PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Soal cerita adalah soal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Soal
cerita biasanya diletakkan pada tiap akhir pokok bahasan atau sub pokok bahasan.
Pada pokok bahasan penjumlahan misalnya diakhiri dengan soal cerita yang
melibatkan operasi penjumlahan begitu juga pada pokok bahasan yang lain.
Demikian pula halnya dengan soal-soal cerita yang diberikan pada sub pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan, sudah barang tentu akan
melibatkan operasi tersebut.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yang positif bagi berbagai pihak.
1. Manfaat bagi siswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi peneliti lain
yang mengangkat tema sejenis.
BAB II
Prestasi Belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tesPrestasi
Belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes Prestasi
Belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam
belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Tes Prestasi Belajarberupa tes yang disusun secara
terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai
bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal
tes Prestasi Belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif,
bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.Pengertian Prestasi
Belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai
suatu Prestasi Belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran.
Maryanto (dalam Yulita, 2008) mengatakan bahwa seseorang yang telah
berusaha untuk mencapai tujuannya dan berhasil, maka orang itu dinyatakan
berprestasi. Lebih lanjut Maryanto menyatakan bahwa seseorang dinyatakan
berprestasi bila mampu memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain, mampu
melakukan sesuatu dengan baik dalam segala hal, membuat impian menjadi
kenyataan dan mampu menghentikan kebiasaan buruk.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor yang
mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun menghambat.
Demikian juga yang dialami dalam belajar. Ahmadi, (dalam Yulita, 2008)
menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,
diantaranya:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang terdiri
dari:
a) Faktor intelegensi :Dalam arti sempit intelegensi dapat diartikan kemampuan
untuk mencapai prestasi. Intelegensi memegang peranan penting dalam mencapai
prestasi.
b) Faktor minat :Minat adalah kecendrungan yang mantap dalam diri
seseorang untuk merasa tertarik terhadap suatu tertentu.
c) Faktor keadaan fisik dan psikis : Keadaan fisik berkaitan dengan keadaan
pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan sebagainya.
Keadaan psikis berhubungan dengan keadaan mental siswa.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi
prestasi belajar. Ada beberapa faktor eksternal yaitu:
a) Faktor Guru : Guru betugas membimbing, melatih, mengolah, meneliti,
mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.
b) Faktor lingkungan keluarga : Keluarga sangat berpengaruh terhadap kemajuan
prestasi belajar, karena kebanyakan waktu yang dimiliki perserta didik ada di
rumah. Jadi, banyak ada kesempatan untuk belajar di rumah.
Keterlibatan orang tua patut diperhitungkan dalam usaha memelihara motivasi
belajar pesera didik. Dalam suatu studi mengenai prestasi belajar, ditemukan
hubungan yang kuat antara keterlibatan orang tua dan prestasi belajar (Haster
dalam Suwatra 2007).
c) Faktor sumber belajar : Sumber belajar dapat berupa media atau alat bantu
belajar serta bahan buku penunjang. Alat bantu belajar adalah semua alat yang
dapat digunakan untuk membantu siswa dalam belajar. Belajar akan lebih menarik,
kongkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasilnya lebih bermakna.
Faktor Internal
Faktor internal atau Faktor yang berasal dari siswa adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari N. Ach (Need For Achievement) yaitu
kebutuhan atau dorongan atau motif untuk berPrestasi. Faktor ini meliputi motivasi,
perhatian pada mata pelajaran yang berlangsung, tingkat peneirmaan dan
pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan
mereproduksi dan kemampuan menggeneralisasi. Faktor internal lain adalah :a.
fisiologi yang berupa kondisi fisik dan kondisi pancaindra, b. Psikologi yang
berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa
sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Menurut pendapat Rooijakkersyang diterjemahkan oleh
Soenoro (1982 : 30), mengatakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi Prestasi
Belajar adalah faktor yang berasal dari si pelajar, faktor yang berasal dari si
pengajar”. Faktor dari luar ini merupakan faktor yang berasal dari luar si pelajar
9
(siswa) yang meliputi : a. lingkungan alam dan lingkungan social; b. instrumentasi
yang berupa kurikulum, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas serta administrasi.
Faktor dari dalam
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Prestasi belaajr siswa secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
yang pertama berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang kedua
berasal dari luar diri siswa yang sedang melakukan proses kegiatan belajar.
Sejalan dengan di atas Slameto (2003: 54-72) juga mengungkapkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
faktor intern terdiri dari: 1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan);2) Faktor kelelahan
b. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari: 1)
Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan). 2) Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah 3) Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
2) Faktor dari dalam yang terdiri dari fisiologis (minat, bakat, kecerdasan, motivasi,
dan kemampuan kognitif).
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan
penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut, misalnya kemampuan mengakui perbedaan pendapat.
2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan, misalnya mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,
mengakui, dan menetukan sikap. Misalnya menerima suatu pendapat orang lain
4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan nilai dalam suatu skala nilai
dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan
mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.
Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi
kemampuan kognitif. Kelima jenis perilaku tersebut bersifat hierarkis. Perilaku
penerimaan merupakan jenis perilaku perilaku terendah dan perilaku pembentukan
pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi.
Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 29-30) membagi ranah
psikomotorik menjadi tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan,
dan kreativitas.
1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-
hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya
pemilahan warna, angka 6 (enam) dan 9 (sembilan).
2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan
terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani
dan rohani. Misalnya posisi start lomba lari.
3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau
gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola.
4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa
contoh. Misalnya melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.
Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya
ketrampilan bertanding.
7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar
prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru.
13
a. Pengertian Penjumlahan
Penjumlahan merupakan suatu aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan
dengan bilangan yang lain. Penjumlahan ini mempunyai beberapa sifat yaitu: sifat
2011:24)
b. Pengertian Pengurangan
Pengurangan merupakan kebalikan dari penjumlahan, tetapi pengurangan tidak
memiliki sifat yang dimiliki oleh penjumlahan. Pengurangan tidak memenuhi sifat
2011:24)
keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, atau bagian dari suatu
himpunan. Apabila daerah A dibagi dalam 8 bagian yang sama, maka setiap bagian
pecahan terdapat pembilang dan penyebut. Pembilang adalah bilangan yang terletak di
atas gasris pada bilangan pecahan, sedangkan penyebut adalah bilangan yang terletak di
Lebih lanjut, Negoro dan Harahap (1998: 260-261) menjelaskan bahwa pecahan
memiliki nama. Nama-nama pecahan diantaranya nama biasa, nama campuran, nama
sama atau belum. Jika penyebut sudah sama, penjumlahan dapat langsung dilakukan.
Namun, jika belum sama, penyebut harus disamakan terlebih dahulu baru kemudian
=…
Jawab:
1+3=4
Penyebutnya sudah sama
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa penjumlahan pecahan yang
= ….
Jawab:
6 : 2 x 1 = 3 menjadi
6 : 3 x 2 = 4 menjadi
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa penjumlahan pecahan yang berpenyebut
menjumlahkan pembilang-pembilangnya.Sedangkan
a) Penyebutnya sama
Contoh
= ….
Jawab:
6-1=5
= ….
Jawab:
10 : 2 x 3 = 15 menjadi
10 : 5 x 4 = 8 menjadi
Jadi
C. Metode Polya
George Polya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunjukkan kepada
guru bagaimana cara memberikan bantuan dan petunjuk khusus, sehingga siswa
terbimbing untuk mengetahui tentang pemecahan masalah matematika. Saran-saran yang
diberikan berupa seperangkat pertanyaan atau langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu masalah.
Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan
keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera
untuk dicapai, sedangkan menurut utari (1994) dalam (hamsah 2003) mengatakan bahwa
pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk
baru. Bahkan di dalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai
arti khusus, istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya
menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Penyelesaian masalah, dalam fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa
lebih kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu masalah, jika rencana penyelesaian satu
masalah telah dibuat baik tertulis maupun tidak. Langkah selanjutnya adalah siswa
mampu menyelesaikan masalah, sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap
tepat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut polya adalah
melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan. Mulai dari fase pertama hingga hingga
fase ketiga. Dengan model seperti ini maka kesalahan yang tidak perlu terjadi dapat
dikoreksi kembali sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang benar-benar sesuai
dengan masalah yang diberikan.
Tingkat kesulitan soal pemecahan masalah harus di sesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa. Hasil penelitian Driscol (1982). Pada anak usia sekolah dasar
kemampuan pemecahan masalah erat sekali hubungannya dengan pemecahan masalah.
Disadari atau tidak setiap hari kita diperhadapkan dengan berbagai masalah yang dalam
penyelesaiannya, sering kita diperhadapkan dengan masalah-masalah yang pelik dan
tidak bisa diselesaikan dengan segera. Dengan demikian, tugas guru adalah membantu
siswa dalam menyelesaikan masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu siswa
dalam memehami masalah, sehingga kemampuan dalam memahami konteks masalah bisa
terus berkembang menggunakan kemampuan inguiri dalam menganalisa alasan mengapa
masalah itu muncul.
Dalam matematika hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah yang
didalamnya termuat soal cerita untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan menyangkut
berbagai hal teknik dan strategi pemecah masalah,pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman merupakan elemen-elemen penting dalam belajar matematika terkadang guru
menghadapi kesulitan dalam mengajarkan cara menyelesaikan masalah dengan baik.
Sementara dipihak lain siswa mengalami kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah
yang diberikan guru, kesulitan ini muncul, karena mencari jawaban dipandang sebagai
satu-satunya tujuan yang ingin dicapai, karena hanya terfokus pada jawaban.
tuntutan tujuan yang demikian tinggi maka perlu dikembangkan materi serta proses
pembelajaran yang sesuai.
Menurut Polya dalam Tim MKPBM Jurusan Matematika (2001:84) disebutkan bahwa
Solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu:
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana,
dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Fase
pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang
diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.
Selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Fase kedua
adalah menyelesaikan masalah sesuai rencana. Kemampuan menyelesaikan fase kedua ini
sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Semakin
bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun
rencana penyelesaian suatu masalah, dilanjutkan penyelesaian masalah sesuai rencana
yang dianggap paling tepat. Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut
Polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilaksanakan mulai dari fase
pertama sampai fase penyelesaian ketiga.
Langkah-langkah Polya meliputi: menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas,
menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional, menyusun hipotesis-hipotesis
kerja dan prosedur kerja yang perkirakan baik, mengetes hipotesis dan melakukan kerja
untuk memperoleh hasilnya, mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh Tim MKPBM
Matematika ( 2001:84 ). Langkah-langkah Polya pada dasarnya adalah belajar metode-
metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, dan teratur secara teliti. Tujuanya
adalah untuk memperoleh kemampuan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
secara rasional, lugas, dan tuntas.
Masalah membuktikan lebih banyak dijumpai dalam matematika lanjut. Dari dua
jenis masalah tersebut di atas yang menjadi fokus dalam penulisan ini adalah masalah
menemukan. Menurut Pandoyo dalam Muklis (1999:10) dikatakan bahwa masalah dalam
pelajaran matematika adalah suatu soal matematika menjadi masalah bagi siswa apabila
siswa tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan ditinjau dari kematangan ilmu,
siswa belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikan, dan siswa kurang
berkeinginan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
21
Materi matematika yang diberikan kepada siswa dalam bentuk masalah akan memberi
motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut menurut Herman Hudoyo
dalam Muklis (1999:10). Para siswa merasa puas jika mereka dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi, kepuasan ini merupakan suatu hadiah instrinsik bagi siswa lebih
lama apabila dibandingkan dengan tipe belajar yang lain. Berdasarkan uraian di atas
bahwa metode pemecahan masalah dalam pengajaran matematika perlu dikembangkan
dan merupakan metode yang sangat tepat untuk soal cerita. Metode pemecahan masalah
adalah metode yang sangat essensial untuk topik tertentu sebab mempunyai dampak
positif antara lain :
1. Waktu yang diperlukan, untuk menyelesikan masalah sangat relatif artinya jika
seseorang diperhadapkan dengan satu masalah dengan waktu yang diberikan
untuk menyelesaikannya tidak dibatasi, maka kecendrungannya, orang tersebut
tidak akan mengkonsentrasikan fikirannya secara penuh pada proses penyelesaian
masalah yang diberikan.
2. Perencanaan, aktivitas pembelajaran dan waktu yang diperlukan harus
direncanakan serta dikoordinasikan, sehingga siswa memiliki kesempatan yang
cukup untuk menyelesaikan berbagai masalah dan menganalisis serta
mendiskusikan pendekatan yang mereka pilih.
23
3. Sumber, buku matematika biasanya banyak memuat masalah yang sifatnya hanya
rutin, maka guru dituntut untu menyembunyikan masalah-masalah lain sehingga
dapat menambah soal pemecahan masalah.
4. Teknologi, sekalipun banyak kalangan yang tidak setuju dengan penggunaan
kalkulator disekolah akan tetapi pada hal tertentu dapat digunakan, karena alat
tersebut perlu dipertimbangkan penggunaannya.
Berbicara pemecahan masalah, kita tidak bisa terlepas dari tokoh utamanya yaitu
Polya. Menurut polya dalam pemecahan masalah. Ada empat langkah yang harus
dilakukan. Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan
(menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah
menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut
dengan “Bapak problem solving.”
Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa anda
memahaminya secara benar. Tanyalah diri anda dengan pertanyaan :
Untuk beberapa masalah akan sangat berguna untuk membuat diagranmnya dan
mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan pada diagram
tersebut. Biasanya dibutuhkan membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V=volume, m=massa
dsb ).
Kedua: Carilah hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak diketahui
yang memungkinkan anda untuk memghitung variabel yang tidak diketahui. Akan sangat
berguna untuk membuat pertanyaan: “Bagaimana saya akan menghubungkan hal yang
diketahui untuk mencari hal yang tidak diketahui? “. Jika anda tak melihat hubungan
secara langsung, gagasan berikut ini mungkin akan menolong dalam membagi masalah
ke sub masalah
Mulailah dari akhir (Asumsikan Jawabannya). Sangat berguna jika kita membuat
pemisalan solusi masalah, tahap demi tahap mulai dari jawaban masalah sampai ke data
yang diberikan
25
3. Malaksanakan Rencana
Ketiga. Menyelesaikan rencana anda. Dalam melaksanakan rencana yang tertuang pada
langkah kedua, kita harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya
secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Sebuah persamaan
tidaklah cukup!
4. Lihatlah kembali
Keempat. Ujilah solusi yang telah didapatkan. Kritisi hasilnya. lihatlah kelemahan dari
solusi yang didapatkan (seperti: ketidak konsistenan atau ambiguitas atau langkah yang
tidak benar) Pada saat guru menggunakan strategi ini, sebaiknya ditekankan bahwa
penggunaan objek yang dicontohkan dapat diganti dengan satu model yang lebih
sederhana, misalnya :
Soal Cerita
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dari kata soal dan cerita yang mempunyai arti
hal atau masalah yang harus dipecahkan dan cerita artinya tuturan yang membentangkan
bagaimana terjadinya suatu hal yang dipecahkan. Dalam pengajaran matematika,
pemecahan masalah sudah umumnya dalam bentuk soal cerita, biasanya soal cerita
disajikan dalam cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah
kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah soal
matematika yang disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
serta memuat masalah yang menuntut pemecahan. Soal cerita yang dimaksud dalam
tulisan ini adalah soal Matematika yang dinyatakan dalam bentuk cerita. Soal cerita yang
baik adalah yang berkaitan erat dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
Kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal cerita tidak hanya
kemampuan skill (keterampilan) dan mungkin algoritma tertentu saja melainkan
dibutuhkan juga kemampuan yang lain, yaitu kemampuan dalam menyusun rencana atau
strategi yang akan digunakan dalam mengerjakan soal. Menurut Tim Matematika
Depdikbud (1983:27)setiap soal cerita dapat diselesaikan dengan rencana sebagai berikut:
27
1) Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada
dalam soal tersebut.
2) Menuliskan kalimat matematika yang menyatakan hubungan-hubungan itu dalam
bentuk operasi-operasi bilangan.
3) Menyelesaikan kalimat matematika tersebut, artinya mencari bilangan mana yang
membuat kalimat matematika itu menjadi benar.
4) Menggunakan penyelesaian itu untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan di
dalam soal.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah
dalam proses pembelajarannya membutuhkan instrumen penilaian dalam bentuk tes hasil
belajar (khususnya tes prestasi akademik). Tes hasil belajar matematika merupakan salah
satu instrumen yang harus dibuat guru yang berisi sekumpulan pertanyaan yang
digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Tes juga dipakai
sebagai acuan dalam mengevaluasi tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
matematika yang diberikan selama periode tertentu (Depdiknas, 2005:14).
Ada dua tipe tes yang digunakan yaitu tes objektif dan tes uraian(essay) Tes objektif
adalah tes yang telah disediakan pilihan jawabannya, di antaranya dalam bentuk: benar-
salah (true-false), pilihan ganda(muliple choice), menjodohkan (mathching) dan isian
singkat (short answer). Sedangkan tes uraian berupa soal yang masing-masing memuat
permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawaban. Soal cerita termasuk kategori
soal uraian, sehingga siswa dituntut mengorganisasi sendiri jawaban yang diinginkan.
Soal bentuk cerita biasanya memuat pertanyaan yang menuntut pemikiran dan langkah-
langkah penyelesaaian secara sistematis. Hal ini menurut sebagian kalangan siswa
menjadi kendala baik dari kemampuan menangkap makna kalimat maupun kemampuan
mengetahui prosedur penyelesaiannya. Dengan demikian soal cerita dapat dikategorikan
sebagai masalah bagi sebagian besar siswa.
Soal cerita dalam pengajaran matematika menjadi sangat penting bagi perkembangan
proses berpikir peserta didik sehingga keberadaannya mutlak diperlukan. Menurut tim
matematika Depdikbud (1983), setiap soal cerita dapat diselesaikan dengan rencana
sebagai berikut:
Melatih siswa untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan soal cerita, siswa
diharapkan mampu mengambil keputusan. Hal ini disebabkan siswa tersebut menjadi
terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relefan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang diperoleh (Herman
Hudoyo,1998:81). Apabila latihan tersebut dapat dilakukan sedini mungkin, maka berarti
akan membiasakan siswa untuk memecahkan dan menyelesaikan soal cerita. Mengingat
besarnya peranan matematika pada disiplin ilmu lain, maka kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan penyelesaian soal cerita, perlu sedini mungkin ditingkatkan.
Peningkatan tersebut dapat ditempuh dengan cara mengajar matematika dengan
penekanan pada eksplorasi serta model berpikir matematika.
Kenyataan terjadi di Sekolah Dasar sering dijumpai dua bentuk soal matematika
yaitu soal dalam bentuk cerita dan soal dalam bentuk bilangan. Soal cerita sering
disiapkan dalam bentuk cerita pendek yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Panjang
pendeknya kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan soal cerita tersebut sangat
berpengaruh. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah soal cerita yang
29
Soal cerita dalam pengajaran matematika sangat penting bagi perkembangan proses
berpikir siswa, sehingga keberadaannya mutlak diperlukan. Soejadi dalam Muklis
(1999:6) menyatakan bahwa salah satu bahan ajar yang dapat menunjukkan suatu
penalaran matematika adalah proses penyelesaian soal cerita. misalnya: (1) masalah yang
diketahui dalam soal; (2) apa yang ditanyakan atau yang dicari; (3) operasi dan simbol
apa saja yang terlibat dalam soal itu; (4) model matematika manakah yang dapat diwakili
soal itu; dan (5) apa yang telah dikuasai yang perlu digunakan. Muklis (1999:6)
menyatakan bahwa setiap soal cerita diselesaikan dengan rencana sebagai berikut.
1) Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada
dalam soal tersebut.
2) Menuliskan apa yang diketahui dari soal tersebut.
3) Menuliskan apa yang ditanyakan.
4) Menuliskan kalimat matematika selanjutnya menyelesaikan sesuai dengan
ketentuan.
5) Menuliskan kalimat jawabannya.
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya dalam Muklis (1999:150) sebagai usaha
untuk mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan
segera dapat dicapai agar siswa tidak mengalami kesulitan dan mampu menangkap
pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah. Jika siswa benar-benar mengetahui
prinsip-prinsip yang dipelajari sebelumnya, siswa mampu memilih pengalaman-
pengalaman yang lalu dan relevan dengan masalah yang dihadapi. Misalnya siswa akan
menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan hitung campuran, maka siswa harus
paham betul dengan operasi hitung yang telah dipelajari sebelumnya dan dapat
menyelesaikan sesuai dengan ketentuan. Sebagai konsekuensinya, agar siswa tidak
mengalami kesulitan maka pengajaran yang efektif harus mengubah bentuk permasalahan
ke dalam situasi yang telah dikenal siswa dengan bimbingan guru baik secara lisan atau
tertulis.
Manfaat Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Bentuk Soal Cerita
Hudoyo dalam Muklis (1999:8) mengatakan apabila latihan tersebut dapat dilakukan
sedini mungkin berarti siswa akan terbiasa untuk memecahkan masalah dan
menyelesaikan soal yang berbentuk cerita dengan cepat dan benar. Langkah-langkah
dalam menyelesaikan soal cerita menggunakan Metode Polya dengan langkah-
langkahnya memungkinkan siswa untuk mengerjakan secara sistematis, runtut, urut,
tekun dan cermat. Dengan keterampilan memahami, menuliskan kalimat matematika dan
prosedur yang benar, maka siswa dalam menyelesaikan soal cerita akan lebih cepat
menguasai dan memecahkan. Hal yang demikian siswa akan lebih meningkat
kemampuannya dalam menyelesaikan soal cerita.
Kendala utama para siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita adalah lemahnya
kemampuan mereka dalam memahami maksud soal dan kurangnya keterampilan
menyusun rencana penyelesaiannya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bentuk soal
yang disajikan selama ini baik pada ulangan akhir semester maupun ujian nasional adalah
bentuk pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda ini kurang efektif mengukur beberapa
tipe pemecahan masalah, juga kurang efektif mengukur kemampuan mengorganisir dan
mengekspresikan ide (Depdiknas, 2005:21).
D. Kerangka Berpikir
Di dalam menjelaskan soal cerita seorang guru harus menyadari bahwa perbendaharaan
kata-kata yang diungkapkan yang dimiliki siswa terbatas sehingga guru tidak perlu
menggunakan kalimat yang berbelit-belit, meragukan, dan berlebihan. Seorang guru
hanya memberikan penekanan kepada kalimat di anggap penting.
Langkah dalam mengorganisasikan materi, guru harus menunjukkan secara pola atau
struktur sajian untuk soal cerita khususnya hubungan antara contoh-contoh dengan
menggunakan bantuan gambar-gambar atau bagan yang berhubungan langsung dengan
kehidupan siswa.
Adapun skema kerangka berpikir yang dapat peneliti gambarkan dari kedua variabel
penelitian ini adalah:
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Melalui penerapan
metode Polya prestasi belajar siswa kelas III SD Inpres Warikeo dalam menyelesaikan
soal cerita pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan dapat meningkat”.
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah siswa SD Inpres Warikeo dengan jumlah siswa sebanyak
42 siswa.
B. Subyek Penelitan
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III sebanyak 42 orang, guru
peneliti 1 orang dan 2 orang guru pengamat.
Alur tiap siklus dalam penelitian ini sebagaimana dilukiskan dalam skema
berikut ini.
REFLEKSI
Keterangan:
Skema siklus di atas tidak hanya untuk satu siklus, tetapi untuk dua siklus
tindakan. Setiap siklus kegiatannya sebagaimana skema di atas.
Prosedur tersebut secara garis besar dapat dijelaskan skema berikut.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
35
c. Pengamatan
d) Refleksi
2. Siklus 2
a) Perencanaan
c) Pengamatan
1) Perencanaan ulang
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, maka diadakan perencanaan ulang
yang meliputi sebagai berikut.
1) Identifikasi masalah
Masalah siklus 2 yang belum berhasil pada pokok bahasan tersebut.
kesulitan yang dihadapi siswa dan kegairahan siswa dalam
pembelajaran.
2) Rencana tindakan
c) Pengamatan
d) Refleksi
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi siswa kelas III dan guru peneliti
serta guru mitra.
2. Jenis Dat
Data yang didapatkan dalam PTK ini berupa data kuantitatif, yang
terdiri dari:
5) Rencana pembelajaran.
3. Cara Pengambilan
Indikator keberhasilan tiap siklus adalah jika siswa dalam kelas telah
mencapai nilai 75 ke atas sebanyak 75%, maka dikatakan pembelajaran telah
berhasil tuntas dan jika sebaliknya yaitu secara klasikal siswa yang mendapat nilai
75 ke atas kurang dari 75%, maka dikatakan pembelajaran belum tuntas
belajar.
41
BAB IV
1. Siklus I
a. Perencanaan
2) Meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru yang akan menjadi pengamat.
3) Mengadakan orientasi pra siklus kepada siswa untuk menginformasikan
maksud dan tujuan penelitian ini.
b. Pelaksanaan
kegiatan.
43
Dalam kegiatan pembelajaran ini, guru dapat melaksanakan kegiatan dengan baik
meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti kondisi pelaksanaan
pembelajaran belum optimal, siswa masih kurang berminat, motivasi belajar yang
diberikan guru belum optimal dan langkah-langkah Polya yang dipergunakan belum
optimal.
c. Pengamatan
Berdasarkan hasil tes akhir siklus (lampiran 1)diketahui bahwa ratarata kelas hasil
belajar siswa baru mencapai 5,7. Adapun secara rinci perolehan siswa yang memperoleh
nilai keberhasilan dapat dirangkum pada tabel berikut ini.
Tabel 2 Prestasi Belajar Siswa Siklus I
Siklus I
Nilai < 75 36 90 %
Nilai > 75 4 10 %
Partisipasi siswa 40
Tuntas Belajar 4 10 %
Aspek tingkat kesalahan siswa dalam memahami soal cerita di kelas III SD
45
1. Pendahuluan 2
4. Penutup 2
Rata-rata 2,1
Kriteria Cukup
2 2 40 7 33
3 3 40 5 35
4 4 40 4 36
5 5 40 6 34
Berdasarkan hasil analisis pada siklus I tersebut di atas, diketahui bahwa siswa yang
mesih belum mampu mengerjakan soal lebih dari 80%, hal ini menjadi dasar bagi
peneliti untuk merefleksi kembali apa yang perlu dilakukan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
a Pelaksanaan
kegiatan.
3) Mengadakan evaluasi akhir siklus.
Dalam kegiatan pembelajaran ini, guru dapat melaksanakan kegiatan dengan baik
meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti kondisi pelaksanaan
pembelajaran belum optimal, siswa masih kurang berminat, motivasi belajar yang
diberikan guru belum optimal dan langkah-langkah Polya yang dipergunakan
mendekati optimal.
b Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan siswa oleh guru peneliti tampaknya ada perubahan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu ada peningkatan-penbingkatan
yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran. Perubahan peningkatan tersebut
dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6 Partisipasi Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
c Refleksi siklus II
2 2 35 5
3 3 33 7
4 4 35 5
5 5 34 6
Jumlah 171 29
Dilihat dari indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam bab III yaitu standar nilai
75, maka dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.
Siklus II
Nilai ≥ 75 29 72,5
Berdasarkan hasil refleksi siklus II maka dapat dikatakan tuntas belajar hal ini
menunjukkan keberhasilan dalam penggunaan metode Polya yang dilaksanakan dalam
pembelajaran.
3. Siklus III
a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah ,masalah siklus 2 yang belum berhasil pada pokok
bahasan tersebut. kesulitan yang dihadapi siswa dan kegairahan siswa dalam
pembelajaran.
2) Menyusun Rencana Pembelajaran
b. Tindakan
c) Menjelaskan materi lanjutan dengan alat peraga yang lebih banyak dan
variatif terutama soal latihan pada siklus 2 yang dianggap paling sulit oleh
siswa.
d) Mengadakan Tes akhir siklus ke-3.
51
c. Pengamatan
Acuh 4 10 % 2 5%
Sedang 6 15% 1 2,5%
Aktif 30 75 % 37 92,5%
Jumlah 40 100 % 40 100%
Mencermati tabel partisipasi siswa tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
pada siklus III, siswa yang acuh tak acuh sebanyak 2 siswa. Pada siklus
III sikap acuh tak acuh tersebut dapat ditekan sehingga berkurang jumlahnya.
Siswa yang sangat aktif pada siklus II sebanyak 30 siswa, pada siklus III
meningkat menjadi 37 siswa. Hal tersebut merupakan peningkatan yang
menggembirakan. Dalam kegiatan penelitian ini, kesulitan yang dihadapi siswa
yaitu kurangnya pemahaman terhadap maksud soal, prosedur penyelesaian soal
dan adanya sikap tergantung terhadap hasil pekerjaan teman.
Kesulitan dapat ditekan dan diatasi melalui pemberian latihan soal dengan
bimbingan guru, ternyata hasil yang dicapai sangat menggembirakan karena
bertambahnya peningkatan motivasi menjadikan bertambah baiknya hasil belajar
yang dicapai. Penguasaan materi pelajaran bentuk soal cerita dengan langkah-
langkah metode Polya dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena hasil
belajar bertambah baik.
d. Refleksi
Partisipan 92%
Aktif siswa Jumlah Siswa Persen
Tuntas Belajar 37 7 ,5%
Tidak Tuntas Bel 3 92 ,5%
Nilai Rata-rata 40 100 %
Tarap Serap 9,2
1. Pendahuluan/Appersepsi 4
4. Penutup 4
Rata-rata 41
53
Tabel 9 Analisis Kemampuan Siswa dalam Mengerjakan Soal Pada Akhir Siklus III
2 2 40 38 2
3 3 40 40 0
4 4 40 40 0
5 5 40 38 2
Berdasarkan hasil analisis pada siklus III tersebut di atas, diketahui bahwa siswa
yang masih belum mampu mengerjakan seluruh soal sebanyak 2 orang siswa.
Keduanya baru dapat menyelesaikan 3 soal, secara normatik keduanya telah dapat
dikatakan lulus karena mendapat nilai 6, namun dalam penelitian ini belum dikatakan
tuntas.
Meskipun demikian perlu kiranya diketahui bahwa penggunaan metode Polya
telah mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan kepada siswa baik dalam hal motivasi belajarnya, sikap dalam menyelesaikan
soal, disiplin dalam penggunaan waktu yang tersedia..
B. Pembahasan
Hasil penelitian berdasarkan melihat tabel tersebut di atas, maka peneliti jelaskan
bahwa:
1. Siklus Pertama
Hasil penelitian menunjukkan bawa dari 40 siswa ternyata ada 36 siswa yang kurang
aktif atau acuh dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena
siswa tidak memiliki prasyarat dalam mengikuti pembelajaran Pokok Belajar: Soal
cerita dalam pengajaran hitung. Maka siswa ini harus diberi motivasi agar lebih
semangat dalam proses belajar mengajar yaitu dengan diberi pernyataan-pernyataan
yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Bila jawaban siswa benar, guru
memberi penguatan agar siswa merasa senang.
Melihat hasil prestasi siswa, ternyata dari 40 siswa terdapat 36 orang siswa (90%)
yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar yaitu yang mendapat nilai <75 sedang
siswa yang tuntas belajar ada 4 siswa (10%) dengan perolehan nilai rata-rata sebesar
dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran 57%. Dengan demikian peneliti
perlu melakukan tindakan selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita.
Mendasari pada tabel hasil pengamatan oleh guru lain dapat dijelaskan bahwa dalam
siklus pertama penguasaan guru terhadap materi pelajaran sudah baik, tetapi perhatian
guru kurang merata pada seluruh siswa sehingga ada beberapa siswa yang kurang aktif
dan sibuk bermain sendiri.
Melihat hasil penelitian di kelas III tersebut diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Siswa kurang dapat mengungkapkan soal cerita ke dalam kalimat matematika.
Sehingga jika salah dalam penulisan kalimat matematika secara langsung siswa
akan mengalami kesalahan pada tahap perhitungan dan menarik kesimpulan.
2. Siswa tidak mampu melakukan perhitungan karena tidak memakai aturan urutan
pengerjaan hitung sehingga tidak dapat menggunakan dalam
berbagai situasi soal.
3. Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil yang sesuai dengan apa yang di kehendaki
oleh soal, sebab siswa keliru dalam melakukan perhitungan.
Tindakan yang harus dilakukan pada siswa yang mengalami kesulitan adalah
sebagai berikut.
1. Siswa yang tidak dapat memahami soal diberikan soal-soal yang terstruktur dan
lebih sederhana.
55
2. Siswa yang kurang dapat mengungkapkan soal cerita kedalam kalimat matematika
dibimbing dan dibantu dengan diberi rambu-rambu dalam menjawab dan alur
penyelesaianya. Sehingga siswa lebih mudah menjawabnya.
3. Siswa yang tidak dapat perkalian diberi PR untuk menghafal perkalian.
Pada siklus kedua ini, siswa yang kurang aktif sudah berkurang jika
dibandingkan dengan siklus pertama. Dari hasil prestasi siswa juga terjadi
peningkatan kemampuan siswa terhadap menyelesaikan soal, terbukti siswa yang
tidak tuntas belajar masih ada 7 siswa atau 27,5%. Hal ini perlu di atasi mel;alu
latihan dalam memahami maksud soal cerita dengan bimbingan guru secara khusus.
Peneliti tetap berusaha untuk memberi bimbingan khusus kepada siswa tersebut
di luar jam pelajaran. Sedangkan siswa yang tuntas belajar ada 33 anak (72,5 %)
dengan nilai rata-rata kelas 8,4 serta daya serap pada siklus kedua adalah 84% yang
berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
3. Siklus III
Prestasi belajar pada siklus III rata-rata kelas mencapai 9,2 naik dari rata-rata
kelas 8,4 pada akhir siklus II. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan
kemampuan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas.
Hasil pengamatan dalam KBM oleh guru mitra, bahwa tindakan kelas guru
menunjukan ada peningkatan dibanding siklus pertama yaitu perhatian guru sudah
menyeluruh dan siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran mendapat perhatian
guru dan berhasil memotivasinya.
Kriteria keberhasilan siswa dalam mempelajari materi suatu pokok bahasan yang
berbentuk soal cerita di kelas III SD Inpres Warikeo Kecamatan Golewa Barat
kabupaten Ngada tahun pelajaran 2018/2019
1. Secara individu bila mereka sudah dapat mencapai nilai 7,5 atau lebih berarti
sudah menyerap materi yang telah diajarkan sebesar 75 % atau lebih dikatakan
tuntas belajar.
2. Jumlah siswa dalam kelas dapat menyerap materi 75 % dari jumlah siswa
keseluruan di kelas III dengan nilai rata-rata kelas mencapai
> 75.
3. Dengan melihat tabel pengamatan oleh guru lain dalam KBM dapat dijelaskan
bahwa dalam siklus pertama penguasaan guru terhadap materi pelajaran sudah
baik, tetapi perhatian guru kurang merata diseluruh kelas sehingga ada
beberapa siswa yang pasif dan sibuk bermain sendiri. Pada siklus kedua
kegiatan guru dalam KBM sudah mendekati sempurna. Perhatianya sudah
merata seluruh kelas dan siswa kelihatan aktif mencapai 87%.
Melihat hasil penelitian di kelas III tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa:
1. Siswa kurang dapat nmengungkapkan soal cerita ke dalam kalimat matematika.
Sehingga jika salah dalam penulisan kalimat matematika secara langsung siswa
akan mengalami kesalahan pada tahap perhitungan dan menarik kesimpulan.
2. Siswa tidak mampu melakukan perhitungan karena tidak mengalami konsep
perkalian dan aturan urutan pengerjaan hitung sehingga tidak dapat menggunakan
dalam berbagai situasi soal.
3. Siswa tidak dapat menyimpulkan hasil yang sesuai dengan apa yang di kehendaki
oleh soal, sebab mereka salah dalam melakukan perhitungan.
Tindakan yang harus dilakukan pada siswa yang mengalami kesulitan adalah
sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak dapat memahami soal diberikan soal-soal yang terstuktur dan
lebih sederhana.
2. Siswa yang kurang dapat mengungkapkan soal cerita kedalam kalimat matematika
dibimbing dan dibantu dengan diberi rambu-rambu dalam menjawab dan alur
penyelesaianya. Sehingga siswa lebih mudah menjawabnya.
3. Siswa yang tidak dapat perkalian diberi PR untuk menghafal perkalian.
57
BAB V
A. Simpulan
59
Simpulan dari hasil penelitian ini bahwa dengan menggunakan metode Polya,
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan yang berbentuk soal cerita di kelas III SD Inpres
Warikeo Kecamatan Golewa kabupaten Ngada tahun pelajaran 2018/2019 dapat
ditingkatkan.
B. Saran
Berkenaan dengan hasil penelitian ini maka saran yang perlu disampaikan
adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya guru dalam melakukan pembelajaran pokok bahasan pengerjaan
hitung campuran dalam bentuk soal cerita guru disarankan untuk menggunakan
metode Polya.
2. Sebaiknya siswa melakukan latihan penyelesaian soal cerita dengan metode
Polya, karena mempermudah dan mempercepat penyelesaian soal cerita.
DAFTAR PUSTAKA
_______https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/24/pentingnya-metode-
polya-dan-bentuk-soal-cerita-dalam-pembelajaran-matematika/
_______https://ainamulyana.blogspot.com/2016/01/prestasi-belajar-siswa-
pengertian-dan.html
________eprints.ung.ac.id/2837/5/2013-1-86206-151409243-bab2-
28072013075542.pdf file:///E:/Tahun%202019-2020/pengertian%20penjumlahan
%20dan%20pengurangan.pdf
Lampiran : 1
DAFTAR NILAI SISWA SD INPRES WARIKEO
1 2524 RIYANTO 5 7 8 T
2 2525 DARNO 5 8 9 T
3 2528 MOH. IRFAN FAOZI 5 8 9 T
4 2552 ADI FAJAR PERMANA 6 8 9 T
PUTRA
5 2553 ATI NILAN SARI 7 8 9 T
CAHYANI
6 2555 AIS RIZKI SETIAWAN 3 5 8 T
7 2556 ANITA 4 6 7 B
8 2557 BAMBANG SETIA BUDI 5 7 8 T
9 2558 ELOK NUR AFI YANTI 6 7 7 B
10 2559 EPI YUNITA LESTARI 5 8 8 T
11 2560 FIQIH PRAYOGI 4 7 7 B
12 2561 HARTINAH 5 8 8 T
13 2562 ISMI HAMUDANH FATIN 6 8 8 T
14 2563 KUNANDAR 3 5 7 B
15 2564 KATMAWATI 4 6 8 T
16 2565 MELAN YUNIANAH 5 7 8 T
17 2566 MUHAEMIN 6 8 8 T
18 2567 MEITA KUSRINAH 4 6 8 T
19 2568 MOH SAKRONI 5 7 8 T
20 2569 MOH WAHYU DWI 6 8 8 T
ARDIYANTO
21 2570 M. IRFAN MAULANA 7 7 8 T
YUSUF
22 2571 M. SASMITO 6 8 8 T
23 2572 M. ADI PRIYATNO 5 7 8 T
24 2573 M. HUSNI TAMRIN 6 8 8 T
25 2574 NUR AISYAH JAMIL 5 8 9 T
26 2576 NOVA ANDIYANTO 6 7 9 T
27 2577 SANCAN PAMBUDI 7 8 9 T
28 2579 SUNANTI 4 6 7 B
29 2580 SITI ELPIYAH 5 7 8 T
30 2581 SITI KHOTAMI 5 7 8 T
31 2582 SAEFUL BAKHRI 5 6 8 T
32 2583 SITI RUHAYAH 6 8 8 T
33 2584 SULIASTIKO 7 8 8 T
DWALAKMANSAH
34 2585 TRIYO CANDRA 7 8 9 T
35 2586 TRISTA IKA YANDINI 7 7 8 T
36 2588 USWATUN KHASANAH 7 8 9 T
37 2589 WALDINAH 6 7 8 T
38 2533 M. ADIDIN 5 6 8 T
39 2537 HERNI WIJAYA 5 6 7 B
40 2684 AGUS KURNIAWAN 5 7 8 T
Pengurangan.
Sub pokok bahasa : - Soal cerita.
Kelas / Semester : III / II.
Waktu : 3 x Pertemuan (6 jam pelajaran)
@ 40 menit
I. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Pertemuan II
• Guru menulis soal cerita yang memuat operasi hitung penjumlahan,
pengurangan dan tanda kurung ( ).
• Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita dengan
langkahlangkah Polya sebagai berikut :
a. Menulis apa yang di ketahui.
b. Menulis apa yang ditanyakan.
c. Menulis kalimat matematika.
d. Mengadakan perhitungan sesuai dengan aturan yang berlaku.
e. Menuliskan kalimat jawaban untuk mencocokan hasil dan soal
semula.
f. Guru membagikan lembar kerja siswa.
g. Diskusi kelompok untuk membahas LKS.
h. Laporan hasil diskusi.
i. Siswa menulis rangkuman.
Pertemuan III
• Membahas tugas rumah.
• Guru memberi nilai tugas rumah.
• Guru membagi lembar soal test formatif 1.
67
IV. Evaluasi
A. Prosedur
a. Tes awal : Tanya jawab dalam kegiatan apersepsi.
b. Tes dalam proses : Tanya jawab dalam kegiatan inti.
c. Tes akhir : Tes formatif.
B. Jenis tes
a. Lisan
b. Tertulis
C. Bentuk tes : Uraian (soal cerita)
D. Butir soal, Kunci jawaban, dan Perskoran terlampir.
Lampiran : 4
Rp. 5.500,00 untuk membeli peralatan sekolah. Berapa rupiah sisa tabungan Rofik ?
Selamat mengerjakan
Lampiran: 5
LEMBAR JAWAB TES FORMATIF I
Pokok Bahasan : 6.6 Penjumlahan dan pengurangan
Sub pokok Bahasan : Soal cerita
Kelas / Semester : III / I
I. a. Diketahui : Ditanyakan
:
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban :
Jadi,
……………………………………………………………………………………
2. a. Diketahui :
Ditanyakan :
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban :
Jadi,…………………………………………………………………………………
…
3. a. Diketahui :
Ditanyakan :
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban :
Jadi,…………………………………………………………………………………
…
4. a. Diketahui :
Ditanyakan :
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban :
Jadi,………………………………………………………………………………
5. a. Diketahui :
Ditanyakan :
73
b. Kalimat matematika :
c. Perhitungan :
d. Kalimat jawaban
:Jadi,……………………………………………………………………………
Lampiran: 6
KUNCI JAWABAN DAN PENSKORAN TES I
Pengurangan
+
Jumlah : skor 10
Jumlah : skor 10
Lampiran: 7
POKOK BAHASAN :
SIKLUS : ………………….
KETERANGAN:
A = 90 -100
B = BAIK 80-89
C = CUKUP 60-79
K = KURANG DARI 60
Lampiran: 8
Pengamatan ke : I SIKLUS I
Hari/tanggal : SENIN, 12 SEPTEMBER 2018
Jam ke : III -IV
79
2 PENGEMBANGAN
4. Penguasaan materi X Perlu variasi
5. Penggunaan metode X Kurang
6. Manageman kelas X Perlu peningkatan
7. Pemekaran materi
yang penting X
8. Pemciptaan X Belum optimal
suasana
aktif/ kondusif
3
PENERAPAN X Kurang sesuai
9. Kesesuaian dengan
TPK X Belum menyeluruh
10. Pengamatan
terhadap kemajuan
4 siswanya X Perlu ditingkatkan
X Perlu pemerataan
PENUTUP
11. Rangkuman
12. Pemberian tugas
KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –100
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
D. Kurang = Skala <60
81
Lampiran: 9
PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI
Pengamatan ke : II
Hari/tanggal : Senin-Selasa, 26-27 September 2018
Pengurangan
2 PENGEMBANGAN
4. Penguasaan materi X Kurangnya guru
5. Penggunaan metode X dalam membimbing
6. Manageman kelas X siswa masih kurang
7. Pemekaran materi merata, keaktifan
yang penting siswa agar
8. Penciptaan X dibangkitkan
suasana
aktif/ kondusif
3
PENERAPAN X
9. Kesesuaian dengan X
TPK
10. Pengamatan
terhadap kemajuan
4 siswanya
X
X
PENUTUP
11. Rangkuman
12. Pemberian tugas
KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –10
B. Baik = Skala 75-100 Warikeo, September 2019
C. Cukup = Skala 60-75 Peneliti
83
Lampiran : 10
PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI
Pengamatan ke : III
Hari/tanggal : 10-12 Oktober 2018
Jam ke : I-2
Pokok Bahasan : Penjumlahan dan pengurangan
Sub Pokok Bahasan : Bentuk soal cerita
KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –10
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
85
Lampiran: 11
RENCANA PEMBELAJARAN
I. TUJUAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
* Diketahui :
87
* Ditanyakan :
* Kalimat matematika :
* Perhitungan :
* Kalimat jawaban :
.
Pertemuan II
• Guru menulis soal cerita yang memuat operasi hitung penjumlahan,
pengurangan dan tanda kurung ( ).
• Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita dengan
langkahlangkah Polya sebagai berikut :
1. Menulis apa yang di ketahui.
2. Menulis apa yang ditanyakan.
3. Menulis kalimat matematika.
4. Mengadakan perhitungan sesuai dengan aturan yang berlaku.
89
Pertemuan III
• Membahas tugas rumah.
• Guru memberi nilai tugas rumah.
• Guru membagi lembar soal test formatif 1.
• Siswa mengerjakan test formatif 1.
4. Kegiatan akhir
Pertemuan I (20 menit)
• Guru memberi latihan soal.
• Siswa mengerjakan latihan soal.
• Guru mengoreksi dan memberi nilai.
• Guru memberi perbaikan untuk siswa yang memperoleh nilai < 60 dan
pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai > dari 60 (berupa PR).
Pertemuan II (20 menit)
• Guru memberi latihan soal.
• Siswa mengerjakan latihan soal.
• Guru mengoreksi dan memberi nilai.
• Guru memberi perbaikan untuk siswa yang memperoleh nilai < 60 dan
pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai > dari 60 (berupa PR).
IV. Evaluasi
A.Prosedur
a. Tes awal : Tanya jawab dalam kegiatan apersepsi.
b. Tes dalam proses : Tanya jawab dalam kegiatan inti.
c. Tes akhir : Tes formatif.
B. Jenis tes
1. Lisan
2. Tertulis
3. Bentuk tes : Uraian (soal cerita)
4. Butir soal, Kunci jawaban, dan Perskoran terlampir.
Lampiran: 12
denga
1 PENDAHULUAN n
1. Apersepsi X Apersepsi
2. Motivasi X berlangsung
3. Revisi X baik
2 PENGEMBANGAN
1.Penguasaan materi X
2.Penggunaan metode X Sangat baik
3.Manageman kelas X Baik
4.Pemekaran materi Pembelajaran
yang penting X dilaksanakan
5.Penciptaan suasana X baik
aktif/ kondusif
3 PENERAPAN
1.Kesesuaian dengan X
TPK
2.Pengamatan X
terhadap kemajuan
siswanya
4 X
PENUTUP X
1. Rangkuman
2.Pemberian tugas
KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –100
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
D. Kurang = Skala <60
Warikeo, September 2018
Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah
Lampiran : 13
PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI
SIKLUS II
Pengamatan ke: II
Hari/tanggal : Senin-Selasa, 26-27 September 2018
Pokok Bahasan : Hitung Campuran Penjumlahan Dan Pengurangan
1 PENDAHULUAN X
1.Apersepsi X Baik dan siswa
2.Motivasi X berpartisipasi aktif.
3.Revisi Penguasaan materi
bagus.
2 PENGEMBANGAN
1.Penguasaan materi X
2.Penggunaan metode X
3.Manageman kelas
4.Pemekaran materi
yang penting X
4.Pemciptaan suasana
aktif/ kondusif
3 PENERAPAN X
1.Kesesuaian dengan X
TPK
2.Pengamatan terhadap
kemajuan siswanya
4 X
PENUTUP X
1.Rangkuman
2.Pemberian tugas
KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –100
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
D. Kurang = Skala <60
Warikeo, September 2018
Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah
Lampiran : 14
PEDOMAN PENGAMATAN KEPADA GURU PENELITI
SIKLUS II
Pengamatan ke : III
Hari/tanggal : 10-12 Oktober 2019
Jam ke : I-2
Pokok Bahasan : Penjumlahan dan pengurangan
Sub Pokok Bahasan : Bentuk soal cerita
1 PENDAHULUAN
1.Apersepsi X Manageman kelas
2.Motivasi X perlu ditata kembali
3.Revisi X baik pengaturan
tempat duduk siswa
2 PENGEMBANGAN maupun dalam
1. Penguasaan materi. X appersepsi.
2. Penggunaan metode X
3. Manageman kelas
4. Pemekaran materi X
yang penting
5. Pemciptaan X
suasana
aktif/ kondusif
3
PENERAPAN X
1. Kesesuaian dengan
TPK X
2. Pengamatan terhadap
kemajuan siswanya
4
X
PENUTUP X
1.Rangkuman
2.Pemberian tugas
KETERANGAN:
A. Baik sekali = Skala 80 –100
B. Baik = Skala 75-79
C. Cukup = Skala 60-75
D. Kurang = Skala <60
Warikeo, September 2018
Mengetahui Peneliti
Kepala Sekolah
Lampiran : 15
3. Ibu membeli 8 kg beras dan 12 kg gula. Harga tiap kg beras Rp. 750,00 dan
harga tiap kg gula Rp. 1.000,00. Berapa rupiah Ibu harus membayar ?
4. Pak Kasen membeli minyak tanah sebanyak 205 liter dan dijual lagi 15 liter.
Berapa sisa minyak tanah Pak Kasen?
5. Rofik menabung setiap hari Rp. 10.000,00. Setelah tujuh minggu tabunganya
diambil Rp. 15.500,00 untuk membeli peralatan sekolah. Berapa rupiah sisa
tabungan Rofik ?
Selamat mengerjakan