Anda di halaman 1dari 2

ASAP CAIR

Asap cair (wood vinegar, liquid smoke) adalah suatu hasil kondensasi atau
pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-
bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya.
Bahan baku yang banyak digunakan antara lain berbagai macam jenis kayu, bongkol kelapa
sawit, tempurung kelapa, sekam, ampas atau serbuk gergaji kayu dan lain sebagainya.

Teknik produksi asap cair termasuk dalam konversi biomassa pada bagian termokimia
dengan metode yaitu pirolisis. Asap cair merupakan hasil samping dari karbonasasi
(pengarangan) atau pembakaran dengan udara terbatas yang disebut pirolisis. Disini
melibatkan reaksi dekomposisi, polimerisasi, dna kondensasi untuk mengubah dari gas hasil
pirolisis menuju ke fase cairan.

Di dalam proses pirolisis bisa menggunakan O2 (sedikit) atau tanpa kehadiran dari O2,
untuk menghasilkan liquid yield yang tinggi bisa menggunakan heating rate yang tinggi lalu
temperature yang tidak terlalu tinggi (intermediate), dan waktu kontak tidak terlalu lama
untuk bisa menghasilkan asap cair dengan yield yang tinggi.

Ada beberapa langkah umum untuk produksi asap cair. Pertama yang pasti ada
pretreatment untuk mempersiapkan substrat atau biomassanya, kemudian substratnya
dimasukkan ke pirolisis furnace untuk menghasilkan asap tersebut, lalu asap hasil dari
pirolisis furnace masuk ke kondensor supaya asap tersebut menjadi asap cair, asap cairnya
masuk ke separator untuk memisahkah bahan organik yang mengandung bahan-bahan yang
tidak sehat karena asap cair ini digunakan untuk bahan pengawet makanan, kemudian masuk
ke filter untuk menghasilkan smoke kondensat yang siap dipasarkan (natural smoke
condensate).

Dalam pirolisis ada 3 kondisi operasi yang harus diperhatikan, yang pertama adalah
laju pemanasannya (heating rate), kemudian final temperaturnya, dan resident timenya pada
waktu reaksi. Ada faktor-faktor lain juga yang perlu diperhatikan dalam pirolisis yaitu,
pertama komposisi biomassanya sehingga rasio hidrogen ke karbom bisa mempengaruhi
proses pirolisis kemudian disini komposisi biomassa itu akan berpengaruh terhadap
temperature pirolisisnya jadi kalau ratio hydrogen atau karbonnya itu beda-beda maka
temperatur pirolisisnya akan bergantung atau tergantung dari ratio hidrogen dan karbon,
Factor yang kedua adalah temperature pirolisis jadi disini pirolisis temperature akan
berdampak pada komposisi dan juga yield dari produk. Jika mneggunakan temperature
rendah maka char yg di dapatkan akan lebih besar begitu juga kebalikannya jika tempetarut
tinggi maka charnya lebih sedikit. Faktor selanjutnya adalah heating rate, disini berdampak
pada komposisi dan juga yield dari produk. Untuk memaksimalkan char produksi maka bisa
mneggunakan heating rate yg rendah, lalu untuk memaksimalkan liquid yield bisa
menggunakan heating rate yang tinggi, dan untuk memaksimalkan gas produksi bisa
menggunakan moderate to slow heating rate. Factor yang ketiga ada ukuran partikelnya,
Ukuran partikel itu bisa mempengaruhi laju panasnya (heating rate). Jadi semakin kecil/halus
biomassanya maka semakin tinggi liquid yieldnya,

Asap cair dapat digunakan banyak hal anatra lain, sebagai pengawet bahan pangan
dan penghilang bau. Dibidang pertanian juga bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas
tanah sekaligus menetralisir asam tanah, penyubur tanaman, dan pengendali hama. Asap cair
juga banyak diburu industry kosmetik sebagai bahan baku kosmetik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai