Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Soal cerita adalah soal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Soal
cerita biasanya diletakkan pada tiap akhir pokok bahasan atau sub pokok bahasan.
Pada pokok bahasan penjumlahan misalnya diakhiri dengan soal cerita yang
melibatkan operasi penjumlahan begitu juga pada pokok bahasan yang lain.
Demikian pula halnya dengan soal-soal cerita yang diberikan pada sub pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan, sudah barang tentu akan
melibatkan operasi tersebut.

Berdasarkan pengamatan, sebagian besar siswa kelas III, banyak mengalami


kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal cerita. Kesulitan-kesulitan dapat
bersumber pada aspek kebahasaan, materi, maupun penguasaan konsepkonsep yang
mendasar. Permasalahan ini akan mengurangi ketiga aspek tersebut sebagai Raw
Material penyusunan strategi pembelajaran soal cerita yang disajikan dapat
dipahami dan diselesaikan dengan lebih mudah. Meraih tujuan pembelajaran umum
matematika memang tidak mudah seperti membalikkan tangan tapi harus
diusahakan dengan sungguh-sungguh dan mau berkerja keras untuk mencapainya.
Pengajaran matematika di sekolah membutuhkan kerjasama yang baik antara guru
dengan murid (GBPP SD 1994:2). Hal ini terbukti dari hasil analisis hasil belajar
yang masih di bawah rata-rata (kurang dari lima) yaitu 4,7.

Kemampuan menyelesaikan soal cerita di SD Inpres Warikeo belum


mencapai hasil yang optimal, meskipun upaya guru telah dilakukan dengan
mengadakan latihan berulang-ulang. Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai
guru kelas III, bahwa hasil ulangan pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan terutama berbentuk soal cerita, siswa yang mengalami kesulitan
sebanyak 65% dari 42 siswa. Dengan kata lain kesulitan belajar dalam
menyelesaikan soal cerita baik pada proses pengerjaan maupun pada hasil yang
dicapai belum menunjukkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
Metode Polya dalam pembelajaran matematika kaitannya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita merupakan
solusi yang cukup tepat, karena secara teoritis metode dengan langkah-langkah
Polya ini membimbing siswa untuk cermat, prosedural, teliti dan sistematis sesuai
dengan yang diharapkan dari penyelesaian soal cerita tersebut.
Atas dasar latar belakang inilah, maka peneliti mengangkat tema
peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan dengan langkah-langkah metode Polya di kelas III
semester I Tahun pelajaran 2018/2019 SD Inpres Warikeo Kecamatan Golewa
Barat Kabupaten Ngada
B. Rumusan Masalah

Beradasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, muncul


permasalahan yaitu “Apakah dengan menggunakan metode Polya dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada Pokok Bahasan
Penjumlahan dan Pengurangan di kelas III semester I SD Inpres Warikeo
Kecamatan Golewa Barat Kabupaten Ngada

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah untuk


meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan
langkah-langkah Polya pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bentuk
soal cerita pada siswa kelas III SD Inpres Warikeo Kecamatan Golewa Barat
Kabupaten Ngada
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yang positif bagi berbagai pihak.
1. Manfaat bagi siswa

a. Meningkatkan belajar siswa.


3

b. Meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar.

c. Meningkatkan keterampilan berhitung.

2. Manfaat bagi guru

a. Meningkatkan gairah dalam pelaksanaan pembelajaran.

a. Merupakan umpan balik mengetahui kesulitan siswa.


b. Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode Polya
dalam pembelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan.
3. Manfaat bagi sekolah

a. Bagi sekolah hasil penelitian ini akan memberikan perbaikan mutu


pembelajaran matematika di kelas III SD Inpres Warikeo Kecamatan
Golewa Kabupaten Ngada dengan keterampilan dalam menyelesaikan soal-
soal cerita.
b. Kepala sekolah dapat menganjurkan kepada semua guru kelas untuk
menerapkan metode Polya dalam pembelajaran matematika khususnya
berkaitan dengan soal-soal cerita sesuai dengan penelitian.
4. Manfaat bagi penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi peneliti lain
yang mengangkat tema sejenis.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Pengertian Prestasi Belajar

Setiap pendidik tentu sangat mengharapkan anak didiknya agar berprestasi


seoptimal mungkin baik pada jalur akademik maupun non akademi. Prestasi
memiliki pengertian yang sangat luas. Apabila peserta didik dapat mencapai cita-
cita atau minimal dapat menyelesaikan tugas dari guru maupun orang lain maka ia
disebut berprestasi.
Prestasi Belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah dicapai
siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam
jangka waktu tertentu. Prestasi Belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka
atau huruf sehingga dapat dibandingkan dengan satu kriteria (Prakosa, 1991).
Prestasi Belajar Siswa  adalah  hasil  yang  telah  dicapai  dari  yang  telah
dilakukan/dikerjakan  (Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  2003:  895), sedangkan 
menurut  Tu’u  (2004:75)  prestasi  belajar  adalah penguasaan pengetahuan  atau 
keterampilan  yang  dikembangkan  oleh  mata pelajaran,  lazimnya  ditunjukkan 
dengan  nilai tes  atau  angka  nilai  yang diberikan  oleh  guru.  Menurut 
Sukmadinata  (2003:  101),  “Prestasi Belajar   adalah  realisasi  atau  pemekaran 
dari  kecakapa-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.

Prestasi Belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang


tinggi.Prestasi Belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, affektif dan
psikomotor. Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang
anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi
Belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari
proses pembelajaran. Prestasi Belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut
kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari,
difahami dan diterapkan.

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa Prestasi Belajar merupakan bukti


keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka Prestasi Belajarmerupakan
hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan
5

bahwa Prestasi Belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah


melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi Belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap


peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
atau instrumen yang relevan. Jadi Prestasi Belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun
kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu. Prestasi Belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik
yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

Prestasi Belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tesPrestasi
Belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes Prestasi
Belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam
belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Tes Prestasi Belajarberupa tes yang disusun secara
terrencana  untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai
bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal
tes Prestasi Belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif,
bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.Pengertian Prestasi
Belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai
suatu Prestasi Belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran.
Maryanto (dalam Yulita, 2008) mengatakan bahwa seseorang yang telah
berusaha untuk mencapai tujuannya dan berhasil, maka orang itu dinyatakan
berprestasi. Lebih lanjut Maryanto menyatakan bahwa seseorang dinyatakan
berprestasi bila mampu memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain, mampu
melakukan sesuatu dengan baik dalam segala hal, membuat impian menjadi
kenyataan dan mampu menghentikan kebiasaan buruk.

Prestasi belajar siswa adalah kecakapan yang sesungguhnya atau hasil yang


diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada periode tertentu
(Nurkancana, dalam Sukiaiyana 2003).
Menurut Purwadarminto (dalam Yulita, 2008) prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap
hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan
Prestasi Belajar Siswa adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara. 2009 : 11).
Menurut Hetika ( 2008: 23 ), Prestasi Belajar adalah pencapaian atau kecakapan
yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan. Sedangkan Harjati
( 2008: 43 ), menyatakan bahwa Prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan
dam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk
menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984 : 4), mengemukakan bahwa : Prestasi
Belajar  adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu.
Haditomo dkk (1980 : 4), mengatakan “Prestasi Belajar  adalah kemampuan
seseorang sebagai hasil belajar".  Dewa Ketut Sukardi (1983 : 51), menyatakan
“Untuk mengukur Prestasi Belajar  menggunakan tes prestasi yang dimaksud
sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau
learning”. Menurut Sumadi Suryabrata (1987 : 324), “Nilai merupakan perumusan
terakhir yang dapat diberikan oleh guru menganai kemajuan atau Prestasi
Belajar  Siswa selama masa tertentu”. Dengan nilai rapor, kita dapat
mengetahui Prestasi Belajar  Siswa. Siswa yang nilai rapornya baik dikatakan
prestasinya tinggi, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan Prestasi Belajar nya
rendah.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan
yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk
meningkatkan Prestasi Belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan
eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa,
seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah
kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih,
sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk
kepribadian siswa, memperluas kepribadian siswa, memperluas wawasan
kehidupan serta meningkatkan kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka
siswa yang aktif melaksanakan kegiatan dalampembelajaran akan memperoleh
banyak pengalaman. Dengan demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan
banyak pengalaman dan Prestasi Belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang
tidak aktif akan minim/sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan Prestasi
Belajarnya tidak meningkat atau tidak berhasil.
Pengertian tentang Prestasi Belajar. Prestasi Belajar diartikan sebagai tingkat
keterkaitan siswa dalam proses belajar mengajar sebagai Hasil evaluasi yang
dilakukan guru. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984 : 4), mengemukakan
7

bahwa : Prestasi Belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang


dinyatakan dalam bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode
tertentu.
Menurut Siti Partini (1980 : 49), “Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam kegiatan belajar”. Sejalan dengan pendapat dicapai oleh seseorang
dalam kegiatan belajar”. Sejalan dengan pendapat itu Sunarya (1983 : 4)
menyatakan “Prestasi Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang merupakan ukuran keberhasilan
siswa”. Haditomo dkk (1980 : 4), mengatakan “Prestasi Belajaradalah kemampuan
seseoran Dewa Ketut Sukardi (1983 : 51), menyatakan “Untuk mengukur Prestasi
Belajar menggunakan tes Prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkap
kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning”. Menurut Sumadi
Suryabrata (1987 : 324), “Nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat
diberikan oleh guru menganai kemajuan atauPrestasi Belajar siswa selama masa
tertentu”. Dengan nilai rapor, kita dapat mengetahui Prestasi Belajar siswa. Siswa
yang nilai rapornya baik dikatakanPrestasinya tinggi, sedangkan yang nilainya jelek
dikatakan Prestasi Belajarnya rendah.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Prestasi
Belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai siswa yang terlihat dari
pengetahuan, sikap, dan keahlian yang dimilikinya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor yang
mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun menghambat.
Demikian juga yang dialami dalam belajar. Ahmadi, (dalam Yulita, 2008)
menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,
diantaranya:

1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang   terdiri
dari:
a) Faktor intelegensi :Dalam arti sempit intelegensi dapat diartikan kemampuan
untuk mencapai prestasi. Intelegensi memegang peranan penting dalam mencapai
prestasi.
b) Faktor minat :Minat adalah kecendrungan yang mantap dalam diri
seseorang untuk merasa tertarik terhadap suatu tertentu.
c) Faktor keadaan fisik dan psikis : Keadaan fisik berkaitan dengan keadaan
pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan sebagainya.
Keadaan psikis berhubungan dengan keadaan mental siswa.
2) Faktor  eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi
prestasi belajar.  Ada beberapa faktor eksternal yaitu:
a) Faktor Guru : Guru betugas membimbing, melatih, mengolah, meneliti,
mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.
b) Faktor lingkungan keluarga : Keluarga sangat berpengaruh terhadap kemajuan
prestasi belajar, karena kebanyakan waktu yang dimiliki perserta didik ada di
rumah. Jadi, banyak ada kesempatan untuk belajar di rumah.
Keterlibatan orang tua patut diperhitungkan dalam usaha memelihara motivasi
belajar pesera didik. Dalam suatu studi mengenai prestasi belajar, ditemukan
hubungan yang kuat antara keterlibatan orang tua dan prestasi belajar (Haster
dalam Suwatra 2007).
c) Faktor sumber belajar : Sumber belajar dapat berupa media atau alat bantu
belajar serta bahan buku penunjang. Alat bantu belajar adalah semua alat yang
dapat digunakan untuk membantu siswa dalam belajar. Belajar akan lebih menarik,
kongkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasilnya lebih bermakna.

Sejalan dengan pendapat di atas, Dimyati Mahmud (1989 : 84-87), mengatakan


bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar siswa mencakup : “faktor
internal dan faktor eksternal”. sebagai berikut :

Faktor Internal
Faktor internal atau Faktor yang berasal dari siswa adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari N. Ach (Need For Achievement) yaitu
kebutuhan atau dorongan atau motif untuk berPrestasi. Faktor ini meliputi motivasi,
perhatian pada mata pelajaran yang berlangsung, tingkat peneirmaan dan
pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan
mereproduksi dan kemampuan menggeneralisasi. Faktor internal lain adalah :a. 
fisiologi yang berupa kondisi fisik dan kondisi pancaindra, b.  Psikologi yang
berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. 

Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa
sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Menurut pendapat Rooijakkersyang diterjemahkan oleh
Soenoro (1982 : 30), mengatakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi Prestasi
Belajar adalah faktor yang berasal dari si pelajar, faktor yang berasal dari si
pengajar”. Faktor dari luar ini merupakan faktor yang berasal dari luar si pelajar
9

(siswa) yang meliputi : a. lingkungan alam dan lingkungan social; b.  instrumentasi
yang berupa kurikulum, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas serta administrasi.
Faktor dari dalam

Termasuk faktor eksternal meliputi kemampuan membangun hubungan dengan si


pelajar, kemampuan menggerakkan minat pelajaran, kemampuan memberikan
penjelasan, kemampuan menyebutkan pokok-pokok masalah yang diajarkan,
kemampuan mengarahkan perhatian pada pelajaran yang sedang berlangsung,
kemampuan memberikan tanggapan terhadap reaksi. Dari pendapat Rooijakkers
tentang faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar siswa dapat diberikan
kesimpulan bahwa Prestasi siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari diri pelajar dan faktor yang berasal dari si pengajar (guru).

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Prestasi belaajr siswa secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
yang pertama berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang kedua
berasal dari luar diri siswa yang sedang melakukan proses kegiatan belajar.

Sejalan dengan di atas Slameto (2003: 54-72) juga mengungkapkan bahwa  faktor-
faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
a.      Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
faktor intern terdiri dari: 1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan);2) Faktor kelelahan
b.      Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari: 1)
Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan). 2) Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah 3) Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Ibrahim (dalam Sukiaiyana 2003) menyatakan bahwa prestasi belajar


siswadipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: bahan yang akan dipelajari, faktor
lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi pelajar.
Pendapat tersebut didukung oleh pendapat yang diungkapkan Suryabrata, (dalam
Surya Wijaya 2009) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu:
1) Faktor dari luar yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.

2) Faktor dari dalam yang terdiri dari fisiologis (minat, bakat, kecerdasan, motivasi,
dan kemampuan kognitif).

Sedangkan Muhibbin Syah (2006: 144) mengungkapkan bahwa bahwaPrestasi


Belajar siswa dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor yakni:
a.      Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
faktor intern terdiri dari: 1) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat
tubuh; 2) Faktor psikologis yang meliputi tingkat inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan; dan 3) Faktor kelelahan.
b.      Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:1)
Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan; 2) Faktor dari lingkungan sekolah yaitu metode mengajar
guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah; 3) Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
c.       faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran  materi-materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa prestasi  belajar bukan
saja dipengaruhi oleh siswa tetapi juga oleh faktor dari luar diri siswa.

Pada dasarnya sasaran belajar merupakan konsep penting dalam proses


pembelajaran. Secara teoritis sasaran pembelajaran mencakup tiga aspek yaitu
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Namun dalam kenyataannya
hal itu bukanlah suatu hal yang terpisah sama sekali. Maka dari itu tidak tertutup
kemungkinan untuk mengembangkan aspek-aspek tersebut secara bersama dalam
suatu unit pembelajaran.

Dalam penelitian Emrizal Amri dalam Yani Setyowati (2002:22) mengemukakan,


ada tiga jenis prestasi belajar, yaitu :
1) Total prestasi belajar, yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam belajar secara
keseluruhan. Prestasi ini mencerminkan kemampuan siswa untuk mengingat
11

kembali fakta-fakta dan konsep-konsep serta memahami hubungan antara suatu


fakta dengan yang lainnya, suatu konsep dengan konsep lainnya, maupun mengerti
kaitan antara fakta dan fakta lain. Hal tersebut dideteksi melalui tingkat kecepatan
siswa menjawab seluruh pertanyaan dalam setiap unit pelajaran yang telah dibahas.
2) Prestasi belajar mengingat fakta dan konsep, yaitu tingkat keberhasilan siswa
mempelajari suatu mata pelajaran, khususnya dalam aspek mengingat fakta dan
konsep. Prestasi ini adalah cerminan dari kemampuan siswa untuk mengingat
kembali. Hal ini diukur melalui menjawab pertanyaan yang bersifat faktual
3) Prestasi belajar memahami fakta dan konsep, yaitu keberhasilan siswa mempelajari
suatu mata pelajaran khususnya dalam aspek pemahaman fakta dan konsep.Ini
dicermikan melalui kemampuan siswa memahami.

Menurut Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 26-27) mengklasifikasikan


prestasi belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, danpsikomotorik. Prestasi
belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu : pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Hubungan antara fakta dan konsep mata pelajaran. Hal ini
dideteksi melalui keberhasilan menjawab tes dalam aspek pemahaman.
Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
2)    Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
telah dipelajari 3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, misalnya menggunakan
prinsip
4)   Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi
masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5)   Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan
menyusun suatu program kerja
6)   Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil karangan.
Keenam jenis perilaku di atas bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan
tergolong rendah, dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi.

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan
penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut, misalnya kemampuan mengakui perbedaan pendapat.
2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan, misalnya mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,
mengakui, dan menetukan sikap. Misalnya menerima suatu pendapat orang lain
 4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan nilai dalam suatu skala nilai
dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan
mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.
Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi
kemampuan kognitif. Kelima jenis perilaku tersebut bersifat hierarkis. Perilaku
penerimaan merupakan jenis perilaku perilaku terendah dan perilaku pembentukan
pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi.

Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 29-30) membagi ranah
psikomotorik menjadi tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan,
dan kreativitas.
1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-
hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya
pemilahan warna, angka 6 (enam) dan 9 (sembilan).
2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan
terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani
dan rohani. Misalnya posisi start lomba lari.
 3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau
gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola.
 4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa
contoh. Misalnya melakukan lompat tinggi dengan tepat.
 5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.
Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat.
 6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya
ketrampilan bertanding.
7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar
prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru.
13

Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf ketrampilan yang


berangkaian. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan urutan fase-fase dalam
proses belajar motorik yang bersifat hierarkikal. Belajar berbagai kemampuan
gerak dapat dimulai dengan kepekaan memilah-milah sampai dengan kreativitas
pola gerak baru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan psikomotorik mencakup
kemampuan fisik dan mental

B. Penjumlahan dan Pengurangan

a. Pengertian Penjumlahan
Penjumlahan merupakan suatu aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan

dengan bilangan yang lain. Penjumlahan ini mempunyai beberapa sifat yaitu: sifat

pertukaran (komutatif), sifat identitas, dan sifat pengelompokan asosiatif.(Sukayati,

2011:24)

b. Pengertian Pengurangan
Pengurangan merupakan kebalikan dari penjumlahan, tetapi pengurangan tidak

memiliki sifat yang dimiliki oleh penjumlahan. Pengurangan tidak memenuhi sifat

pertukaran, sifat identitas, dan sifat pengelompokan.(Sukayati,

2011:24)

c. Pengertian Pecahan Biasa

Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu

keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, atau bagian dari suatu

himpunan. Apabila daerah A dibagi dalam 8 bagian yang sama, maka setiap bagian

adalah seperdelapan dari seluruh daerah. Hartana (2010:159) mengemukakan bahwa

pecahan merupakan bilangan yang tidak utuh.Lebih lanjut Hartana (2010:159)

menjelaskan dalam bilangan pecahan menggunakan tanda “___”.Dalam bilangan

pecahan terdapat pembilang dan penyebut. Pembilang adalah bilangan yang terletak di

atas gasris pada bilangan pecahan, sedangkan penyebut adalah bilangan yang terletak di

bawah garis pada bilangan pecahan.


5

Pecahan biasa atau pecahan murni adalah bilangan pecahan yang

pembilangnya lebih kecil dari penyebutnya. (a < b).

Lebih lanjut, Negoro dan Harahap (1998: 260-261) menjelaskan bahwa pecahan

memiliki nama. Nama-nama pecahan diantaranya nama biasa, nama campuran, nama

desimal, nama persen, dan pecahan yang juga bilangan cacah.

Dalam penelitian ini dibahas tentang pecahan biasa

Berikut contoh pecahan biasa.

= satu bagian dibagi dua =

= satu bagian dibagi tiga =

= satu bagian dibagi empat =

= satu bagian dibagi delapan =

= satu bagian dibagi sepuluh =

d. Penjumlahan Bilangan Pecahan Biasa


Penjumlahan bilangan pecahan biasa harus memperhatikan penyebutnya sudah

sama atau belum. Jika penyebut sudah sama, penjumlahan dapat langsung dilakukan.

Namun, jika belum sama, penyebut harus disamakan terlebih dahulu baru kemudian

dijumlah, (Sri Hartana, 2010: 161).


15

1) Penyebut sama Contoh:

=…

Jawab:
1+3=4
Penyebutnya sudah sama
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa penjumlahan pecahan yang

berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya.

Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.

2) Penyebut Berbeda Contoh:

= ….

Jawab:

6 : 2 x 1 = 3 menjadi

6 : 3 x 2 = 4 menjadi

Samakan penyebutnya menjadi 6 karena


6 bisa dibagi 2 dan 3 sehingga menjadi menjadi Jadi

Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa penjumlahan pecahan yang berpenyebut

berbeda dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu, kemudian

menjumlahkan pembilang-pembilangnya.Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan.


2.3.2 Pengurangan Bilangan Pecahan Biasa
Dalam pengurangan bilangan pecahan biasa juga harus memperhatikan

penyebutnya sudah sama atau belum.

a) Penyebutnya sama

Contoh

= ….

Jawab:
6-1=5

Penyebutnya sudah sama


Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pengurangan pecahan yang

berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya.

Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.

b) Penyebutnya berbeda Contoh:

= ….

Jawab:

10 : 2 x 3 = 15 menjadi

10 : 5 x 4 = 8 menjadi

Samakan penyebutnya menjadi 10 karena

10 bisa dibagi 2 dan 5 sehingga menjadi menjadi

Jadi

Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pengurangan pecahan yang

berpenyebut berbeda dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu,

kemudian mengurangkan pembilang-pembilangnya.Sedangkan


17

penyebutnya tidak dikurangkan.

C. Metode Polya

George Polya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunjukkan kepada
guru bagaimana cara memberikan bantuan dan petunjuk khusus, sehingga siswa
terbimbing untuk mengetahui tentang pemecahan masalah matematika. Saran-saran yang
diberikan berupa seperangkat pertanyaan atau langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu masalah.

Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan
keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera
untuk dicapai, sedangkan menurut utari (1994) dalam (hamsah 2003) mengatakan bahwa
pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk
baru. Bahkan di dalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai
arti khusus, istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya
menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.

Polya(1985) mengajukan empat langkah fase penyelesaian masalah yaitu memahami


masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan melakukan
pengecekan kembalisemua langkah yang telah dikerjakan. Fase memahami masalah tanpa
adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin
menyelesaikan masalah tersebut dengan benar, selanjutnya para siswa harus mampu
menyusun rencana atau strategi.

Penyelesaian masalah, dalam fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa
lebih kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu masalah, jika rencana penyelesaian satu
masalah telah dibuat baik tertulis maupun tidak. Langkah selanjutnya adalah siswa
mampu menyelesaikan masalah, sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap
tepat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut polya adalah
melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan. Mulai dari fase pertama hingga hingga
fase ketiga. Dengan model seperti ini maka kesalahan yang tidak perlu terjadi dapat
dikoreksi kembali sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang benar-benar sesuai
dengan masalah yang diberikan.
Tingkat kesulitan soal pemecahan masalah harus di sesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa. Hasil penelitian Driscol (1982). Pada anak usia sekolah dasar
kemampuan pemecahan masalah erat sekali hubungannya dengan pemecahan masalah.
Disadari atau tidak setiap hari kita diperhadapkan dengan berbagai masalah yang dalam
penyelesaiannya, sering kita diperhadapkan dengan masalah-masalah yang pelik dan
tidak bisa diselesaikan dengan segera. Dengan demikian, tugas guru adalah membantu
siswa dalam menyelesaikan masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu siswa
dalam memehami masalah, sehingga kemampuan dalam memahami konteks masalah bisa
terus berkembang menggunakan kemampuan inguiri dalam menganalisa alasan mengapa
masalah itu muncul.

Dalam matematika hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah yang
didalamnya termuat soal cerita untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan menyangkut
berbagai hal teknik dan strategi pemecah masalah,pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman merupakan elemen-elemen penting dalam belajar matematika terkadang guru
menghadapi kesulitan dalam mengajarkan cara menyelesaikan masalah dengan baik.
Sementara dipihak lain siswa mengalami kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah
yang diberikan guru, kesulitan ini muncul, karena mencari jawaban dipandang sebagai
satu-satunya tujuan yang ingin dicapai, karena hanya terfokus pada jawaban.

 Metode Polya dalam Pengajaran Matematika

Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia.


Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar kehidupan manusia berhadapan dengan
masalah-masalah. Oleh sebab itu kita perlu mencari cara penyelesainnya. Jika gagal
dengan satu cara dalam menyelesaikan masalah maka harus mencoba dengan cara lain
untuk menyelesaikan masalah tersebut dan harus berani menghadapi masalah untuk
menyelesaikannya.

Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan


diberikannnya matematika dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan SMA antara lain
agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
dan efektif (Tim MKDK IKIP Semarang 1998:65) . Hal ini, jelas merupakan tuntutan
yang sangat tinggi yang tidak mungkin bisa dicapai hanya melalui hafalan, latihan
mengerjakan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran biasa. Untuk menjawab
19

tuntutan tujuan yang demikian tinggi maka perlu dikembangkan materi serta proses
pembelajaran yang sesuai.

Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne bahwa keterampilan intelektual


tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Pemecahan masalah
merupakan tipe belajar paling tinggi dari delapan tipe belajar yang dikemukakan Gagne,
yaitu : belajar, isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan,
pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah. Herman Hudoyo
(2001:42) menyatakan bahwa dalam pemecahan masalah biasanya ada lima langkah yang
harus ditempuh, yaitu:

1. menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.


2. menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
3. menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan
baik.
4. mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya, dan
5. mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.

Menurut Polya dalam Tim MKPBM Jurusan Matematika (2001:84) disebutkan bahwa
Solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu:
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana,
dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Fase
pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang
diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.
Selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Fase kedua
adalah menyelesaikan masalah sesuai rencana. Kemampuan menyelesaikan fase kedua ini
sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Semakin
bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun
rencana penyelesaian suatu masalah, dilanjutkan penyelesaian masalah sesuai rencana
yang dianggap paling tepat. Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut
Polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilaksanakan mulai dari fase
pertama sampai fase penyelesaian ketiga.

Langkah-langkah Metode Polya

Langkah-langkah Polya meliputi: menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas,
menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional, menyusun hipotesis-hipotesis
kerja dan prosedur kerja yang perkirakan baik, mengetes hipotesis dan melakukan kerja
untuk memperoleh hasilnya, mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh Tim MKPBM
Matematika ( 2001:84 ). Langkah-langkah Polya pada dasarnya adalah belajar metode-
metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, dan teratur secara teliti. Tujuanya
adalah untuk memperoleh kemampuan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
secara rasional, lugas, dan tuntas.

Pentingnya Pemecahan Masalah dalam Matematika

Mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu


menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan sehari-hari
(Herman Hudoyo 2001:167), dengan kata lain, jika seorang siswa dilatih untuk
menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengumpulkan berbagai informasi
yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali
hasil yang telah diperolehnya.

Menurut Polya dalam Herman Hudoyo (2001:164-165) bahwa di dalam matematika


terdapat dua macam masalah yaitu:

1. Masalah menemukan. Masalah menemukan dapat teoritis atau praktis, abstrak,


termasuk teka-teki menemukan ini lebih penting dalam matematika elementer.
Bagian utama dari masalah ini adalah 1) Apakah yang dicari? 2) Bagaimana data
yang diketahui? 3) Bagaimana syaratnya? Ketiga bagian utama tersebut
merupakan landasan untuk menyelesaikan masalah.
2. Masalah membuktikan. Masalah membuktikan digunakan untuk menunjukkan
suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya. Herman Hudoyo
(2001:45) menyatakan bahwa bagian utama yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah membuktikan adalah hipotesis dan konklusi dari suatu
teorema.

Masalah membuktikan lebih banyak dijumpai dalam matematika lanjut. Dari dua
jenis masalah tersebut di atas yang menjadi fokus dalam penulisan ini adalah masalah
menemukan. Menurut Pandoyo dalam Muklis (1999:10) dikatakan bahwa masalah dalam
pelajaran matematika adalah suatu soal matematika menjadi masalah bagi siswa apabila
siswa tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan ditinjau dari kematangan ilmu,
siswa belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikan, dan siswa kurang
berkeinginan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
21

Materi matematika yang diberikan kepada siswa dalam bentuk masalah akan memberi
motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut menurut Herman Hudoyo
dalam Muklis (1999:10). Para siswa merasa puas jika mereka dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi, kepuasan ini merupakan suatu hadiah instrinsik bagi siswa lebih
lama apabila dibandingkan dengan tipe belajar yang lain. Berdasarkan uraian di atas
bahwa metode pemecahan masalah dalam pengajaran matematika perlu dikembangkan
dan merupakan metode yang sangat tepat untuk soal cerita. Metode pemecahan masalah
adalah metode yang sangat essensial untuk topik tertentu sebab mempunyai dampak
positif antara lain :

1. siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian


menganalisis dan akhirnya mampu meneliti kembali hasil yang telah dicapai.
2. kepuasan intelektual akan timbul dari dalam diri siswa dan dapat digunakan
sebagai hadiah instrinsik bagi siswa.
3. potensi intelektual siswa meningkat.
4. siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan proses penemuan.

Perencanaan Mengajarkan Pemecahan Masalah

Mengajar siswa untuk memecahkan masalah perlu perencanaan. Secara garis


besar, perencanaan itu sebagai berikut.

1. Merumuskan tujuan. Tujuan itu hendaknya menyatakan bahwa siswa akan


mampu menyelesaikan masalah-masalah yang tidak rutin. Soal-soal yang serupa
benar hendaknya dihindarkan sebab soal-soal yang demikian itu menjadi bukan
masalah lagi bagi siswa tertentu.
2. Memerlukan pra-syarat. Untuk menyelesaikan setiap masalah matematika,
seorang siswa memerlukan pra-syarat pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman. Guru harus mengindentifikasi apa-apa yang sudah dipelajari siswa
untuk suatu masalah sehingga masalah-masalah yang cocok sajalah yang disajikan
kepada para siswa. Misalnya: Buktikan jumlah dua bilangan prima kembar yang
bukan 3 dan 5 habis dibagi 6. Prasyarat yang perlu dimiliki seorang siswa untuk
menyelesaikan masalah itu adalah bahwa siswa itu sudah mengerti arti habis
dibagi 6, bilangan prima dan bilangan prima kembar. la sudah terampil
menggunakan operasi membagi.
3. Mengajarkan Pemecahan Masalah. Untuk belajar memecahkan masalah, para
siswa harus mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan masalah. Apabila
mereka berhasil menyelesaikan masalah, mereka perlu mendapatkan penghargaan.
Jadi mereka perlu mendapatkan pendekatan pedagogik untuk menyelesaikan
masalah. Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana seorang guru menyiapkan
masalahmasalah untuk para siswa dan bagaimana guru itu membuat para siswa
tertarik dan suka menyelesaikan masalah yang dihadapi. Guru harus mempunyai
bermacam-macam masalah yang cocok sehingga bermakna bagi para siswanya.
Sumber-sumber boleh diambil dari buku-buku, majalah-majalah yang
berhubungan dengan matematika sekolah. Berikan masalah-masalah itu sebagai
pekerjaan rumah. Pada suatu saat boleh juga para siswa memilih sendiri masalah-
masalah itu, mengerjakan masalah-masalah tersebut, membicarakannya dan
kemudian menyajikan penyelesaianya di depan kelas.

Masalah-masalah tersebut dapat dikerjakan secara individu atau kelompok. Agar


supaya para siswa tertarik dan suka menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu
diberikan penghargaan. penghargaan itu dapat berupa nilai atau penghargaan khusus
lainnya. Pujian juga jangan dilupakan. Hal itu semuanya merupakan cara yang efektif
untuk mendorong keberhasilan, walaupun banyak juga para siswa yang dengan senang
hati menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi mereka memberikan penghargaan
kepada diri mereka sendiri dengan kcberhasilan mereka itu.

Pertanyaan berikutnya yang timbul: “Bagaimana seorang siswa memulai


menyelesaikan suatu masalah?” “Bagaimana strategi yang dapat dilakukan?”
“Kemampuan apa yang akan bermanfaat baginya untuk menyelesaikan masalah itu?”
Ketiga hal ini, secara bersama-sama merupakan usaha untuk menemukan. Untuk dapat
mengajarkan pemecahan masalah dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Waktu yang diperlukan, untuk menyelesikan masalah sangat relatif artinya jika
seseorang diperhadapkan dengan satu masalah dengan waktu yang diberikan
untuk menyelesaikannya tidak dibatasi, maka kecendrungannya, orang tersebut
tidak akan mengkonsentrasikan fikirannya secara penuh pada proses penyelesaian
masalah yang diberikan.
2. Perencanaan, aktivitas pembelajaran dan waktu yang diperlukan harus
direncanakan serta dikoordinasikan, sehingga siswa memiliki kesempatan yang
cukup untuk menyelesaikan berbagai masalah dan menganalisis serta
mendiskusikan pendekatan yang mereka pilih.
23

3. Sumber, buku matematika biasanya banyak memuat masalah yang sifatnya hanya
rutin, maka guru dituntut untu menyembunyikan masalah-masalah lain sehingga
dapat menambah soal pemecahan masalah.
4. Teknologi, sekalipun banyak kalangan yang tidak setuju dengan penggunaan
kalkulator disekolah akan tetapi pada hal tertentu dapat digunakan, karena alat
tersebut perlu dipertimbangkan penggunaannya.

 Langkah-langkah Penerapan Strategi Penyelesaian Masalah Menurut Polya.

Berbicara pemecahan masalah, kita tidak bisa terlepas dari tokoh utamanya yaitu
Polya. Menurut polya dalam pemecahan masalah. Ada empat langkah yang harus
dilakukan. Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan
(menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah
menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut
dengan “Bapak problem solving.”

Gambaran umum dari Kerangka kerja Polya

1.      Pemahaman pada masalah (Identifikasi dari tujuan)

Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa anda
memahaminya secara benar. Tanyalah diri anda dengan pertanyaan :

1. Apa yang tidak diketahui?


2. Kuantitas apa yang diberikan pada soal?
3. Kondisinya bagaimana?
4. Apakah ada kekecualian?

Untuk beberapa masalah akan sangat berguna untuk membuat diagranmnya dan
mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan pada diagram
tersebut. Biasanya dibutuhkan membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V=volume, m=massa
dsb ).

2.     Membuat Rencana Pemecahan Masalah

Kedua: Carilah hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak diketahui
yang memungkinkan anda untuk memghitung variabel yang tidak diketahui. Akan sangat
berguna untuk membuat pertanyaan: “Bagaimana saya akan menghubungkan hal yang
diketahui untuk mencari hal yang tidak diketahui? “. Jika anda tak melihat hubungan
secara langsung, gagasan berikut ini mungkin akan menolong dalam membagi masalah
ke sub masalah

1. Membuat sub masalah


2. Pada masalah yang komplek, akan sangat berguna untuk membantu jika anda
membaginya kedalam beberapa sub masalah, sehingga anda dapat membangunya
untuk menyelesaikan masalah.
3. Cobalah untuk mengenali sesuatu yang sudah dikenali.
4. Hubungkan masalah tersebut dengan hal yang sebelumnya sudah dikenali.
Lihatlah pada hal yang tidak diketahui dan cobalah untuk mengingat masalah
yang mirip atau memiliki prinsip yang sama.
5. Cobalah untuk mengenali polanya.
6. Beberapa masalah dapat dipecahkan dengan cara mengenali polanya. Pola
tersebut dapat berupa pola geometri atau pola aljabar. Jika anda melihat
keteraturan atau pengulangan dalam soal, anda dapat menduga apa yang
selanjutnya akan terjadi dari pola tersbut dan membuktikannya.
7. Gunakan analogi
8. Cobalah untuk memikirkan analogi dari masalah tersebut, yaitu, masalah yang
mirip, masalah yang berhubungan, yang lebih sederhana sehingga memberikan
anda petunjuk yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang lebih sulit.
Contoh, jika masalahnya ada pada ruang tiga dimensi, cobalah untuk melihat
masalah sejenis dalam bidang dua dimensi. Atau jika masalah terlalu umum, anda
dapat mencobanya pada kasus khusus
9. Masukan sesuatu yang baru
10. Mungkin suatu saat perlu untuk memasukan sesuatu yang baru, peralatan
tambahan, untuk membuat hubunganantara data dengan hal yang tidak
diketahui.Contoh, diagram sangat bermanfaat dalam membuat suatu garis bantu.
11. Buatlah kasus
12. Kadang-kadang kita harus memecah sebuah masalah kedalam beberapa kasus dan
pecahkan setiap kasus terbut.

Mulailah dari akhir (Asumsikan Jawabannya). Sangat berguna jika kita membuat
pemisalan solusi masalah, tahap demi tahap mulai dari jawaban masalah sampai ke data
yang diberikan
25

3.     Malaksanakan Rencana

Ketiga. Menyelesaikan rencana anda. Dalam melaksanakan rencana yang tertuang pada
langkah kedua, kita harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya
secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Sebuah persamaan
tidaklah cukup!

4.     Lihatlah kembali

Keempat. Ujilah solusi yang telah didapatkan. Kritisi hasilnya. lihatlah kelemahan dari
solusi yang didapatkan (seperti: ketidak konsistenan atau ambiguitas atau langkah yang
tidak benar) Pada saat guru menggunakan strategi ini, sebaiknya ditekankan bahwa
penggunaan objek yang dicontohkan dapat diganti dengan satu model yang lebih
sederhana, misalnya :

1) Membuat gambar atau diagram. Penekanan ini perlu dilakukan bahwa gambar


atau diagram yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu aktual,
yang penting bagian-bagian terpenting dari gambar itu dapat memperjelas
masalah.
2) Menemukan pola. Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses
menemukan suatu poladari sejumlah data yang diberikan, dapat mulai dilakukan
melalui sekumpulan gambar atau bilangan. Kegiatan yang mungkin dilakukan
antara lain dengan mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh
kumpulan gambar atau bilangan yang tersedia. Sebagai suatu strategi untuk
pemecahan masalah, pencarian pola yang pada awalnya hanya dilakukan secara
pasif melalui permasalahan yang dikeluarkan oleh guru, pada suatu saat
keterampilan itu akan terbentuk dengan sendirinya sehingga pada saat
menghadapi permasalahan tertentu, salah satu pertanyaan yang mungkin
muncul pada benak seseorang antara lain adalah : ”Adakah pola atau
keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap data yang diberikan?”. Tanpa melalui
latihan sangat sulit bagi seseorang untuk menyadari bahwa dalam permasalahan
yang dihadapinya terdapat pola yang bisa diungkap.
3) Membuat tabel.  Mengorganisasi data ke dalam sebuah tabel dapat membantu
kita dalam mengungkapkan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi
informasi yang tidak lengkap. Penggunaan tabel merupakan langkah yang
sangat efisien untuk melakukan klasifikasi serta menyusun sejumlah besar data
sehingga apabila muncul pertanyaan baru berkenaan dengan data tersebut, maka
kita akan dengan mudah menggunakan data tersebut, sehingga jawaban
pertanyaan tadi dapat diselesaikan dengan baik.
4) Memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik. Strategi ini biasanya
digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan menggambar tabel.
Dalam menggunakan strategi ini, kita tidak perlu memperhatikan keseluruhan
kemungkinan yang bisa terjadi.Yang kita perhatikan adalah semua
kemungkinan yang diperoleh dengan cara sistematik. Yang dimaksud sistematik
disini misalnya dengan mengorganisasikan data berdasarkan kategori tertentu.
Namun demikian, untuk masalah-masalah tertentu, mungkin kita harus
memperhatikan semua kemungkinan yang bisa terjadi.
5) Tebak dan periksa ( Guess and Check ).  Strategi menebak yang dimaksudkan
disini adalah menebak yang didasarkan pada alasan tertentu serta kehati-hatian.
Selain itu, untuk dapat melakukan tebakan dengan baik seseorang perlu
memiliki pengalaman cukup yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi.

 Soal Cerita

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dari kata soal dan cerita yang mempunyai arti
hal atau masalah yang harus dipecahkan dan cerita artinya tuturan yang membentangkan
bagaimana terjadinya suatu hal yang dipecahkan. Dalam pengajaran matematika,
pemecahan masalah sudah umumnya dalam bentuk soal cerita, biasanya soal cerita
disajikan dalam cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah
kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah soal
matematika yang disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
serta memuat masalah yang menuntut pemecahan. Soal cerita yang dimaksud dalam
tulisan ini adalah soal Matematika yang dinyatakan dalam bentuk cerita. Soal cerita yang
baik adalah yang berkaitan erat dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan
sehari-hari.

Kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal cerita tidak hanya
kemampuan skill (keterampilan) dan mungkin algoritma tertentu saja melainkan
dibutuhkan juga kemampuan yang lain, yaitu kemampuan dalam menyusun rencana atau
strategi yang akan digunakan dalam mengerjakan soal. Menurut Tim Matematika
Depdikbud (1983:27)setiap soal cerita dapat diselesaikan dengan rencana sebagai berikut:
27

1) Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada
dalam soal tersebut.
2) Menuliskan kalimat matematika yang menyatakan hubungan-hubungan itu dalam
bentuk operasi-operasi bilangan.
3) Menyelesaikan kalimat matematika tersebut, artinya mencari bilangan mana yang
membuat kalimat matematika itu menjadi benar.
4) Menggunakan penyelesaian itu untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan di
dalam soal.

Menurut Sumarmo dan Sukahar (1996:112) menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan


soal cerita matematika siswa dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menulis apa yang diketahui.


2) Menulis apa yang ditanyakan.
3) Menulis pengerjaan atau operasi matematika yang diperlukan.
4) Menulis kalimat bilangan atau kalimat matematika.
5) Mengerjakan kalimat bilangan dan dicari hasilnya.
6) Dari hasil itu ditulis jawaban soal cerita.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah
dalam proses pembelajarannya membutuhkan instrumen penilaian dalam bentuk tes hasil
belajar (khususnya tes prestasi akademik). Tes hasil belajar matematika merupakan salah
satu instrumen yang harus dibuat guru yang berisi sekumpulan pertanyaan yang
digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Tes juga dipakai
sebagai acuan dalam mengevaluasi tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
matematika yang diberikan selama periode tertentu (Depdiknas, 2005:14).

Ada dua tipe tes yang digunakan yaitu tes objektif dan tes uraian(essay) Tes objektif
adalah tes yang telah disediakan pilihan jawabannya, di antaranya dalam bentuk: benar-
salah (true-false), pilihan ganda(muliple choice), menjodohkan (mathching) dan isian
singkat (short answer). Sedangkan tes uraian berupa soal yang masing-masing memuat
permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawaban. Soal cerita termasuk kategori
soal uraian, sehingga siswa dituntut mengorganisasi sendiri jawaban yang diinginkan.
Soal bentuk cerita biasanya memuat pertanyaan yang menuntut pemikiran dan langkah-
langkah penyelesaaian secara sistematis. Hal ini menurut sebagian kalangan siswa
menjadi kendala baik dari kemampuan menangkap makna kalimat maupun kemampuan
mengetahui prosedur penyelesaiannya. Dengan demikian soal cerita dapat dikategorikan
sebagai masalah bagi sebagian besar siswa.

Soal cerita dalam pengajaran matematika menjadi sangat penting bagi perkembangan
proses berpikir peserta didik sehingga keberadaannya mutlak diperlukan. Menurut tim
matematika Depdikbud (1983), setiap soal cerita dapat diselesaikan dengan rencana
sebagai berikut:

1) Membaca dan memahami soal, kemudian memikirkan hubungan antar faktor-faktor


yang ada dalam soal tersebut.
2) Menulis kalimat matematika yang menyatakan hubungan-hubungan itu dalam bentuk
operasi-operasi bilangan.
3) Menyelesaikan kalimat matematika tersebut.
4) Menggunakan penyelesaian tersebut untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam
soal.

 Manfaat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

Melatih siswa untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan soal cerita, siswa
diharapkan mampu mengambil keputusan. Hal ini disebabkan siswa tersebut menjadi
terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relefan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang diperoleh (Herman
Hudoyo,1998:81). Apabila latihan tersebut dapat dilakukan sedini mungkin, maka berarti
akan membiasakan siswa untuk memecahkan dan menyelesaikan soal cerita. Mengingat
besarnya peranan matematika pada disiplin ilmu lain, maka kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan penyelesaian soal cerita, perlu sedini mungkin ditingkatkan.
Peningkatan tersebut dapat ditempuh dengan cara mengajar matematika dengan
penekanan pada eksplorasi serta model berpikir matematika.

 Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika

Kenyataan terjadi di Sekolah Dasar sering dijumpai dua bentuk soal matematika
yaitu soal dalam bentuk cerita dan soal dalam bentuk bilangan. Soal cerita sering
disiapkan dalam bentuk cerita pendek yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Panjang
pendeknya kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan soal cerita tersebut sangat
berpengaruh. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah soal cerita yang
29

disajikan dengan kalimat-kalimat yang disajikan dengan kalimat-kalimat yang berkaitan


dengan kehidupan sehari-hari, serta memuat masalah yang menuntut pemecahan.

Soal cerita dalam pengajaran matematika sangat penting bagi perkembangan proses
berpikir siswa, sehingga keberadaannya mutlak diperlukan. Soejadi dalam Muklis
(1999:6) menyatakan bahwa salah satu bahan ajar yang dapat menunjukkan suatu
penalaran matematika adalah proses penyelesaian soal cerita. misalnya: (1) masalah yang
diketahui dalam soal; (2) apa yang ditanyakan atau yang dicari; (3) operasi dan simbol
apa saja yang terlibat dalam soal itu; (4) model matematika manakah yang dapat diwakili
soal itu; dan (5) apa yang telah dikuasai yang perlu digunakan. Muklis (1999:6)
menyatakan bahwa setiap soal cerita diselesaikan dengan rencana sebagai berikut.

1) Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada
dalam soal tersebut.
2) Menuliskan apa yang diketahui dari soal tersebut.
3) Menuliskan apa yang ditanyakan.
4) Menuliskan kalimat matematika selanjutnya menyelesaikan sesuai dengan
ketentuan.
5) Menuliskan kalimat jawabannya.

Menyelesaikan soal cerita diperlukan keterampilan dan kemampuan berpikir,


sehingga bagi siswa perlu ada bimbingan dari guru baik secara lisan maupun tertulis
dalam menyelesaikan soal cerita. Apabila tanpa bimbingan atau siswa harus
menyelesaikan sendiri maka akan menjadi masalah bagi siswa.

Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya dalam Muklis (1999:150) sebagai usaha
untuk mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan
segera dapat dicapai agar siswa tidak mengalami kesulitan dan mampu menangkap
pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah. Jika siswa benar-benar mengetahui
prinsip-prinsip yang dipelajari sebelumnya, siswa mampu memilih pengalaman-
pengalaman yang lalu dan relevan dengan masalah yang dihadapi. Misalnya siswa akan
menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan hitung campuran, maka siswa harus
paham betul dengan operasi hitung yang telah dipelajari sebelumnya dan dapat
menyelesaikan sesuai dengan ketentuan. Sebagai konsekuensinya, agar siswa tidak
mengalami kesulitan maka pengajaran yang efektif harus mengubah bentuk permasalahan
ke dalam situasi yang telah dikenal siswa dengan bimbingan guru baik secara lisan atau
tertulis.
Manfaat Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Bentuk Soal Cerita

Dengan kemajuan teknologi peranan matematika sangat dibutuhkan, bukan hanya


digunakan pada ilmu teknik saja, melainkan pada ilmu sosialpun banyak menggunakan
konsep-konsep matematika. Oleh sebab itu sedini mungkin siswa dilatih untuk
memecahkan masalah dengan sering diberi soal yang berbentuk cerita, sehingga siswa
terbiasa untuk mengambil keputusan dengan cepat jika suatu saat siswa menjumpai
masalah.

Hudoyo dalam Muklis (1999:8) mengatakan apabila latihan tersebut dapat dilakukan
sedini mungkin berarti siswa akan terbiasa untuk memecahkan masalah dan
menyelesaikan soal yang berbentuk cerita dengan cepat dan benar. Langkah-langkah
dalam menyelesaikan soal cerita menggunakan Metode Polya dengan langkah-
langkahnya memungkinkan siswa untuk mengerjakan secara sistematis, runtut, urut,
tekun dan cermat. Dengan keterampilan memahami, menuliskan kalimat matematika dan
prosedur yang benar, maka siswa dalam menyelesaikan soal cerita akan lebih cepat
menguasai dan memecahkan. Hal yang demikian siswa akan lebih meningkat
kemampuannya dalam menyelesaikan soal cerita.

Menyelesaikan Soal Cerita dengan Langkah-langkah Polya

Pembelajaran Matematika Dalam hal kemampuan menyelesaikan soal cerita sangat


dibutuhkan untuk menunjang belajar mata pelajaran lain atau untuk hidup di masyarakat.
Oleh sebab itu perlu diadakan cara yang memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita yang dihadapi. Polya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membimbing
para siswa serta mencari cara agar siswa dapat dengan mudah menyelesaikan soal cerita
itu. Cara yang digunakan oleh Polya untuk menyelesaikan soal cerita itu dikenal dengan
langkah-langkah Polya, yang meliputi soal cerita itu dibuat lebih operasional sebagai
berikut.

1) Memahami masalah. Memahami masalah yang dimaksud adalah semua unsur yang


ada di dalam soal cerita ke dalam bentuk yang lebih jelas dengan menuliskan apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
2) Membuat Rencana Penyelesaian. Pada langkah ini siswa diminta untuk menuliskan
kalimat matematika dari soal cerita itu dengan menggunakan operasi hitung yang
sudah diketahui oleh siswa, misalnya +,- x,: dan penggunaan tanda ( ).
31

3) Pelaksanaan Rencana Penyelesaian. Pelaksanaan rencana ini adalah menyelesaikan


kalimat yang telah ditulis sesuai dengan aturan urutan operasi hitung yang berlaku.
4) Memeriksa Kembali. Pada langkah ini siswa diharapkan dapat memeriksa kembali
jawaban soal cerita dengan cara mencocokkan kembali antara hasil jawaban dengan
soal semula. Agar langkah tersebut di atas lebih jelas akan peneliti berikan
beberapa contoh soal cerita dan penyelesaiannya dengan menggunakan langkah-
langkah Polya.

Kendala utama para siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita adalah lemahnya
kemampuan mereka dalam memahami maksud soal dan kurangnya keterampilan
menyusun rencana penyelesaiannya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bentuk soal
yang disajikan selama ini baik pada ulangan akhir semester maupun ujian nasional adalah
bentuk pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda ini kurang efektif mengukur beberapa
tipe pemecahan masalah, juga kurang efektif mengukur kemampuan mengorganisir dan
mengekspresikan ide (Depdiknas, 2005:21).

George Polya dalam Muzer (1993) telah menyajikan teknik-teknik pemecahan


masalah yang tidak hanya menarik tetapi juga dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
prinsip-prinsip yang dipelajari selama belajar matematika akan ditransfer seluas-
luasnya. Masalahnya sekarang adalah : Masihkag guru terjebak dalam model
pembelajaran konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran, padahal setiap
materi pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memerlukan teknik
yang berbeda pula

D. Kerangka Berpikir

Langkah-langkah Polya menuntun siswa dalam menyelesaikan soal cerita secara


sistematis dan dengan proses yang benar. Langkah-langkah tersebut akan memudahkan
siswa untuk mengetahui apa yang ditanyakan, membuat kalimat matematika dan
menyelesaikan soal cerita.
Keterampilan guru dalam menjelaskan materi merupakan salah satu yang harus
dikuasai guru. Penguasaan keterampilan menjelaskan akan sangat mewarnai
pembelajaran yang diselenggarakan, yang pada akhirnya akan menentukan kualitas
hasil belajar yang dicapainya. Seorang guru yang baik tidak cukup hanya menguasai
materi (secara benar), tetapi harus dilengkapi berbagai keterampilan termasuk
keterampilan menjelaskan sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan sempurna
serta memperhatikan sikap perkembangan perilaku dan keterampilan siswa.

Di dalam menjelaskan soal cerita seorang guru harus menyadari bahwa perbendaharaan
kata-kata yang diungkapkan yang dimiliki siswa terbatas sehingga guru tidak perlu
menggunakan kalimat yang berbelit-belit, meragukan, dan berlebihan. Seorang guru
hanya memberikan penekanan kepada kalimat di anggap penting.

Langkah dalam mengorganisasikan materi, guru harus menunjukkan secara pola atau
struktur sajian untuk soal cerita khususnya hubungan antara contoh-contoh dengan
menggunakan bantuan gambar-gambar atau bagan yang berhubungan langsung dengan
kehidupan siswa.

Adapun skema kerangka berpikir yang dapat peneliti gambarkan dari kedua variabel
penelitian ini adalah:

Kemampuan siswa dalam


menyelesaikan soal cerita
belum menunjukkan hasil KBM METODE
yang optimal, maka perlu POLYA

upaya yang dapat Prestasi Belajar Siswa


EFEKTIF Menjadi Meningkat
meningkatkan kemampuan
tersebut melalui
pembelajaran matematika di
kelas III
33

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Melalui penerapan
metode Polya prestasi belajar siswa kelas III SD Inpres Warikeo dalam menyelesaikan
soal cerita pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan dapat meningkat”.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah siswa SD Inpres Warikeo dengan jumlah siswa sebanyak
42 siswa.

B. Subyek Penelitan

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III sebanyak 42 orang, guru
peneliti 1 orang dan 2 orang guru pengamat.

C . Prosedur Kerja dalam Penelitian

Melalui penggunaan metode Polya dimaksudkan dapat meningkatkan prestasi


belajar siswa pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan dalam soal cerita.
Adapun pelaksanaannya telah direncanakan sebanyak tiga siklus dan masing-masing
siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi.

Alur tiap siklus dalam penelitian ini sebagaimana dilukiskan dalam skema
berikut ini.

PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN

REFLEKSI

Keterangan:

Skema siklus di atas tidak hanya untuk satu siklus, tetapi untuk dua siklus
tindakan. Setiap siklus kegiatannya sebagaimana skema di atas.
Prosedur tersebut secara garis besar dapat dijelaskan skema berikut.

1. Siklus 1

a. Perencanaan
35

1) Dokumentasi kondisional meliputi data hasil ulangan pokok bahasan


penjumlahan dan pengurangan bentuk soal cerita dan data hasil
pengamatan guru dalam pembelajaran matematika.
2) Identifikasi masalah

Identifikasi dan klarifikasi semua masalah-masalah yang dihadapi oleh


siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Menerapkan metode Polya sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan bentuk soal cerita.
b. Tindakan

1) Guru menyiapkan rencana pengajaran.

2) Guru memberikan soal-soal pada siswa.

3) Guru mengevaluasi tingkat daya serap siswa terhadap proses


pembelajaran.

c. Pengamatan

Sesuai dengan apa yang diinginkan guru, maka rencana


penelitian ini berupa prosedur kerja dalam penelitian tindakan yang
dilaksanakan di dalam kelas. Pelaksanaan atau tindakan siklus 1 sesuai
dengan perencanaan yang diprogramkan,sebagai berikut.
1) Permasalahan diidentifikasi dan masalah dirumuskan. Dalam hal ini
guru atau peneliti memilih model pembelajaran melalui metode
Polya.
2) Merencanakan pembelajaran dengan menerangkan materi pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan bentuk soal cerita dan cara
penyelesiannya.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran seperti bertanya, mengungkapkan pendapat,
diskusi dan lain sebaginya.
4) Guru memberikan soal-soal latihan setiap sub pokok bahasan selesai.

5) Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus 1.

Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data


aktivitas pembelajaran, baik data pembelajaran (guru) maupun data
pembelajaran siswa. Peneliti menyiapkan alat pengamatan yang
dilakukan dengan data pengukur.

d) Refleksi

Data dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti. Refleksi


dilakukan dengan cara mengukur baik cara kuantitatif maupun kualitatif.
Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian disimpulkan bagaimana
hasil belajar siswa dan bagaimana hasil pembelajaran guru.
Kemudian direfleksikan berupa hasil analisis yang telah dikerjakan.

a) Apakah terjadi peningkatan kualitas belajar sebelum diterapkan


pembelajaran dengan metode Polya?
b) Apakah metode Polya yang dilakukan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa?

c) Berapakah jumlah siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar


setelah dilakukan pembelajaran?
d) Sudahkah mencapai target yang diinginkan guru?

e) Sudahkah guru menerapkan struktur pengajaran matematika yang


baik?
f) Sudahkah guru mengadakan pendekatan pada siswa dengan baik dan
menggunakan metode Polya dalam pembelajaran secara
tepat?
37

2. Siklus 2

a) Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, maka diadakan perencanaan


yang meliputi:
1) Identifikasi masalah

Masalah siklus 1 yang belum berhasil pada pokok bahasan pada


himpunan.
2) Rencana tindakan

Penerapan pendekatan keterampilan proses harus lebih


ditekankan lagi terutama keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar.
b) Tindakan

1) Guru melakukan semua tindakan pada siklus 1.

2) Guru memberikan soal latihan–latihan.

3) Menjelasskan materi lanjutan.

4) Mengadakan Tes akhir siklus 2

c) Pengamatan

Pelaksanaan atau tindakan siklus 2 sesuai dengan perencaan yang


diprogramkan yaitu:
1) Atas dasar hasil siklus 1, maka permasalahan dapat diidentifikasi dan
dirumuskan.
2) Mengontrol siswa yang kurang aktif dengan cara mendekatakan dan
bimbingan khusus.
3) Guru menerangkan kembali materi yang kurang paham dengan
contoh-contoh soalnya.
4) Merencanakan kembali pembelajaran dengan menggunakan metode
Polya beserta langkah-langkahnya dalam pembelajaran serta
mengembangkan soal-soal latihan.
5) Siswa diberi soal-soal latihan untuk dibahas kembali.

6) Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus 2.

Observasi yang peneliti lakukan berupa tindakan ulang pada siklus 1


untuk diketahui hasilnya.
d) Refleksi

Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus 1 dan siklus 2, kemudian


melakukan refleksi terhadap tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
Analisis terhadap keberhasilan siklus 1 dan 2, kemudian tindakan apa yang
perlu dilakukan pada siklus 3 selanjutnya.
3. Siklus 3

1) Perencanaan ulang

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, maka diadakan perencanaan ulang
yang meliputi sebagai berikut.
1) Identifikasi masalah
Masalah siklus 2 yang belum berhasil pada pokok bahasan tersebut.
kesulitan yang dihadapi siswa dan kegairahan siswa dalam
pembelajaran.
2) Rencana tindakan

Penerapan metode Polya harus lebih ditekankan lagi terutama


keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
b) Tindakan

1) Guru melakukan semua tindakan pada siklus 2.

2) Guru memberikan soal latihan–latihan.


39

3) Menjelaskan materi lanjutan dengan alat peraga yang lebih banyak


dan variatif terutama soal latihan pada siklus 2 yang dianggap paling
sulit oleh siswa.
4) Mengadakan Tes akhir siklus ke-3.

c) Pengamatan

Pelaksanaan atau tindakan siklus 3 sesuai dengan perencanaan yang


diprogramkan yaitu :
1) Atas dasar hasil siklus 2, maka permasalahan dapat diidentifikasi dan
dirumuskan.
2) Mengontrol siswa yang kurang aktif dengan cara pendekatan dan
bimbingan khusus, dan yang pandai diberikan pengayaan materi
dalam pemeblajaran.
3) Guru menerangkan kembali materi yang kurang paham dengan
contoh-contoh soalnya.
4) Memastikan keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran konsep bangun ruang.
5) Siswa diberi soal-soal latihan untuk dibahas kembali.

6) Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus 3.

d) Refleksi

Peneliti melakukan analisis semua tindakan pada siklus 1 dan siklus


2, kemudian melakukan refleksi dengan adanya pendekatan yang dilakukan
dalam tindakan kelas. Analisis terhadap keberhasilan siklus I,II dan III,
kemudian tindakan apa yang perlu dilakukan. Penelitian tindakan ini dibatasi
sampai siklus 3.

D. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data

1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi siswa kelas III dan guru peneliti
serta guru mitra.
2. Jenis Dat

Data yang didapatkan dalam PTK ini berupa data kuantitatif, yang

terdiri dari:

1) Hasil belajar siswa

2) Data situasi pembelajaran.

3) Data pelaksanaan pembelajaran oleh guru.


4) Jurnal penelitian

5) Rencana pembelajaran.

3. Cara Pengambilan

1) Data Hasil belajar diambil melalui tes setiap akhir siklus.

2) Data situasi kondisi KBM diambil melalui observasi kelas.

3) Data refleksi dan perubahan-perubahan yang terjadi di kelas diambil


melalui jurnal keberhasilan yang dibuat guru.
4) Data pelaksanaan pembelajaran diambil melalui observasi guru
peneliti oleh guru mitra.
5) Rencana pembelajaran disusun guru peneliti.

E. Tolok Ukur Keberhasilan

Indikator keberhasilan tiap siklus adalah jika siswa dalam kelas telah
mencapai nilai 75 ke atas sebanyak 75%, maka dikatakan pembelajaran telah
berhasil tuntas dan jika sebaliknya yaitu secara klasikal siswa yang mendapat nilai
75 ke atas kurang dari 75%, maka dikatakan pembelajaran belum tuntas
belajar.
41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

Hasil penelitian dalam siklus I dapat dipaparkan secara terperinci sebagaimana


pemaparan berikut ini.

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut.


1) Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran Penelitian Tindakan kelas.

2) Meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru yang akan menjadi pengamat.
3) Mengadakan orientasi pra siklus kepada siswa untuk menginformasikan
maksud dan tujuan penelitian ini.

4) Menyusun rencana pembelajaran.

5) Menyusun lembar kerja siswa

6) Membuat alat evaluasi dan kunci jawaban

7) Menyusun instrumen observasi dan daftar siswa

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan yang direncanakan, adapun kegiatannya


meliputi:

1) Jumlah pertemuan 4 kali yaitu pertemuan pertama untuk orientasi, pertemuan


kedua, ketiga, dan keempat untuk kegiatan pembelajaran.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana

kegiatan.
43

3) Mengadakan evaluasi akhir siklus.

4) Mengkoreksi hasil pekerjaan siswa.

5) Memberi tugas sebagai pekerjaan rumah (PR).

Dalam kegiatan pembelajaran ini, guru dapat melaksanakan kegiatan dengan baik
meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti kondisi pelaksanaan
pembelajaran belum optimal, siswa masih kurang berminat, motivasi belajar yang
diberikan guru belum optimal dan langkah-langkah Polya yang dipergunakan belum
optimal.
c. Pengamatan

Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan dapat


diketahui sebagai berikut.
Tabel 1 Partisipasi Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
Partisipasi Siklus I

Siswa Jumlah Siswa Persen


Acuh 9 23%
Sedang 11 27 %
Aktif 20 50 %
Jumlah 40 100 %
Mencermati tabel partisipasi siswa tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pada
siklus I, siswa yang acuh tak acuh sebanyak 9 siswa. Pada siklus II berkurang menjadi 4
siswa. Sikap acuh tak acuh tersebut karena ada faktor lain.
Siswa yang sangat aktif pada siklus I sebanyak 20 menjadi 30 siswa tersebut
merupakan peningkatan yang menggembirakan, dalam kegiatan penelitian ini, kesulitan
yang dihadapi siswa yaitu sikap antipati terhadap pelajaran matematika karena pada saat
pembelajaran matematika, guru kelas III sering memberi hukuman kepada siswa yang
tidak mengerjakan PR dan memarahinya di depan siswa lain, hal ini menurut
pengamatan peneliti merupakan sikap yang harus diubah oleh guru itu sendiri.
Hasil observasi yang dilakukan guru peneliti, diperoleh informasi bahwa pada saat
pembelajaran siklus I, guru belum melakukan pembelajaran sesuai yang direncanakan
dalam RP. Penggunaan metode Polya yang dijelaskan guru perlu ditingkatkan kembali
dan seharusnya guru menjelaskan secara urut langkah-langkah Polya untuk
menyelesaikan soal cerita.
Hasil pengamatan guru peneliti di peroleh data berupa saran yaitu peneliti agar
memperbanyak LKS kepada siswa, membimbing siswa yang masih kesulitan belajar
dan mengelola kelas agar lebih kondusif.
Pada tahap ini guru peneliti telah menyusun perencanaan dengan baik, alat peraga
yang digunakan cukup baik, dan penguasaan materi pelajaran sangat bagus.
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat dikatakan cukup baik, hanya saja
kemampuan siswa perlu ditingkatkan sehingga lebih menguasai materi yang diberikan.
d. Refleksi

Berdasarkan hasil tes akhir siklus (lampiran 1)diketahui bahwa ratarata kelas hasil
belajar siswa baru mencapai 5,7. Adapun secara rinci perolehan siswa yang memperoleh
nilai keberhasilan dapat dirangkum pada tabel berikut ini.
Tabel 2 Prestasi Belajar Siswa Siklus I

Siklus I

Partisipasi siswa Jumlah Siswa Persen

Nilai < 75 36 90 %

Nilai > 75 4 10 %
Partisipasi siswa 40

Jumlah Siswa Persen

Tuntas Belajar 4 10 %

Tidak Tuntas Bel 36 90 %


Nilai Rata-rata 5,7

Tarap Serap 5,7 x 100 % = 57 %

Aspek tingkat kesalahan siswa dalam memahami soal cerita di kelas III SD
45

Inpres Warikeo adalah sebagai berikut.

Tabel 3 Aspek Tingkat Kesalahan Siswa dalam Mengerjakan Soal

Tingkat Pemahaman Soal Cerita Siklus I


1) Tidak dapat menulis apa yang diketahui dan 86 %
ditanyakan
2) Tidak dapat menulis kalimat matematika
80,3 %
3) Tidak dapat melakukan penghitungan
83,3 %
4) Tidak dapat memecahkan antara hasil dengan
soal semula.
90 %
Keberhasilan yang dicapai pada akhir siklus 10%

Kriteria Ketuntasan Belum

4. Hasil Pengamatan Terhadap Guru Peneliti dalam Pembelajaran di Kelas

Tabel 4 Hasil Pengamatan terhadap Guru Peneliti


Item yang diamati Siklus I

1. Pendahuluan 2

2. Pengembangan Materi Pelajaran 3

3. Penerapan Metode Polya 2

4. Penutup 2
Rata-rata 2,1
Kriteria Cukup

Hasil penelitian yang dilaksanakan peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan


kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada siklus I di kelas III,
sebagaimana hasil tes akhir pada siklus I terhadap 40 siswa yang dipaparkan
sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 5 Analisis Kemampuan Siswa dalam Mengerjakan Soal
No Nomor Jml Jumlah Siswa Yang Sisa Anak yang belum

Soal Siswa Menjawab Betul Mampu menyelesaikan


1 1 40 9 31

2 2 40 7 33

3 3 40 5 35

4 4 40 4 36

5 5 40 6 34
Berdasarkan hasil analisis pada siklus I tersebut di atas, diketahui bahwa siswa yang
mesih belum mampu mengerjakan soal lebih dari 80%, hal ini menjadi dasar bagi
peneliti untuk merefleksi kembali apa yang perlu dilakukan pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini meliputi sebagai berikut.


1) Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran Penelitian Tindakan kelas.

2) Menyusun rencana pembelajaran siklus II.


3) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Polya

untuk menyelesaikan soal cerita.

4) Menyusun Lembar Kerja Siswa

5) Membuat alat evaluasi dan kunci jawaban

6) Menyusun instrumen observasi dan daftar siswa

a Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan yang direncanakan, adapun


kegiatannya meliputi:
47

1) Jumlah pertemuan 3 kali yaitu pertemuan pertama untuk kegiatan


pembelajaran dan evaluasi akhir siklus.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana

kegiatan.
3) Mengadakan evaluasi akhir siklus.

4) Mengkoreksi hasil pekerjaan siswa.

5) Memberi tugas sebagai pekerjaan rumah (PR).

Dalam kegiatan pembelajaran ini, guru dapat melaksanakan kegiatan dengan baik
meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti kondisi pelaksanaan
pembelajaran belum optimal, siswa masih kurang berminat, motivasi belajar yang
diberikan guru belum optimal dan langkah-langkah Polya yang dipergunakan
mendekati optimal.
b Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan siswa oleh guru peneliti tampaknya ada perubahan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu ada peningkatan-penbingkatan
yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran. Perubahan peningkatan tersebut
dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6 Partisipasi Siswa dalam Proses Belajar Mengajar

Partisipasi Siklus I Siklus II

Siswa Jumlah Siswa Persen Jumlah Siswa Persen

Acuh 5 12,5% 3 7,5 %


Sedang 8 20 % 2 5%
Aktif 27 67,5 % 35 87,5 %
Jumlah 40 100 % 40 100 %
Hasil pengamatan yang dilakukan guru pengamat terhadap guru penelitian diketahui
bahwa pada siklus II, pembelajaran berlangsung dengan baik, dimana penyajian materi
pelajaran dengan menggunakan metode Polya dapat dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan dalam rencana pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Polya dikatakan cukup baik dimana


guru peneliti dikatakan menguasi materi pelajaran, mampu dan mau membimbing
siswa yang mengalami kesulitan serta memiliki kemampuan dalam memberikan
contoh pengerjaan soal dengan metode Polya.
49

c Refleksi siklus II

Sebelum melakukan refleksi berikut dipaparkan nilai akhir siklus II

Tabel 7 Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tes

No Nomor Jumlah Siswa Yang Sisa Anak yang belum

Soal Menjawab Betul Mampu menyelesaikan


1 1 34 6

2 2 35 5

3 3 33 7

4 4 35 5

5 5 34 6
Jumlah 171 29

Peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita tersebut, diatas dapat menjadi


ukuran keberhasilan dalam penelitian ini. kemudian secara prestasi belajar di mana
pada siklus I rata-rata 6,9 dan pada siklus II rata-rata menjadi 8,4.

Dilihat dari indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam bab III yaitu standar nilai
75, maka dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 8 Prestasi Belajar Siswa Siklus II

Siklus II

Partisipasi siswa Jumlah Siswa Persen

Nilai < 75 11 27,5

Nilai ≥ 75 29 72,5

Partisipasi aktif 87,5%


siswa Jumlah Siswa Persen

Tuntas Belajar 29 72,5

Tidak Tuntas Bel 27,5


11
Nilai Rata-rata 8,4

Tarap Serap 8,4 x 100% = 84%

Berdasarkan hasil refleksi siklus II maka dapat dikatakan tuntas belajar hal ini
menunjukkan keberhasilan dalam penggunaan metode Polya yang dilaksanakan dalam
pembelajaran.

3. Siklus III

a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah ,masalah siklus 2 yang belum berhasil pada pokok
bahasan tersebut. kesulitan yang dihadapi siswa dan kegairahan siswa dalam
pembelajaran.
2) Menyusun Rencana Pembelajaran

3) Menyusun LKS lebih banyak.

4) Menyusun alat evaluasi.

b. Tindakan

a) Guru melakukan pembelajaran seperti yang telah dil;akukan pada siklus 2.


Penerapan metode Polya harus lebih ditekankan lagi terutama keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar.
b) Guru memberikan soal latihan–latihan.

c) Menjelaskan materi lanjutan dengan alat peraga yang lebih banyak dan
variatif terutama soal latihan pada siklus 2 yang dianggap paling sulit oleh
siswa.
d) Mengadakan Tes akhir siklus ke-3.
51

c. Pengamatan

Partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat diketahui dari hasil pengamatan


guru, yang dapat dipaparkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 9 Partisipasi Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
Partisipasi Siklus II Siklus III

Siswa Jumlah Siswa Persen Jumlah Siswa Persen

Acuh 4 10 % 2 5%
Sedang 6 15% 1 2,5%
Aktif 30 75 % 37 92,5%
Jumlah 40 100 % 40 100%
Mencermati tabel partisipasi siswa tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
pada siklus III, siswa yang acuh tak acuh sebanyak 2 siswa. Pada siklus
III sikap acuh tak acuh tersebut dapat ditekan sehingga berkurang jumlahnya.

Siswa yang sangat aktif pada siklus II sebanyak 30 siswa, pada siklus III
meningkat menjadi 37 siswa. Hal tersebut merupakan peningkatan yang
menggembirakan. Dalam kegiatan penelitian ini, kesulitan yang dihadapi siswa
yaitu kurangnya pemahaman terhadap maksud soal, prosedur penyelesaian soal
dan adanya sikap tergantung terhadap hasil pekerjaan teman.
Kesulitan dapat ditekan dan diatasi melalui pemberian latihan soal dengan
bimbingan guru, ternyata hasil yang dicapai sangat menggembirakan karena
bertambahnya peningkatan motivasi menjadikan bertambah baiknya hasil belajar
yang dicapai. Penguasaan materi pelajaran bentuk soal cerita dengan langkah-
langkah metode Polya dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena hasil
belajar bertambah baik.
d. Refleksi

Sebelum melakukan refleksi, terlebih dahulu disajikan nilai hasil belajar


siswa siklus III dan hasil pengamatan yang telah dilakukan pengamat dalam
kegiatan pembelajaran pada siklus III.
Tabel 8 Prestasi Belajar Siswa Siklus III
Siklus III
Partisipasi siswa Jumlah Siswa Persen
Nilai < 75 3 7 ,5%
Nilai ≥ 75 37 92 ,5%

Partisipan 92%
Aktif siswa Jumlah Siswa Persen
Tuntas Belajar 37 7 ,5%
Tidak Tuntas Bel 3 92 ,5%
Nilai Rata-rata 40 100 %
Tarap Serap 9,2

Tabel 3 Aspek Tingkat Kesalahan Siswa dalam Mengerjakan Soal


Tingkat Pemahaman Soal Cerita Siklus III

1) Tidak dapat menulis apa yang diketahui dan 5%


ditanyakan
2) Tidak dapat menulis kalimat matematika
5%
3) Tidak dapat melakukan penghitungan
5%
4) Tidak dapat memecahkan antara hasil
dengan soal semula.
5%
Keberhasilan yang dicapai pada akhir siklus 92,5%

Kriteria Ketuntasan Belum

Tabel 4 Hasil Pengamatan terhadap Guru Peneliti

Item yang diamati Siklus III

1. Pendahuluan/Appersepsi 4

2. Pengembangan Materi Pelajaran 4

3. Penerapan Metode Polya 4

4. Penutup 4
Rata-rata 41
53

Kriteria Sangat Baik


Hasil penelitian dari dua siklus yang dilaksanakan peningkatan prestasi belajar
siswa. Peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada siklus I di
kelas III, sebagaimana hasil tes akhir pada siklus III terhadap 40 siswa yang dipaparkan
sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel 9 Analisis Kemampuan Siswa dalam Mengerjakan Soal Pada Akhir Siklus III

No Nomor Jml Jumlah Siswa Yang Sisa Anak yang belum

Soal Siswa Menjawab Betul Mampu menyelesaikan


1 1 40 40 0

2 2 40 38 2

3 3 40 40 0

4 4 40 40 0

5 5 40 38 2

Berdasarkan hasil analisis pada siklus III tersebut di atas, diketahui bahwa siswa
yang masih belum mampu mengerjakan seluruh soal sebanyak 2 orang siswa.
Keduanya baru dapat menyelesaikan 3 soal, secara normatik keduanya telah dapat
dikatakan lulus karena mendapat nilai 6, namun dalam penelitian ini belum dikatakan
tuntas.
Meskipun demikian perlu kiranya diketahui bahwa penggunaan metode Polya
telah mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan kepada siswa baik dalam hal motivasi belajarnya, sikap dalam menyelesaikan
soal, disiplin dalam penggunaan waktu yang tersedia..
B. Pembahasan

Hasil penelitian berdasarkan melihat tabel tersebut di atas, maka peneliti jelaskan
bahwa:
1. Siklus Pertama
Hasil penelitian menunjukkan bawa dari 40 siswa ternyata ada 36 siswa yang kurang
aktif atau acuh dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena
siswa tidak memiliki prasyarat dalam mengikuti pembelajaran Pokok Belajar: Soal
cerita dalam pengajaran hitung. Maka siswa ini harus diberi motivasi agar lebih
semangat dalam proses belajar mengajar yaitu dengan diberi pernyataan-pernyataan
yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Bila jawaban siswa benar, guru
memberi penguatan agar siswa merasa senang.
Melihat hasil prestasi siswa, ternyata dari 40 siswa terdapat 36 orang siswa (90%)
yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar yaitu yang mendapat nilai <75 sedang
siswa yang tuntas belajar ada 4 siswa (10%) dengan perolehan nilai rata-rata sebesar
dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran 57%. Dengan demikian peneliti
perlu melakukan tindakan selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita.
Mendasari pada tabel hasil pengamatan oleh guru lain dapat dijelaskan bahwa dalam
siklus pertama penguasaan guru terhadap materi pelajaran sudah baik, tetapi perhatian
guru kurang merata pada seluruh siswa sehingga ada beberapa siswa yang kurang aktif
dan sibuk bermain sendiri.
Melihat hasil penelitian di kelas III tersebut diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Siswa kurang dapat mengungkapkan soal cerita ke dalam kalimat matematika.
Sehingga jika salah dalam penulisan kalimat matematika secara langsung siswa
akan mengalami kesalahan pada tahap perhitungan dan menarik kesimpulan.
2. Siswa tidak mampu melakukan perhitungan karena tidak memakai aturan urutan
pengerjaan hitung sehingga tidak dapat menggunakan dalam
berbagai situasi soal.

3. Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil yang sesuai dengan apa yang di kehendaki
oleh soal, sebab siswa keliru dalam melakukan perhitungan.
Tindakan yang harus dilakukan pada siswa yang mengalami kesulitan adalah
sebagai berikut.
1. Siswa yang tidak dapat memahami soal diberikan soal-soal yang terstruktur dan
lebih sederhana.
55

2. Siswa yang kurang dapat mengungkapkan soal cerita kedalam kalimat matematika
dibimbing dan dibantu dengan diberi rambu-rambu dalam menjawab dan alur
penyelesaianya. Sehingga siswa lebih mudah menjawabnya.
3. Siswa yang tidak dapat perkalian diberi PR untuk menghafal perkalian.

4. Siswa yang memahami aturan urutan pengerjaan hitung campuran dibimbing


dengan ditunjukan bagian yang harus dikerjakan dulu serta sering diberi latihan
soal yang menggunakan operasi hitung yang sederhana.
5. Siswa yang tidak dapat menarik kesimpulan atau mengembalikan kebentuk
semula diberi latihan soal yang sederhana dan dibimbing bagaimana cara
mengembalikan kebentuk semula.
2 Siklus Kedua

Pada siklus kedua ini, siswa yang kurang aktif sudah berkurang jika
dibandingkan dengan siklus pertama. Dari hasil prestasi siswa juga terjadi
peningkatan kemampuan siswa terhadap menyelesaikan soal, terbukti siswa yang
tidak tuntas belajar masih ada 7 siswa atau 27,5%. Hal ini perlu di atasi mel;alu
latihan dalam memahami maksud soal cerita dengan bimbingan guru secara khusus.
Peneliti tetap berusaha untuk memberi bimbingan khusus kepada siswa tersebut
di luar jam pelajaran. Sedangkan siswa yang tuntas belajar ada 33 anak (72,5 %)
dengan nilai rata-rata kelas 8,4 serta daya serap pada siklus kedua adalah 84% yang
berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
3. Siklus III

Prestasi belajar pada siklus III rata-rata kelas mencapai 9,2 naik dari rata-rata
kelas 8,4 pada akhir siklus II. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan
kemampuan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas.
Hasil pengamatan dalam KBM oleh guru mitra, bahwa tindakan kelas guru
menunjukan ada peningkatan dibanding siklus pertama yaitu perhatian guru sudah
menyeluruh dan siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran mendapat perhatian
guru dan berhasil memotivasinya.
Kriteria keberhasilan siswa dalam mempelajari materi suatu pokok bahasan yang
berbentuk soal cerita di kelas III SD Inpres Warikeo Kecamatan Golewa Barat
kabupaten Ngada tahun pelajaran 2018/2019
1. Secara individu bila mereka sudah dapat mencapai nilai 7,5 atau lebih berarti
sudah menyerap materi yang telah diajarkan sebesar 75 % atau lebih dikatakan
tuntas belajar.
2. Jumlah siswa dalam kelas dapat menyerap materi 75 % dari jumlah siswa
keseluruan di kelas III dengan nilai rata-rata kelas mencapai
> 75.

3. Dengan melihat tabel pengamatan oleh guru lain dalam KBM dapat dijelaskan
bahwa dalam siklus pertama penguasaan guru terhadap materi pelajaran sudah
baik, tetapi perhatian guru kurang merata diseluruh kelas sehingga ada
beberapa siswa yang pasif dan sibuk bermain sendiri. Pada siklus kedua
kegiatan guru dalam KBM sudah mendekati sempurna. Perhatianya sudah
merata seluruh kelas dan siswa kelihatan aktif mencapai 87%.
Melihat hasil penelitian di kelas III tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa:
1. Siswa kurang dapat nmengungkapkan soal cerita ke dalam kalimat matematika.
Sehingga jika salah dalam penulisan kalimat matematika secara langsung siswa
akan mengalami kesalahan pada tahap perhitungan dan menarik kesimpulan.
2. Siswa tidak mampu melakukan perhitungan karena tidak mengalami konsep
perkalian dan aturan urutan pengerjaan hitung sehingga tidak dapat menggunakan
dalam berbagai situasi soal.
3. Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil yang sesuai dengan apa yang di kehendaki
oleh soal, sebab mereka salah dalam melakukan perhitungan.
Tindakan yang harus dilakukan pada siswa yang mengalami kesulitan adalah
sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak dapat memahami soal diberikan soal-soal yang terstuktur dan
lebih sederhana.
2. Siswa yang kurang dapat mengungkapkan soal cerita kedalam kalimat matematika
dibimbing dan dibantu dengan diberi rambu-rambu dalam menjawab dan alur
penyelesaianya. Sehingga siswa lebih mudah menjawabnya.
3. Siswa yang tidak dapat perkalian diberi PR untuk menghafal perkalian.
57

4. Siswa yang memahami aturan urutan pengerjaan hitung campuran dibimbing


dengan ditunjukan bagian yang harus dikerjakan dulu serta sering diberi latihan
soal yang menggunakan operasi hitung yang sederhana.
5. Siswa yang tidak dapat menarik kesimpulan atau mengembalikan kebentuk
semula diberi latihan soal yang sederhana dan dibimbing bagaimana cara
mengembalikan kebentuk semula.
Kriteria keberhasilan siswa dalam mempelajari materi suatu pokok bahasan
1. Secara individu bila mereka sudah dapat mencapai 6,5 atau lebih berarti sudah
menyerap materi yang telah diajarkan sebesar 65 % atau lebih dikatakan tuntas
belajar.
2. Jumlah siswa dalam kelas dapat menyerap materi 75 % da5ri jumlah siswa
keseluruhan dengan nilai rata-rata kelas mencapai > 75.
3. Dengan melihat tabel pengamatan oleh guru lain dalam KBM dapat dijelaskan
bahwa dalam siklus pertama penguasaan guru terhadap materi pelajaran sudah
baik, tetapi perhatian guru kurang merata diseluruh kelas sehingga ada
beberapa siswa yang pasif dan sibuk bermain sendiri. Pada siklus kedua
kegiatan guru dalam KBM sudah mendekati sempurna. Perhatianya sudah
merata seluruh kelas dan siswa kelihatan aktif mencapai 87%.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I,II dan siklus III, maka tindakan yang
perlu dilakukan guru dalam pembelajaran matematika adalah:
1. Merubah sikap mental siswa atau persepsi siswa terhadap pelajaran matematika
yang sering menjadi momok siswa kelas III SD Inpres Warikeo
2. Merubah cara cara guru dalam pembelajaran, yaitu sikap menghukum,
mengancam dan menakut-nakuti siswa yang lemah dalam belajar matematika
atau tidak mengerjakan PR.
3. Memberikan masukan kepada guru kelas III dalam hal pembelajaran matematika
yang menyenangkan dan efektif.
4. Menuntun siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan apa saja dengan
cara menerapkan metode Polya, sehingga siswa mampu dan mau untuk
melakukan peningkatan kemampuannya dalam menyelesaikan soal cerita.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka hipotesis yang diajukan dalam bab II skripsi
ini dikatakan dapat diterima karena terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam menyelesaikan soal matematika bentuk soal cerita di kelas III SD Inpres
Warikeo Kecamatan Golewa Barat Kabupaten Ngada tahun pelajaran 2018/2019

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
59

Simpulan dari hasil penelitian ini bahwa dengan menggunakan metode Polya,
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan yang berbentuk soal cerita di kelas III SD Inpres
Warikeo Kecamatan Golewa kabupaten Ngada tahun pelajaran 2018/2019 dapat
ditingkatkan.
B. Saran

Berkenaan dengan hasil penelitian ini maka saran yang perlu disampaikan
adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya guru dalam melakukan pembelajaran pokok bahasan pengerjaan
hitung campuran dalam bentuk soal cerita guru disarankan untuk menggunakan
metode Polya.
2. Sebaiknya siswa melakukan latihan penyelesaian soal cerita dengan metode
Polya, karena mempermudah dan mempercepat penyelesaian soal cerita.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mufti Arief, 1998. Hubungan Sikap Terhadap Matematika, Memotivasi,


Berprestasi dan Pemahaman Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar
Matematika
Depdikbud, 1994. Kurikulum Sekolah Dasar/GBPP . Jakarta
--------------, 1994. Pedoman Analisis Hasil Evaluasi belajar. Jakarta.
--------------, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Hasil Penilaian di SD. Jakarta.

--------------, 1995/1996. Petunjuk Pelaksanaan KBM, Jakarta

--------------,1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Acvtion Research)


Semarang: Tim Pelatih PGSM Prop Jateng
Depdiknas, 2002. Suplemen Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran
Matematika 2002. Jakarta
Dimyati dan Mujiono, 1994. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

Hudoyo, Herman 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,


Malang: Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang.
Muklas. 1999. Dasar-dasar dan Strategi Pembelajaran. Jakarta. Gramedia
Tim MKDK IKIP Semarang.1997. Proses Bekajar Mengajar. Semarang: Tim
MKDK IKIP Semarang.

_______https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/24/pentingnya-metode-
polya-dan-bentuk-soal-cerita-dalam-pembelajaran-matematika/

_______https://ainamulyana.blogspot.com/2016/01/prestasi-belajar-siswa-
pengertian-dan.html

________eprints.ung.ac.id/2837/5/2013-1-86206-151409243-bab2-
28072013075542.pdf file:///E:/Tahun%202019-2020/pengertian%20penjumlahan
%20dan%20pengurangan.pdf

Lampiran : 1
DAFTAR NILAI SISWA SD INPRES WARIKEO

N NO NAMA SISWA Siklus Siklus Siklus Tun tas


O INDUK I II III
61

1 2524 RIYANTO 5 7 8 T
2 2525 DARNO 5 8 9 T
3 2528 MOH. IRFAN FAOZI 5 8 9 T
4 2552 ADI FAJAR PERMANA 6 8 9 T
PUTRA
5 2553 ATI NILAN SARI 7 8 9 T
CAHYANI
6 2555 AIS RIZKI SETIAWAN 3 5 8 T
7 2556 ANITA 4 6 7 B
8 2557 BAMBANG SETIA BUDI 5 7 8 T
9 2558 ELOK NUR AFI YANTI 6 7 7 B
10 2559 EPI YUNITA LESTARI 5 8 8 T
11 2560 FIQIH PRAYOGI 4 7 7 B
12 2561 HARTINAH 5 8 8 T
13 2562 ISMI HAMUDANH FATIN 6 8 8 T
14 2563 KUNANDAR 3 5 7 B
15 2564 KATMAWATI 4 6 8 T
16 2565 MELAN YUNIANAH 5 7 8 T
17 2566 MUHAEMIN 6 8 8 T
18 2567 MEITA KUSRINAH 4 6 8 T
19 2568 MOH SAKRONI 5 7 8 T
20 2569 MOH WAHYU DWI 6 8 8 T
ARDIYANTO
21 2570 M. IRFAN MAULANA 7 7 8 T
YUSUF
22 2571 M. SASMITO 6 8 8 T
23 2572 M. ADI PRIYATNO 5 7 8 T
24 2573 M. HUSNI TAMRIN 6 8 8 T
25 2574 NUR AISYAH JAMIL 5 8 9 T
26 2576 NOVA ANDIYANTO 6 7 9 T
27 2577 SANCAN PAMBUDI 7 8 9 T
28 2579 SUNANTI 4 6 7 B
29 2580 SITI ELPIYAH 5 7 8 T
30 2581 SITI KHOTAMI 5 7 8 T
31 2582 SAEFUL BAKHRI 5 6 8 T
32 2583 SITI RUHAYAH 6 8 8 T
33 2584 SULIASTIKO 7 8 8 T
DWALAKMANSAH
34 2585 TRIYO CANDRA 7 8 9 T
35 2586 TRISTA IKA YANDINI 7 7 8 T
36 2588 USWATUN KHASANAH 7 8 9 T
37 2589 WALDINAH 6 7 8 T
38 2533 M. ADIDIN 5 6 8 T
39 2537 HERNI WIJAYA 5 6 7 B
40 2684 AGUS KURNIAWAN 5 7 8 T

RATA-RATA 5,7 6,8 8,5


KJETUNTASAN 57% 68% 85%

Lampiran: 2 RENCANA PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Matematika.


Pokok Bahasan : 6.6 Penjumlahan dan
63

Pengurangan.
Sub pokok bahasa : - Soal cerita.
Kelas / Semester : III / II.
Waktu : 3 x Pertemuan (6 jam pelajaran)
@ 40 menit

I. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Siswa mampu melakukan penjumlahan dan mengurangkan menggunakan


bilangan cacah sampai dengan 1.000 serta melakukan perkalian dan membagi
(bilangan kelipatan 10).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


1. Melalui tanya jawab tentang isi soal cerita yang memuat operasi hitung
penjumlahan, siswa dapat menghitung penjumlahan dengan benar.
2. Melalui tanya jawab tentang isi soal cerita yang memuat operasi hitung
pengurangan, siswa dapat menghitung penjumlahan dengan benar.
3. Melalui penjelasan guru dengan penerapan Langkah-langkah Polya pada soal
cerita yang memuat operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, siswa dapat
menyelesaikan soal cerita dengan tepat.
4. Melalui penjelasan guru tentang soal cerita yang memuat operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan, siswa dapat menyelesaikan soal cerita dengan
benar.
5. Melalui diskusi kelas tentang penerapan Langkah Polya, siswa dapat
menyelesaikan soal cerita yang memuat operasi hitung penjumlahan dengan
benar.
6. Melalui diskusi kelas tentang penerapan Langkah Polya, siswa dapat
menyelesaikan soal cerita yang memuat operasi hitung pengurangan dengan
benar.

II. Materi Pelajaran


A. Pokok-pokok Materi
- Soal cerita yang memuat operasi hitung + dan -, dan cara penyelesaian dengan
langkah-langklah polya.
a) Yustito mempunyai 1.113 butir kelereng. Membeli lagi 1.750 butir. Setelah
bermain kalah 674 butir. Berapa sisa kelereng Yustito ? - Diselesaikan
dengan langkah-langkah polya sebagai berikut :

* Diketahui : Kelereng Yustito 1.113 butir.


Membeli lagi 1.750 butir.
Kalah 674 butir.
* Ditanyakan : Sisa kelereng Yustito.
* Kalimat matematika : 1. 113 + 1.750 – 674 = . . .
* Perhitungan : 1. 113 + 1.750 – 674 = 2.863 – 674
= 2.189.
* Kalimat jawaban : Jadi, sisa kelereng Yustisio 2. 189 butir.
b) Ibu mempunyai 2 keping uang ribuan dan 3 keping lima ratusan. Untuk
membeli beras Rp. 1.250, 00. Berapa rupiah sisa uang ibu ?
* Diketahui : 2 keping ribuan.
3 keping lima ratusan.
Untuk membeli beras Rp. 1,250.
* Ditanyakan : Sisa uang Ibu.
* Kalimat matematika : 2 x 1.000 + 3 x 500 – 1.250 = . . .
* Perhitungan : 2 x 1.000 + 3 x 500 – 1.250 =
2.000 + 1.500 – 1.250 =
3.500 – 1. 250 = 2.250.
* Kalimat jawaban : Jadi, sisa uang Ibu Rp. 2. 250,00.

B. Media dan sumber bahan


1. Media
2. Sumber bahan : Buku matematika 3 mari berhitung, Depdikbud tahun 1994
halaman 103 – 119.
65

III. Kegiatan Pembelajaran


A. Metode : Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
Pemberian tugas
B. Langkah-langkah kegiatan.
1. Pra KBM (tiap pertemuan 5 menit)
Mempersiapkan siswa, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk siswa
serta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam KBM.
2. Kegiatan awal (tiap pertemuan 5 menit)
Untuk memusatkan perhatian siswa, guru memberi pertanyaan sebagai
apersepsi sebagai berikut :
Pertemuan I : 1) 729 + 831 – 413 = . . .
2) 700 + 90 - 222 = . . .
Pertemuan II : 1) 72 + 9 - 30 = . . .
2) 415 – 9 x 3 + 512 = . . .
Pertemuan III : Dua buku tulis seharga Rp. 2000 dan 1 pensil seharga
Rp.750. Berapa rupiah harus membayar ?
3. Kegiatan inti (tiap pertemuan 40 menit) Pertemuan I :
• Guru menuliskan sebuah soal cerita di papan tulis yang memuat operasi
hitung pengurangan dan penjumlahan.
• Guru menunjuk salah satu siswa untuk membaca soal cerita tersebut
sedang siswa yang lain menyimak.
• Setelah semua siswa memahami isi soal cerita tersebut guru menyatakan
tentang apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal tersebut di atas
kemudian di tulis di papan tulis.
• Guru mengadakan tanya jawab tentang operasi hitung yang tepat untuk
menyelesaikan soal cerita itu.
• Dengan bimbingan guru, salah satu siswa diminta untuk menuliskan
kalimat matematikanya di papan tulis.
• Secara klasikal, guru menyuruh semua siswa mengerjakan hal
matematika tersebut.
• Salah satu siswa diminta maju untuk menuliskan hasil yang
diperolehnya.
• Dengan bimbingan guru, secara klasikal siswa diminta untuk membaca
hasil yang di kehendaki oleh soal cerita tersebut. Selanjutnya guru
menulis soal cerita berikutnya yang memuat penjumlahan dan
pengurangan kemudian siswa di suruh menyelesaikan dengan cara
seperti di atas.
• Guru membagi lembar kerja.
• Siswa mengadakan diskusi kelompok untuk menyelesaikan LKS.
• Siswa melaporkan hasil diskusi.
• Siswa di bimbing untuk menarik kesimpulan.

Pertemuan II
• Guru menulis soal cerita yang memuat operasi hitung penjumlahan,
pengurangan dan tanda kurung ( ).
• Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita dengan
langkahlangkah Polya sebagai berikut :
a. Menulis apa yang di ketahui.
b. Menulis apa yang ditanyakan.
c. Menulis kalimat matematika.
d. Mengadakan perhitungan sesuai dengan aturan yang berlaku.
e. Menuliskan kalimat jawaban untuk mencocokan hasil dan soal
semula.
f. Guru membagikan lembar kerja siswa.
g. Diskusi kelompok untuk membahas LKS.
h. Laporan hasil diskusi.
i. Siswa menulis rangkuman.

Pertemuan III
• Membahas tugas rumah.
• Guru memberi nilai tugas rumah.
• Guru membagi lembar soal test formatif 1.
67

• Siswa mengerjakan test formatif 1.


4. Kegiatan akhir
Pertemuan I (20 menit)
• Guru memberi latihan soal.
• Siswa mengerjakan latihan soal.
• Guru mengoreksi dan memberi nilai.
• Guru memberi perbaikan untuk siswa yang memperoleh nilai < 60 dan
pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai > dari 60 (berupa PR).
Pertemuan II (20 menit)
• Guru memberi latihan soal.
• Siswa mengerjakan latihan soal.
• Guru mengoreksi dan memberi nilai.
• Guru memberi perbaikan untuk siswa yang memperoleh nilai < 60 dan
pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai > dari 60 (berupa PR).

IV. Evaluasi
A. Prosedur
a. Tes awal : Tanya jawab dalam kegiatan apersepsi.
b. Tes dalam proses : Tanya jawab dalam kegiatan inti.
c. Tes akhir : Tes formatif.
B. Jenis tes
a. Lisan
b. Tertulis
C. Bentuk tes : Uraian (soal cerita)
D. Butir soal, Kunci jawaban, dan Perskoran terlampir.

Warikeo, September 2018


Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah

LIDWINA ITU,S.Pd SUSANA SOLE,S.Pd


NIP. 1968011419911022005 NIP:196908151996052001
Lampiran : 3
KISI-KISI PENULISAN SOAL TES FORMATIF Akhir Siklus I
Pokok Bahasan : 6.6 Pengerjaan hitung Penjumlahan dan
Pengurangan
Sub pokok Bahasan : Soal cerita
Kelas / Semester : III / I
69

No Kompetensi yang Materi Uraian materi Indikator Nomor


diujikan soal
1. Mengerjakan hitung Uang. Soal cerita yang Siswa dapat menghi 1
(menjumlah, mengandung tung soal hitung yang
mengurang, bilangan pengerjaan sekurang-kurangya 2
paling besar 5.000) tambah / kurang operasi hitung tambah
dan kurang.

Mengenal dan Menyelesaikan Siswa dapat menyele


2. menentukan waktu. Penguku soal cerita yang saikan soal cerita 2
ran. berisi tentang tentang selisih waktu
selisih waktu dalam kehidupan
dalam jam. sehari-hari.

3. Mengenal nilai yang Menyelesaikan Siswa dapat menyele


dapat dimanfaatkan Uang. soal cerita ten- saikan soal cerita yang 4
dalam kehidupan tang uang dalam mengandung belanja
sehari-hari. kehidupan dalam kehidupan
sehari-hari sehari-hari.

4. Mengerjakan hitung Mengandung Siswa dapat meng 3


campuran ( +, - ) Bilangan pengerjaan hitung soal hitung yang
bilangan paling besar hitung campuran memuat operasi hitung
5.000. + , - dalam +, - di dalam tanda
tanda kurung ( ) kurung ( ).

5. Mengerjakan hitung Mengerjakan Siswa dapat meng 5


campuran ( +, - ) hitung campuran hitung penjumlahan
bilangan paling Bilangan yang memuat + , dan pengurangan,
besar 5.000. - (kurang)

Lampiran : 4

LEMBAR SOAL TES FORMATIF KE – I

Pokok Bahasan : 6.6 Hitung Campuran Penjumlahan Dan


Pengurangan
Sub pokok Bahasan : Soal cerita
71

Kelas / Semester : III / I Hari


/ tanggal :
Waktu : 40 menit

Selesaikan soal cerita di bawah ini


1. Ada 4 keping lima ratusan ditambah 2 keping uang ribuan. Berapakah jumlah nilai
uang keseluruhan?
2. Dalam 10 menit Yusup dapat menyelesaikan 5 soal Matematika sedangkan Dalim
hanya mampu 4 soal saja. Jika jumlah soal ulangan sebanyak 20 soal. Maka berapa
berapa selisih waktu yang diperlukan oleh Yusup dan Dalim ?
3. Ibu membeli 4 kg beras dan 2 kg gula. Harga tiap kg beras Rp. 750,00 dan harga
tiap kg gula Rp. 1.000,00. Berapa rupiah Ibu harus membayar ?
4. Pak Kasen membeli padi sebanyak 1.750 kg dan 250 kg diambil untuk diberikan
tetangganya. Berapa siswa padi Pa Kasen ?
5. Rofik menabung setiap hari Rp. 1.000,00. Setelah tujuh hari tabunganya diambil

Rp. 5.500,00 untuk membeli peralatan sekolah. Berapa rupiah sisa tabungan Rofik ?

Selamat mengerjakan

Lampiran: 5
LEMBAR JAWAB TES FORMATIF I
Pokok Bahasan : 6.6 Penjumlahan dan pengurangan
Sub pokok Bahasan : Soal cerita
Kelas / Semester : III / I
I. a. Diketahui : Ditanyakan
:
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban :
Jadi,
……………………………………………………………………………………
2. a. Diketahui :
Ditanyakan :
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban :

Jadi,…………………………………………………………………………………

3. a. Diketahui :
Ditanyakan :
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban :

Jadi,…………………………………………………………………………………

4. a. Diketahui :
Ditanyakan :
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban :
Jadi,………………………………………………………………………………

5. a. Diketahui :
Ditanyakan :
73

b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban
:Jadi,……………………………………………………………………………

Lampiran: 6
KUNCI JAWABAN DAN PENSKORAN TES I

Pokok Bahasan : 6.6 Hitung Campuran Penjumlahan Dan

Pengurangan

Kelas / Semester : III / I


Hari / Tanggal : ………………………..

1. a. Yang diketahui : 4 keping uang lima ratus


2 keping uang ribuan
Yang ditanyakan : Jumlah nilai uang skor 2
b. Kalimat matematika : 500+500+500+500 + 1000+ 1.000 = …. skor 3
c. Perhitungan :
2.000 + 2.000 = 4000 skor 4
d. Jadi jumlah uamg Tini Rp. 4.000,00 skor 1

+
Jumlah : skor 10

2. a. Yang diketahui : Yusup butuh waktu 10 menit =5 soal


Dalim butuh waktu 10 menit =4 soal
Yang ditanyakan : Selisih waktu untuk menyelesaikan
20 soal skor 2
b. Kalimat matematika : 10:5 = 20+20 = …. skor 3
10:4= 2,5x20 = …..
c. Perhitungan :
40 – 15 = 5 skor 4
d. Jadi selisih waktu yang diperlukan Yusup dan Dalim untuk
menyelesaikan 5 soal adalah 5 menit skor 1
+
Jumlah : skor 10

3. a. Yang diketahui : 4 kg beras dan 3 kg gula

Tiap kg beras Rp. 750,00

Tiap kg gula Rp. 1.000,00

Yang ditanyakan : Ibu harus membayar . . . . skor 2


75

b. Kalimat matematika : (750 +750+750+750)+ (1000+ 1.000) = ….


skor 3
c. Perhitungan : 4 x 750 + 2 x 1.000 =
3.000 + 2.000 = 5.000 skor 4
d. Jadi ibu harus membayar Rp. 5.000,00 skor 1 +
Jumlah : skor 10

4. a. Yang diketahui : Padi sebanyak 1.750 kg dan 750 kg

Dimasukkan ke dalam 5 karung

Tiap karung berisi sama banyak


Yang ditanyakan : Isi tiap-tiap karung skor 2
b. Kalimat matematika : ( 1.750 = 750) : 5 …. skor 3

c. Perhitungan ( 1.750 + 750 ) : 5


2.500 : 5 = 500 skor 4
d. Jadi, isi tiap-tiap karung 500 kg skor 1
+
Jumlah : skor 10
5. a. Yang diketahui : Rofik menabung tiap hari Rp. 1.000,00

Setelah 7 hari diambil Rp. 5.500,00

Yang ditanyakan : Sisa tabungan Rofik skor 2


b. Kalimat matematika : 1.000 x 7 - 5.500 = …. skor 3
c. Perhitungan : 1.000 x 7 - 5.500 =

7.000 - 5.500 = 1.500 skor 4


d. Jadi, sisa tabungan Rofik Rp. 1.500,00 skor 1

Jumlah : skor 10
Lampiran: 7

LEMBAR OBSERVASI SISWA


DALAM PEMBELAJARAN

NAMA SISWA : ………………….


KELAS : III
77

POKOK BAHASAN :
SIKLUS : ………………….

NO ASPEK YANG DIAMATI/ B C K


TINGKAT KESALAHAN
1 Pemahaman terhadap apa yang kehendaki dari soal yang
diberikan.
2 Langkah-langkah yang dilkukan dalam menyelesaikan soal.
3 Prosedur pengerjaan soal.
4 Upaya yang dilakukan siswa pada saat menghadapi soal yang
cukup sulit.
5 Penyelasaian /hasil jawaban sesuai dengan apa yang dimaksud
soal.
6 Kemampuan mencocokan kembali hasil jawabannya dengan
jawaban yang diselesaikan guru secara musyawarah.
7 Aktivitas bertanya kepada guru pada saat pelajaran
berlangsung

8 Proses jalannya penyelesaian soal.

9 Kesimpulan yang diperoleh sebagai jawaban murni hasil kerja


sendiri

10 Ketekunan dan kerajinan dalam menyelesaikan tugas yang


diberikan guru.

KETERANGAN:
A = 90 -100
B = BAIK 80-89
C = CUKUP 60-79
K = KURANG DARI 60

Warikeo, September 2018


Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah

LIDWINA ITU,S.Pd SUSANA SOLE,S.Pd


NIP. 1968011419911022005 NIP:196908151996052001

Lampiran: 8

PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI

Pengamatan ke : I SIKLUS I
Hari/tanggal : SENIN, 12 SEPTEMBER 2018
Jam ke : III -IV
79

Pokok Bahasan : - Soal cerita Sub


Pokok Bahasan :

SKALA PARTISIPASI KOMENTAR


NO ITEM YANG SARAN
DIAMATI A B C D
1 PENDAHULUAN
1. Apersepsi X Terlalu minus
2. Motivasi X Kurang mengena
3. Revisi X Cukup baik

2 PENGEMBANGAN
4. Penguasaan materi X Perlu variasi
5. Penggunaan metode X Kurang
6. Manageman kelas X Perlu peningkatan
7. Pemekaran materi
yang penting X
8. Pemciptaan X Belum optimal
suasana
aktif/ kondusif
3
PENERAPAN X Kurang sesuai
9. Kesesuaian dengan
TPK X Belum menyeluruh
10. Pengamatan
terhadap kemajuan
4 siswanya X Perlu ditingkatkan
X Perlu pemerataan
PENUTUP
11. Rangkuman
12. Pemberian tugas

KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –100
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
D. Kurang = Skala <60
81

Warikeo, September 2018


Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah

LIDWINA ITU,S.Pd SUSANA SOLE,S.Pd


NIP. 1968011419911022005 NIP:196908151996052001

Lampiran: 9
PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI

Pengamatan ke : II
Hari/tanggal : Senin-Selasa, 26-27 September 2018

Jam ke : II-IV Pokok Bahasan : Hitung


Campuran Penjumlahan Dan

Pengurangan

SKALA PARTISIPASI KOMENTAR


NO ITEM YANG SARAN
DIAMATI A B C D
1 PENDAHULUAN
1. Apersepsi X
2. Motivasi X
3. Revisi X

2 PENGEMBANGAN
4. Penguasaan materi X Kurangnya guru
5. Penggunaan metode X dalam membimbing
6. Manageman kelas X siswa masih kurang
7. Pemekaran materi merata, keaktifan
yang penting siswa agar
8. Penciptaan X dibangkitkan
suasana
aktif/ kondusif
3
PENERAPAN X
9. Kesesuaian dengan X
TPK
10. Pengamatan
terhadap kemajuan
4 siswanya
X
X
PENUTUP
11. Rangkuman
12. Pemberian tugas

KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –10
B. Baik = Skala 75-100 Warikeo, September 2019
C. Cukup = Skala 60-75 Peneliti
83

D. Kurang = Skala <60


Susana Sole,S.Pd
NIP. 196908151996052001

Lampiran : 10
PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI

Pengamatan ke : III
Hari/tanggal : 10-12 Oktober 2018
Jam ke : I-2
Pokok Bahasan : Penjumlahan dan pengurangan
Sub Pokok Bahasan : Bentuk soal cerita

SKALA PARTISIPASI KOMENTAR


NO ITEM YANG SARAN
DIAMATI A B C D
1 PENDAHULUAN Manageman kelas
1. Apersepsi X perlu ditata kembali
2. Motivasi X baik pengaturan
3. Revisi X tempat duduk siswa
maupun dalam
2 PENGEMBANGAN appersepsi.
4. Penguasaan materi X
5. Penggunaan metode X
6. Manageman kelas X
7. Pemekaran materi X
yang penting
8. Pemciptaan X
suasana
aktif/ kondusif
3
PENERAPAN X
9. Kesesuaian dengan
TPK X
10. Pengamatan
terhadap kemajuan
4 siswanya
X
X
PENUTUP
11. Rangkuman
12. Pemberian tugas

KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –10
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
85

D. Kurang = Skala <60

Warikeo, September 2018


Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah

LIDWINA ITU,S.Pd SUSANA SOLE,S.Pd


NIP. 1968011419911022005 NIP:196908151996052001

Lampiran: 11
RENCANA PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Matematika.


Pokok Bahasan : 6.6 Penjumlahan dan
Pengurangan.
Sub pokok bahasa : - Soal cerita.
Kelas / Semester : III / II.
Waktu : 3 x Pertemuan (6 jam pelajaran)
@ 40 menit
Siklus : II

I. TUJUAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Siswa mampu melakukan penjumlahan dan mengurangkan menggunakan


bilangan cacah sampai dengan 1.000 serta melakukan perkalian dan membagi
(bilangan kelipatan 10).

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


1. Melalui tanya jawab tentang isi soal cerita yang memuat operasi hitung
penjumlahan, siswa dapat menghitung penjumlahan dengan benar.
2. Melalui tanya jawab tentang isi soal cerita yang memuat operasi hitung
pengurangan, siswa dapat menghitung penjumlahan dengan benar.
3. Melalui penjelasan guru dengan penerapan Langkah-langkah Polya pada soal
cerita yang memuat operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, siswa
dapat menyelesaikan soal cerita dengan tepat.
4. Melalui penjelasan guru tentang soal cerita yang memuat operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan, siswa dapat menyelesaikan soal cerita
dengan benar.
5. Melalui diskusi kelas tentang penerapan Langkah Polya, siswa dapat
menyelesaikan soal cerita yang memuat operasi hitung penjumlahan dengan
benar.
6. Melalui diskusi kelas tentang penerapan Langkah Polya, siswa dapat
menyelesaikan soal cerita yang memuat operasi hitung pengurangan dengan
benar.
II. MATERI PELAJARAN
A. Pokok-pokok Materi
- Soal cerita yang memuat operasi hitung + dan -, dan cara penyelesaian dengan
langkah-langklah polya.
1) Yuni mempunyai uang Rp.250.000. Ditambah lagi pemberian ayahnya
sebanyak Rp. 12.350. Setelah digunakan untuk membeli buku dan
perlengkapan sekolah, uang Yuni tersisa Rp 125.500. Berapa uang Yuni
yang dibelanjakan?
- Diselesaikan dengan langkah-langkah polya sebagai berikut :

* Diketahui :
87

* Ditanyakan :
* Kalimat matematika :
* Perhitungan :
* Kalimat jawaban :
.

B. Media dan sumber bahan


1. Media
3. Sumber bahan : Buku matematika 3 mari berhitung, Depdikbud tahun 1994
halaman 103 – 119.

III. KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Metode : Ceramah


Tanya jawab
Diskusi
Pemberian tugas
B. Langkah-langkah kegiatan.
1. Pra KBM (tiap pertemuan 5 menit)
Mempersiapkan siswa, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk siswa
serta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam KBM.
2. Kegiatan awal (tiap pertemuan 5 menit)
Untuk memusatkan perhatian siswa, guru memberi pertanyaan sebagai
apersepsi sebagai berikut :
Pertemuan I : 1) 729 + 831 – 413 = . . .
2) 700 + 90 - 222 = . . .
Pertemuan II : 1) 72 + 9 - 30 = . . .
2) 415 – 9 x 3 + 512 = . . .
Pertemuan III : Dua buku tulis seharga Rp. 2000 dan 1 pensil seharga
Rp.750. Berapa rupiah harus membayar ?
3. Kegiatan inti (tiap pertemuan 40 menit) Pertemuan
I:
• Guru menuliskan sebuah soal cerita di papan tulis yang memuat operasi
hitung pengurangan dan penjumlahan.
• Guru menunjuk salah satu siswa untuk membaca soal cerita tersebut
sedang siswa yang lain menyimak.
• Setelah semua siswa memahami isi soal cerita tersebut guru menyatakan
tentang apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal tersebut di atas
kemudian di tulis di papan tulis.
• Guru mengadakan tanya jawab tentang operasi hitung yang tepat untuk
menyelesaikan soal cerita itu.
• Dengan bimbingan guru, salah satu siswa diminta untuk menuliskan
kalimat matematikanya di papan tulis.
• Secara klasikal, guru menyuruh semua siswa mengerjakan hal
matematika tersebut.
• Salah satu siswa diminta maju untuk menuliskan hasil yang
diperolehnya.
• Dengan bimbingan guru, secara klasikal siswa diminta untuk membaca
hasil yang di kehendaki oleh soal cerita tersebut. Selanjutnya guru
menulis soal cerita berikutnya yang memuat penjumlahan dan
pengurangan kemudian siswa di suruh menyelesaikan dengan cara
seperti di atas.
• Guru membagi lembar kerja.
• Siswa mengadakan diskusi kelompok untuk menyelesaikan LKS.
• Siswa melaporkan hasil diskusi.
• Siswa di bimbing untuk menarik kesimpulan.

Pertemuan II
• Guru menulis soal cerita yang memuat operasi hitung penjumlahan,
pengurangan dan tanda kurung ( ).
• Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita dengan
langkahlangkah Polya sebagai berikut :
1. Menulis apa yang di ketahui.
2. Menulis apa yang ditanyakan.
3. Menulis kalimat matematika.
4. Mengadakan perhitungan sesuai dengan aturan yang berlaku.
89

5. Menuliskan kalimat jawaban untuk mencocokan hasil dan soal


semula.
6. Guru membagikan lembar kerja siswa.
7. Diskusi kelompok untuk membahas LKS.
8. Laporan hasil diskusi.
9. Siswa menulis rangkuman.

Pertemuan III
• Membahas tugas rumah.
• Guru memberi nilai tugas rumah.
• Guru membagi lembar soal test formatif 1.
• Siswa mengerjakan test formatif 1.

4. Kegiatan akhir
Pertemuan I (20 menit)
• Guru memberi latihan soal.
• Siswa mengerjakan latihan soal.
• Guru mengoreksi dan memberi nilai.
• Guru memberi perbaikan untuk siswa yang memperoleh nilai < 60 dan
pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai > dari 60 (berupa PR).
Pertemuan II (20 menit)
• Guru memberi latihan soal.
• Siswa mengerjakan latihan soal.
• Guru mengoreksi dan memberi nilai.
• Guru memberi perbaikan untuk siswa yang memperoleh nilai < 60 dan
pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai > dari 60 (berupa PR).

IV. Evaluasi
A.Prosedur
a. Tes awal : Tanya jawab dalam kegiatan apersepsi.
b. Tes dalam proses : Tanya jawab dalam kegiatan inti.
c. Tes akhir : Tes formatif.
B. Jenis tes
1. Lisan
2. Tertulis
3. Bentuk tes : Uraian (soal cerita)
4. Butir soal, Kunci jawaban, dan Perskoran terlampir.

Warikeo, September 2018


Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah

LIDWINA ITU,S.Pd SUSANA SOLE,S.Pd


NIP. 1968011419911022005 NIP:196908151996052001

Lampiran: 12

PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI


SIKLUS II
Pengamatan ke : I
Hari/tanggal : SENIN, 12 SEPTEMBER 2005
Jam ke : III -IV
Pokok Bahasan : Soal cerita Sub Pokok
Bahasan :

SKALA PARTISIPASI KOMENTAR


NO ITEM YANG SARAN
DIAMATI A B C D
91

denga
1 PENDAHULUAN n
1. Apersepsi X Apersepsi
2. Motivasi X berlangsung
3. Revisi X baik

2 PENGEMBANGAN
1.Penguasaan materi X
2.Penggunaan metode X Sangat baik
3.Manageman kelas X Baik
4.Pemekaran materi Pembelajaran
yang penting X dilaksanakan
5.Penciptaan suasana X baik
aktif/ kondusif

3 PENERAPAN
1.Kesesuaian dengan X
TPK
2.Pengamatan X
terhadap kemajuan
siswanya
4 X
PENUTUP X
1. Rangkuman
2.Pemberian tugas

KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –100
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
D. Kurang = Skala <60
Warikeo, September 2018
Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah

LIDWINA ITU,S.Pd SUSANA SOLE,S.Pd


NIP. 1968011419911022005 NIP:196908151996052001

Lampiran : 13
PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI
SIKLUS II
Pengamatan ke: II
Hari/tanggal : Senin-Selasa, 26-27 September 2018
Pokok Bahasan : Hitung Campuran Penjumlahan Dan Pengurangan

SKALA PARTISIPASI KOMENTAR


NO ITEM YANG SARAN
DIAMATI A B C D
93

1 PENDAHULUAN X
1.Apersepsi X Baik dan siswa
2.Motivasi X berpartisipasi aktif.
3.Revisi Penguasaan materi
bagus.
2 PENGEMBANGAN
1.Penguasaan materi X
2.Penggunaan metode X
3.Manageman kelas
4.Pemekaran materi
yang penting X
4.Pemciptaan suasana
aktif/ kondusif

3 PENERAPAN X
1.Kesesuaian dengan X
TPK
2.Pengamatan terhadap
kemajuan siswanya

4 X
PENUTUP X
1.Rangkuman
2.Pemberian tugas
KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –100
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
D. Kurang = Skala <60
Warikeo, September 2018
Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah

LIDWINA ITU,S.Pd SUSANA SOLE,S.Pd


NIP. 1968011419911022005 NIP:196908151996052001

Lampiran : 14
PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI
SIKLUS II
Pengamatan ke : III
Hari/tanggal : 10-12 Oktober 2019
Jam ke : I-2
Pokok Bahasan : Penjumlahan dan pengurangan
Sub Pokok Bahasan : Bentuk soal cerita

SKALA PARTISIPASI KOMENTAR


NO ITEM YANG SARAN
DIAMATI A B C D
95

1 PENDAHULUAN
1.Apersepsi X Manageman kelas
2.Motivasi X perlu ditata kembali
3.Revisi X baik pengaturan
tempat duduk siswa
2 PENGEMBANGAN maupun dalam
1. Penguasaan materi. X appersepsi.
2. Penggunaan metode X
3. Manageman kelas
4. Pemekaran materi X
yang penting
5. Pemciptaan X
suasana
aktif/ kondusif
3
PENERAPAN X
1. Kesesuaian dengan
TPK X
2. Pengamatan terhadap
kemajuan siswanya
4
X
PENUTUP X
1.Rangkuman
2.Pemberian tugas

KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –100
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
D. Kurang = Skala <60
Warikeo, September 2018
Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah

LIDWINA ITU,S.Pd SUSANA SOLE,S.Pd


NIP. 1968011419911022005 NIP:196908151996052001

Lampiran : 15

LEMBAR SOAL TES SIKLUS II

Pokok Bahasan : 6.6 Hitung Campuran Penjumlahan Dan


Pengurangan
Sub pokok Bahasan : Soal cerita
Kelas / Semester : III / I Hari
/ tanggal :
Waktu : 40 menit

Selesaikan soal cerita di bawah ini


1. Sepotong kain dengan harga Lima puluh lima ribu rupian , Ibu membeli 5
potong lalu membeli lagi setengah potong. Berapakah uang yang harus
dibayarkan Ibu?
2. Dalam 10 menit Yusup dapat menyelesaikan 15 soal Matematika sedangkan
Dalim hanya mampu 8 soal saja. Jika jumlah soal ulangan sebanyak 30 soal.
Maka berapa selisih waktu yang diperlukan oleh Yusup dan Dalim ?
97

3. Ibu membeli 8 kg beras dan 12 kg gula. Harga tiap kg beras Rp. 750,00 dan
harga tiap kg gula Rp. 1.000,00. Berapa rupiah Ibu harus membayar ?
4. Pak Kasen membeli minyak tanah sebanyak 205 liter dan dijual lagi 15 liter.
Berapa sisa minyak tanah Pak Kasen?
5. Rofik menabung setiap hari Rp. 10.000,00. Setelah tujuh minggu tabunganya
diambil Rp. 15.500,00 untuk membeli peralatan sekolah. Berapa rupiah sisa
tabungan Rofik ?
Selamat mengerjakan

Anda mungkin juga menyukai