Anda di halaman 1dari 7

Artikel Ilmiah Produksi Ternak, Agustus 2012

PENGARUH UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP


PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI BALI.
(THE EFFECTS OF AGE AND SEX TO THE DAILY OF BODY WEIGHTS
GAIN OF BALI CATTLE)

St. Chadijah

Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan UNHAS

ABSTRACT

A study was conducted to know the effects of age and sex to the growth of
Bali cattle. Experiment used the factorial experiment with the simple random
design, with two factors namely age and sex with unbalance data. Factorts
consisting of : factor A = age i.e. A1 = 8-12 month (weaner) and A2 = 20-24
month (yearling) and factor B = Sex i.e. S1 = female and S2 = male. The main
material of this research was Bali Cattle amount 17 female and 18 male. The
support materials for example concentrate 1% from body weight and grass 10 %
from body weight. The results showed that Bali Cattle with two years old was
better in increasing growth and average daily gain or the increase of body
weight compared with Bali Cattle with one years old because Bali Cattle with
two years existed in the peak phase so the optimum old of growth rate about two
years. However, sex effects show that male Bali Cattle was more efficient in using
feeding compared with female Bali Cattle. Female Bali cattle was average feed
consumption was high but the increase of body weight was low.

Keywords : Age, Sex, Growth traits, Bali Cattle

ABSTRAK

Suatu penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh umur dan jenis
kelamin terhadap pertumbuhan sapi Bali. Percobaan ini menggunakan pola
faktorial dengan rancangan dasar rancangan acak lengkap (RAL), dengan 2 faktor
yaitu umur dan jenis kelamin dengan ulangan tidak sama yang terdiri dari : Faktor
A = Umur yakni A1 = 8-12 Bulan (Weaner) dan A2 = 20-24 Bulan (yearling) dan
Faktor B = Jenis Kelamin yakni S1 = Betina, dan S2 = Jantan. Bahan utama
penelitian ini adalah sapi Bali sebanyak 15 ekor yang terdiri atas 7 ekor betina dan
8 ekor jantan. Bahan – bahan pendukung antara lain yaitu konsentrat 1% dari
berat badan dan hijauan 10% dari berat badan. Hasil penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa sapi Bali umur 2 tahun lebih baik dalam peningkatan
pertumbuhan maupun pertambahan bobot badan dibandingkan dengan sapi Bali
umur 1 tahun karena sapi Bali umur 2 tahun berada pada fase puncak
pertumbuhan sehingga umur yang optimum berkisar 2 tahun. Namun, jika dilihat
dari jenis kelamin, sapi Bali jantan lebih efisien dalam penggunaan pakan
dibandingkan dengan sapi Bali betina yang memiliki rata-rata konsumsi pakan
tinggi tetapi memiliki pertambahan bobot badan yang rendah.

Kata Kunci : Umur, Jenis Kelamin, Pertumbuhan, Sapi Bali

1
St. Chadijah

PENDAHULUAN tubuh telah tercapai. Selain itu, faktor


genetik dan lingkungan juga sangat
Latar Belakang berperan dalam menyediakan kondisi
Sapi Bali merupakan keturunan yang optimal bagi pertumbuhan seekor
langsung dari banteng liar (Bibos ternak. Oleh karena itu, dalam upaya
banteng) dan memiliki karakteristik memperoleh produksi ternak yang baik,
yang sangat baik seperti fertilitas yang usaha yang dilakukan harus dimulai
sangat baik, tingkat kelahiran yang sedini mungkin terutama pada ternak
cukup tinggi 80-83% dan dapat yang memproduksi daging. Jadi,
beradaptasi dengan lingkungan ekstrim kecepatan pertumbuhan merupakan
(Gunawan dkk, 1988). Namun, akhir- kunci sukses pada peternakan yang
akhir ini sifat keunggulan ini mulai bertujuan memproduksi daging (Cole,
menurun mengingat pertumbuhan yang 1966).
relatif lambat, ukuran bobot badan sapi Atas dasar pemikiran ini, maka
semakin kecil, bobot lahirnya rendah dilakukan penelitian ini untuk melihat
dengan mortilitas yang cukup tinggi pengaruh umur dan jenis kelamin
(Putra, 1999). terhadap bobot badan sapi Bali dan
Sapi Bali biasanya dipelihara melihat kisaran umur yang optimum
secara individual dengan cara-cara pertumbuhan sapi Bali.
tradisional sehingga menyebabkan
perkembangannya agak lambat dan METODE PENELITIAN
cenderung stagnan, namun disisi lain
teknologi pakan untuk ternak (sapi) Waktu dan Tempat
telah tersedia dan perlu diterapkan oleh Penelitian dilaksankan pada
peternak secara kontinyu sehingga bulan April - Mei 2012, bertempat di
ternak yang dihasilkan oleh peternak Laboratorium Ternak Potong, Fakultas
meningkat kualitas dan Peternakan Universitas Hasanuddin,
produktivitasnya. Kualitas produksi Makassar.
daging sapi Bali tergantung pada
pertumbuhannya karena produksi yang Metode Penelitian
tinggi dapat dicapai dengan Metode penelitian yang
pertumbuhan yang cepat. Dimana, digunakan adalah metode percobaan
pertumbuhan merupakan suatu proses yang menggunakan percobaan faktorial
yang terjadi pada setiap mahluk hidup dengan rancangan dasar rancangan acak
dengan pertambahan berat organ atau lengkap (RAL), dengan 2 faktor yaitu
jaringan tubuh seperti otot, tulang dan umur dan jenis kelamin dengan ulangan
lemak, urutan pertumbuhan jaringan tidak sama yang terdiri dari :
tubuh dimulai dari jaringan saraf,
kemudian tulang, otot dan terakhir Faktor A = Umur
lemak (Laurence, 1980 dalam A1 = 8-12 Bulan (Weaner)
Sampurna dkk, 2010). Tillman (1991) A2 = 20-24 Bulan (yearling)
menyatakan bahwa pertumbuhan
mempunyai tahap cepat dan tahap Faktor B = Jenis Kelamin
lambat. Tahap cepat terjadi sebelum S1 = Betina
dewasa kelamin dan tahap lambat S2 = Jantan
terjadi pada fase awal dan saat dewasa
Artikel Ilmiah Produksi Ternak, Agustus 2012

Materi Penelitian dan 2 kelompok betina dengan umur


Bahan utama penelitian ini masing-masing 8-12 bulan (weaner) dan
adalah sapi Bali sebanyak 15 ekor yang 20-24 bulan (yearling).
terdiri atas 7 ekor betina dan 8 ekor Ternak diberikan perlakuan
jantan dan terdiri dari umur 1-2 tahun. konsentrat 1% dari berat badan dengan
Bahan – bahan pendukung antara lain pakan hijauan diberikan secara ad-
yaitu konsentrat dan hijauan. Konsentrat libitum. Konsentrat diberikan pada pagi
dibuat dari bahan pakan lokal dengan hari jam 07-08 pagi dan hijauan pada
komposisi sebagai berikut : siang dan sore hari, hijauan yang
diberikan (rumput gajah) sebelumnya
Tabel 1. Komposisi Pakan Konsentrat dicacah dengan menggunakan mesin
yang diberikan chopper dengan panjang pemotongan ±
2,5 cm. Ternak diberikan Obat - obatan
Komposisi seperti obat cacing Wormzol - B, dan
No. Bahan
% vitamin B – kompleks sebagai suplemen
1 Dedak 93 tambahan. Air minum diberikan secara
2 Bungkil 3 ad libitum.
3 Garam 1
4 Urea 1 Analisis Data
5 Cattle Mix 1 Data yang diperoleh dianalisis
6 Molases 0,5 ragam berdasarkan Rancangan Acak
7 Starbio 0,5 Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 2
dengan ulangan tidak sama. Apabila
Alat –alat yang digunakan perlakuan berpengaruh nyata maka diuji
dalam penelitian ini yaitu timbangan lebih lanjut dengan menggunakan uji
pakan tipe Jadever Versi JW700-150, Beda Nyata Terkecil (BNT) ( Gasperz,
timbangan Weighing indicator Versi 1991). Adapun model matematika yang
LP7150 , skop, ember, kandang, kereta digunakan yaitu :
dorong dan chopper (mesin pencacah Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk
rumput).
i= 1, 2
Parameter yang diukur j = 1, 2,
Pertambahan Berat Badan ( PBB) k = 1, 2, 3 ... r
Pertumbuhan direfleksikan Keterangan :
dengan pertambahan bobot hidup ternak Yijk = Hasil pengamatan dari
kurun waktu tertentu. Penimbangan perlakuan ke – k dan ulangan ke – ij
bobot hidup dilakukan setiap bulan. µ = Nilai tengah umum (rata –rata
Pertambahan bobot hidup (PBH) umum pengamatan)
dihitung dengan rumus: αi = Pengaruh umur taraf ke – i
terhadap parameter yang diukur
PBB = Bobot hidup akhir (kg) – bobot hidup awal (kg) βj =Pengaruh jenis kelamin taraf –
Waktu pengamatan (hari)
j terhadap parameter yang diukur
Prosedur Penelitian (αβ)ij = Pengaruh interaksi dari umur
Pemeliharaan dilakukan dalam dan jenis kelamin ke – j
kandang kelompok dan ternak dibagi €ijk = Pengaruh galat percobaan dari
dalam 4 kelompok, 2 kelompok jantan perlakuan ke –i dan ulangan ke – j

3
St. Chadijah

HASIL DAN PEMBAHASAN pada saat pertumbuhan memiliki laju


pertumbuhan yang sangat baik dan
Pertambahan Bobot Badan Harian mampu merespon pakan yang tersedia
(PBBH) dibandingkan dengan sapi yang berusia
dibawah 1 tahun. Parakkasi (1999)
Pengaruh Umur dan Jenis Kelamin menerangkan bahwa pertumbuhan
terhadap Pertambahan Bobot Badan hewan muda sebagian besar disebabkan
Sapi Bali oleh perumbuhan otot, tulang belulang
dan organ-organ vital. Sedangkan
Hasil penelitian terhadap rata- pengaruh jenis kelamin terhadap
rata pertambahan bobot badan harian pertambahan bobot badan tidak
(PBBH) Sapi Bali dengan umur dan berpengaruh nyata dapat disebabkan
jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat karena beberapa faktor antara lain
pada Tabel 2. faktor genetik dan lingkungan.
Bambang, (2005) menjelaskan bahwa
Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Bobot proses pertumbuhan pada semua jenis
Badan Harian (PBBH) Sapi Bali. hewan terkadang berlansung cepat,
lambat dan bahkan terhenti jauh
Jenis Kelamin
Rata- sebelum hewan tersebut mencapai
(rata-rata ± SD)
Umur rata ± dalam ukuran besar tubuh karena dapat
Betina Jantan SD dipengaruhi oleh faktor genetis ataupun
lingkungan. Dengan adanya faktor
0,15 ± 0,21 ± 0,17a ± tersebut, pencapaian garis pertumbuhan
1 tahun
0,03 0,04 0,03 tidak selalu sesuai dengan usia
0,31 ± 0,34 ± 0,33b ± kronologis hewan yang bersangkutan.
2 tahun
0,13 0,04 0,08
Rata- 0,23 ± 0,27 ± 160
rata 0,07 0,03 140
Berat Badan (kg)

120
Keterangan : Superskrip yang berbeda jantan
100
pada pada kolom yang sama
80
menunjukkan perbedaan yang betina
60
sangat nyata antara perlakuan 40
(P<0.01). 20
0
Berdasarkan analisis ragam 1 2 3
(Lampiran 2) dapat diketahui bahwa
interaksi jenis kelamin tidak Waktu Penimbangan (Bulan)
berpengaruh terhadap pertambahan
bobot badan harian sapi Bali. Sementara Gambar 1. Grafik interaksi jenis
umur berpengaruh sangat nyata kelamin terhadap pertambahan
(P<0.01) terhadap pertambahan bobot bobot badan sapi Bali
badan harian sapi Bali. Pertambahan
berat badan sapi umur 2 tahun sangat Dari Gambar 1. dapat dilihat
nyata lebih tinggi (P<0,01) bahwa pertambahan bobot badan sapi
dibandingkan dengan umur 1 tahun. Bali jantan lebih tinggi dibandingkan
Hal ini disebabkan karena umur ternak sapi Bali betina. Pertambahan bobot
Artikel Ilmiah Produksi Ternak, Agustus 2012

badan jantan lebih besar dari pada pertumbuhan bobot badannya. Salah
betina karena adanya hormon androgen satu faktornya antara lain pertambahan
yang merangsang pertumbuhan. Hal ini bobot badan hewan muda sebagian
sesuai dengan pendapat Kay dan disebabkan oleh pertumbuhan otot-otot,
Housseman (1975) yang menyatakan tulang-tulang dan organ-organ vital,
bahwa hormon androgen pada hewan sedangkan hewan yang lebih tua bobot
jantan dapat merangsang pertumbuhan badannya disebabkan karena perletakan
sehingga hewan jantan lebih besar (deposit) lemak. Hal ini sesuai dengan
dibandingkan dengan hewan betina. pendapat Tilman dkk. (1991) dalam
200
Yudith, (2010) yang menyatakan bahwa
Berat Badan (kg)

kuantitas dan kualitas ransum yang


150
diberikan menyangkut dengan tinggi
100 rendahnya produksi dan kecepatan
50 1 tahun pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh.
0 2 tahun
1 2 3
Tabel 3. Rata-rata konsumsi Rumput
Sapi Bali
Waktu Penimbangan (Bulan) Umur Rata- Rata- Persent
dan rata rata se
Gambar 2. Grafik interaksi umur jenis berat kon- rumput
terhadap pertambahan bobot kela- badan sumsi dari
badan sapi Bali. min awal rumput berat
(%) badan
Dari Gambar 2. dapat dilihat awal
bahwa pertambahan bobot badan sapi 1 tahun 95,5 6,3 6,6
Bali pada usia dua tahun jauh lebih jantan
tinggi dibandingkan dengan 1 tahun 89,5 7,6 8,0
pertambahan bobot badan sapi Bali betina
pada usia 1 tahun, hal ini dapat 2 tahun 155,1 10,7 6,8
disebabkan karena pada usia 2 tahun (24 jantan
bulan) adalah usia puncak pertumbuhan 2 tahun 137,7 11,1 8,1
dan setelah itu pertumbuhannya betina
berangsur menurun, sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya pada Gambar 2.
Selain itu salah satu faktor perbedaan Konsumsi pakan adalah
pertambahan bobot badan dapat kemampuan ternak untuk menghabiskan
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan yang tersedia secara ad-libitum.
pakan dimana pemberian pakan secara Adapun rata-rata konsumsi pakan sapi
ad-libitum akan meningkatkan Bali dapat dilihat pada Tabel 4 dengan
konsumsi pakan dan akan rata-rata konsumsi pakan sapi Bali
mempengaruhi bobot badan. Parakkasi betina yang berumur 2 tahun memiliki
(1999) menjelaskan beberapa hasil rata-rata konsumsi pakan 11,1% dan
penelitian memperlihatkan bahwa mencapai persentase dari berat badan
ternak yang masih muda membutuhkan awal yakni 8,1% serta sapi Bali betina
lebih sedikit makanan dibandingkan yang berumur 1 tahun memiliki rata-
yang lebih tua untuk setiap unit rata konsumsi pakan 7,6% dan

5
St. Chadijah

persentase rumput dari berat badan awal KESIMPULAN DAN SARAN


mencapai 8,0% lebih tinggi
dibandingkan dengan umur dan jenis Kesimpulan
kelamin sapi Bali jantan sehingga dapat Hasil penelitian ini memberikan
diasumsikan bahwa, sapi Bali betina kesimpulan bahwa sapi Bali umur 2
memiliki tingkat konsumsi dan tahun lebih baik dalam peningkatan
palatabilitas pakan sangat baik. pertumbuhan maupun pertambahan
Selain itu kebutuhan sapi Bali bobot badan dibandingkan dengan sapi
betina lebih tinggi dapat pula bali umur 1 tahun karena sapi Bali umur
disebabkan karena selain untuk 2 tahun berada pada fase puncak
memenuhi kebutuhan hidupnya, betina pertumbuhan sehingga umur yang
juga mempersiapkan kebutuhan nutrisi optimum berkisar 2 tahun. Namun, jika
untuk produktivitasnya. Hal ini dilihat dari jenis kelamin, sapi Bali
diperkuat oleh parakkasi, (1999) bahwa jantan lebih efisien dalam penggunaan
tingkat pemberian makanan yang cukup pakan dibandingkan dengan sapi Bali
bagi calon induk muda untuk memenuhi betina yang memiliki rata-rata konsumsi
kebutuhan pertumbuhan dan pakan tinggi tetapi memiliki
kebuntingannya sehingga kebutuhan pertambahan bobot badan yang rendah.
nutrisi dapat terpenuhi dan tidak
bersaing dengan kebutuhan Saran
pertumbuhan induk muda. Perlu dilakukan penelitian
Yudith, (2010) menambahkan lanjutan untuk melihat tingkat
bahwa, salah satu faktor tingkat pertumbuhan sapi Bali jantan dan betina
konsumsi pakan antara lain: 1) Faktor dengan jumlah ternak yang lebih
pakan, meliputi daya cerna dan banyak serta umur yang bervariasi.
palatabilitas dan 2) faktor ternak yang
meliputi bangsa, jenis kelamin, umur DAFTAR PUSTAKA
dan kondisi kesehatan ternak.
Parakkasi, (1999) menjelaskan bahwa Anonima. 2012. Beternak Sapi Bali.
palatabilitas pakan merupakan salah http: // uripsantoso. wordpress.
satu faktor yang mempengaruhi jumlah com/2010/01 /17/beternak-sapi-
konsumsi pakan dan kemampuan ternak bali-3/. Diakses tanggal 14
untuk mengkonsumsi bahan kering Februari 2012.
yang terkandung dalam pakan berkaitan Anonimb. 2012. Kurva Pertumbuhan
dengan kapasitas fisik lambung serta www. damandiri. or.id/file/
kondisi saluran pencernaan, sehingga harapinipbtinjpustaka .pdf.
tinggi rendahnya konsumsi pakan pada Diakses 14 Februari 1212.
ternak ruminansia sangat dipengaruhi Bambang S. Y. 2005. Sapi Potong.
oleh faktor lingkungan, kondisi ternak Penebar Swadaya. Jakarta.
serta faktor pakan. Bamualim, A. dan R. B. Wirdahayati.
2002.Nutrition and management
strategies to improve Bali cattle
productivity in Nusa Tenggara.
Proc. of an ACIAR Workshop
on Strategies to Improve Bali
Cattle in Eastern Indonesia,
Artikel Ilmiah Produksi Ternak, Agustus 2012

Skripsi Jurusan Nutrisi dan __________. 1995. Ilmu Makanan dan


Makanan Ternak Fakultas Ternak Ruminansia. UI Press,
Peternakan Universitas Jakarta.
Brawijaya. Malang. Putra, S. 1999. Peningkatan Performans
Darmaja, S .G .N .D., 1980. Setengah Sapi Bali Melalui Perbaikan
abad peternakan sapi tradisional Mutu Pakan dan Suplementasi
dalam ekosistim pertanian di Seng Asetat. Institut Pertanian
Bali. Thesis UNPAD. Bogor. – Disertasi.
Davies HL. 1982. Principle on Growth Sampurna, I., Putu I., dan Ketut suatha.,
of Animal. In H. L. Davies, 2010. Pertumbuhan alometri
Nutrition on Growth Manual. dimensi panjang dan lingkar
Canberra. AUIDP. tubuh sapi Bali jantan. Jurnal
Cole, H.H. 1966. Introduction to Veteriner Universitas Undayana.
Livestock Production 2nd Vol. 11. No.1 :46-51.
Edition. W.H. Freeman and Siregar, S. B. 1990. Ransum Ternak
Company, San Francisco. Ruminansia. Penerbit Swadaya.
Gaspersz, V. 1991. Metode Rancangan Jakarta.
Percobaan. Armico Bandung. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi
Kay M. and R. Housseman. 1975. The Daging. Cetakan ke-2. Gadjah
Influence of Sex on Meat Mada University Press,
Production. In Meat. Edited by Yogyakarta.
Cook DJ, Lawrrie RA. London. Tillman, D., H. Hartadi, S.
Butterworth. Prawirokusumo, S. Reksoha-
Manurung L. 2008. Analisi ekonomi uji diprodjo dan S.Lebdosukojo.
ransum berbasis pelepah daun 1991. Ilmu Makanan Ternak
sawit, lumpur sawit dan jerami Dasar. Gadjah mada University
padi fermentasi dengan Press, Yokyakarta.
phanerochate Chysosporium Yudith Taringan A., 2010.
Pada Sapi Peranakan Ongole. Pemamfaatan Pelepah sawit dan
Departemen Peternakan fakultas Hasil Ikutan Industri Kelapa
pertanian Universitas Sumatra Sawit Terhadap Pertumbuhan
Utara Medan. – Skripsi. Sapi Peranakan Simental Fase
Parulian S. T. 2009. Efek Pelepah Daun Pertumbuhan. Departemen
Sawit dan Limbah Industrinya Pendidikan Fakultas Sumatra
Sebagai Pakan Terhadap Utara.
Pertumbuhan Sapi Peranakan Wello, B. 2007. Bahan Ajar Manajemen
Ongole Pada Fase Pertumbuhan. Ternak Potong dan Kerja.
Departemen Peternakan Fakultas Peternakan. Universitas
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sumatra Utara Medan. Williamson, G dan W.J.A Payne. 1993.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan dan Pengantar Peternakan di Daerah
Ternak Ruminansia. UI Press, Tropis. Alih Bahasa : Djiwa
Jakarta. Hal 371-374. Darmadja. UGM_Press.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai