Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Kurikulum nasional untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia


berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hakikat
belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Hakikat belajar sastra adalah
memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, hakikat
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan
dan tulis.

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi


empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara
keempat aspek tersebut dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada
aspek berbicara. Aspek berbicara ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya
proses berkomunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicara siswa belajar
berkomunikasi.

Menurut Nuraeni (2002), “Kemampuan berbicara tidak dinyatakan secara


eksplisit dalam kurikulum sekolah menengah pertama, tetapi dinyatakan secara
implisit pada tema.” Akibatnya kalau guru kurang benar-benar memberikan
perhatian terhadap keterampilan berbicara itu, mungkin akan terabaikan
pengajarannya. Kemungkinan guru akan lebih menekankan keterampilan
berbahasa tertulis dan mengabaikan keterampilan berbahasa lisan.

Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan


dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berdudukan sebagai komunikator
sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara
lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya
dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan

1 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian
informasi secara lisan.

Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki


kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.
Hal ini bermakna bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara
berbicara yang efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap
informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula.

Untuk dapat menjadi seorang pembicara efektif, tentu dituntut kemampuan


menangkap informasi secara kritis dan efektif. Karena dengan memiliki
keterampilan menangkap informasi secara efektif dan kritis, pembicara akan
memiliki rasa tenggang rasa kepada lawan berbicara (pendengar), sehingga
pendengar dapat pula menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara
efektif.

Berbicara mengenai kemampuan menangkap informasi berarti kita


berbicara pula mengenai aktivitas menyimak. Tentu hal tersebut berkenaan
dengan kegiatan menyimak tepat guna dan menyimak efektif. Oleh karena itu,
para siswa perlu dilatih sejak dini mengenai upaya menyimak tepat guna dan
efektif agar kemampuan berbicaranya menjadi efektif pula.

Menurut Nuraeni (2002), “Banyak orang beranggapan berbicara adalah


suatu pekerjaan yang mudah dan tidak perlu dipelajari.” Untuk situasi yang tidak
resmi barangkali anggapan ini ada benarnya, namun pada situasi resmi pernyataan
tersebut tidak berlaku. Kenyataannya tidak semua siswa yang berani dan mau
berbicara di depan kelas, sebab mereka umumnya kurang terampil sebagai akibat
dari kurangnya latihan berbicara. Untuk itu, guru bahasa Indonesia merasa perlu
melatih siswa untuk berbicara. Latihan pertama kali yang perlu dilakukan guru
ialah menumbuhkan keberanian siswa untuk berbicara.

Berdasarkan pengalaman empris di lapangan diketahui bahwa kemampuan


berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui pada
saat siswa menyampaikan pesan/informasi yang bersumber dari media dengan
bahasa yang runtut, baik, dan benar. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa

2 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
tersebut kurang jelas. Siswa berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan
menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang tidak mau berbicara di depan
kelas. Selain itu, pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa, umumnya siswa
lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang siswa ada yang 
tidak mau menjawab pertanyaan guru karena takut jawabannya itu salah. Apalagi
untuk berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian.

Dari latar belakang di atas perlu dicari alternatif lain sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini mengingat pentingnya
pengajaran berbicara sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan
berbahasa lisan di tingkat sekolah menengah pertama, penulis menggunakan
teknik pengajaran berbicara yaitu teknik cerita berantai. Dipilihnya teknik cerita
berantai ini karena mampu mengajak siswa untuk berbicara. Dengan teknik ini,
siswa termotivasi untuk berbicara di depan kelas. Siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di samping itu,
diharapkan pula agar siswa mempunyai keberanian dalam berkomunikasi.

Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan


untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah
menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi
meningkat.”

Teknik cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima

informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu kepada

teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman

yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu:

siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang

salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada

orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu

benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu,

3 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan

teknik cerita berantai ini.

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal di

sekolah yang di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen

pembelajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga

kategori utama yaitu guru, isi atau materi pembelajaran dan siswa.

Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasara,

seperti metode pembelajaran, media pembelajaran dan penataan lingkungan

tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan

tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru

memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran.

Pada awal proses pembelajaran peran guru bisa lebih aktif. Guru

memberikan pengetahuan yang dibutuhkan siswa dengan mengemukakan

pendapat, bertanya, menjelaskan, memberikan contoh yang akan dipelajari siswa.

Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan

berpartisipasi secara nyata menerapkan apa yang telah dipelajarinya dari guru

dengan bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas, berlatih atau mencoba.

Di bagian lain pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan pada aspek

berbicara, menyimak, membaca dan menulis menuntut adanya kreatifitas dan

kemampuan yang baik dalam pengelolaan pembelajaran. Siswa merasa tidak cepat

bosan, tetapi justru semakin tertarik dan mempunyai keinginan untuk lebih

mendalami materi yang disampaikan.

4 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga

merupakan sasaran pembelajaran berbahasa Indonesia. Keterampilan berbicara

dapat meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti

menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara ini sangat penting

posisinya dalam kegiatan belajar-mengajar.

Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi

siswa sebagai subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia

dituntut terampil berbicara. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan

oleh Suyoto (2003:32) bahwa seseorang yang terampil berbicara cenderung berani

tampil di masyarakat. Dia juga cenderung memiliki keberanian untuk tampil

menjadi pemimpin pada kelompoknya.

Menceritakan Pengalaman Pribadi merupakan bagian dari aspek berbicara,

yang membutuhkan ketrampilan dan latihan. Ketrampilan bercerita seseorang

dipengaruhi beberapa faktor antara lain Lingkungan pembelajar, referensi bacaan

dan pengalaman. Unsur-unsur tersebut harus didukung dengan latihan-latihan,

sehingga dapat mengasah kemampuan untuk bercerita

Dilain pihak kemampuan siswa untuk bercerita sangat kurang, karena aspek

berbicarapun juga masih rendah.

Hal ini dapat dilihat dari kondisi siswa kelas VIIIB SMP Negeri 2 Bajawa

Utara Ketika masih pembelajaran tatap muka sebelum covid-19. Pembelajaran

bercerita dalam bahasa Indonesia masih banyak terbentur pada kemampuan siswa

untuk menghafal isi sebuah wacana, sekaligus untuk membuat kesimpulan dari

wacana tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran dari Kompetensi

5 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Dasar Menceritakan Pengalaman Pribadi, untuk siswa kelas VIIIB dimana rata-

rata kemampuan siswa masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti kelas VIIIB terhadap


permasalahan rendahnya kemampuan menceritakan Pengalaman Pribadi tersebut
diatas. Untuk meningkatkan kemampuan ini, digunakan metode Cerita Berantai.
Dengan demikian, judul penelitian yang diangkat adalah “Meningkatkan
Kemampuan Menceritakan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai
Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara Tahun Pelajaran
2019/2020

1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan menceritakan pengalaman

pribadi melalui metode cerita berantai siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2

Bajawa Utara Tahun Pelajaran 2019-2020?

1. 3. Tujuan Penelian

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan menceritakan pengalaman pribadi melalui

metode cerita berantai siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara

Tahun Pelajaran 2019-2020.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman

pribadi dengan berpedoman pada pemilihan kata dan keefektifan

kalimat.

6 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode cerita

berantai dalam mengatasi kesulitan menceritakan pengalaman

pribadi

1. 4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa

Meningkatnya kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman

pribadi dengan berpedoman pada pemilihan kata dan keefektifan

kalimat.

b. Bagi Guru

Meningkatknya kemampuan guru dalam menggunakan metode cerita

berantai untuk mengatasi kesulitan bercerita siswa.

7 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengelaman Pribadi

Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dijalani, dirasakan, ditanggung,


dan diserap oleh panca indra manusia. Sedangkan pribadi ialah manusia sebagai
perseorangan (diri manusia/diri sendiri). Jadi, pengalaman pribadi ialah segala
sesuatu yang pernah dijalani atau pun dirasakan oleh seseorang.
Pengalaman pribadi dapat berupa:
1. Kejadian lucu atau menyedihkan,
2. Kejadian ajaib, langka, atau menyeramkan,
3. Peristiwa menghebohkan,
4. Pertemuan dengan tokoh idola,
5. Kunjungan ke tempat-tempat jauh dan terkenal.
Langkah-langkah dalam menceritakan pengalaman pribadi:
1. Memaparkan latar belakang waktu dan tempat pengalaman serta pelaku-
pelaku kejadian.
2. Menyampaikan situasi serta kejadian yang mendorong munculnya masalah.
3. Melukiskan saat kritis, gawat, dan menegangkan yang menjadi klimaks.
4. Menyampaikan penyelesaian di akhir cerita.
5. Menyampaikan refleksi atas nilai-nilai yang dapat diambil dari pengalaman.

8 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Faktor penyebab seseorang kurang menarik dalam menceritakan pengalaman
pribadi:
1. Tidak menguasai cerita secara utuh.
2. Tidak bercerita secara urut.
3. Kurang percaya diri.
4. Tidak menggunakan diksi/plihan kata yang tepat.
5.  Suara kurang jelas.

B. Pengertian Berbicara

Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara adalah proses penyampaian informasi


dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang
diterimanya.”

Tarigan (1990) berpendapat bahwa teknik cerita berantai adalah salah satu
teknik dalam pengajaran berbicara yang menceritakan suatu cerita kepada siswa
pertama, kemudian siswa pertama menceritakan kepada siswa kedua, dan
seterusnya kemudian cerita tersebut diceritakan kembali lagi kepada siswa yang
pertama.

Menurut Tarigan (1990), cerita berantai dapat diterapkan dengan langkah-


langkah sebagai berikut.

1. Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas.


2. Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa.
3. Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada
siswa kedua.
4. Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.
5. Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama.
6. Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam.
7. Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis.
8. Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.

9 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Untuk menerapkan teknik cerita berantai diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan sehelai kertas yang bertuliskan pesan (kurang lebih satu
atau tiga kalimat) yang akan disampaikan kepada siswa.
2. Pesan yang hendak disampaikan guru menyangkut kejadian-kejadian yang
cukup menarik dan berarti bagi siswa. Misalnya: cara meningkatkan hasil
belajar, penerapan disiplin diri, atau motivasi belajar.
3. Siswa yang duduk di depan menerima pesan dari guru dan meneruskannya
kepada siswa yang duduk di sebelahnya. Kegiatan ini dilakukan siswa di
depan kelas sambil berdiri.
4. Siswa yang telah menerima pesan meneruskannya kembali kepada siswa
lain. Kegiatan ini dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja.  Kemudian
siswa ketiga menceritakan isi cerita kepada siswa pertama.
5. Guru dan siswa membandingkan isi cerita siswa pertama dengan ketiga.

Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau

gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berdudukan sebagai

komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang

disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara

mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan

berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang

dalam penyampaian informasi secara lisan.

Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki

kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.

Hal ini bermakna bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara

berbicara yang efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap

informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula.

10 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Untuk dapat menjadi seorang pembicara efektif, tentu dituntut kemampuan

menangkap informasi secara kritis dan efektif. Karena dengan memiliki

keterampilan menangkap informasi secara efektif dan kritis, pembicara akan

memiliki rasa tenggang rasa kepada lawan berbicara (pendengar), sehingga

pendengar dapat pula menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara

efektif.

Berbicara mengenai kemampuan menangkap informasi berarti kita

berbicara pula mengenai aktivitas menyimak. Tentu hal tersebut berkenaan

dengan kegiatan menyimak tepat guna dan menyimak efektif. Oleh karena itu,

para siswa perlu dilatih sejak dini mengenai upaya menyimak tepat guna dan

efektif agar kemampuan berbicaranya menjadi efektif pula.

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada

kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada

masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari, Tarigan (1981:3).

Definisi berbicara juga dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam Puji

Santosa, dkk (2006:34). Berbica adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau

perasaan secara lisan. Pengertian ini pada intinya mempunyai makna yang sama

dengan pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa berbicara

berkaitan dengan pengucapan kata-kata.

Haryadi dan Zamzani (2000:72) mengemukakan bahwa secara umum

berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi

hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga

11 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Pengertian ini mempunyai makna

yang sama dengan kedua pendapat yang diuraikan diatas, hanya saja diperjelas

dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu agar apa yang disampaikan dapat

dipahami oleh orang lain.

Sedangkan St. Y. Slamet dan Amir (1996: 64) mengemukakan pengertian

berbicara sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai

aktivitas untuk menyampaikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan penyimak. Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak

hanya sekedar mengucapkan kata-kata, tetapi menekankan pada penyampaian

gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak atau

penerima informasi atau gagasan.

Manusia adalah mahluk sosial, dan tindakannya yang pertama dan yang

paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tempat saling

mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran,

saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui

suatu pendirian atau keyakinan.

Oleh karena itu maka didalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-

elemen yang umum, yang sama-sama di setujui dan dipahami oleh sejumlah orang

yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan anggota masyarakat

maka diperlukan komunikasi, Tarigan (1981:8).

Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan

berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian

berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih,

keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu,

12 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan

berbicara itu semakin jauh dari penguasaan. Keterampilan berbicara lebih mudah

dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk

mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-

kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar disekolah, guru

menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid

mengembangkan kemampuan berbicara.

Anderson (dalam Tarigan, 1981: 9) mengemukakan adanya 8 prinsip

dasar, yaitu:

1) Bahasa adalah suatu sistem

2) Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran)

3) Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbity

symbols)

4) Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas

5) Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan

6) Bahasa adalah alat berkomunikasi

7) Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempat berada

8) Bahasa itu berubah-ubah.

Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu perbuatan-perbuatan atau

tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan.

Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi,

komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang

untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak

dan para pembaca. Brown (Tarigan, 1981:10-11).

13 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Halliday (dalam Tarigan, 1981:11) mengemukakan adanya tujuh jenis

fungsi bahasa, yaitu:

1) Fungsi instrumental bertindak untuk menggerakkan serta

memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa

tertentu terjadi.

2) Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan

pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa.

3) Fungsi repersentasional adalah penggunaan bahasa untuk

membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan

pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian

“menggambarkan” realitas yang terlihat oleh seseorang.

4) Fungsi interaksional bahasa bertindak untuk menjamin

pemeliharaan sosial. Malinowski mempergunakan istilah “phatic

communion” yang mengacu kepada kontak komunikatif antara

sesama manusia yang semata-mata mengizinkan mereka

mendirikan kontak sosial serta menjaga agar saluran-saluran

komunikasi itu tetap terbuka, merupakan bagian dari fungsi

interaksional bahasa.

5) Fungsi personal membolehkan seorang pembicara menyatakan

perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung

dalam hati sanubarinya.

6) Fungsi heuristik melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk

memperoleh pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi-

fungsi neuristik sering kali disampaikan dalam bentuk

14 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban. Fungsi neuristik

ini dalam pertanyaan-pertanyaan “mengapa” mengenai dunia

sekeliling mereka.

7) Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-sistem

atau gagasan-gagasan imajiner. Mengisahkan cerita-cerita

dongeng, membuat lelucon-lelucon, atau menulis novel

merupakan kegiatan yang mempergunakan fungsi imajinatif

bahasa.

Ketujuh fungsi bahasa yang ditelusuri serta dirangkumkan oleh

Halliday itu kita sebut dengan istilah sapta guna bahasa.

Berbicara merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan

personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-

kontak sosial dan pendidikannya.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,

gagasan dan perasaan Tarigan, (1981:15).

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi

merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau

lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu, agar dapat

menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami apa yang akan

disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan bahwa

berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan

melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk

membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).

15 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan

tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki

tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para

pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya

untuk memberitahukan, meyakinkan,  menghibur, namun juga menghendaki

reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.

Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara

ialah untuk: (1) memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau

mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur pendengar. Pendapat ini

mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di

atas.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi.

Sedangkan tujuan berbicara secara umum  ialah untuk memberitahukan atau

melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau

mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi

dari pendengar atau penerima informasi.

C. Metode Cerita Berantai

Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan

untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah

menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi

meningkat.”

Teknik cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima

informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu kepada

16 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman

yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu:

siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang

salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada

orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu

benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu,

diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan

teknik cerita berantai ini.

Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara adalah proses penyampaian informasi

dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang

diterimanya.”

Tarigan (1990) berpendapat bahwa teknik cerita berantai adalah salah satu

teknik dalam pengajaran berbicara yang menceritakan suatu cerita kepada siswa

pertama, kemudian siswa pertama menceritakan kepada siswa kedua, dan

seterusnya kemudian cerita tersebut diceritakan kembali lagi kepada siswa yang

pertama.

Teknik cerita berantai adalah salah satu teknik dalam pengajaran berbicara

yang menceritakan suatu cerita kepada siswa pertama, kemudian siswa pertama

menceritakan kepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian cerita tersebut

diceritakan kembali lagi kepada siswa yang pertama,” demikian kata Tarigan

(1990) sebagaimana dilansir oleh Tarmizi Ramadhan dalam

http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/

17 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan

untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah

menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi

meningkat.”

Teknik atau metode cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang

menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu

kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya

kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan

dievaluasi, yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau

salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan

informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima

oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang

lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk

menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.

Secara lebih detail dan sistematis, metode cerita berantai yang dikembangkan

oleh Tarigan (1990) tersebut dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas.

2) Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa.

3) Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada

siswa kedua.

4) Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.

5) Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama.

18 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
6) Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam.

7) Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis.

8) Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.

Untuk menerapkannya lebih lanjut teknik cerita berantai dapat ditempuh

langkah-langkah berikut:

1) Guru menyiapkan sehelai kertas yang bertuliskan cerita atau pesan

(kurang lebih satu atau tiga kalimat) yang akan disampaikan kepada

siswa.

2) Pesan yang hendak disampaikan guru menyangkut kejadian-kejadian

yang cukup menarik dan berarti bagi siswa. Misalnya: cara

meningkatkan hasil belajar, penerapan disiplin diri, atau motivasi

belajar.

3) Siswa yang duduk di depan menerima pesan dari guru dan

meneruskannya kepada siswa yang duduk di sebelahnya. Kegiatan ini

dilakukan siswa di depan kelas sambil berdiri.

4) Siswa yang telah menerima pesan meneruskannya kembali kepada siswa

lain. Kegiatan ini dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja. 

Kemudian siswa ketiga menceritakan isi cerita kepada siswa pertama.

5) Guru dan siswa membandingkan isi cerita siswa pertama dan ketiga.

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, penggunaan teknik

cerita berantai sebagaimana dilansir oleh Tarmizi Ramadhan dalam

webblognya  (http://tarmizi.wordpress.com) ternyata memberikan beberapa

manfaat dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa,  antara lain:

1) Pembelajaran berlangsung lebih efektif.

19 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
2) Keaktifan siswa lebih meningkat.

3) Terjadi interaksi yang positif antara siswa dengan siswa dan antara

siswa dengan guru.

4) Proses pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik.

Di samping manfaat di atas, penerapan teknik cerita berantai

menurut hasil temuan di lapangan juga memiliki beberapa kendala dan

hambatan, seperti:

1) Waktu yang tersedia masih kurang mencukupi.

2) Memerlukan kecermatan dalam memberikan penilaian.

3) Kalimat yang panjang lebih dari tiga kalimat masih sulit untuk disimak.

a. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas,maka penulis mengajukan hipotesis sebagai

berikut. “Kemampuan siswa dalam menceritakan pengalam pribadi dapat

meningkat, jika diterapkan metode cerita berantai”.

20 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini direncanakan dua siklus, dengan rincian kegiatan sebagai

berikut:

Siklus 1

Dengan tahapan-tahapan yaitu:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyiapkan RPP menceritakan

pengalaman pribadi dengan alokasi waktu 2x40 menit (1 pertemuan), sumber/

bahan pembelajaran berupa contoh teks pengalaman pribadi, bacaan yang

diambil dari berbagai sumber, instrumen penilaian tes dan non tes serta

lembar observasi Kolaborator untuk kegiatan observasi pembelajaran

b. Tahap pelaksanaan

21 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai

berikut:

Pertemuan Ke-1

1) Membuka pembelajaran Menggali informasi pemahaman awal siswa

tentang bercerita dengan tanya jawab

2) Memberi penguatan jawaban atas jawaban siswa tentang pemahaman

bercerita

3) Membagikan lembar bacaan kepada siswa dalam kelompok untuk melatih

bercerita

4) Mengevaluasi kemampuan tiap siswa dengan menulis pengalam pribadi

5) Siswa menentukan gagasan utama setiap bacaan yang telah dipilih

6) Evaluasi hasil kerja siswa

c. Tahap pengamatan

Kolaborator mengamati saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan

mencatat dalam lembar observasi.

d. Tahap refleksi

1. Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung oleh guru dan

kolaborator.

2. Guru menyampaikan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

3. Kolaborator menyampaikan segala hal yang diamati saat pembelajaran.

4. Kolaborator menyampaikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran

5. Guru dan kolaborator menyusun rancangan untuk pembelajaran pada

siklus 2

22 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Siklus 2

Tahapan dan kegiatan siklus 2 dilaksanakan karena ditemukan beberapa

kekurangan dalam pelaksanaan siklus 1. Kegiatan siklus 2 direncanakan untuk

memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran sesuai dengan hasil pembelajaran

siklus 1. Tahapan kegiatan pada siklus 2 meliputi:

a. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

Pertemuan Ke-1

1) Membuka pembelajaran dengan mengingatkan kembali kegiatan pada

pertemuan sebelumnya

2) Memberi petunjuk atas kekurangan pada pertemuan sebelumnya

3) Membagikan lembar bacaan kepada siswa dalam kelompok untuk melatih

bercerita

4) Mengevaluasi kemampuan tiap siswa dengan menulis pengalam pribadi

5) Siswa menentukan gagasan utama setiap bacaan yang telah dipilih

6) Evaluasi hasil kerja siswa

b. Pengamatan

Kolaborator mengamati saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan

mencatat dalam lembar observasi.

c. Refleksi

1) Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung oleh guru dan

kolaborator.

2) Guru menyampaikan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

3) Kolaborator menyampaikan segala hal yang diamati saat pembelajaran.

23 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
4) Kolaborator menyampaikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B semester 1 tahun pelajaran

2019/2020. Kelas VIII B berjumlah 30 orang, yang terdiri atas: 13 laki-laki dan

17 perempuan. Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Bajawa Utara,

Watukaba,Desa Turamuri, Kecamatan Bajawa Utara,Kabupaten Ngada

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini antara lain: lembar pengamatan, hasil kerja siswa,

catatan proses pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulan dari lembar pengamatan yang dilakukan oleh observer,

hasil kerja siswa yang berupa catatan cerita pengalaman pribadi.

E. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa

dalam menceritakan pengalaman pribadi dilakukan dengan cara mengumpulkan

hasil kerja siswa berupa teks naskah cerita pengalaman pribadi . Hasil kerja siswa

dikoreksi dan diberi skor sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil jika rata-rata kemampuan siswa

menceritakan pengelaman pribadi setiap aspek ≥ 75,00

24 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

a. Kondisi Awal

Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara semester I tahun pelajaran

2019/2020 yang menjadi obyek penelitian terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12

siswa perempuan, sehingga jumlah keseluruhan adalah 25 siswa. Keadaan awal

sebelum dilaksanakannya pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi

menggunakan metode Cerita Berantai yaitu metode konvensional dimana proses

menceritakan pengalaman pribadi didahului dengan menulis teks pengalaman

pribadi masing-masing siswa kemudian diungkapkan dalam bentuk cerita.

Metode ini dirasa penulis banyak terdapat kelemahan antara lain :

25 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
1) Siswa membutuhkan waktu untuk menulis.

2) Untuk tampil satu per satu menimbulkan kejenuhan pada siswa.

3) Hasil penilaian menceritakan pengalaman pribadi bersifat subyektif,

artinya asal siswa tampil, maka sudah mendapat nilai baik.

Kelemahan-kelemahan diatas terlihat pada pembelajaran membaca cepat

pada tahun pelajaran 2019/2020 semester I. Hasil menceritakan pengalaman

pribadi siswa banyak yang diragukan, artinya siswa yang penting tampil dan

menyampaikan pengalaman pribadinya. Hal inilah yang kemudian mendorong

penulis untuk mencari metode dalam pembelajaran menceritakan pengalaman

pribadi.

b. Siklus Pertama

Pelaksanaan siklus pertama menceritakan pengalaman pribadi yang

difasilitasi peneliti pada siswa SMP Negeri 2 Bajawa Utara kelas VIII B

dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 9 September 2019, di ruang kelas VIII B.

Observer dalam pembelajaran ini adalah Kepala SMP Negeri 2 Bajawa Utara

yaitu, Bapak Viktorinus Rema Gare,S.Pd.. Pelaksanan pembelajaran ini

berpedoman pada RPP siklus pertama (lampiran 1) yang telah disusun pada fase

perencanaan. Berikut adalah hasil kerja siswa pada siklus I :

PENILAIAN HASIL KERJA SISWA

SIKLUS 1
N L/
NAMA KEBERANIAN KESESUAIAN RATA-
O P
TAMPIL CERITA RATA

26 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
1 Siswa 1 L 65 70 68
2 Siswa 2 P 70 70 70
3 Siswa 3 L 70 70 70
4 Siswa 4 L 70 75 73
5 Siswa 5 P 60 60 60
6 Siswa 6 P 80 80 80
7 Siswa 7 L 65 65 65
8 Siswa 8 L 65 65 65
9 Siswa 9 P 70 70 70
10 Siswa 10 P 60 70 65
11 Siswa 11 L 50 70 60
12 Siswa 12 P 60 70 65
13 Siswa 13 L 60 65 63
14 Siswa 14 P 60 65 63
15 Siswa 15 P 65 65 65
16 Siswa 16 L 60 60 60
17 Siswa 17 P 70 75 73
18 Siswa 18 P 60 75 68
19 Siswa 19 L 60 75 68
20 Siswa 20 L 60 60 60
21 Siswa 21 P 50 70 60
22 Siswa 22 L 60 60 60
23 Siswa 23 L 55 70 63
24 Siswa 24 L 65 75 70
25 Siswa 25 P 60 75 68
JUMLAH 1570 1725 1652
RATA-RATA 62,8 69 66,08
a) Komponen yang Perlu Diperbaiki

Pelaksanaan Refleksi dilakukan bersama-sama dengan kedua observer dengan

tujuan untuk menemukan kegiatan-kegiatan yang perlu diperbaiki serta

menetapkan solusinya. Hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus

pertama diperoleh dua komponen pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakter

menceritakan pengalaman pribadi.

Pertama, dalam pembelajaran siswa secara mandiri membuat naskah cerita

pengalaman pribadi yang paling mengesankan, kemudian dari masing-masing

27 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
siswa cerita tersebut dibawa kedalam kelompok. Setiap kelompok pada akhir

pembelajaran melaporkan hasil kerja setiap anggota kelompok. Pada tahapan ini

peneliti masih meragukan hasil kerja mandiri dari masing -masing siswa.

Kedua, Dari kelompok akan dipilih satu cerita yang dianggap paling baik

untuk ditampilkan dalam bentuk cerita berantai. Hal ini berpengaruh terhadap

tingkat subyektifitas dalam pemilihan cerita.

b) Solusi yang digunakan

Masalah pertama yang harus dicarikan solusinya adalah Hasil kerja mandiri

siwa masih diragukan, karena siswa masih memungkinkan untuk membuat

naskah cerita, namun tidak orisinill.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah Peneliti harus menugaskan

penulisan naskah cerita pengalaman pribadi tersebut dalam kelas dan bukan

pekerjaan rumah.

Masalah kedua yang harus dicarikan solusinya adalah Dari kelompok akan

dipilih satu cerita pengalaman pribadi yang dianggap paling baik untuk

ditampilkan dalam bentuk cerita berantai. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat

subyektifitas dalam pemilihan cerita tersebut.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah peneliti dibantu observer

memberikan rambu-rambu sebuah cerita pengalaman pribadi dikatakan baik,

kepada masing-masing kelompok.

c) Kesimpulan

28 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

menceritakan pengalaman pribadi pada siklus pertama dilakukan perbaikan-

perbaikan sebagai berikut.

Pertama, Peneliti harus menugaskan penulisan naskah cerita pengalaman

pribadi di dalam kelas. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari manipulasi data.

Kedua, Memberikan rambu-rambu pada masing-masing kelompok dalam

pemilihan naskah cerita pengalaman pribadi, sehingga tidak terjadi pemilihan

naskah yang subyektif.

c. Siklus Kedua

Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran menceritakan pengalaman

pribadi dengan menerapkan metode cerita berantai siswa kelas VIII B semester 1

SMP Negeri 2 Bajawa Utara dan siklus kedua dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 16 Desember 2019. Observer dalam pembelajaran ini tetap Kepala

Sekolah yaitu , Bapak Viktorinus Rema Gare,S.Pd.. Pelaksanaan pembelajaran ini

berpedoman RPP siklus kedua (lampiran 2) yang telah disusun dalam fase

perencanaan.

a) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan peneliti berkata, “Anak-anak pada hari ini

kalian akan mempelajari Kompetensi Dasar yang sama dengan minggu yang lalu,

29 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
yaitu pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi yang paling mengesankan

dengan menggunakan metode cerita berantai. Ibu mengulangi pembelajaran ini,

karena Ibu masih belum puas terhadap hasil belajar yang kalian peroleh”.“Karena

itu, Ibu minta agar kalian lebih serius dan teliti dalam mengerjakan tugas yang

telah disediakan nanti. Apakah kalian sudah siap?”.

Ternyata siswa sangat antuasias untuk memulai pembelajaran dengan

serempak menjawab “Siap”!.

Kemudian peneliti memberikan penjelasan ulang tentang pelaksanaan kegiatan

pada pertemua tersebut, setelah itu siswa mulai berlatih dalam kelompok.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan siswa duduk dalam kelompok masing-masing.

Kemudian tiap kelompok mulai memilih cerita yang akan ditampilkan secara

berantai ke depan kelas. Setelah memilih cerita, setiap anggota kelompok mulai

berlatih membaca isi dari cerita tersebut sekaligus mendalami inti dari cerita

pengalaman pribadi tersebut.

Ternyata pada proses kegiatan ini siswa dalam kelompok sangat siap untuk

mengikuti dan berlatih menggunakan metode ini. Hal ini terbukti 5 kelompok

tidak banyak bertanya, tetapi langsung berusaha memanfaatkan waktu untuk

berlatih.

Setelah lima belas menit berjalan, peneliti mulai memanggil kelompok

pertama untuk maju ke depan menceritakan pengalaman pribadi. “Baiklah anak-

anak- marilah kita mulai melakukan tes, silakan Kelompok pertama maju ke

30 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
depan untuk melaksanakan”. Tidak berapa lama kelompok satu yang

beranggotakan 5 anak maju ke depan. Setelah menyatakan siap, peneliti

menentukan siapa yang akan bercerita pertama kali. Siswa 3 yang pertama kali

peneliti tunjuk.

Dengan mengawali cerita pengalaman pribadi yang begitu lancar dan ekpresi

wajah yang baik Siswa 3 dapat mengawali cerita yang dipilih kelompok satu.

Setelah cerita pembuka selesai, peneliti menghentikannya, kemudian meminta

anggota yang lain untuk melanjutkan cerita tersebut dengan menunjuk secara

acak. Pilihan jatuh kepada Siswa 4. Dengan lancar pula dia melanjutkan cerita

tersebut, hingga akhirnya semua anggota kelompok satu dapat menyelesaikan

dengan baik.

Selesai kegiatan peneliti langsung memanggil kelompok dua. Dengan

semangat kelompok ini maju kedepan. Setelah itu langsung peneliti pilih secara

acak nama anak yang akan menceritakan pengalaman pribadi.

Proses ini terus berlangsung dengan suasana yang begitu menyenangkan,

karena siswa selalu penasaran dengan cerita pengalaman pribadi yang ditampilkan

masing-masing kelompok. Namun demikian pada saat peneliti memanggil

kelompok 5, ternyata salah satu anggotanya yaitu Siswa 18, tidak dapat

melanjutkan untuk mengikuti kegiatan ini disebabkan mulai jam pertama

kondisinya sakit. Sehingga pada akhir kegiatan hanya satu siswa yang tidak dapat

mengikuti kegiatan tersebut sampai berakhir.

Berdasarkan deskripsi tersebut, maka hasil belajar siswa dalam menceritakan

pengalaman pribadi dengan menggunakan metode cerita berantai sebagai berikut :

31 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
PENILAIAN HASIL KERJA SISWA

SIKLUS 2
N
NAMA L/P KEBERANIA KESESUAIA RATA-
O
N TAMPIL N CERITA RATA
1 Siswa 1 L 75 75 75
2 Siswa 2 P 70 70 70
3 Siswa 3 L 70 70 70
4 Siswa 4 L 75 75 75
5 Siswa 5 P 75 75 75
6 Siswa 6 P 80 80 80
7 Siswa 7 L 75 80 78
8 Siswa 8 L 75 75 75
9 Siswa 9 P 75 75 75
10 Siswa 10 P 75 75 75
11 Siswa 11 L 70 70 70
12 Siswa 12 P 70 70 70
13 Siswa 13 L 75 75 75
14 Siswa 14 P 75 75 75
15 Siswa 15 P 82 85 84
16 Siswa 16 L 75 75 75
17 Siswa 17 P 75 75 75
18 Siswa 18 P 80 80 80
19 Siswa 19 L 70 70 70
20 Siswa 20 L 70 70 70
21 Siswa 21 P 75 75 75
22 Siswa 22 L 80 75 75
23 Siswa 23 L 80 80 80
24 Siswa 24 L 80 80 80
25 Siswa 25 P 75 75 75
JUMLAH 1877 1880 1877
RATA-RATA 75,1 75,2 75,08
c) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup peneliti meminta masukan dari setiap siswa tentang

bagaimana manfaat pembelajaran, proses pembelajaran, dan sistem penilaian yang

baru dilakukannyaa sebagai refleksi terhadap pembelajaran. “ Bu saya merasa

senang belajar dengan cara ini, oleh karena itu untuk selanjutnya saya berharap

32 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
setiap belajar dengan cara seperti ini”. Ini adalah pernyataan Siswa 22 sambil

mengangkat tangannya.

Peneliti menjawab, “Ibu akan menggunakan cara belajar seperti ini untuk

materi-materi yang memungkinkan. Ada yang mau usul atau bertanya? Setelah

ditunggu beberapa waktu tidak ada yang bertanya lalu peneliti menutup

pembelajaran dengan ucapan terimakasih dan memberikan tugas pengayaan untuk

dikerjakan di rumah secara individu

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Data yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan menceritakan

pengalaman pribadi adalah data dari hasil tes pada siklus pertama dan siklus

kedua. Karena data tersebut berupa angka, maka teknik pengolahan data yang

digunakan adalah teknik kuantitatif.

Teknik kuantitatif yang peneliti gunakan sebagaimana dilakukan dalam

pembelajaran sehari-hari dengan cara sebagai berikut. Pertama, peneliti

membandingkan prosentase ketercapaian setiap tes dari masing-masing siswa

pada siklus kesatu dengan kedua. Kedua, peneliti membandingkan prosentase

ketercapaian seluruh tes dari setiap siswa pada siklus ke satu dan siklus ke dua.

a. Perbandingan Prosentase Ketercapaian setiap tes

Berikut ini peneliti mengemukakan perbandingan prosentase ketercapaian tes

dari setiap siswa pada siklus kesatu dan kedua.

L SIKLUS 1 SIKLUS 2
N
NAMA / KEBERANIA KESESUAIA KEBERANIA KESESUAIA
O
P N TAMPIL N CERITA N TAMPIL N CERITA

33 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
1 Siswa 1 L 65 70 75 75
2 Siswa 2 P 70 70 70 70
3 Siswa 3 L 70 70 70 70
4 Siswa 4 L 70 75 75 75
5 Siswa 5 P 60 60 75 75
6 Siswa 6 P 80 80 80 80
7 Siswa 7 L 65 65 75 80
8 Siswa 8 L 65 65 75 75
9 Siswa 9 P 70 70 75 75
10 Siswa 10 P 60 70 75 75
11 Siswa 11 L 50 70 70 70
12 Siswa 12 P 60 70 70 70
13 Siswa 13 L 60 65 75 75
14 Siswa 14 P 60 65 75 75
15 Siswa 15 P 65 65 82 85
16 Siswa 16 L 60 60 75 75
17 Siswa 17 P 70 75 75 75
18 Siswa 18 P 60 75 80 80
19 Siswa 19 L 60 75 70 70
20 Siswa 20 L 60 60 70 70
21 Siswa 21 P 50 70 75 75
22 Siswa 22 L 60 60 80 75
23 Siswa 23 L 55 70 80 80
24 Siswa 24 L 65 75 80 80
25 Siswa 25 P 60 75 75 75
JUMLAH 1570 1725 1877 1880
RATA-RATA 62,8 69,0 75,1 75,2
Berdasarkan skor Tes pencapaian siswa dalam menceritakan pengalaman

pribadi pada siklus I dan II terdapat selisih yang diasumsikan sebagai hasil

peningkatan kemampuan pemahaman terhadap kesesuaian cerita. Pada siklus I

rata-rata keberanian tampil adalah 62,8 sedangkan pada siklus II rata-rata adalah

75,1. Sehingga mengalami peningkatan 12,30

Untuk kesesuain cerita dalam teks yang dibuat terdapat pada siklus I rata-rata

69,0. Sedangkan pada siklus ke II rata-rata adalah 75,02, sehingga, mengalami

peningkatan 6,2

34 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Rata-rata Kemampuan Menceritakan Pengalaman Pribadi Siklus I dan II

15
13 Grafik :Rata-rata Kemampuan Menceritakan Pengalaman Pribadi
75.1 75.2 75.15
76
74
72 69
70
68 65.9
66 62.8
64
62
60
58
56
Keberanian Tampil Kesesuaian Cerita Rata rata per siklus

Siklus 1 Siklus 2

Berdasarkan data tersebut, telah terjadi rata-rata kemampuan menceritakan

pengalam pribadi pada siklus kesatu adalah 65,90 dan siklus kedua adalah 75,15.

Perbandingan peningkatan rata-rata kemampuan menceritakan pengalaman

pribadi pada siklus kesatu dan siklus kedua adalah 65,90 : 75,15

Berdasarkan data-data tersebut di atas, terjadi peningkatan rata-rata

kemampuan menceritakan pengelaman pribadi pada siklus I adalah 65,90

sedangkan siklus 2 adalah 75,15. Karena rata-rata kemampuan siswa pada siklus 2

sudah melebihi dari indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu ≥ 75,00

penelitian ini berhasil.

35 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, skor Tes

pencapaian siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi pada siklus I dan II

terdapat selisih yang diasumsikan sebagai hasil peningkatan kemampuan

pemahaman terhadap kesesuaian cerita. Pada siklus I rata-rata keberanian tampil

adalah 62,8 sedangkan pada siklus II rata-rata adalah 75,1. Sehingga mengalami

peningkatan 12,30. Untuk kesesuain cerita dalam teks yang dibuat terdapat pada

siklus I rata-rata 69,0. Sedangkan pada siklus ke II rata-rata adalah 75,02,

sehingga, mengalami peningkatan 6,2

36 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

terbukti yaitu kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dapat

meningkat, jika diterapkan metode Cerita Berantai..

B. Saran-saran

a. Teman-teman guru agar terus meningkatkan kemampuannya dalam ber

inovasi dalam pembelajaran dikelas serta dapat menggunakan hasil

penelitian ini sebagai pedoman penelitian atau penulisan laporan yang

akan memotivasi melakukan Penelitin Tindakan Kelas.

b. Sekolah hendaknya semaksimal mungkin memfasilitasi dan mendukung

inovasi yang dikembangkan guru untuk meningkatakan hasil belajar

siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, XIII.


Jakarta: Rineka Cipta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:
BPFEYOGYAKARTA.
Nuraeni, Euis dan Agus Supriatna. 2002. Penataran Tertulis Tipe A untuk Guru-
Guru SLTP Jurusan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1990. Teknik Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarmizi. 2009. Penerapan Teknik Cerita Berantai Untuk Meningkatkan


Kemempuan Berbicara Siswa. Dalam
______https://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/penerapan-teknik-cerita-
berantai-untuk-meningkatkan-kemampuan-berbicara-siswa/

37 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
_____https://ragambahasakita.blogspot.com/2015/08/menceritakan-pengalaman-
pribadi.html

RIWAYAT HIDUP

Sofia Aurelia Tawa Ga, lahir diBajo,15 Mei 1981. Anak ke-2
dari dua bersaudara anak dari pasangan bapak Darius Dega
dan Ibu Apolonia Iko. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah
Dasar di kampung halamannya, SDK Pautoa tahun 1993, SMP
Swasta Kartini Mataloko tamat tahun 1996, SMU Swasta
Katolik Regina Pacis Bajawa tamat tahun 1999. Kuliah di Universitas Flores
Ende-NTT, Fakultas Bahasa dan Sastra Jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia sampai memperoleh Ijasah tahun 2004. Penulis sempat honor di
SMP Negeri 4 Bajawa (2004-2007), lulus tes CPNSD tahun 2008 dan
menjadi PNS ditempatkan kembali di SMP Negeri 4 Bajawa (2008 - 2012).
Tahun 2013 sampai sekarang, penulis menjadi guru Bahasa Indonesia di
SMP Negeri 2 Bajawa Utara,kabupaten Ngada.

38 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
LAMPIRAN-LAMPIRAN

39 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Bajawa Utara


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ 1
Kompetensi Dasar : 2.2 Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa
dengan menggunakan kalimat yang jelas.
Indikator : 1 Mampu menceritakan pengalaman pribadi yang
berkesan
2 Mampu mengungkapkan pokok-pokok peristiwa yang
dialami
Lokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa mampu menceritakan pengalaman pribadi yang berkesan

2. Siswa mampu mengungkapkan pokok-pokok peristiwa yang dialami

40 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
B. Materi Pembelajaran
Pengertian menceritakan pengalaman pribadi adalah: Mengungkapkan segala
sesuatu yang pernah dialami terutama hal yang mengesankan dalam bentuk
cerita. Dalam bercerita yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Disampaikan dengan bahasa yang singkat, jelas, dan mudah dipahami.


2. Cerita yang disampaikan lengkap.
3. Disampaikan secara runtut.

Contoh Cerita Pengalaman Pribadi:


Pagi tadi, aku bangun terlambat. Bayangkan, aku baru bangun jam tujuh
kurang lima. Itu karena malamnya aku nonton siaran langsung sepak bola.
Aku mandi terburu-buru. Berpakaian terburu-buru. Semua dikejar waktu.
Akhirnya, aku terlambat tiba di sekolah. Aku terlambat sepuluh menit. Aduh
jam pertama pelajaran bahasa Indonesia.
Gurunya sangat disiplin. Tok…..tok…, kuketuk pintu kelas, Alhamdulillah
aku boleh mengikuti pelajaran. “Silahkan kumpulkan tugas kalian!” kata Pak
Guru. Ya ampun, aku lupa membawa tugas kliping Koran. Padahal aku telah
membuatnya. Nasib……nasib.
Metode Pembelajaran
1. Inkuiri
2. Diskusi
3. Tanya jawab

C. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan pertama
1. Kegiatan Awal
a. Siswa bertanya jawab tentang pengalam pribadi
b. Siswa mencermati contoh cerita pengalaman pribadi

2. Kegiatan Inti
a. Siswa membaca sebuah cerita pengalaman pribadi
b. Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi
pengalamn pribadi
c. Siswa secara mandiri menulis cerita pengalaman pribadi.
d. Siswa dalam kelompok saling menukarkan hasil pekerjaannya untuk
dipilih dan ditampilkan kedepan kelas
e. Siswa mempelajari cerita terbaik dalam kelompok baik urutan maupun
isi cerita
f. Setiap kelompok tampil dengan satu cerita yang telah dipahaminya,
kemudian guru secara acak menunjuk siapa yang memulai cerita dan
siapa yang melanjutkannya.

2. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi

Pertemuan kedua
1. Kegiatan Awal

41 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
a. Siswa bertanya jawab tentang kegiatan pada pertemuan yang lalu

2. Kegiatan Inti
a. Siswa kembali membuka naskah cerita terbaik dalam kelompok
b. Siswa mengidentifikasi butir-butir peristiwa
c. Siswa menentukan pokok-pokok peristiwa yang ada dalam cerita
d. Secara bergantian, masing-masing kelompok melaporkan hasil
diskusinya
e. Siswa lain menanggapi presentasi
f. Siswa dan guru menyimpulkan bersama

3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi

B. Sumber Belajar
“LKS

C. Penilaian
1. Teknik : Tes lisan
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Soal instrumen :
1) Tulislah teks cerita pengalaman pribadimu yang mengesankan !
2) Secara berkelompok pilihlah salah satu cerita pribadi yang paling baik
untuk ditampilkan ke depan kelas
3) Ceritakan kembali kedepan kelas, cerita yang telah kamu pilih dengan
ditunjuk secara acak oleh bapak/ibu guru yang akan memulai cerita

Pedoman penskoran

Skor
NO ASPEK YANG DINILAI
BS B K
1 Keberanian tampil
2 Kesesuaian cerita dengan teks yang ditulis
Keterangan
76 – 100 = Baik Sekali
51 – 75 = Baik
0 - 50 = Kurang

Watukaba, September 2019

Mengetahui Guru Mata Pelajaran


Kepala SMP Negeri 2 Batara Bahasa Indonesia

Viktorinus Rema Gare,S.Pd Sofia Aurelia Tawa Ga,S.Pd

42 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
NIP : 197702252005011005 NIP: 198105152008012033

Lampiran 2: Nilai hasil kerja siswa siklus 1

SIKLUS 1
N L/
NAMA KEBERANIA KESESUAIA RATA-
O P
N TAMPIL N CERITA RATA
1 Siswa 1 L 65 70 68
2 Siswa 2 P 70 70 70
3 Siswa 3 L 70 70 70
4 Siswa 4 L 70 75 73
5 Siswa 5 P 60 60 60
6 Siswa 6 P 80 80 80
7 Siswa 7 L 65 65 65
8 Siswa 8 L 65 65 65
9 Siswa 9 P 70 70 70
10 Siswa 10 P 60 70 65
11 Siswa 11 L 50 70 60
12 Siswa 12 P 60 70 65
13 Siswa 13 L 60 65 63
14 Siswa 14 P 60 65 63
15 Siswa 15 P 65 65 65
16 Siswa 16 L 60 60 60
17 Siswa 17 P 70 75 73
18 Siswa 18 P 60 75 68
19 Siswa 19 L 60 75 68
20 Siswa 20 L 60 60 60

43 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
21 Siswa 21 P 50 70 60
22 Siswa 22 L 60 60 60
23 Siswa 23 L 55 70 63
24 Siswa 24 L 65 75 70
25 Siswa 25 P 60 75 68
JUMLAH 1570 1725 1652
RATA-RATA 62,8 69 66,08

Lampiran 3 : Nilai hasil kerja siswa siklus 2

SIKLUS 2
NO NAMA L/P KEBERANIAN KESESUAIAN RATA-
TAMPIL CERITA RATA
1 Siswa 1 L 75 75 75
2 Siswa 2 P 70 70 70
3 Siswa 3 L 70 70 70
4 Siswa 4 L 75 75 75
5 Siswa 5 P 75 75 75
6 Siswa 6 P 80 80 80
7 Siswa 7 L 75 80 78
8 Siswa 8 L 75 75 75
9 Siswa 9 P 75 75 75
10 Siswa 10 P 75 75 75
11 Siswa 11 L 70 70 70
12 Siswa 12 P 70 70 70
13 Siswa 13 L 75 75 75
14 Siswa 14 P 75 75 75
15 Siswa 15 P 82 85 84
16 Siswa 16 L 75 75 75
17 Siswa 17 P 75 75 75
18 Siswa 18 P 80 80 80
19 Siswa 19 L 70 70 70

44 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
20 Siswa 20 L 70 70 70
21 Siswa 21 P 75 75 75
22 Siswa 22 L 80 75 75
23 Siswa 23 L 80 80 80
24 Siswa 24 L 80 80 80
25 Siswa 25 P 75 75 75
JUMLAH 1877 1880 1877
RATA-RATA 75,1 75,2 75,08

Lampiran 4: Perbandingan nilai hasil kerja siklus 1 dan 2

L SIKLUS 1 SIKLUS 2
N
NAMA / KEBERANIA KESESUAIA KEBERANIA KESESUAIA
O
P N TAMPIL N CERITA N TAMPIL N CERITA
1 Siswa 1 L 65 70 75 75
2 Siswa 2 P 70 70 70 70
3 Siswa 3 L 70 70 70 70
4 Siswa 4 L 70 75 75 75
5 Siswa 5 P 60 60 75 75
6 Siswa 6 P 80 80 80 80
7 Siswa 7 L 65 65 75 80
8 Siswa 8 L 65 65 75 75
9 Siswa 9 P 70 70 75 75
10 Siswa 10 P 60 70 75 75
11 Siswa 11 L 50 70 70 70
12 Siswa 12 P 60 70 70 70
13 Siswa 13 L 60 65 75 75
14 Siswa 14 P 60 65 75 75
15 Siswa 15 P 65 65 82 85
16 Siswa 16 L 60 60 75 75
17 Siswa 17 P 70 75 75 75
18 Siswa 18 P 60 75 80 80
19 Siswa 19 L 60 75 70 70
20 Siswa 20 L 60 60 70 70

45 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020
21 Siswa 21 P 50 70 75 75
22 Siswa 22 L 60 60 80 75
23 Siswa 23 L 55 70 80 80
24 Siswa 24 L 65 75 80 80
25 Siswa 25 P 60 75 75 75
JUMLAH 1570 1725 1877 1880
RATA-RATA 62,8 69,0 75,1 75,2

46 | PTK- Sofia Aurelia Tawa Ga. Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Pengalaman


Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Bajawa Utara
Tahun Pelajaran 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai