Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN LIMFOMA NON HODGKIN (LNH)

DI RUANG HEMATO ONKOLOGI DEWASA (EDELWEIS)


RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh: Siti Muhibbah


NIM: 11194561920065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN LIMFOMA NON HODGKIN (LNH)

DI RUANGAN HEMATO ONKOLOGI DEWASA (EDELWEIS)

RSUD ULIN BANJARMASIN

September 2020

Disusun Oleh: Siti Muhibbah

NIM: 11194561920065

Banjarmasin, September 2020

Mengetahui,

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………..) (……………………………..)

NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem


a. Anatomi Sistem

Limpa adalah organ lunak yang berada pada sisi kiri abdomen, dibawah
perlindungan iga-iga tepat dibawah diafragma. Beratnya kira-kira 200 g dan
panjangnya kira-kira 125 mm. limfa tidak selalu dapat dirasakan pada dinding
abdomen, tetapi dapat sangat membesar pada penyakit tertentu. Limfa terdiri dari
massa daging merah dengan jutaan kelenjar berbentuk kepala paku dari daging putih
yang menyebar menyelimutinya sehingga memberika penampilan granular. Limfa
kaya akan suplai darai melalui arteri splenik. Darah mengalir ke vena porta melalui
vena splenik. (Pearce Evelyn, 2009)
Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan.
Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah kostae. Limfa memiliki
permukaan luar konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial
yang konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura linealis kolon dan ginjal kiri.
(Handayani, 2008)
Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan
limpa), dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah arteri
linealis yang keluar dari arteri coeliaca. (Handayani, 2008)
b. Fisiologis Sistem
Fungsi limpa. Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin
pada orang dewasa juga masih mengerjakannya bila fungsi sumsum tulang rusak. Sel
darah darah merah yang sudah using dipisahkan dari sirkulasi. Limfa juga
menghasilkan limfosit. Diperkirakan limpa juga bertugas menghancurkan sel darah
putih dan trombosit. Sebagai bagian dari system retikulo endothelial, limpa juga
terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibody.
Limpa bukanlah sesuatu yang harus ada untuk hidup. Dalam beberapa keadaan pada
anemia hemolitik, limpa diangkat melalui operasi splenektomi dan hasil dari tindakan
ini ialah bahwa kerapuhah sel darah merah berkurang dan dapat memperingan
penyakit.
c. Kebutuhan Dasar Manusia
Maslow membagi hierarki kebutuhan dalam lima tingkat dasar kebutuhan
yaitu:
1) Kebutuhan fisik (physiological needs)
Kebutuhan fisik adalah yang paling mendasar dan paling mendominasi
kebutuhan manusia. kebutuhan ini lebih bersifat biologis seperti
oksigen, makanan, air dan sebagainya. Pemikiran Maslow akan
kebutuhan fisik ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pasca Perang Dunia
II. Saat itu, manusia berada dalam kondisi yang begitu memilukan.
Salah satunya adalah dilandanya kelaparan. Oleh karena itu, Maslow
menganggap kebutuhan fisik adalah yang utama melebihi apapun.
2) Kebutuhan akan rasa aman ( Safety needs)
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia akan cenderung
mencari rasa aman, bisa berupa kebutuhan akan perlindungan,
kebebasan dari rasa takut, kekacauan dan sebagainya. Kebutuhan ini
bertujuan untuk mengembangkan hidup manusia supaya menjadi lebih
baik.
3) Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and love
Needs)
Setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan
cenderung mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan
dipahami oleh orang lain. Jadi, Kebutuhan akan cinta tidak sama
dengan kebutuhan akan seks. Sebaliknya, Maslow menegaskan,
kebutuhan akan seks justru dikategorikan sebagai kebutuhan fisik.
Kebutuhan akan cinta ini menguatkan bahwa dalam hidup, manusia
tidak bisa terlepas dari sesama.
4) Kebutuhan untuk dihargai (The esteem Needs),
Setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, maka sudah menjadi naluri
manusia untuk bisa dihargai oleh sesama bahkan masyarakat. Maslow
mengklasifikasikan kebutuhan ini menjadi dua bagian yaitu, Pertama
lebih mengarah pada harga diri. Kebutuhan ini dianggap kuat, mampu
mencapai sesuatu yang memadai, memiliki keahlian tertentu
menghadapi dunia, bebas dan mandiri. Sedangkan kebutuhan yang
lainnya lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu keinginan untuk
memiliki reputasi dan pretise tertentu (penghormatan atau penghargaan
dari orang lain). Kebutuhan ini akan memiliki dampak secara psikologis
berupa rasa percaya diri, bernilai, kuat dan sebagainya.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization).
Kebutuhan inilah yang menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia
setalah kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi
diri ini berdampak pada kondisi psikologi yang meninggi pula seperti
perubahan persepsi, dan motivasi untuk selalu tumbuh dan berkembang.
2. Konsep dasar penyakit
a. Definisi
Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif
tidak terkendali dari  jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T).
(Schwartz M William, 2010)
Limfoma non Hodgkin (LMNH) adalah neoplasma yang ganas pada sistem
limfatik dan jaringan limfoid. Seperti halnya kebanyakan neoplasma anak, penyebab
LMNH juga tidak diketahui. Sejumlah faktor, seperti infeksi virus, imunodefisiensi,
aberasi kromosom, imunostimulasi kronis, dan pemajanan terhadap lingkungan
memicu terjadinya limfoma maligna. (Betz, 2009)
  Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari
sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari
limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang
lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering
terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.
Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu
keganasan kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal
sebagai suatu limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar
sepertiga dari kasus yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid
( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi
semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari asalnya  sebagai
penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain  yang akhirnya menyebar ke limfa, hati,
dan sumsum tulang.
b. Etiologi
Penyebab LNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung berpendapat bahwa
terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan imunologis persisten yang
menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan
dengan virus Epstein Barr LNH kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan
karena ditemukan fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko
anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar disbanding dengan orang
lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin lama hidup
semakin besar risikonya menderita limfoma.
Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain :
- Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya
LNH antara lain adalah :severe combined immunodeficiency,
hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich
syndrome dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-
kelainan tersebut seringkali dihubugkan pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan
jenisnya beragam.
- Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak
pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV
terhadap terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
- Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan
dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organic.
- Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV4,5.
c. Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat
segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di
sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan
kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Biasanya berawal sebagai :
 pembesaran nodus limfe tanpa ada nyeri pada salah satu sisi leher yang menjadi
sangat besar.
 Nodus limfe mediastinal dan retroperitonial kadang membesar menyebabkan gejala
penekanan berat pada tekanan terhadap trakea menyebabkan sulit bernafas,
penekanan terhadap esofagus menyebabkan sulit menelan, pada syaraf menyebabkan
paralisis faringeal dan nuralgia brakeal lumbal atau sakral, pada vena mengakibatkan
oedem pada salah salah satu atau kedua ekstremitas dan efusi pleura, pada kandung
empedu menyebabkan ikterik obstruktif.
 Akhirnya limpa menjadi teraba dan hati membesar. Terkadang penyakit bermula di
nodus mediastinum atau peritonial dan tetep terbatas disana. Pada pasien lain
pembesaran limpa merupakan satu-satunya lesi
 Kemudian terjadi anemia progresif. Jumlah leukosit biasanya tinggi dengan jumlah
polimorfomoklear ( PMN ) meningkat secra abnormal dan peningkatan eosinofil.
 Sekitar separuh pasien mengalami demam ringan, dengan suhu melebih 38,30C
( 1010F ).
 Namun pasien yang mengalami keterlibatan mediastinal dan abdominal dapat
mengalami demam tinggi intermiten. Suhunya dapat naik sampai 400C ( 1040F )
selama periode waktu 3-14 hari, kemudian kembali normal dalam beberapa minggu.
 Apabila penyakit ini tidak ditangani pasien akan kehilangan berat badan dan menjadi
kakeksia ( kelemahan secara fisik ), terjadi infeksi, anemia, timbul edema anasarka
( oedem umum yang berat ), tekanan darah turun dan kematian pasti terjadi dalam 1-
3 tahun tanpa keganasan.
Namun biasanya penyakit ini sudah menyebar keseluruh sistem limfatik sebelum
pertama kali terdianogsa. Apabila penyakit masih terlokalisasi, radiasi merupakan
penanganan pilihan. Jika terdapat keterlibatan umum, dipakai kombinasi kemoterapi.
Pemberian dosis rendah pada penderita HIV positif dianjurkan untuk mencegah
terjadinya infeksi berat yang potensial mematikan. Seperti pada penyakit Hogkin,
infeksi merupakan masalah utama. Keterlibatan sistem saraf pusat juga sering terjadi.
Pathway

Abnormalitas genetic, factor


lingkungan, infeksi virus
Gangguan termoregulasi Hipertermi
Pembesaran kelenjar Resiko terjadinya
Nyeri Resiko
getah bening infeksi
Infeksi

Mendesak jaringan sekitar Mendesak pembuluh darah Mendesak sel saraf

Sistem Respons psikososial


pernapasan Sistem saraf Sistem Sistem
pencernaan muskuluskletal
Paralisis faringeal Sesak napas
Pa O2 menurun Tindakan
Efek hiperventilasi Penurunan suplai
invasif
oksigen kejaringan
PCO2 meningkat Kesulitan menelan
Produksi asam
Sesak napas
lambung Peningkatan Koping tidak
Penurunan nafsu
Peningkatan meningkat metabolisme efektif
makan
produksi sekret anaerob
Peristaltik
Penurunan menurun Kecemasan
imunitas Peningkatan
produksi asam
Mual, nyeri laktat Penekana
lambung konstipasi n saraf
Pola napas tidak oleh sel-
efektif sel kanker
Kelemahan fisik
Jalan nafas tidak umum,odem
efektif Indikasi
Defisit nutrisi kemoterapi

Intoleransi aktivitas
Merusak sel
epitel

Kerusakan
kulit
Gangguan citra
tubuh

Sumber : (Mansjoer, A. 2011) Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1.

d. Manifestasi Klinis
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
- Limphadenopaty.
- Demam.
- Keringat malam.
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
- Gangguan pencernaan dan nyeri perut.
- Hilangnya nafsu makan.
- Nyeri tulang.
- Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
e. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang
terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi
Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi
sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah cara
mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis Limfoma
(Lewis, 2017).
f. Penatalaksanaan
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor
keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan
pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi
limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.
1. Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat
disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi
pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk
tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima
khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan
sumbatan/obstruksi anatomis. 
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV,
penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding
dengan kemoterapi.
2. Kemoterapi 
a. Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten
yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna
keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit tingkat
lanjut.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan
prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau
sedang berdasakan stadiumnya. Paling baik selalu diberikan kemoterapi
kombinasi MOPP:
M = Mustard nitrogen 6mg / sqm iv hari ke 1 dan 8.
O = Oncovin = vincristine 1,0 – 1,mg / sqm iv hari ke 1 dan 8.
P = Procarbazine 100mg / sqm per os tiap hari ke 1-14.
P = Prednison 40mg / sqm per os tiap hari ke 1-14.
Satu seri adalah 14 hari kemudian istirahat 14 hari.
g. Pengkajian fokus keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahan yang dipakai sehari-hari, status
perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat, pendidikan, tanggal atau jam MRS, dan
diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh tindak nyamanan kerena adanya benjolan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan limfoma didapat keluhan benjolan terasa nyeri bila
ditelan kadang-kadang disertai dengan kesulitan bernafas, gangguan penelanan,
berkeringat di malam hari. Pasien biasanya megnalami dendam dan disertai dengan
penurunan BB.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pasien dengan limfoma biasanya diperoleh riwayat penyakit seperti pembesaran
pada area seperti : leher, ketiak, dll. Pasien dengan transplantasi ginjal atau jantung.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan
pasien, ada atau tidaknya riwayat penyakit menular, penyakit turunan seperti DM,
Hipertensi, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Pasien lemah, cemas, nyeri pada benjolan, demam, berkeringat pada malam hari,
dan menurunnya BB.
b) Kulit, rambut, kuku
( tidak ada perubahan )
c) Kepala dan leher
Terdapat benjolan pada leher, yang terasa nyeri bila ditekan.

d) Mata dan mulut


Tidak ada masalah/perubahan.
e) Thorak dan abdomen
Pada pemeriksa yang dilakukan tidak didapatkan perubahan pada  thorak  maupun
abdomen.
f) Sistem respirasi
Biasanya pasien mengeluh dirinya mengeluh sulit untuk bernafas karena ada
benjolan.
g) Sistem gastrointestinal
Biasanya pasien mengalami anorexia karena rasa sakit yang dirasakan saat
menelan makanan, sehingga pasien sering mengalami penurunan BB.
h) Sistem muskuluskeletal
Pada pasien ini tidak ada masalah.
i) Sistem endokrin
Terjadi pembesaran kelenjar limfe.
j) Sistem persyarafan
Pasien ini sering merasa cemas akan kondisinya, penyakit yang sedang
dideritanya.
h. Diagnosa keperawatan
1) Defisit nutrisi
2) Resiko infeksi
3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
4) Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi
5) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya persediaan dan
kebutuhan oksigen kelemahan umum serta kelelahan karena gangguan pola tidur
6) Nyeri berhubungan dengan Agen Cedera Biologis (interupsi sel saraf)
7) Jalan nafas tidak efektif
8) Gangguan citra tubuh
i. Tujuan Keperawatan

Dx SLKI SIKI

Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03199)


Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1 x 24 1. Identifikasi status nutrisi
Jam diharapkan nutrisi 2. Monitor asupan makanan
klien membaik dengan 3. Monitor berat badan
kriteria hasil : Terapeutik
1. Nafsu makan ke skala 5 1. Sajikan makanan secara
(membaik) menarik
2. Berat badan ke skala 5 2. Berikan makanan tinggi serat
(membaik) untuk mencegah konstipasi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
Kolaboratif dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
Resiko infeksi
Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (L.14539)
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor tanda dan gejala
keperawatan selama 2 x 24
infeksi local dan sistemik
Jam diharapkan membaik
Terapeutik
dengan kriteria hasil :
1. Batasi umlah pengunjung
1. Bengkak menurun
2. Berikan perawatan kulit
ke skala 5
pd area edema
2. Kadar sel darah
3. Cuci tangan sebelum dan
putih ke skala 5
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi, jika ada
4. Ajarkan menngkatkan
asupan nutrisi dan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
Ansietas
(L.09093) Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda
keperawatan selama 1 x 24 ansietas
Jam diharapkan ansietas 2. Identifikasi saat tingkat
klien menurun dengan ansietas berubah
kriteria hasil : Terapeutik
1. Perilaku gelisah ke 1. Ciptakan suasana
skala 5 (menurun) terapeutik untuk
2. Perilaku tegang ke menumbuhkan
skala 5 (menurun) kepercayaan
3. Verbalisasi khawatir 2. Temani pasien untuk
akibat kondisi yang mengurangi kecemasan
dihadapi ke skala 5 3. Pahami situasi yang
(menurun) membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
1. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
2. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas.
Manajemen Hipertermi
Hipertermi Termoregulasi (L.14134)
(I.15506)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1 x 8 1. Identifikasi penyebab
Jam diharapkan hipertermi hipertermia
klien menurun dengan 2. Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : Terapeutik
1. Suhu tubuh ke skala 1. Berikan cairan oral
5 2. Sediakan lingkungan
2. Suhu kulit ke skala yang dingin
5 3. Longgarkan pakaian
4. Ganti linen setiap hari,
jika pasien mengalami
hyperhidrosis(keringat
berlebih)
5. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Manajemen Energi (I.05178)
Intoleransi Toleransi aktivitas
Observasi
aktivitas (L.05047)
1. Monitor kelelahan fisik
Setelah dilakukan tindakan dan emosional
keperawatan selama 1 x 24 2. Monitor pola dan jam
Jam diharapkan intoleransi tidur
aktivitas klien meningkat 3. Monitor lokasi dan
dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan selama
1. Kemudahan dalam melakukan aktifitas
melakukan aktivitas Terapeutik
sehari-hari ke skala 1. Lakukan latihan rentang
5 aktivitas rentang gerak
2. Kekuatan tubuh pasif atau aktif
bagian bawah ke 2. Berikan akivitas distraksi
skala 5 yang menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1 x 24 1. Identifikasi lokasi,
Jam diharapkan tingkat karakteristrik, durasi,
nyeri klien menurun frekuensi, kualiats dan
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri ke 2. Identitas skala nyeri
skala 5 (menurun) 3. Identifikasi faktor yang
2. Meringis ke skala 5 memperberat nyeri
(menurun) Terapeutik
1. Berikan tehnik non
farmakologis dalam
menangani nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi mengurangi
nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaboratif pemberian analgetik
sesuai order
Bersihan Jalan Nafas Manajemen Jalan Nafas
Jalan nafas tidak
(L.010001) (I.01011)
efektif
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 x 24 1. Monitor pola nafas
Jam diharapkan tingkat (frekuensi, kedalaman, usaha
bersihan jalan nafas nafas)
membaik dengan kriteria 2. Monitor bunyi nafas
hasil : tambahan
1. Frekuensi nafas ke 5 Terapeutik
(membaik) 1. Pertahankan kepatenan jalan
2. Pola Nafas ke skala 5 nafas
(membaik) Berikan oksigen, jika perlu
Citra Tubuh (L.09067) Promosi Citra Tubuh (I.09305)
Gangguan citra
Setelah dilakukan tindakan Observasi
tubuh
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi harapan citra
Jam diharapkan gangguan tubuh berdasarkan tahap
citra tubuh klien menurun perkembangan
dengan kriteria hasil : 2. Monitor frekuensi pernyataan
1. Verbalisasi perasaan kritik terhadap diri sendiri
negatif tentang 3. Monitor apakah pasien bisa
perubahan tubuh ke melihat bagian tubuh berubah
skala 5 (menurun) Terapeutik
2. Respon nonverbal pada 1. Diskusikan perubahan tubuh
perubahan tubuh ke dan fungsinya
skala 5 (membaik) 2. Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan
citra tubuh
2. Anjurkan menggunakan alat
bantu (mis, wig, kosmetik)
3. Latihan peningkatan
penampilan (mis, berdandan)
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily Lynn, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2015. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Handayani Wiwik, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Lewis, Sharon L. 2017. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis : Mosby.

Mansjoer, A. 2011. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: Aesculapius

Melia. Penatalaksanaan Penyakit Kanker Limfoma Non Hodgin. http://terapimelia.blogspot.com


diakses 14 desember 2013 pukul 09.00 Management for Positive Outcome. 7th
edition. St. Louis : Elsevier Saunders.

Pearce Evelyn C, 2009. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6. Jakarta : EGC.

Sacher, Ronald A, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC

Schwartz M William, 2010. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai