Anda di halaman 1dari 25

PAPER METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

“Penggunaan Metode Karya Wisata dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Kelas XI SMA.”

Disusun oleh:

Brian Amrico Welan dan Erossantos Wiliam Bongga

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2021
Latar Belakang 

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang memiliki kualitas yang baik

dalam penggarapan maupun pengimplementasiannya yang holistis di lapangan.

Pendidikan yang ideal bukan hanya menekankan pada proses transfer of knowledge,

melainkan pada proses transfer of value juga [ CITATION Mar162 \l 1033 ] . Sehingga

pendidikan yang ada mampu menghasilkan peserta didik yang utuh baik itu dari segi

pengetahuan maupun karakter. Berkaca padsa pendidikan di Indonesia saat ini bisa

dikategorikan sangat rendah. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan oleh

International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018 yang menunjukkan bahwa

Indonesia berada pada urutan ke-6 dari bawah pada segi membaca, berhitung, dan sains

dari 75 negara yang terdata [ CITATION BBC19 \l 1033 ]. Negara Indonesia bahkan

tertinggal dari negara tetangga Malaysia dan juga Brunei yang merupakan negara

serumpun Indonesia.  Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan yang ada di

Indonesia masih sangat jauh dari kata ideal. Salah satu faktor yang mempengaruhi

kurang baiknya kualitas pendidikan di indonesia adalah kemampuan guru yang belum

maksimal dalam menyajikan dan mendesain suatu proses pembelajaran dengan baik

dalam kelas [CITATION Leo15 \l 1033 ]. Seorang guru ibaratnya seorang arsitek dalam

kelas, ia harus bisa mendesain pembelajaran yang menarik sesuai dengan kebutuhan dan

sumberdaya yang dimiliki sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang baik serta

menyenangkan bagi peserta didik yang secara langsung akan berdampak pada proses

belajar peserta didik.

Dalam proses belajar mengajar guru dan peserta didik ada dua peranan yang

sangat penting dalam pendidikan. Pendidikan kristen melihat dua peranan tersebut dari
kacamata yang berbeda dengan menempatkan Student sebagai oriented, Teacher

sebagai directed dan Christ sebagai Center dari proses belajar mengajar itu sendiri.  Hal

ini membuat sebuah perbedaan pandangan antara pendidikan kristen dan pendidikan

non kristen dalam melihat peserta didik. Pandangan umum, peserta didik merupakan

subjek dari pendidikan yang akan menerima pembelajaran. Peserta didik juga dapat

didefinisikan sebagai individu-individu yang berusaha untuk mengembangkan potensi

yang ada dalam dirinya melalui proses pembelajaran yang tidak terikat pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu [ CITATION Ins19 \l 1033 ]. Dengan demikian setiap individu

memiliki suatu dorongan untuk memperoleh pengetahuan serta memiliki kebebasan

untuk mempelajari ilmu pengetahuan tertentu. Hal tersebut berbeda jika dipandang

dalam kacamata kekristenan yang memandang peserta didik sebagai individu-individu

yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dengan keunikan serta kemampuan

tetapi oleh dosa telah dicemarkan dan dipisahkan sehingga menghidupi kehidupan yang

hilang arah, tetapi dalam kasih dan anugerah Allah di kayu salib memberikan penebusan

serta transformasi yang mengarahkan serta mendorong individu untuk berjalan ke depan

bersama Kristus sebagai penuntunnya [ CITATION Gra03 \l 1033 ] . Untuk merealisasikan

hal tersebut disinilah dibutuhkan peranan Guru yang sebelumnya telah ditebus untuk

menjadi agen rekonsiliasi Allah yang menjembatani antara peserta didik dengan Kristus

sebagai penebus. 

       Pendidikan Kristen adalah jalan yang dihadirkan untuk membawa transformasi dan

perubahan dalam diri peserta didik. Sama halnya dengan tujuan pendidikan Kristen

untuk mengembalikan, menebus, merekonsiliasi dan menyediakan kebutuhan yang

dibutuhkan peserta didik dengan mengenalkan Kristus sebagai sumber dan Juruselamat

atas kehidupan mereka [ CITATION Kni091 \l 1033 ]. Dengan tercapainya tujuan


pendidikan kristen ini akan membuka jalan bagi tujuan sekunder dari pendidikan kristen

itu sendiri. Seperti pengembangan pengetahuan, karakter, dan keahlian yang akan

mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam diri mereka. Berbeda dengan pengetahuan,

karakter, dan keahlian yang dicapai di luar pendidikan Kristen yang berjalan menuju

humanisme yang terlihat baik. Sehingga pengimplementasian dan penerapan pendidikan

dapat dimaknai sebagai kegiatan serta aktivitas yang mengarah kepada penebusan yang

bersumber dari Allah. Kegiatan dan aktivitas yang dimaksud yaitu segala hal yang

dilakukan guru dan murid di dalam kelas yang menjadikan Kristus sebagai tujuannya

[ CITATION Bru06 \l 1033 ] . Hal ini tercerminkan pada peranan guru Kristen yang tidak

hanya menuntun murid tapi juga mengarahkan motivasi mereka kepada Kristus melalui

kegiatan pembelajaran yang berpusat pada Kristus. Implikasinya yaitu membuat semua

dorongan, minat, dan motivasi dari peserta didik digunakan dan ditujukan untuk

penatalayanan kepada Allah dalam konteksnya di dunia ini. Oleh karena itu motivasi

sangat penting dalam diri peserta didik. 

         Menurut Mc Donald dalam [ CITATION Emd17 \l 1033 ]. Motivasi adalah suatu

perubahan energi yang terjadi pada diri individu yang ditandai dengan munculnya

perasaan (afektif) dan reaksi yang dibuahkan dalam Tindakan dalam mencapai sebuah

tujuan. Motivasi adalah proses yang terjadi secara internal dalam individu yang

mengaktifkan, menuntun dan mempertahankan sebuah perilaku dari waktu ke waktu.

Dan biasanya motivasi ini terdapat berbagai jenis, intensitas maupun tujuan dan arah

yang hendak dicapai [ CITATION Sju12 \l 1033 ]. Motivasi sangat penting bagi guru

maupun siswa karena motivasi ibaratnya sebuah kekuatan yang menggerakan sebuah

kapal, dan realitasnya motivasilah yang menguatkan kemauan dan kemampuan yang

ada dalam diri siswa untuk belajar dan meraih cita-citanya. Melihat data yang ada di
lapangan, banyak siswa yang kurang aktif serta malas-malasan saat pembelajaran

berlangsung. Hal ini tampak nyata dalam perilaku mereka dalam kelas, di mana terdapat

segelintir siswa yang mengantuk saat pembelajaran, ada juga yang malas dalam

mengerjakan tugas, tidak menyimak penjelasan guru serta terdapat juga siswa yang

pasif saat berdiskusi. Hal tersebut diduga dilatarbelakangi oleh motivasi belajar siswa

yang lemah yang diakibatkan oleh ketidaktertarikan mereka dalam strategi

pembelajaran yang diterapkan. Tentu secara nyata hal tersebut akan berdampak pada

proses belajar mengajar yang menjadi kurang bermakna, iklim pembelajaran yang

kurang aktif serta ketidakmampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang

disampaikan dengan baik dan maksimal.

       Di samping itu, motivasi belajar tidak hanya tercerminkan dalam perilaku saja

tetapi secara general dapat dilihat juga dari hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang

dihimpun, terlihat tren penurunan hasil belajar beberapa siswa dari waktu ke waktu. Hal

ini menandakan adanya juga penurunan terhadap motivasi siswa dalam belajar

utamanya dalam mata pembelajaran geografi. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi

hal tersebut. Baik itu yang berasal dari dalam pribadi siswa maupun yang ada di luar.

Oleh karena itu, tugas guru mampu mengenali siswa dan mampu mengerti akan

kebutuhan siswa sehingga mereka terfasilitasi dalam mengembangkan segala aspek

dalam kehidupan mereka salah satunya motivasi belajar.Di pandang dalam kerangka

kekristenan, tentu hal ini sangat signifikan dan memiliki tingkat urgensi yang sangat

tinggi, murid sebagai titipan yang Allah berikan kepada guru untuk diarahkan dan

dibimbing dalam pengetahuan yang sejati akan-Nya hendaklah membantu murid

memiliki motivasi yang tinggi serta benar. Karena motivasi yang benar mengarahkan

murid kepada tujuan yang sejati yaitu serupa dengan Kristus tetapi jika murid memiliki
motivasi yang rendah maupun menyimpang hanya akan mengatrakan murid kepada

keterpisahan dengan tujuan yang sejati dan berdampak pada kehidupan yang tidak

bertujuan.

       Untuk menyingkapi permasalahan tersebut, salah satu alternatif penyelesaian yaitu

merubah metode pembelajaran yang digunakan. Memilih sebuah strategi pembelajaran

yang relevan dengan materi dan mampu mengakomodasi kebutuhan siswa dengan

harapan mampu meningkatkan motivasi pembelajaran mereka. Metode yang dipilih

yaitu metode karya wisata karena dinilai sangat relevan dengan mata pelajaran geografi

dalam melihat fenomena-fenomena yang terjadi di alam dengan nyata sehingga

pembelajaran menjadi mendarat dan mudah dipahami. Penggunaan metode ini juga

membuat siswa lebih aktif dalam mengekspor pengetahuan serta berpartisipasi dengan

giat selama pembelajaran. Nuansa ruang pembelajaran yang baru dan beda dari biasanya

membawa kesan tersendiri bagi siswa selama pembelajaran dilakukan. Dan yang paling

terpenting mampu membuat siswa bersemangat dan termotivasi untuk belajar dan

memahami materi yang disajikan.

         Menurut Sagala dalam [ CITATION Jum17 \l 1033 ]. Metode karya wisata adalah

kegiatan atau aktivitas berpesiar yang dilakukan oleh peserta didik dalam menambah

dan memperlengkapi pengalaman mereka dalam belajar sebuah topik tertentu yang

disesuaikan dengan materi maupun kurikulum sekolah yang ada. Dalam karya wisata ini

peserta didik dibimbing dan di fasilitatif oleh guru untuk mengunjungi beberapa tempat

dengan tujuan untuk belajar. Metode karya wisata tujuannya bukan hanya rekreasi atau

berkunjung ke sebuah tempat saja tetapi lebih dari itu sebagai bentuk aktivitas

pembelajaran yang membuat siswa memperoleh pengalaman serta pengetahuan


langsung dari objek yang dilihatnya dalam materi pembelajaran [ CITATION Nur14 \l

1033 ]. Hal ini tentu sangat baik bagi siswa karena dalam satu metode ini membuat

siswa bisa berekreasi sekaligus belajar.

Rumusan masalah:

 Apakah metode pembelajaran karya wisata dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa kelas XI SMA. 

 Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI SMA dengan

menggunakan metode karya wisata pada pelajaran geografi. 

Tujuan:

 Untuk mengkaji penerapan metode karya wisata dalam meningkatkan motivasi

belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas XI SMA

 Untuk mengkaji langkah-langkah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran geografi kelas XI SMA melalui metode karya wisata

FOKUS KAJIAN 1: Motivasi Belajar 

       Motivasi dapat didefinisikan sebagai kemauan, kehendak, keinginan maupun daya

yang membuat dan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal dan aktivitas

dalam kehidupannya. Motivasi identic dengan motif, yang mana motivasi itu sendiri

merupakan daya yang menggerakan yang berasal dari dalam individu itu sendiri dalam

melakukan segelintir kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu  [CITATION

War16 \l 1033 ]. Mathias dan Jackson dalam [CITATION Okt17 \l 1033 ] , menyatakan
bahwa motivasi adalah sebuah dorongan yang dinahkodai oleh tujuan yang biasanya

diakibatkan oleh sebuah sebab tidak ada yang muncul sendirinya. Istilah sebab, hendak

mengantarkan pada kebutuhan, hasrat serta dorongan yang artinya sama dengan motif,

dan hal tersebut merupakan turunan dari kata motivasi itu sendiri. Memahami dan

mengerti akan motivasi merupakan hal yang esensial, hal ini diakibatkan respon dari

masalah dan hal-hal terkait sumber daya manusia erat hubungannya dengan konsep

motivasi.

Menurut H.J.M Hermans dalam [CITATION War16 \l 1033 ], ciri-ciri orang yang

memiliki motivasi yaitu; (1). Memiliki kecenderungan untuk mengerjakan tugas tugas

maupun kewajiban yang menantang dan peranannya atau tingkat kesulitan ada diatas

kemampuannya. (2).  Keinginan untuk mengerjakan dan mengusahakan sesuatu secara

mandiri dan upaya untuk menyelesaikan sebuah permasalahan sendiri. (3). Keinginan

yang kuat untuk melangkah kedepan mencapai tujuan dan keberhasilan yang tingkatnya

sedikit lebih diatas dari pada taraf atau standar yang ditetapkan sebelumnya. (4). 

Pandangan kedepan, melihat belajar sebagai jalan dalam meraih dan merealisasikan

impian dan cita-cita yang telah dibangun. (5).  Pantang menyerah dalam melakukan

sesuatu.

Menurut Winarasi dalam [CITATION Emd171 \l 1033 ], Fungsi dari motivasi ada

tiga hal yaitu; (a). Mendorong manusia untuk bergerak maupun berbuat sesuatu.

Ibaratnya sebuah mesin pengerak atau sebuah rangkaian mobil yang melepaskan energi

yang ada didalamnya. Oleh karena itu, motivasi merupakan roda pengerak individu

dalam melakukan sesuatu hal. (b). Merupakan sebuah batu pijakan yang digunana untuk

menetukan arah yang akan dicapai didepan. (c). Sebagai media penyeleksi perbuatan
yang hendak dilakukan, yaitu segelintir perbuatan atau tidakan yang akan dilakukan

untuk mencapai tujuan yang hendak dituju.

          Menurut M. Dalyono dalam [CITATION Okt17 \l 1033 ], Motivasi belajar

merupakan daya penggerak serta pendorong bagi siswa dalam melakukan setiap

pekerjaan maupun tugas yang dilakukan di sekolah, dorongan tersebut baik yang berasal

dari dirinya sendiri (intrinsik) maupun yang berasal dari luar (ekstrinsik). Motivasi

belajar ini lebih bersifat psikis atau non-intelektual yang sangat mempengaruhi

semangat siswa dalam belajar.  

Menurut Sardiman dalam [ CITATION Sup15 \l 1033 ], upaya yang dapat dilakukan

dalam meningkatkan motivasi belajar anak di sekolah yaitu melalui beberapa hal di

bawah ini; (1). Memberikan apresiasi kepada siswa ketika mengerjakan tugas contohnya

pemberian angka atau nilai ketika siswa mengerjakan sesuatu tugas maupun kegiatan.

Perlu di garis bawahi juga dalam memberikan nilai tidak hanya pada aktivitas cognitive

tetapi pada aktivitas afektif dan psikomotor juga. (2).  Hadiah atau reward dapat

menjadi motivasi yang baik bagi siswa. (3). Membuat dan menciptakan iklim

persaingan bagi siswa baik itu secara individu maupun kelompok sebagai sarana untuk

meningkatkan motivasi siswa. Tetapi iklim persaingan yang dibuat adalah yang bersifat

membangun. (4). Ego -Involvement, menumbuhkan pengertian, pemahaman dan

kesadaran kepada siswa akan pentingnya tugas dan memaknainya sebagai sebuah

tantangan pemacu motivasi dalam diri. (5). Memberikan ujian kepada siswa dengan

harapan siswa dapat belajar dengan giat dan rajin. Tetapi jangan terlalu sering nanti

terkesan membosankan dan hanya sebatas rutinitas. (6). Memberikan pemahaman

kepada siswa bahwa hasil belajar merupakan alat yang memotivasi mereka untuk maju
dan berorientasi ke depan. (7). Memberikan pujian takala siswa menyelesaikan tugas

dan kewajibannya. Pujian adalah bentuk reinforcement positif yang mampu membantu

memotivasi siswa untuk semangat dalam belajar. (8). Hukuman merupakan bentuk dari

reinforcement negative, tetapi dapat digunakan sebagai secara berhikmat dan bijaksana

dalam membantu memotivasi siswa. 

FOKUS KAJIAN 2: Metode Karya Wisata

Proses pembelajaran memiliki tujuan untuk membekali peserta didik baik dari

segi kognitif, afektif dan psikomotor yang nantinya akan sangat berguna setelah murid

selesai dalam menempuh dunia pendidikan. Peran pendidik disini sangat penting, baik

itu untuk mentransfer ilmu dan menumbuhkan motivasi belajar murid. Menumbuhkan

motivasi belajar adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh seorang guru.

Sehingga dibutuhkan berbagai macam cara agar motivasi belajar bisa muncul dan

berkembang dari diri murid selama proses belajar mengajar berlangsung.

 Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik pasti memiliki karakteristik

dan cara mengajarnya tersendiri. Seorang pendidik harus memiliki cara yang jelas dan

tersusun dengan sistematis dalam melakukan proses pembelajaran. Pastinya ada acuan

dan panduan yang harus dipenuhi selama proses pembelajaran berlangsung sehingga

tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai dengan maksimal. Metode sendiri

secara harfiah adalah “cara” yang secara umum biasa diartikan sebagai suatu prosedur

yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu [CITATION Muk14 \l 1033 ]. Sedangkan

pembelajaran adalah proses yang menunjukkan perubahan baik itu yang baru atau yang

berubah dalam hidup seseorang yang terjadi sepanjang hayat seseorang [ CITATION
Kni091 \l 1033 ] Dari kedua pengertian tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah sebuah cara atau langkah-langkah yang digunakan seorang

pendidik dalam proses transfer ilmu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan.

Seorang guru yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang

baik belum tentu bisa merangkai suatu pembelajaran yang baik. Untuk itu sangat

penting bagi seorang pendidik untuk mempelajari metode pembelajaran. Tujuan dari

mempelajari metode pembelajaran ini adalah agar pendidik mampu menghasilkan

atmosfer yang penuh motivasi dan menyenangkan sehingga materi pembelajaran bisa

tersampaikan dan dimengerti dengan baik oleh peserta didik yang pada akhirnya akan

membuat tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal. Keberhasilan dalam

mencapai tujuan pembelajaran bergantung pada ketepatan metode yang digunakan. Hal

ini mengatakan kepada kita bahwa tidak ada metode yang baik atau buruk, semua

tergantung pada keterampilan guru dalam memilih metode mana yang sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan dari peserta didik.

Terdapat banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh pendidik. Salah

satunya adalah metode karya wisata. Metode karya wisata adalah pembelajaran yang

dirancang untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik dengan

membawa mereka keluar dari kelas yang nantinya mengaitkan antara materi yang ada

dengan kenyataan yang ada di lapangan [CITATION Nas13 \l 1033 ]. Selain itu Metode

karya wisata juga adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan lingkungan yang ada

sesuai dengan materi pembelajaran sehingga peserta didik merasakan dan mengalami

materi secara langsung selama proses pembelajaran berjalan [CITATION Sir20 \t \l 1033 ].
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode karya wisata adalah salah satu cara yang

digunakan oleh pendidik untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan

membuat peserta didik mengalami pembelajaran itu sendiri. Dari definisi diatas juga

kita bisa melihat tujuan dari penggunaan metode karya wisata ini untuk untuk

merangsang dan membangkitkan minat peserta didik terhadap suatu topik pembelajaran,

memperluas dan menambah wawasan, menciptakan pengalaman-pengalaman, dan

menumbuhkan aspek sosial peserta didik.

Setiap metode pembelajaran yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing, termasuk untuk metode karya wisata ini sendiri.

Metode karya wisata memiliki kelebihan dan kekurang diantaranya yaitu: 

Kelebihan dari metode karya wisata

 Peserta didik mengalami proses pembelajaran yang nyata dengan memanfaatkan

lingkungan dalam pengajaran sehingga peserta didik 

 Peserta didik dapat terlibat aktif dan memicu rasa ingin tahu serta kreativitas

mereka dengan cara melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan sendiri

secara langsung

 Meningkatkan motivasi dan minat belajar dengan suasana yang baru

 Membantu guru dalam penyampaian materi yang telah dilakukan oleh pihak

yang lebih berpengalaman di lokasi tersebut sehingga guru bisa lebih fokus

untuk membimbing peserta didik selama melakukan observasi

Kekurangan dari metode karya wisata


 Memerlukan perencanaan yang benar-benar matang serta melibatkan banyak

pihak

 memerlukan waktu yang cukup lama serta biaya yang relatif tinggi tergantung

dari lokasi yang telah ditetapkan

 pendidik harus melakukan pengawasan dengan ketat agar peserta didik tetap

fokus

 memerlukan tanggung jawab dari pihak sekolah dan guru untuk memastikan

keamanan dan kelancaran selama karya wisata berlangsung, terutama untuk

lokasi yang cukup jauh dengan jangka waktu yang cukup lama

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode karyawisata

adalah sebagai berikut. Terdapat 3 bagian dalam melakukan Langkah-langkah

penerapan metode karya wisata, diantaranya adalah tahap persiapan atau perencanaan,

tahap pelaksanaan atau kegiatan inti, dan tahap penyelesaian atau kegiatan penutup

[ CITATION Muk14 \l 1033 ]. Pendidik harus melakukan perencanaan yang baik yang

bertujuan untuk menggunakan dan mengatur waktu yang telah ditentukan dengan

semaksimal mungkin. Adapun beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam tahap

perencanaan ini, yaitu: (a) menentukan tujuan atau target dari penggunaan metode ini

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (b) memperhatikan kebutuhan

dari siswa dalam penggunaan metode ini, (c) menentukan objek atau tempat untuk

melakukan karya wisata, (d) mempertimbangkan dengan kurikulum yang ada, (e)

Mempertimbagkan kepentingan objeknya, (f) mempertimbagkan kepentingan guru (g)

pengaturan waktu untuk karya wisata, (h) mempertimbangkan cara yang digunakan

untuk mempelajari objek. Teknik atau cara yang biasa digunakan selama mempelajari

objek adalah diskusi, observasi, dan wawancara.


Pada kegiatan inti atau tahap pelaksanaan pendidik dan peserta didik akan

melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. kegiatan yang biasa

dilakukan pada tahap ini adalah (a) pertemuan dengan pihak yang berwenang pada

tempat karya wisata (b) peserta didik melakukan kegiatan yang telah direncanakan oleh

guru dengan bimbingan dari pihak yang telah ditentukan untuk membantu dan

menuntun peserta didik selama melakukan kegiatan observasi, wawancara, dan diskusi.

(c) tidak lupa untuk mengucapkan ucapan terimakasih kepada pihak yang terkait.

Pada tahap penyelesaian atau penutup, pendidik dan peserta didik akan kembali

ke sekolah dan mengelola informasi yang telah didapatkan. peserta didik akan bertukar

informasi dan melakukan diskusi untuk melengkapi laporan observasi mereka sehingga

pada informasi yang telah dikumpulkan sudah lengkap akan dilakukan penyusunan

laporan.

FOKUS KAJIAN 3: Keterkaitan Metode Karya Wisata terhadap Motivasi Belajar

Siswa

     Motivasi belajar adalah salah satu factor yang sangat mempengaruhi aktivitas serta

perilaku belajar seorang siswa. Bila motivasi belajar belajar seorang siswa sedang tinggi

maka hal ini akan tercerminkan pada sikap dan perilakunya di kelas yang aktif, rajin

serta bertanggung jawab dengan tugas dan kewajibannya sebagai seorang siswa, tetapi

jika sebaliknya motivasi belajarnya siswa yang kurang akan berdampak pada perilaku

minor dalam kelas, contohnya tidak fokus selama pembelajaran, tidur, selalu minta ijin

ke toilet dan malas mengerjakan tugas. Tentu hal ini jika dibiarkan akan berdampak

buruk bagi anak selama masa pendidikannya di sekolah. Tinggi rendahnya motivasi
siswa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya berasal dari metode guru saat

mengajar. Tentu ketika guru mampu mengajar dengan menggunakan metode

pembelajaran yang bervariasi akan menarik minat bahkan mampu meningkatkan

motivasi siswa dalam belajar di dalam kelas. Salah satu metode yang biasanya

digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar adalah metode karya wisata yang

dinilai efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini didukung oleh

beberapa penelitian sebelumnya yang hasilnya menunjukkan efektivitas penerapan

metode karya wisata dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. 

          Yang pertama penelitian yang dilakukan oleh Yuda Hendra Saputra yang

berjudul “Penerapan Metode Karya Wisata untuk meningkatkan Motivasi Belajar dan

Hasil Belajar pada Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini menyatakan bahwa terjadi

peningkatan motivasi siswa kelas IV SDN Kelurahan II Kec. Ngronggot Kab. Nganjuk

setelah diterapkannya metode karya wisata dalam pembelajaran IPS. Hal ini diakibatkan

pembelajaran IPS yang materi pembelajaran memuat hal-hal yang sangat relevan

dengan kehidupan sehari-hari utamanya dalam berkomunitas sehingga dinilai cocok

untuk menerapkan metode karya wisata sebagai strategi pembelajarannya [ CITATION

Sap14 \l 1033 ]. Jika dianalisis penelitian ini sedikit berbeda dengan judul penelitian yang

diangkat, tetapi perbedaannya hanya terletak di objek yang diteliti yaitu siswa kelas IV

untuk jurnal ini sedangkan penelitian yang dilakukan objeknya siswa kelas XI SMA.

          Yang kedua penelitian yang dilakukan oleh Hotma Tiolina Siregar dan Rupina

M Tarigan yang berjudul “Penerapan Metode Karya Wisata untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Mahasiswa Universitas Quality pada Mata Kuliah Pendidikan IPA

Kelas Rendah Tahun Akademik 2019-2020”. Penelitian ini menyatakan bahwa


penggunaan metode karya wisata mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

pada mata kuliah Pendidikan IPA rendah tahun akademik 2019-2020, hal ini

tercerminkan dalam hasil belajar mahasiswa. Jika dibandingkan dengan topik yang akan

penulis angkat perbedaanya terletak pada subjek mata pelajaran dan objek yang

[ CITATION Sir20 \l 1033 ]. Karena dalam jurnal ini mata pelajarannya adalah Pendidikan

IPA kelas rendah dalam ranah mahasiswa sedangkan dalam penelitian yang dilakukan

subjeknya mata pelajaran geografi (sosial) pada jenjang siswa SMA kelas XI.

      Yang ketiga penelitian yang dilakukan oleh Jumiati yang berjudul “Penerapan

Metode Karya Wisata pada Konsep Dasar IPA MI/SD Materi Perkembangbiakan untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa PGMI”. Hasil dari penelitian ini

mengatakan bahwa penerapan metode karya wisata terbukti meningkatkan motivasi

belajar mahasiswa, hal ini dikarenakan dengan metode karya wisata mahasiswa

dipermudah untuk melihat objek dari materi yang dipelajari sehingga mereka dapat

lebih mengerti dan memahami akan materi yang sedang dipelajari [ CITATION Jum17 \l

1033 ]. Jika dibandingkan jurnal ini dengan penelitian yang dilakukan perbedaanya

terletak pada mata pelajaran/mata kuliah dan objek yang diteliti.

            Yang keempat penelitian yang dilakukan oleh Yustriana Mustaji Nasution yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Karya Wisata Subtema Pengalaman yang

Berkesan terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar”.

Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa ada pengaruh pada penerapan metode

karya wisata subtema pengalaman yang berkesan terhadap meningkatnya motivasi

belajar siswa kelas I Sekolah Dasar Angkasa Surabaya [CITATION Nas19 \l 1033 ]. Jika
dibandingkan jurnal ini dengan penelitian yang dilakukan perbedaanya terletak pada

materi pembelajarannya dan jenjang dari objek yang diteliti.

          Yang kelima dalam skripsi yang ditulis oleh Rejang Lebong yang berjudul

“Penerapan Metode Karya Wisata dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada

Bidang Studi Agama Islam di SMA N 06”. Hasilnya mengatakan bahwa metode karya

wisata dalam pegimplementasiannya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam

proses belajar mengajar karena suasana baru yang dihadirkan dan materi yang dipelajari

semakin relevan dengan kehidupan murid memancing semangat dalam belajar

[ CITATION Leb19 \l 1033 ]. Jika dibandingkan skripsi ini dengan penelitian yang akan

dilakukan perbedaanya terletak pada materi pembelajaran dan kelasnya saja.

FOKUS KAJIAN 4: Kurangnya Motivasi Belajar Siswa 

    Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, penulis menemukan masalah kurangnya

motivasi siswa dalam pembelajaran Geografi kelas XI SMA. Penulis melihat indikator

dari kurangnya motivasi ini tampak pada dua hal yaitu aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung dan hasil ujian harian siswa yang ada. Dilihat dari aktivitas

dan perilaku siswa selama pembelajaran nampak beberapa siswa mengantuk selama

pembelajaran berlangsung, ada yang mulai menutup mata, ada yang mulai menundukan

kepala di meja, ada yang posisi duduknya mulai tidak rapi, ada juga yang udah menguap

beberapa kali bahkan terdapat beberapa siswa yang ijin ke toilet sampai tidak kembali

dalam waktu lebih dari 15 menit. Di samping perilaku menyontek terdapat juga

beberapa siswa yang terlihat tidak fokus selama pembelajaran berlangsung ada yang

asik menggambar dan juga yang asik menghayal dengan tatapan yang kosong ke depan.
   Setelah pembelajaran selesai terdapat ujian harian yang dilakukan oleh guru,

hasil pembelajaran yang dilakukan diujikan guru kepada siswa untuk melihat

pemahaman siswa. Dan hasilnya terlihat hampir sebagian besar siswa mendapatkan nilai

yang kurang hanya beberapa siswa saja yang mendapatkan nilai yang baik. Hal ini

menunjukan kurangnya motivasi belajar siswa dalam kelas mengakibatkan kondisi kelas

yang menjadi kurang ideal karena perilaku dan aktivitas minor yang dilakukan siswa

yang hasilnya tergambarkan dalam ujian siswa yang mayoritas mendapatkan nilai

dibawah 70 sebagai KKM. Hal dan fakta ini banyak juga dialami oleh beberapa peneliti

ketika meneliti akan motivasi belajar siswa di dalam kelas diantaranya;

    Yang pertama dalam penelitian yang dilakukan oleh Ridha Sabrina, Fauzi dan

M. Yamin yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar

siswa dalam proses pembelajaran matematika di kelas IV SD negeri Garot Geuceu Aceh

Besar”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kurangnya motivasi belajar pada siswa

diakibatkan oleh beragam factor yang salah satunya yaitu terkait metode yang

digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Kebosanan dan mengantuk adalah bukti

dari rendahnya motivasi siswa saat belajar karena proses belajar mengajar monoton

dengan ceramah yang dilakukan guru terus menerus [ CITATION Sab17 \l 1033 ] .

Berdasarkan hasil penelitian tersebut jika dibandingkan dengan hasil observasi penulis

terdapat beberapa kesamaan dalam variabel masalah yang sedang maupun telah diteliti

yaitu terletak pada dampak dan faktor penyebab yang melatarbelakanginya. Kalau dikaji

dampaknya menyebabkan peserta didik menjadi mengantuk di dalam kelas sedangkan

untuk faktor penyebabnya yaitu ditengarai oleh penggunaan metode pembelajaran yang

kurang kreatif dan cenderung membosankan bagi peserta didik.


       Yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Aunur Rohman dan

Sayyidatul Karimah yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Rendahnya

Motivasi Belajar Siswa Kelas XI”. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam

observasi dan wawancara yang telah dilakukan terdapat 10 penyebab yang

melatarbelakangi kurangnya motivasi belajar pada anak. Salah satu faktor penyebabnya

yaitu berasal dari guru. Guru yang dimaksud disini adalah peranan guru dalam memilih

metode pembelajaran yang akan digunakan dan di Implementasikan di dalam kelas.

Pemilihan strategi yang baik akan berdampak pada meningkatnya motivasi tetapi jika

sebaliknya maka akan berdampak pula pada menurunnya motivasi [ CITATION Roh18 \l

1033 ]. Berdasarkan hasil penelitian tersebut jika dibandingkan dengan observasi yang

telah penulis lakukan terdapat beberapa kesamaan. Kesamaan yaitu terletak pada faktor

penyebabnya yaitu peranan guru dalam memilih strategi pembelajaran yang relevan dan

sesuai dengan materi dan karakter siswa.

       Yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Saniatu Nisail Jannah dan Uep

Tatang Sontani yang berjudul “Sarana dan prasarana pembelajaran sebagai faktor

determinan terhadap motivasi belajar siswa”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

sarana dan prasarana dalam pembelajaran yang diimplementasikan dalam metode

pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi akan minat dan motivasi belajar

siswa di dalam kelas [ CITATION Jan18 \l 1033 ]. Hal ini sejalan dengan permasalahan

yang ditemukan penulis ketika mengobservasi, sarana dan prasarana yang mendukung

metode pembelajaran sangat besar dampaknya dalam kegiatan belajar mengajar,

utamanya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kelas maupun diluar kelas

dalam materi yang membutuhkan praktek langsung.


      Yang keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aisyah, Riswan Jaenudin

dan Dewi Koryati yang berjudul “Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar

Peserta Didik pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 15 Palembang”. Hasil

penelitiannya menyatakan bahwa terdapat dua faktor penting yang menyebabkan

kurangnya motivasi belajar yang berdampak pada menurunnya hasil belajar. Dua faktor

tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang mana menurut data yang

dihimpun Indikator metode pembelajaran yang kurang baik menjadi salah satu faktor

yang menyebabkan masalah motivasi ini bisa terjadi [ CITATION Ais07 \l 1033 ]. Hasil

penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan hasil observasi yang telah dilakukan

tentang indikator metode pembelajaran yang memiliki kunci dalam pembentukan

motivasi eksternal dalam diri siswa untuk belajar di sekolah.

       Yang kelima yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nurmalita Sari, Widha

Sunarno dan Sarwanto dengan judul “Analisis Motivasi Belajar Siswa dalam

Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

rata-rata motivasi belajar siswa pada pelajaran fisika berada di kategori sedang dan

kurang. Hal ini diprakarsai oleh kurang didukungnya lingkungan belajar yang aktif oleh

guru. Pemilihan metode yang kurang menarik membuat siswa kurang nyaman dan

merasa bosan di sekolah apalagi dalam belajar [ CITATION Sar18 \l 1033 ] . Hasil

penelitian tersebut selaras dengan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terkait

objek yang diteliti walaupun berbeda mata pelajaran tetapi yang menjadi penyebab dari

masalah motivasinya masih sama dengan penelitian-penelitian yang ada di atas juga

yaitu tentang dampak metode pembelajaran yang dipilih guru terhadap motivasi belajar

siswa didalam kelas. 


FOKUS KAJIAN 5: Penerapan Metode Karya Wisata untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengimplementasikan metode

karya wisata yaitu: tahap persiapan, kegiatan inti, dan penutup [ CITATION Muk14 \l

1033 ]. Pada tahap persiapan, guru pertama-tama harus menentukan tujuan dari

penggunaan metode karya wisata sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan

memperhatikan kebutuhan dari peserta didik itu sendiri seperti apa. Kemudian guru

akan menentukan tempat atau lokasi untuk melakukan karya wisata ini. Pada tahap ini

guru harus berkomunikasi dengan pihak sekolah untuk mempertimbangkan dana,

fasilitas, keamanan dan kelancaran selama karya wisata berlangsung. Guru juga harus

mampu menyusun agenda apa saja yang akan dilakukan selama karya wisata ini

berlangsung sehingga kegiatan karya wisata bisa berjalan dengan lancar. Selain itu, guru

juga harus bisa mempertimbangkan cara yang digunakan peserta didik dalam

mempelajari objek. Bisa menggunakan wawancara, observasi, dan diskusi.

Pada kegiatan inti, guru dan murid akan melaksanakan rangkaian acara atau

agenda yang telah dibuat oleh guru sebelumnya. Pada tahap ini peserta didik akan

bertemu dengan pihak yang berwenang di lokasi karya wisata dan akan mendengarkan

dan mengikuti arahan dari pihak berwenang selama berada di lokasi. Peserta didik akan

mulai mencari jawaban dan mengobservasi objek yang telah ditentukan, baik itu dari

penjelasan pihak berwenang atau melakukan pengamatan sendiri. Dalam tahap inilah

yang menjadi tahap puncak dalam meningkatkan motivasi pada peserta didik. Hal ini

didukung oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang hasilnya

mengatakan bahwa Aktivitas siswa akan lebih mencolok yang akan terlihat dari

kegiatan diskusinya dan keaktifannya dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru
di kegiatan inti [ CITATION Sap14 \l 1033 ]. Disamping itu menurut penelitian yang

dilakukan oleh Jumiati, hasilnya mengatakan bahwa pada tahap ini daya imajinasi dari

peserta didik akan diasah melalui pengamatan langsung yang dilakukan (Jumiati, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Nasution mengatakan materi yang disajikan dan

pemaparan menjadi lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik karena relevan

dengan kehidupan nyata (Nasution, 2019). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh

Lembong mengatakan kegiatan yang dilakukan menghilangkan rasa jenuh, menambah

pengalaman serta memberikan pembelajaran yang baru bagi peserta didik (Lebong,

2019). Dan yang terakhir penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Nahriyah dan

Jamaludi yang hasilnya mengatakan bahwa pada tahap ini peserta didik juga akan

memperluas informasi dan mengalami suasana pembelajaran yang berbeda dengan yang

ada dalam kelas [ CITATION Rah20 \l 1033 ].

Setelah kegiatan inti ini selesai, tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak

yang berwenang. Pada tahap penyelesaian atau penutup, pendidik dan peserta didik

akan kembali ke sekolah dan mengelola informasi yang telah didapatkan. Peserta didik

akan bertukar informasi dan melakukan diskusi untuk melengkapi laporan observasi

mereka sehingga pada informasi yang telah dikumpulkan sudah lengkap akan dilakukan

penyusunan laporan.
Daftar Pustaka

Aisyah , Jaenudin , R., & Koryati, D. (2107). Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar
Peserta Didik pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 15 Palembang. Jurnal Profit
, 10.

BBC. (2019, 12 4). Peringkat pendidikan Indonesia di bawah Malaysia dan Brunei, China yang
terbaik di dunia. Retrieved from BBC.com: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-
50648395

Brummelen , H. V. (2006). Berjalan dengan Tuhan di dalam Kelas. Jakarta: Universitas Pelita
Harapan Press.

Emda, A. (2017). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran. Lantanida Journal,
176.

Emda, A. (2017). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran . Lantanida Journal,
175.

Graham, D. L. (2003). Teaching Redemptievly. New York: Purposeful Design Publications.

Inspektorat Jenderal kemendikbud. (2019, 07 04). Memahami Makna Siswa, Murid, Pelajar
dan Mahasiswa. Retrieved from itjen.kemdikbud.go.id:
https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/memahami-makna-siswa-murid-
pelajar-dan-mahasiswa

Jannah, S. N., & Sontani, U. T. (2018). Sarana dan prasarana pembelajaran sebagai faktor
determinan terhadap motivasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran , 68.

Jumiati. (2017). Penerapan Metode Karya Wisata pada Konsep Dasar IPA MI/SD Materi
Perkembangbiakan untuk Meningkatakan Motivasi Belajar Mahasiswa PGMI .
Muallimuna, 26.

Knight, G. R. (2009). Filsafat & Pendidikan: Sebuah Pendahuluan dari Perspektif Kristen.
Jakarta: Universitas Pelita Harapan Press.

Lebong, R. (2019). Penerapan Metode Karya Wisata dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa pada Bidang Studi Agama Islam di SMA N 06. Tesis, 86-87.
Leonard. (2015). Kompentensi Tenaga Pendidik Di Indonesia: Analisis Dampak Rendahnya
Kualitas SDM Guru dan Solusi Perbaikannya. Jurnal Formatif, 194.

Marzuki, & Khanifah, S. (2016). Pendidikan Ideal Perspektif Tagore dan KI Hajar Dewantara
dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal Civics Volume 13 Nomor 2, 180.

Mukrimaa, S. S. (2014). 53 Metode Belajar dan Pembelajaran Plus Aplikasinya. Bandung: UPI.

Nashruddin, M. D. (2013). Penerapan Metode Karya Wisata untuk Meningkatkan Keterampilan


Menulis Deskripsi pada Siswa Sekolah Dasar. JPGSD Volume 01 Nomor 02, 0-216.

Nasution, Y. M. (2019). Pengaruh Penerapan Karya Wisata Subtema Pengalaman yang


Berkesan Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar. Jurnal
Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian, 10.

Nurmaliah, Iiyas, S., & Apriana, E. (2014). Penggunaan Metode Karyawisata untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampialan Proses Sains pada Materi
Keanekaragamaan Hayati. Jurnal Biotik, 24.

Oktiani, I. (2017). Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal
Kependidikan, 129.

Rahayu, A. S., Nahriyah, S., & Jamaludin, G. M. (2020). Pengaruh Penerapan Metode
Karyawisata terhadap Peningkatan Kemampuan Sains di RA AZ-ZAHRA. Jurnal Paud
UNMA, 5.

Rohman, A. A., & Karimah, S. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi
Belajar Siswa Kelas XI. Jurnal At-Taqaddum, 104.

Sabrina, R. (2017). Faktor-faktor yang Menyebabkan Rendahnya Motivasi Belajar Siswa dalam
Proses Pembelajaran Matematika di Kelas V SD Negeri Garot Geuceu Aceh Besar.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 117.

Saputra, Y. H. (2014). Penerapan Metode Karya Wisata untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar pada Siswa Sekolah Dasar. JPGSD, 9.

Sari , N., Sunarno, W., & Sarwanto. (2018). Analisis Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Fisika Sekolah Menegah Atas. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 30.

Siregar, H. T., & Tarigan , R. M. (2020). Penerapan Metode Karya Wisata untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Mahasiswa Universitas Quality pada Mata Kuliah Pendidikan IPA kelas
Rendah Tahun Akademik 2019-2020. Journal of Natural Sciences, 98.

Sjukur , S. B. (2012). Pengaruh Blened Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar
Siswa Tingkat SMK . Jurnal Pendidikan Vokasi, 371.

Suprihatin , S. (2015). Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
PROMOSI , 75-76.

Warti, E. (2016). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di
SD Angkasa 10 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur. Jurnal Pendidikan Matematika
STKIP Garut, 181.

Anda mungkin juga menyukai