Anda di halaman 1dari 2

Nama: Erossantos W B NIM: 01406180010 Prodi: IMSI Cohord 2018

Manusia diciptakan seturut dan segambar dengan rupa Allah, yang artinya manusia adalah ciptaan
yang istimewa dan mulia, berbeda dengan ciptaan lainnya. Allah memberikan kehendak bebas dan akal
budi kepada manusia yang digunakan untuk memuliakan tuhan, akan tetapi hal tersebut digunakan untuk
melawan dan memberontak terhadap Allah, dan akhirnya manusia jatuh kedalam dosa. Dosa telah
membuat gambar dan rupa Allah yang ada dalam diri manusia menjadi rusak. Hal ini bisa terlihat dari pola
pikir, emosi, dan tingkah laku manusia yang suka melakukan yang jahat dan terkadang tidak normal.

Seorang psikolog yang bernama Sigmund Freud mengemukakan bahwa dalam diri manusia
terdapat area yang kita sadari, prasadar dan area yang tidak kita sadari. Manusia hanya bisa melihat pada
perilaku yang tampak saja, sedangkan seluruh aspek kehidupan manusia itu sampai di alam bawa sadar.
Seperti bongkahan es, hal yang terlihat di permukaan itu hanya sedikit dan kecil, sedangkan yang tidak
kelihatan itu ada banyak dan besar. Hal ini jelas akan sangat berbahaya jika kita tidak bisa mengenali dan
menyadari bagian alam bawa sadar kita. Sama halnya seperti yang dikatakan Paulus (Roma 7:15) “Sebab
apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa
yang aku benci, itulah yang aku perbuat”. Pernyataan ini memperkuat bahwa ada bagian dalam diri kita
yang tidak kita sadari dan kebanyakan hal itu adalah sesuatu yang negatif.

Sesuatu yang sering kita tidak sadari ini kebanyakan adalah sesuatu yang bernilai negatif seperti
ketakutan, kecemasan, dll. Semua ini berasal dari alam bawa sadar yang tidak kita sadari akan membuat
perilaku dan emosi kita menjadi tidak normal. Freud juga mengemukakan bahwa dalam diri kita terdapat
tiga bagian yaitu Id, Ego, dan Superego. Id adalah dorongan-dorongan yang impulsif yang terdapat di alam
bawa sadar kita yang kalau kita tidak bisa mengendalikannya akan menjadi sesuatu yang liar, sedangkan
Superego adalah dorongan-dorongan yang membuat kita menjadi lebih bermoral, melakukan pertimbangan
dengan hati nurani dan terdapat di prasadar kita, sedangkan Ego adalah yang akan menentukan keputusan
kita untuk mengikuti Id atau Super Ego dan sesuatu yang kita sadari.

Saya sendiri merasa bahwa Superego saya mendominasi, sehingga saya terkadang sering merasa
bersalah dan minder yang berlebihan. Contohnya itu pada saat saya melakukan kesalahan, saya akan
terus memikirkan dan menimbulkan penyesalan yang sangat dalam. tanpa berpikir panjang, emosi saya
kemudian menjadi orang yang sangat guilty (merasa bersalah) dan menjadi pemurung. Saya akhirnya
terkadang menjadi pribadi yang depresi dan putus asa (pasif negatif).
Nama: Erossantos W B NIM: 01406180010 Prodi: IMSI Cohord 2018

Untuk mengatasi rasa cemas dan bersalah itu saya sering menggunakan defence mechanism
melupakan (represi) dan membenarkan (rasionalisasi) masalah tersebut. Hal ini saya lakukan untuk
menenangkan diri sendiri dan membuat saya menjadi tidak terlalu memikirkan kesalahan tersebut sehingga
saya kembali bersemangat lagi. Namun hal ini tidak bertahan lama, terkadang saya menjadi kepikiran lagi
dan menjadi tidak semangat lagi.

Apa yang saya lakukan ini jelas akan membuat saya menjadi pribadi yang tidak sehat, baik secara
mental, emosi, dan perilaku. untuk itu saya harus membuat Ego menjadi lebih kuat agar saya mampu
mengatur Id dan Superego untuk berjalan dengan berimbang dengan mengontrol prisip-prinsip kenikmatan
dan moralistik. saya seharusnya tidak menghindar dan lari dari masalah dengan cara melupakan, menekan
dan membenarkan kesalahan itu, saya seharusnya menerima bahwa saya memang salah dan saya harus
bertanggung jawab serta menghadapi masalah tersebut melaui pertolongan Roh Kudus dengan lebih
dewasa. Saya harus belajar mengambil keputusan terhadap kejadian yang terjadi dengan memikirkannya
terlebih dahulu agar saya bisa merespon dengan tepat dan memiliki motivasi yang benar dalam bertindak.
Saya juga sebelumnya sudah pergi konseling ke HOPE dan di sana saya diingatkan dan disadarkan bahwa
saya bukanlah sumber masalah dan saya tidak harus membuat semua orang menjadi suka sama saya.

Dari refleksi ini saya belajar untuk lebih mengenali siapa diri saya dan kembali diingatkan akan
penyertaan Tuhan yang sungguh nyata dalam hidup saya melalui semua pergumulan yang saya hadapi.
Saya percaya bahwa kekurangan yang saya miliki ini bukan untuk membuat saya semakin terpuruk,
melainkan untuk membentuk saya menjadi pribadi yang lebih dewasa untuk melakukan pekerjaan dan
penata layanan bagi kemuliaan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai