi
- Identifikasi adanya
nyeri
- Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
Pagar tempat
tidur)
- Libatkan keluarga
untuk membantu
klien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan
melakukan mobilisi
dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Pindah dari
tempat tidur ke
kursi)
Terapeutik
- Gunakan alat bantu
berjalan (mis.
Walker, kursi roda)
- Orientasikan ruangan
- Pasang pengaman,
jika perlu
- Atur posisi secara
ergonomis
-
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan alas
kaki
- Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan
- Anjurkan
melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan
tenang tanpa
gangguan
- Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
Edukasi
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Jelaskan manfaat
tujuan, jenis
relaksasi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas
(SIKI.PPNI, 2018)
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik, yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter dan Perry, 2011).
Secara Operasional hal – hal yang perlu diperhatikan perawat dalam melakukan
implementasi keperawatan adalah :
1. Tahap Persiapan
Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional dalam diri
sendiri. Memahami rencana tindakan keperawatan secara baik, menguasai
keterampilan teknik keperwatan. Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang
akan dilakukan, Mengetahui sumber daya yang dilakukan, memahami kode etik
F. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang mana
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi yang
sudah berhasil dicapai (Merisa,2013)
DAFTAR PUSTAKA
Azizah & Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Edisi 1.Yogyakarta: Graha Ilmu
Suddarth, Brunner. (2017). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1. Jakarta: EGC.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tidakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI